Anda di halaman 1dari 7

SPERMATOGENESIS

A. Sel Spermatozoa
 Morfologi Spermatozoa

Pada kepala spermatozoa terdapat akrosom, sedangkan dan pada ekor secara
anatomis terdapat bagian midle piece, principal piece dan bagian ekor yang
terdapat central axonemal yang terdapat 9+2 mikrotubulus, dan di balut
dengan outer ibril, lapisan mitochondria yang membentuk kolom
longitudinal pada dorsal dan ventral dan circumferial ribs.

 Komposisi Kimia Spermatozoa


Komponen kimia spermatozoa adalah asam nukleat, protein dan lemak.
Kurang lebih sepertiga dan berat kering sel spermatozoa adalah intinya kro-
matin inti terdiri dari kira-kira setengah DNA dan ½ protein. Topi akrosom
mengandung berbagai protein enzim. Beberapa struktur protein enzim dan
lemak ditemukan di ekor.

Spermatogenesis adalah proses pembentukan sel spermatozoa yang terjadi di organ


kelamin (gonad) jantan yaitu testis tepatnya di tubulus seminiferus dan bersifat haploid
(n). Spermatogenesis mencakup pematangan sel epitel germinal dengan melalui proses
pembelahan dan diferensiasi sel.
Pematangan sel terjadi di tubulus seminiferus yang kemudian disimpan dalam
epididimis. Tubulus seminiferus terdiri dari sejumlah besar sel germinal yang disebut
spermatogonia (jamak). Spermatogonia terletak di dua sampai tiga lapis luar sel-sel
epitel tubulus seminiferus. Spermatogonia berdiferensiasi melalui tahap-tahap
perkembangan tertentu untuk membentuk sperma. Pada proses spermatogenesis terjadi
prosesproses dalam istilah sebagai berikut :
- Spermatositogenesis (spermatocytogenesis) adalah tahap awal dari
spermatogenesis yaitu peristiwa pembelahan spermatogonium menjadi
spermatosit primer (mitosis). Spermatosit tadi akan mengalami proses meisosis
dan menjadi spermatosit sekunder.
- Spermiogenesis (spermiogensis) merupakan tahap transformasi, yaitu tahap
perubahan bentuk dan komposisi spermatid yang bundar menjadi bentuk cebong
yang memiliki kepala, leher, dan ekor serta berkemampuan untuk bergerak.
Spermatogenesis Terbagi menjadi tahap
1. Pembentukan golgi, axonema dan kondensasi DNA,
2. Pembentukan cap akrosom,
3. pembentukan bagian ekor,
4. Maturasi, reduksi sitoplasma difagosit oleh sel Sertoli.
- Spermiasi (Spermiation) adalah peristiwa pelepasan sperma matur dari sel sertoli
ke lumen tubulus seminiferus selanjutnya ke epididimidis. Sperma ini belum
dapat bergerak ( non motil). Sperma non motil ini kemudian ditranspor dalam
cairan testicular hasil sekresi sel Sertoli dan bergerak menuju epididimis karena
kontraksi otot peritubuler. Sperma baru mampu bergerak dalam saluran
epidimis, namun pergerakan sperma dalam saluran reproduksi pria bukan karena
motilitas sperma sendiri melainkan karena kontraksi peristaltik otot saluran.

 Hormon - Hormon Yang Berperan Dalam proses Spermatogenesis Proses


pembentukan spermatozoa dipengaruhi oleh kerja beberapa hormon, diantaranya:
a. Kelenjer hipofisis menghasilkan hormon peransang folikel (Folicle
Stimulating Hormon / FSH) dan hormon lutein (Luteinizing Hormon / LH).
b. LH , hormon merangsang sel leydig untuk menghasilkan hormon testosteron.
Pada masa pubertas, androgen/testosteron memacu tumbuhnya sifat kelamin
sekunder.
c. FSH, hormon ini merangsang sel Sertoli untuk menghasilkan ABP
(Androgen Binding Protein) yang akan memacu spermatogonium untuk
memulai spermatogenesis.
d. Hormon pertumbuhan, hormon ini secara khusus meningkatkan pembelahan
awal pada spermatogenesis.

 Proses Spermatogenesis

Tahap pembentukan spermatozoa dibagi atas tiga tahap yaitu :


1. Spermatocytogenesis
Spermatocytogenesis merupakan spermatogonia yang mengalami mitosis
berkali-kali yang akan menjadi spermatosit primer. Spermatogonia ini
mendapatkan nutrisi dari sel-sel sertoli dan berkembang menjadi spermatosit
primer.
Prosesnya sebagai berikut :
- Spermatogonia yang bersifat diploid (2n), berkumpul di tepi membran epitel
germinal yang disebut spermatogonia tipe A.
- Spermatogonia tipe A membelah secara mitosis menjadi spermatogonia tipe B.
- Kemudian, setelah beberapa kali membelah, sel-sel ini akhirnya menjadi
spermatosit primer yang masih bersifat diploid
- Spermatosit primer mengandung kromosom diploid (2n) pada inti selnya dan
mengalami meiosis.
- Satu spermatosit akan menghasilkan dua sel anak, yaitu spermatosit sekunder.

2. Tahapan Meiois
Prosesnya sebagai berikut :
- Spermatosit primer menjauh dari lamina basalis,
- Sitoplasma makin banyak dan segera mengalami meiosis I menghasilkan
spermatosit sekunder yang n kromosom (haploid).
- Spermatosit sekunder kemudian membelah lagi secara meiosis II membentuk
empat buah spermatid yang haploid juga.
- Sitokenesis pada meiosis I dan II ternyata tidak membagi sel benih yang
lengkap terpisah, tapi masih berhubungan lewat suatu jembatan (Interceluler
bridge). Dibandingkan dengan spermatosit I, spermatosit II memiliki inti yang
gelap.

3. Tahapan Spermiogenesis

Tahapan ini merupakan transformasi spermatid menjadi spermatozoa yang


meliputi 4 fase yaitu :
Tahapan perubahan bentuk spermatid dibagi menjadi 4 fase yaitu fase golgi,
Cap, Akrosom dan fase maturasi.
1) Fase Golgi
Fase golgi pada tahap spermiogenesis adalah ditandai dengan pem- bentukan
granul (butiran) proakrosomal dengan golgiaparatus, peleburan granul kedalam
single granule acrosome sehingga menghasilkan penutup inti (nuclear envelope)
dan tahap awal pertumbuhan ekor pada bagian ujung lain dari akrosom. Sentriol
bagian proksimal menghilang dari inti sebagai dasar pembentukan ekor dari
kepala.
2) Fase Cap
Fase ‘cap’ ditandai dengan menyebarnya granul ke permukaan nukleus
spermatid, proses dilanjutkan menuju ke bagian 2/3 bagian enterior pada
masing-masing inti spermatid tertutup oleh lapisan tipis doble layer.
Selama fase ‘cap’ ini terjadi perkembangan komponen axonema pada bagian
ekor yang dibentuk dari elemen-elemen pada distal sentriol men- galami
pemanjangan di bagian sitoplasma sel. Selama awal perkembangan struktur
axonema irip dengan silia yang didalamnya terdapat 2 tubulus di tengah yang
dikelilingi bagian tepinya dengan 9 pasang tubulus.
3) Fase akrosom
Fase akrosom pada proses spermiogenesis secara umum ditandai den- gan
perubahan inti, akrosom dan pertumbuhan ekor spermatid. Pertum- buhan
difasilitasi oleh pemutaran pada masing-masing spermatid, akroom menuju ke
bagian ujung sedangkan ekornya menuju ke bagian lumen.
Perubahan inti meliputi kondensasi kromosom pada butiran tebal dibagian
kepala menjadi pipih, saat ini terjadi pertumbuhan histon secara progresif diganti
dengan protein yang bentuknya ikut memanjang. Modifikasi bentuk kepala dan
akrosom ini berada di sekitar sel sertoli. Proses ini berbeda-beda pada masing-
masing spesies.
Perubahan morfologi inti seiring dengan menghilangnya sitoplasma di bagian
kepala juga bagian cauda dan bagian proximal tumbuh ekor yang bagian
sitoplasmanya tumbuh silinder sheat. Metochondria yang awalnya terdistribusi
di spermatid mulai terkonsentrasi di bagian axonema yang membentuk sheat di
bagian midle piace pada ekor.
4) Fase Maturasi
Fase maturasi pada spermiogenesis ini adalah suatu tahap akhir dari proses
peanjangan dan menuju lumen tubulus seminiferus. Pemanjangan spermatid ini
mempunyai proses yang bervariasi sehingga bentuk pada ber- bagai spesies
menjadi berbeda. Di dalam intinya terdapat granula kromatin yang secara
progressif mengalami kondensasi merubah protein menjadi protamin dan
membentuk materi homogenous yang seragam pada inti spermatozoa.
Hasil akhir berupa empat spermatozoa (sperma) masak. Ketika spermatid dibentuk
pertama kali, spermatid memiliki bentuk seperti selsel epitel. Namun, setelah spermatid
mulai memanjang menjadi sperma, akan terlihat bentuk yang terdiri dari kepala dan
ekor.
 Faktor – faktor yang mempengaruhi proses spermatogenesis (Neto et al,
2016) yaitu :
a. Faktor dalam (endogen): hormonal, psikologis, genetik, umur, radikal
bebas
b. Faktor luar (eksogen): bahan kimia, suhu, radiasi, nutrisi, trauma, polusi.

Anda mungkin juga menyukai