Anda di halaman 1dari 5

Notulensi Pertemuan 13

Bioremidiasi Tanah Tercemar Limbah Minyak Bumi Fraksi Berat (Heavy Oil
Waste=HOW)

KELOMPOK 6
- Dwi Sabarita Br Barus
- Elisabet Putriana Sinurat
- Nopli Adenesli Purba
- Putri Romauli Hutasoit

 Pertanyaan Kelompok 2
1. Penanya : Juli Edi Nisura Brema Pelawi
Pertanyaan : Apa keunggulan dan kelebihan dari teknik landfarming dan bioslurry?
Jawaban : Keuntungan proses bioremediasi dengan menggunakan slurry bioreaktor
adalah mempercepat proses transfer massa antara fase padat dan cair; kontrol
lingkungan seperti nutrisi, pH, dan suhu dapat berlangsung dengan baik; mudah
dalam memelihara tingkat penerimaan elektron dalam reaktor; dan berpotensial
dalam mencegah kontaminasi oleh mikroba pengganggu.
Keuntungan proses bioremediasi dengan menggunakan teknik landfarming dimana
metode yang seringkali dipilih untuk tanah yang terkontaminasi hidrokarbon, karena
relatif lebih murah, dan berpotensi tinggi berhasil
2. Penanya : Vini Qonita P. Haryati
Pertanyaan : Apa contoh dari jenis nutrisi yang digunakan pada teknik bioslurry?
Jawaban : Nutrisi makro terdiri dari Nitrogen (N), Phosphor (P),
Kalium (K), Kalsium (Ca), Magnesium (Mg), dan Sulfur (S). Sedangkan
nutrisi terdiri dari Besi (Fe), Mangan (Mn), Tembaga (Cu), dan Seng
(Zn).

 Pertanyaan Kelompok 4

1. Penanya : Widya Suprapti


Pertanyaan : Pada faktor faktor bioremediasi tersebut terdapat kadar oksigen, kadar
air dan PH. Jadi menurut Kelompok 6, bagaimana pengukuran kadar air dalam
bioremediasi tersebut
Jawaban : Pengukuran kadar air menggunakan Moisture meter adalah sebuah alat
ukur dan alat uji digital yang berfungsi untuk mengukur kandungan kadar air. Cara
kerja dari moisture meter ini yaitu :
 Sample dimasukan ke alat, lalu dicatat berat awal sample.
 Sample akan dipanaskan hingga kelembaban menjadi hilang ketika proses
pemanasan.
 Pada waktu yang bersamaan kehilangan berat sample dicatat terus menerus.
 Proses akan berakhir ketika massa sample tidak berkurang lagi.
Tanah biasanya memiliki kadar air berkisar antara 15% sampai 100% (Wesley,
1977). Jika nilainya berada di bawah 40% maka, menurut Cookson (1995), proses
bioremediasi akan berjalan lambat atau terganggu, namun untuk mengoptimalkan
proses degradasi hidrokarbon tidak boleh melebihi 60%. Menurut Indradana
(1994), kedalaman lapisan tanah mempengaruhi kadar air. Semakin dalam lapisan
tanah maka ketersediaan kadar air juga akan semakin banyak. Dalam hal ini juga
menggunakan penggaris dalam mengukur kedalaman tanah.
2. Penanya : Syaida Rofila
Pertanyaan : Dijelaskan pada ppt kelompok bahwasanya terdapat metode
bioremediasi yaitu in situ dan ex situ. Coba berikan perbedaan dari keduanya serta
kelebihan dan kekurangan kedua metode tersebut
Jawaban :
Perbedaan
 Bioremediasi in-situ : media tercemarnya dan zat pencemarnya tetap berada pada
lokasi asalnya ketika proses bioremediasi dilakukan.
 Bioremediasi ex-situ : media tercemar dan zat pencemarnya dipindahkan dari
lokasi asal menuju ke tempat lain, yaitu tempat dimana akan dilakukan proses
bioremediasi
 Bioremediasi in-situ : Proses ini lebih murah
 Bioremediasi ex-situ : Proses ini lebih mahal
Kelebihan in situ
 mengurangi gangguan terhadap lokasi,
 pengolahan pencemaran yang lebih dalam,
 kontak yang minimal dengan cemaran volatil dan tentunya sangat mengurangi
biaya transpor meliputi ijin yang terkait dengan limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun (B3).
Kekurangan
 diperlukan data geohidrologi yang lebih detail,
 pengendalian kondisi reaksi dan hasil akhir yang sulit,
 monitoring yang lebih hati-hati dan perlu rekayasa lebih lanjut untuk suplai O2
dan nutrient.

Kelebihan ex situ
 optimasi kondisi pengolahan,
 pengendalian proses,
 pengolahan lebih cepat dan mikroorganisme khusus dapat diimplementasikan.
Kekurangan
 Diperlukan kegiatan pemindahan bahan pencemar,
 Mahal,
 materi volatil kurang terkontrol pada saat kegiatan pemindahan limbah

3. Penanya : T. Nurul Nadya Sari


Pertanyaan : ada 2 metode bioremidasi yaitu in situ dan ex situ menurut kelompok
penyaji signifikan mana antara 2 metode tersebut dan lebih baik mana dalam proses
produksi nya
Jawaban : Menurut kami metode tersebut memiliki keunggulan masing-masing dan
metode tersebut digunakan sesuai dengan kebutuhan, tetapi menurut kami metode in-
situ lebih mudah digunakan dimana Bioremediasi in-situ media tercemarnya dan zat
pencemarnya tetap berada pada lokasi asalnya ketika proses bioremediasi dilakukan,
sedangan bioremediasi ex-situ kita harus memindahkan media dan zat pencemarnya
ke lokasi lain jadi lebih sulit karena harus mencari lokasi lagi.

 Pertanyaan Kelompok 5
1. Penanya : Dewi Sekar Ningrum
Pertanyaan : coba berikan contoh bioremedasi in situ dan ex situ pada bioremediasi
tanah yang tercemar limbah minyak bumi!
Jawaban :
 Contoh dari in situ teknologi bioremediasi meliputi bio-ventilasi, biodegradasi
yang ditingkatkan, bioslurping, fitoremediasi, redaman alami
 Contoh dari ex situ proses bioremediasi termasuk pengomposan, biopil tanah,
pertanian, reaktor lumpur.

2. Penanya : Monica Napitupulu


Pertanyaan : Apakah terdapat mikroorganisme pada teknik bioslury ? Jika ada coba
jelaskan peranannya pada mikroorganisme tersebut.
Jawaban : Ada
Boslurry yang telah ditambahkan konsorsium menampakkan butiranbutiran minyak
pada permukaan slurry sedangkan pada kontrol tidak terlihat sama sekali minyak yang
keluar dari limbah minyak berat. Keluarnya minyak dari limbah minyak berat
merupakan kontribusi dari bakteri yang telah dicampurkan sebelumnya. Bakteri
menghasilkan biosurfaktan yang dapat membuat minyak bumi fraksi berat yang
terdapat dalam limbah terdispersi ke dalam air, hal ini akan mempermudah kerja
bakteri untuk mendegradasi senyawa hidrokarbon yang terdapat dalam minyak bumi
fraksi berat tersebut. Penambahan surfaktan mempercepat limbah minyak berat untuk
terdispersi ke dalam air. Rosenberg dan Ron (1996) mengemukakan bahwa
biodegradasi hidrokarbon minyak bumi terjadi bila mikroba menempel di permukaan
butiranbutiran minyak karena enzim oksigenase dibutuhkan untuk memecah rantai
karbon sifatnya terikat pada membran sel.
Pertumbuhan Bakteri
Bakteri merupakan faktor penting dalam proses biodegradasi, baik itu bakteri indigen
maupun bakteri yang telah dikembangkan sendiri. Konsorsium bakteri yang berasal
dari starter (bakteri yang dikembangkan sendiri) dan bakteri indigen yang terdapat
dalam limbah minyak berat sangat berperan dalam proses biodegradasi.

 Pertanyaan Kelompok 7
1. Penanya : Adinda Amaliah
Pertanyaan : Jelaskan bagaimana proses pendekatan bioaugmentasi dan
biostimulasi, serta kekurangan dan kelebihan ke 2 pendekatan tersebut?
Jawaban :
 Bioaugmentasi, dimana mikroorganisme pengurai ditambahkan untuk
melengkapi populasi mikroba yang telah ada
 Biostimulasi, dimana petumbuhan pengurai hidrokarbon asli dirangsang dengan
cara menambahkan nutrient dan/ mengubah habitat.
 Kelebihan
Bioaugmentasi: metode yang paling cocok dan efisien untuk menanggulangi
limbah minyak dalam skala besar, karena dalam metode augmentasi ini mikroba
yang dikulturkan diisolasi secara khusus, pada umumnya dari lingkungan yang
sama dan ditumbuhnkan dalam jumlah yang besar dalam suatu reactor.
Biostimulasi : penambahan nutrisi, yakni nitrogen dan fosfor dapat
meningkatkan laju biodegradasi, keeradaan nutrisi menjadi factor pembatas
dalam proses biodegradasi minyak
 Kekurangan
Bioaugmentasi: mikroba harus diisolsi secara khusus
Biostimulasi : harus menambahakan nutrisi

2. Penanya : Dwi Limiana Br Ginting ingin bertanya


Pertanyaan :Mengapa pada penelitian tersebut menggunakan Metode
landfarming,coba kelompok penyaji jelaskan.!
Jelaskan : Karena Landfarming merupakan salah satu kategori jenis bioremediasi
ex-situ dimana dapat mempersingkat waktu yang dibutuhkan untuk pembersihan
lahan yang terkontaminasi dibandingkan dengan secara fisika, kimia, dan biologi.
Teknik landfarming ini membutuhkan penggalian dan penempatan pada tumpukan-
tumpukan. Tumpukan-tumpukan itu secara berkala dipindahkan untuk dicampur
dan diatur kelembabannya. Pengaturan pH tanah dan penambahan nutrisi
dibutuhkan untuk meningkatkan aktivitas biologi (Poon 1996). Menurut Garcia et
al. (2005), teknik landfarming merupakan metode yang seringkali dipilih untuk
tanah yang terkontaminasi hidrokarbon, karena relatif lebih murah, dan berpotensi
tinggi berhasil. Bioremediasi dengan teknik landfarming telah dilakukan untuk
mengatasi tanah tercemar limbah minyak berat pada industri minyak PT CPI.
Menggunakan mikroba indigen dibutuhkan waktu ± 8 bulan untuk menurunkan
TPH sampai sekitar 4%, yang selanjutnya mikroba ini tidak mampu lagi untuk
menurunkan TPH sampai 1%, sesuai Keputusan MenLH no. 128 Tahun 2003.
Untuk itu dilakukan penelitian yang bertujuan mendapatkan teknik bioremediasi
yang efektif dengan modifikasi yang dilakukan untuk mengatasi limbah minyak
berat yang semakin lama semakin menumpuk dengan menggunakan konsorsium
bakteri yang diperoleh dari limbah minyak berat doan kotoran hewan

Anda mungkin juga menyukai