Anda di halaman 1dari 10

SEJARAH INDONESIA

Kelompok 7
1. Btari Cresti Lecya
2. Charles Mensah
3. Diandra Tahta Ramadhita
4. Elen Saharina
XII MIPA 6
KABINET DJUANDA
( 9 April 1957 – 5 Juli 1959 )
Biografi Djuanda

Nama: Djoeanda Kartawidjaja


Riwayat Pendidikan
Lahir : Tasikmalaya, Jawa
Ir. H. Djuanda menyelesaikan pendidikan
Barat, 14 Januari 1911
sekolah dasarnya di Hollandsch Inlansdsch
Wafat : Jakarta, 7 November
School (HIS) dan kemudian Ia pindah ke
1963 (52 Tahun)
Europesche Lagere School (ELS) yaitu sekolah
Nama Orang tua :
untuk anak orang Eropa dan Ia lulus pada
Ayah: Raden Kartawidjaja
tahun 1924. Setelah itu ia dimasukkan
Ibu: Nyi Monat
ayahnya ke sekolah menengah khusus orang
Wafatnya : 7 November 1963
eropa bernama Hoogere Burgerschool te
di Jakarta kerena serangan
Bandoeng (sekarang ditempati SMA N 3 dan
Jantung dan dimakamkan di
SMA N 5 Bandung) dan Ia lulus pada tahun
Taman Makan Pahlawan
1929. Setelah lulus ia melanjutkan studinya di
Kalibata, Jakarta.
Technische Hoogeschool te Bandoeng
(sekarang Institut Teknologi Bandung) jurusan
Teknik Sipil dan lulus pada tahun 1933.
Penghargaan Dan Gelar Pahlawan
Jabatan Politik: Untuk mengenang jasa beliau, nama
Menteri Pekerjaan Umum Indonesia beliau diabadikan sebagai nama
(29 Januari 1948 – 4 Agustus 1949) lapangan terbang di Surabaya, Jawa
Menteri Perhubungan Indonesia
(2 Oktober 1946 – 4 Agustus 1949)
Timur (Bandara Djuanda). Selain itu
Menteri Perhubungan Indonesia juga nama beliau diabadikan untuk
( 6 September 1950 – 30 Juli 1953) nama hutan Raya di Bandung (Taman
Perdana Menteri Indonesia Hutan Raya Ir. H. Djuanda) dan dalam
 (9 April 1957 – 9 Juli 1959) tanam hutan tersebut terdapat
Menteri Pertahanan Indonesia
(9 April 1957 – 9 Juli 1959)
museum dan monumen Ir. H. Djuanda.
Menteri Keuangan Indonesia Berdasarkan Surat Keputusan Presiden
(10 Juli 1959 – 6 Maret 1962) RI No.244/1963 Ir. H. Djuanda
Kartawidjaja diangkat sebagai
Pahlawan Kemerdekaan Nasional.
Kabinet Djuanda merupakan Zaken Kabinet dengan beban tugas
yang harus dijalankan adalah perjuangan membebaskan irian
barat dan menghadapi keadaan ekonomi dan keuangan yang
memburuk. Kabinet Djuanda untuk menyelesaikan tugasnya
menyusun program kerja yang terdiri dari lima pasal yang dikenal
dengan Panca Karya, sehingga kabinetnya pun dikenal sebagai
Kabinet Karya.
Program Kerja Kabinet Djuanda

Program Kerja Berhasil Gagal

1. Membentuk Dewan Nasional √

2. Normalisasi keadaan Republik Indonesia √

3. Melanjutkan pembatalan KMB √

4. Memperjuangkan Irian Barat kembali ke Republik Indonesia √

5. Mempercepat pembangunan √
Beberapa peristiwa penting pada masa
kerja Kabinet Karya antara lain : Kabinet Karya memang mengalami banyak kesukaran
 Perjuangan Irian Barat yang dipimpin terutama dalam hal pembiayaan.
oleh pemerinth dan digiatkan dalam Kesulitan ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara
aksi pembebasan Irian Barat. lain:
 Pendirian “Gerakan Perjuangan  Biaya menumpas pemberontakan PRRI-
Menyelamatkan Negara Republik PERMESTA begitu besar (sampai pertengahan
Indonesia” pada tanggal 10 Februari 1958 mencapai lebih dari Rp 5.000.000,00)
1958 dengan Husein sebagai ketuanya.  Kekurangan penerimaan karena sistem
 Pendirian “Pemerintah Revolusioner ekonomi barter dan merebaknya
Republik Indonesia” (PRRI) tepat penyelundupan;
setelah berakhirnya masa berlaku  Defisit penerimaan yang begitu besar. Pada
ultimatum “Gerakan Perjuangan tahun 1958 kurang lebih Rp 9.500.000,00 ;
Menyelamatkan Negara Republik tahun 1958 Rp 7.911.000,00 ; sehingga
Indonesia” berakibat inflasi karena pemerintah hanya
 Perjuangan pembebasan Irian Jaya dan mampu menutupinya dengan uang muka
penyatuannya ke dalam wilayah NKRI (pinjaman) dari Bank Indonesia.
sebenarnya telah memberi kesadaran  Disiplin ekonomi masyarakat memang masih
akan perjuangan pembentukan kurang.
keutuhan wilayah negara
Deklarasi Djuanda

Deklarasi Djuanda pertama Isi dari Deklarasi Juanda yang ditulis pada 13
dicetuskan pada tanggal 13 Desember 1957 :
Desember 1957 oleh Perdana 1. Bahwa Indonesia menyatakan sebagai negara
Menteri Indonesia pada saat itu, kepulauan yang mempunyai corak tersendiri
Djuanda Kartawidjaja. Oleh karena 2. Bahwa sejak dahulu kala kepulauan nusantara ini
itu deklarasi ini disebut sebagai sudah merupakan satu kesatuan
3. Ketentuan ordonansi 1939 tentang Ordonansi,
Deklarasi Djuanda mengacu pada
dapat memecah belah keutuhan wilayah
tokoh Deklarasi Djuanda tersebut.
Indonesia.
Secara umum, hasil dari deklarasi Dari deklarasi tersebut mengandung suatu tujuan :
Djuanda adalah deklarasi yang a. Untuk mewujudkan bentuk wilayah Kesatuan
menyatakan kepada dunia bahwa Republik Indonesia yang utuh dan bulat
laut Indonesia adalah termasuk laut b. Untuk menentukan batas-batas wilayah NKRI,
sekitar, di antara dan di dalam sesuai dengan azas negara Kepulauan
kepulauan Indonesia menjadi satu c. Untuk mengatur lalu lintas damai pelayaran yang
kesatuan wilayah NKRI. lebih menjamin keamanan dan keselamatan NKRI
Pembubaran Kabinet Djuanda
Berakhirnya masa kerja Kabinet Karya berawal dari diterimanya gagasan “kembali ke UUD
1945” pada tanggal 19 Februari 1959 yang dicetuskan oleh Nasution dalam konferensi
Komando Daerah Militer pada bulan yang sama. Menurut putusan sidang Kabinet Karya
pada tanggal 19 Februari 1959, Presiden akan menyampaikan amanat kepada Konstituante
berisi permintaan agar UUD 1945 diundangkan kembali. Merujuk pada UUDS 1950, untuk
mengambil keputusan dalam suatu kasus, minimal dua pertiga anggota Konstituante harus
menghadiri sidang, dan dua pertiga dari mereka itu memberikan suara setuju. Akan tetapi
sampai tiga kali Konstituante mengadakan pemungutan suara, ternyata mayoritas yang
diperlukan tidak pernah tercapai, sehingga banyak anggota yang tidak mau lagi menghadiri
sidang-sidang Konstituante. Pihak yang pro bersama pihak militer kemudian mendesak
Presiden Soekarno untuk mengundangkan kembali UUD 1945 dengan dekrit. Dekrit
Presiden yang disampaikan tanggal 5 Juli 1959 berisi :
1. Pembubaran Konstituante. 
2. Berlakunya kembali UUD 1945. 
3. Pemakluman bahwa pembentukan MPRS dan DPAS akan dilakukan dalam waktu
sesingkat- singkatnya. (Moedjanto, 1992:114).
Dengan dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 juli 1959, berakhirlah masa
Demokrasi Liberal.
Kabinet Djuanda akhirnya dibubarkan terhitung mulai tanggal 5 Juli 1959
dan digantikan dengan kabinet kerja.

Anda mungkin juga menyukai