Anda di halaman 1dari 11

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa dan dengan
rahmat dan karunianya, MAKALAH PPKN ini dapat kami buat sebagai tugas kami.Sebagai
bahan pembelajaran kami dengan harapan dapat di terima dan di pahami secara bersama.
Dalam batas-batas tertentu MAKALAH ini memuat Tentang “POLRI” Makalah ini
diajukan guna memenuhi tugas PPKN. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah
ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Akhirnya kami dengan kerendahan hati meminta maaf jika terdapat kesalahan dalam
penulisan atau penguraian MAKALAH kami Dengan Harapan dapat di terima oleh bapak dan
dapat di jadikan sebagai acuan dalam proses pembelajaran kami.

Penyusun,

1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.................................................................................................. 1

Daftar Isi ........................................................................................................... 2

BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................... 3

1.1. Latar Belakang........................................................................................ 3

1.2. Tujuan Penulisan .................................................................................... 4

BAB II. PEMBAHASAN ................................................................................. 5

2.1 Pengertian Polri ...................................................................................... 5


2.2 Sejarah Kepolisian ...................................................................................5
2.3 Tugas Polri............................................................................................... 7
2.4 Wewenang Kepolisian (Polri) ................................................................. 8
2.5 Fungsi Kepolisian .................................................................................... 10

BAB III. PENUTUP ......................................................................................... 11

3.1. Kesimpulan ............................................................................................ 11

3.2. Saran ...................................................................................................... 11

2
BAB I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Di dalam masyarakat yang makin kompleks dan modern, usaha penegakan kaidah
sosial tidak lagi bisa dilakukan hanya dengan mengandalkan kesadaran warga masyarakat
atau pada rasa sungkan warga masyarakat itu sendiri. Usaha penegakan kaidah sosial di
dalam masyarakat yang makin modern, tak pelak harus dilakukan dan dibantu oleh
kehadiran aparat petugas kontrol sosial. Di dalam berbagai masyarakat, beberapa aparat
petugas kontrol sosial yang lazim dikenal adalah aparat kepolisian, pengadilan, sekolah,
lembaga keagamaan, adat, tokoh masyarakat seperti kiai-pendeta-tokoh yang dituakan,
dan sebagainya.
Polisi adalah bagian struktural dari bangunan masyarakat, baik masyarakat modern
maupun tradisional. Polisi adalah penjaga keamanan, ketertiban dan ketentraman warga
masyarakat. Polisi dan masyarakat merupakan simbiosa yang sangat erat dan tidak dapat
dipisahkan, laksana ikan dengan airnya. Begitu erat dan mesranya hubungan tersebut,
sampai ada beberapa golongan masyarakat tertentu yang menjadikan polisi sebagai figur
panutan, segala gerik-geriknya dijadikan contoh dalam perilaku masyarakat. Namun tidak
sedikit pula masyarakat yang memandang polisi dengan ‘sebelah mata’. Polisi dianggap
sebagai ancaman bagi keselamatan masyarakat. Hal tersebut disebabkan oleh adanya
perilaku dari segelintir ‘oknum’ polisi yang menyakiti masyarakat. Akhirnya bermuara
pada munculnya anggapan sinis masyarakat secara gebyah uyah bahwa perilaku polisi
begitu semua, yaitu selalu menyengsarakan masyarakat.
Kalau keberadaan polisi merupakan lawan bagi penjahat, itu sudah pasti. Pandangan
demikian tidak perlu diperdebatkan, karena tugas polisi adalah memburu penjahat dan
menyeretnya ke pengadilan. Tetapi apabila polisi merupakan lawan bagi masyarakat yang
diayomi dan dilindungi, hal itu adalah luar biasa.
Akhir-akhir ini Indonesia sedang mewabah penyakit ‘Aparat Pembunuh Rakyat’ dan
tidak lagi bisa menjaga, mengayomi dan melindungi rakyat. Menendang, menembaki
bahkan membunuh rakyat sudah menjadi kebiasaan yg lazim dilakukannya. Polisi vs
rakyat Indonesia sekarang seperti Israel vs Palestina. Dimana Hak Asasi Manusia yang
seharusnya dilindungi POLISI ?

3
1.2 Tujuan

1.2.1 Untuk mengetahui apa saja peran Polri di Indonesia

1.2.2 Untuk mengetahui wewenanag-wewenang Polri di Indonesia

1.2.3 Untuk mengetahui sejarah Polsi di Indonesia

4
BAB II Pembahasan

2.1 Pengertian Kepolisian

Kepolisian Negara Republik Indonesia ( Polri ) dikatakan alat negara yang berperan
dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum serta
memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka
terpeliharanya keamanan dalam negeri. ( Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Pasal 5 ayat
(1) ).

Polri yang dikenal dewasa ini adalah Kepolisian yang telah dibentuk sejak tanggal 19
Agustus 1945, Polri mencoba memakai sistem kepolisian federal membawah di Departemen
Dalam Negeri dengan kekuasaan terkotak-kotak antar provinsi bahkan antar karasidenan.
Maka mulai tanggal 1 Juli 1946 Polri menganut sistem Kepolisian Nasional (The Indonesian
National Police). Sistem kepolisian ini dirasa sangat pas dengan Indonesia sebagai negara
kesatuan, karenanya dalam waktu singkat Polri dapat membentuk komando-komandonya
sampai ke tingkat sektor (kecamatan). Dan sistem inilah yang dipakai Polri sampai sekarang.

2.2 Sejarah Lahirnya Kepolisian Republik Indonesia

LAHIR, tumbuh dan berkembangnya Polri tidak lepas dari sejarah perjuangan
kemerdekaan Republik Indonesia sejak Proklamasi. Kemerdekaan Indonesia, Polri telah
dihadapkan pada tugas-tugas yang unik dan kompleks. Selain menata keamanan dan
ketertiban masyarakat di masa perang, Polri juga terlibat langsung dalam pertempuran
melawan penjajah dan berbagai opersai militer bersama-sama satuan angkatan bersenjata
yang lain. Kondisi seperti ini dilakukan oleh Polri karena Polri lahir sebagai satu-satunya
satuan bersenjata yang relatif lebih lengkap. Hanya empat hari setelah kemerdekaan, tepatnya
tanggal 21 Agustus 1945, secara tegas pasukan polisi segera memproklamirkan diri sebagai
Pasukan Polisi Republik Indonesia dipimpin oleh Inspektur Kelas I (Letnan Satu) Polisi
Mochammad Jassin di Surabaya, langkah awal yang dilakukan selain mengadakan
pembersihan dan pelucutan senjata terhadap tentara Jepang yang kalah perang, juga
membangkitkan semangat moral dan patriotik seluruh rakyat maupun satuan-satuan
bersenjata yang sedang dilanda depresi dan kekalahan perang yang panjang. Tanggal 29
September 1945 tentara Sekutu yang didalamnya juga terdapat ribuan tentara Belanda
menyerbu Indonesia dengan dalih ingin melucuti tentara Jepang. Pada kenyataannya pasukan
sekutu tersebut justru ingin membantu Belanda menjajah kembali Indonesia. Oleh karena itu
perang antara sekutu dengan pasukan Indonesiapun terjadi dimana-mana. Klimaksnya terjadi

5
pada tanggal 10 Nopember 1945, yang dikenal sebagai "Pertempuran Surabaya". Tanggal itu
kemudian dijadikan sebagai hari Pahlawan secara Nasional yang setiap tahun diperingati oleh
bangsa Indonesia Pertempuran 10 Nopember 1945.di Surabaya menjadi sangat penting dalam
sejarah Indonesia, bukan hanya karena ribuan rakyat Indonesia gugur, tetapi lebih dari itu
karena semangat heroiknya mampu menggetarkan dunia dan PBB akan eksistensi bangsa dan
negara Indonesia di mata dunia. Andil pasukan Polisi dalam mengobarkan semangat
perlawanan rakyat ketika itupun sangat besar.alam menciptakan keamanan dan ketertiban
didalam negeri, Polri juga sudan banyak disibukkan oleh berbagai operasi militer,
penumpasan pemberontakan dari DI & TII, PRRI, PKI RMS RAM dan G 30 S/PKI serta
berbagai penumpasan GPK. Dalam perkembangan paling akhir dalam kepolisian yang
semakin modern dan global, Polri bukan hanya mengurusi keamanan dan ketertiban di dalam
negeri, akan tetapi juga terlibat dalam masalah-masalah keamanan dan ketertiban regional
maupun internasional, sebagaimana yang di tempuh oleh kebijakan PBB yang telah meminta
pasukan-pasukan polisi, termasuk Indonesia, untuk ikut aktif dalam berbagai operasi
kepolisian, misalnya di Namibia (Afrika Selatan) dan di Kamboja (Asia).
Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) adalah Kepolisian Nasional di
Indonesia, yang bertanggung jawab langsung di bawah Presiden. Polri mengemban tugas-
tugas kepolisian di seluruh wilayah Indonesia. Polri dipimpin oleh seorang Kepala Kepolisian
Negara Republik Indonesia (Kapolri).

1. Masa Kerajaan

Bibit awal mula terbentuknya kepolisian sudah ada pada zaman Kerajaan Majapahit.
Pada saat itu patih Gajah Mada membentuk pasukan pengamanan yang disebut dengan
Bhayangkara yang bertugas melindungi raja dan kerajaan. Maka dari itu hingga saai ini sosok
Gajah Mada merupakan simbol Kepolisian RI dan sebagai penghormatan, Polri membangun
patung Gajah Mada di depan Kantor Mabes Polri dan nama Bhayangkara dijadikan sebagai
nama pasukan Kepolisian.
2. Masa kolonial Belanda
Pada masa kolonial Belanda, pembentukan pasukan keamanan diawali oleh
pembentukan pasukan-pasukan jaga yang diambil dari orang-orang pribumi untuk menjaga
aset dan kekayaan orang-orang Eropa di Hindia Belanda pada waktu itu. Pada tahun 1867
sejumlah warga Eropa di Semarang, merekrut 78 orang pribumi untuk menjaga keamanan
mereka.
Wewenang operasional kepolisian ada pada residen yang dibantu asisten residen.
Rechts politie dipertanggungjawabkan pada procureur generaal (Jaksa agung). Pada masa
Hindia Belanda terdapat bermacam-macam bentuk kepolisian, seperti veld politie (polisi
lapangan) , stands politie (polisi kota), cultur politie (polisi pertanian), bestuurs politie (polisi
pamong praja), dan lain-lain.
Sejalan dengan administrasi negara waktu itu, pada kepolisian juga diterapkan
pembedaan jabatan bagi bangsa Belanda dan pribumi. Pada dasarnya pribumi tidak
diperkenankan menjabat hood agent (bintara), inspekteur van politie, dan commisaris van
politie. Untuk pribumi selama menjadi agen polisi diciptakan jabatan seperti mantri polisi,
asisten wedana, dan wedana polisi.
Kepolisian modern Hindia Belanda yang dibentuk antara tahun 1897-1920 adalah merupakan
cikal bakal dari terbentuknya Kepolisian Negara Republik Indonesia saat ini.
3. Masa pendudukan Jepang
Pada masa ini Jepang membagi wiliyah kepolisian Indonesia menjadi Kepolisian Jawa
dan Madura yang berpusat di Jakarta, Kepolisian Sumatera yang berpusat di Bukittinggi,

6
Kepolisian wilayah Indonesia Timur berpusat di Makassar dan Kepolisian Kalimantan yang
berpusat di Banjarmasin.
Tiap-tiap kantor polisi di daerah meskipun dikepalai oleh seorang pejabat kepolisian
bangsa Indonesia, tapi selalu didampingi oleh pejabat Jepang yang disebut sidookaan yang
dalam praktik lebih berkuasa dari kepala polisi.
4. Awal kemerdekaan Indonesia (Periode 1945-1950)
Tidak lama setelah Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu, pemerintah militer
Jepang membubarkan Peta dan Gyu-Gun, sedangkan polisi tetap bertugas, termasuk waktu
Soekarno-Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945.
Secara resmi kepolisian menjadi kepolisian Indonesia yang merdeka.
Inspektur Kelas I (Letnan Satu) Polisi Mochammad Jassin, Komandan Polisi di
Surabaya, pada tanggal 21 Agustus 1945 memproklamasikan Pasukan Polisi Republik
Indonesia sebagai langkah awal yang dilakukan selain mengadakan pembersihan dan
pelucutan senjata terhadap tentara Jepang yang kalah perang, juga membangkitkan semangat
moral dan patriotik seluruh rakyat maupun satuan-satuan bersenjata yang sedang dilanda
depresi dan kekalahan perang yang panjang. Sebelumnya pada tanggal 19 Agustus 1945
dibentuk Badan Kepolisian Negara (BKN) oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(PPKI). Pada tanggal 29 September 1945 Presiden Soekarno melantik R.S. Soekanto
Tjokrodiatmodjo menjadi Kepala Kepolisian Negara (KKN).
Pada awalnya kepolisian berada dalam lingkungan Kementerian Dalam Negeri
dengan nama Djawatan Kepolisian Negara yang hanya bertanggung jawab masalah
administrasi, sedangkan masalah operasional bertanggung jawab kepada Jaksa Agung.
Kemudian mulai tanggal 1 Juli 1946 dengan Penetapan Pemerintah tahun 1946 No. 11/S.D.
Djawatan Kepolisian Negara yang bertanggung jawab langsung kepada Perdana
Menteri.Tanggal 1 Juli inilah yang setiap tahun diperingati sebagai Hari Bhayangkara hingga
saat ini

2.3 Tugas Polri

Tugas kepolisian adalah merupakan bagian dari pada Tugas Negara dan untuk
mencapai keseluruhannya tugas itu, maka diadakanlah pembagian tugas agar mudah dalam
pelaksanaan dan juga koordinasi, karena itulah di bentuk organisasi polisi yang kemudian
mempunyai tujuan untuk mengamankan dan memberikan perlindungan kepada masyarakat
yang berkepentingan, terutama mereka yang melakukan suatu tindak pidana.

Menurut G. Gewin (Djoko Prakoso,1987:136) Tugas Polisi adalah sebagai berikut :

7
“Tugas polisi adalah bagian daripada tugas negara perundang-undangan dan pelaksanaan
untuk menjamin tata tertib ketentraman dan keamanan, menegakkan negara, menanamkan
pegertian, ketaatan dan kepatuhan”.

Tugas polisi dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1961 tentang Ketentuan-


Ketentuan Pokok Polisi Negara Republik Indonesia, telah ditentukan didalamnya yakni
dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1961, (1985 : 2) menyatakan sebagai berikut:

(1) Kepolisian Negara Republik Indonesia, selanjutnya disebut Kepolisian Negara ialah alat
negara penegak hukum yang terutama bertugas memelihara keamanan dalam negeri.

(2) Kepolisian Negara dalam menjalankan tugasnya selalu menjunjung tinggi hak-hak asasi
rakyat dan hukum negara.

Dalam Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1974 dalam butir 31 butir a
(Djoko Prakoso.1987:183) menyebutkan tugas dari kepolisian adalah sebagai berikut :

“Kepolisian Negara Republik Indonesia disingkat Polri bertugas dan bertanggung jawab
untuk melaksanakan : segala usaha dan kegiatan sebagai alat negara dan penegak hukum
terutama dibidang pembinaan keamanan da ketertiban masyarakat, sesuai dengan Undang-
Undang Nomor 13 Tahun 1961 dan Keputusan Presiden Nomor 52 Tahun 1969”.

Dari berbagai peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang tugas Polisi


Republik Indonesia seperti yang disebutkan di atas, maka jelaslah bahwa tugas Polisi
Republik Indonesia sangat luas yang mencakup seluruh instansi mulai dari Departemen
Pertahanan Keamanan sampai pada masyarakat kecil semua membutuhkan polisi sebagai
pengaman dan ketertiban masyarakat.

Untuk melaksanakan tugas dan membina keamanan dan ketertiban masyarakat, Polisi
Republik Indonesia berkewajiban dengan segala usaha pekerjaan dan kegiatan untuk
membina keamanan dan ketertiban masyarakat.

Polisi sebagai pengayom masyarakat yang memberi perlindungan dan pelayanan


kepada masyarakat bagi tegaknya ketentuan peraturan perundang-undangan, tidak terlepas
dari suatu aturan yang mengikat untuk melakukan suatu tindakan dalam pelaksanaan
tugasnya yang telah digariskan dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1961 pada Bab III,
bahwa kewajiban dan wewenang kepolisian dalam menjalankan tugasnya harus bersedia
ditempatkan di mana saja dalam Wilayah Negara Republik Indonesia.

2.4 Wewenang Kepolisian ( Polri )

Sebagai wujud dari peranan Polri dalam rangka menyelenggarakan tugas sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 13 dan 14 Kepolisian Negara Republik Indonesia secara umum
berwenang:

8
1. menerima laporan dan/atau pengaduan;
2. membantu menyelesaikan perselisihan warga masyarakat yang dapat menganggu
ketertiban umum;
3. mencegah dan menanggulangi tumbuhnya penyakit masyarakat;
4. mengawasi aliran yang dsapat menimbulkan perpecahan atau mengancam persatuan
dan kesatuan bangsa;
5. mengeluarkan peraturan kepolisian dalam lingkup kewenangan administratif
kepolisian;
6. melaksanakan pemeriksaan khusus sebagai bagian dari tindakan kepolisian dalam
rangka pencegahan;
7. melakukan tindakan pertama di tempat kejadian;
8. mengambil sidik jari dan identitas lainnya serta memotret seseorang;
9. mencari keterangan dan barang buktu;
10. menyelenggarakan Pusat Informasi Kriminal Nasional;
11. mengeluarkan surat izin dan/atau surat keterangan yang diperlukan dalam rangka
pelayanan masyarakat;
12. memberikan bantuan penamanan dalam sidang dan pelaksanaan putusan pengadilan,
kegiatan instansi lain, serta kegiatan masyarakat;
13. menerima dan menyimpan barang temuan untuk sementara waktu.

Polri sesuai dengan peraturan perundang-undangan lainnya berwenang:

1. Memberikan izin dan mengawasi kegiatan keramaian umum dan kegiatan masyarakat
lainnya;
2. Menyelenggarakan registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor;
3. Memberikan surat izin mengemudi kendaraan bermotor;
4. Menerima pemberitahuan tentang kegiatan politik;
5. Memberikan izin operasional dan melakukan pengawasan senjata api, bahan peledak,
dan senjata tajam;
6. Memberikan izin operasional dan melakukan pengawasan terhadap badan usaha di
bidang jasa pengamanan;
7. Memberikan petunjuk, mendidik, dan melatih aparat kepolisian khusus dan petugas
pengamanan swakarsa dalam bidang teknis kepolisian;
8. Melakukan kerja sama dengan kepolisian negara lain dalam menyidik dan
memberantas kejahatan internasional;
9. Melakukan pengawasan fungsional kepolisian terhadap orang asing yang berada di
wilayah Indonesia dengan koordinasi instansi terkait;
10. Mewakili pemerintah Republik Indonesia dalam organisasi kepolisian internasional;
11. Melaksnakan kewenangan lain yang termasuk dalam lingkup tugas kepolisian.

Tata cara pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf a dan diatur
lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

9
Sedangkan dalam rangka menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1
dan 14 di bidang proses pidana, Kepolisian Negara Republik Indonesia berwenang untuk:

1. Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan penyitaan;


2. Melarang setiap orang meninggalkan atau memasuki tempat kejadian perkara untuk
kepentingan penyidikan;
3. Membawa dan menghadapkan orang kepada penyidik dalam rangka penyidikan;
4. Menyuruh berhenti orang yang dicurigai dan menanyakan serta memeriksa tanda
pengenal diri;
5. Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat;
6. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;
7. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan
perkara;
8. Mengadakan penghentian penyidikan;
9. Menyerahkan berkas perkara kepada penuntut umum;
10. Mengajukan permintaan secara langsung kepada pejabat imigrasi yang berwenang di
tempat pemeriksaan imigrasi dalam keadaan mendesak atau mendadak untuk
mencegah atau menangkal orang yang disangka melakukan tindak pidana;
11. Memberi petunjuk dan bantuan penyidikan kepada penyidik pegawai negeri sipil serta
menerima hasil penyidikan penyidik pegawai negeri sipil untuk diserahkan kepada
penuntut umum; dan
12. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab.

Tindakan lain sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf 1 adalah tindakan penyelidikan
dan penyidikan yang dilaksanakan jika memenuhi syarat sebagai berikut:

1. Tidak bertentangan dengan suatu aturan hukum;


2. Selaras dengan kewajiban hukum yang mengharuskan tindakan tersebut dilakukan;
3. Harus patut, masuk akal, dan termasuk dalam lingkungan jabatannya;
4. Pertimbangan yang layak berdasarkan keadaan yang memaksa; dan
5. Menghormati hak asasi manusia.

2.5 Fungsi Kepolisian

Pasal 2 :” Fungsi Kepolisian adalah salah satu fungsi pemerintahan Negara di bidang
pemelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, penegak hukum, perlindungan,
pengayoman dan pelayanan masyarakat”. Sedangkan Pasal 3: “(1) Pengemban fungsi
Kepolisian adalah Kepolisian Negara Republik Indonesia yang dibantu oleh : a. Kepolisian
khusus, b. Pegawai negri sipil dan/atau c. Bentuk-bentuk pengamanan swakarsa. (2)
Pengemban fungsi Kepolisian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a,b, dan c,
melaksanakan fungsi Kepolisian sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang menjadi
dasar hukum masing-masing.

10
BAB III Penutup

3.1 Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa Kepolisian Negara Republik Indonesia ( Polri ) dikatakan
alat negara yang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat,
menegakkan hukum serta memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada
masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri.

3.2 Saran
Segala penyimpangan dan perbuatan nista oleh segelintir oknum polisi harus ditindak
tegas oleh Pimpinan Polri, tidak perlu ditutupi dan berkelit mencari berbagai alasan
pembenar. Karena, perbuatan menyimpang oleh segelintir polisi akan merusak citra seluruh
korps kepolisian.
Oleh karena itu, yang diperlukan sekarang adalah keefektifan mekanisme kerja,
profesionalisme, saling pengertian dan komunikasi antara polisi dengan masyarakat. Melalui
komunikasi antara jajaran Polri dengan masyarakat maka akan terjalin sebuah sikap
keterbukaan dan saling pengertian.

11

Anda mungkin juga menyukai