Anda di halaman 1dari 11

CONTOH 10 KASUS PELANGGARAN HAM

1. Penembakan Buruh Pt.Freeport Pelanggaran Ham

Kasus:
Pada hari Senin 10 Oktober 2011 pagi pukul 09.00 WPB terjadi penembakan di Terminal Bus
Gorong-gorong. Insiden ini bermula ketika ribuan karyawan yang sejak 15 September lalu
menggelar aksi mogok kerja, hendak naik menuju areal tambang di Tembagapura melalui
terminal Gorong-gorong. Namun, pihak manajemen Freeport dibantu aparat kepolisian
menghadang.
Tujuan naik untuk menutup Freeport karena hingga saat ini manajemen tidak mau berunding.
Lantas, saat menuju terminal bus Freeport, mereka dihadang dan kemudian ditembaki aparat.
Tembakan dari Polisi kepada karyawan. Tembakan dari polisi mengenai karyawan berjumlah
8 Orang. 1 orang langsung Tewas ditempat, 2 Luka Parah dan lainnya luka ringan.

Solusi:
Menyikapi tragedi kekerasan dan pelanggaran hak asasi manusia
(HAM) yang terus berlangsung di tanah Papua, khususnya pada
peristiwa penembakan terhadap peserta aksi mogok kerja serikat
pekerja PT. Freeport yaitu :
1. PT. Freeport harus bertanggungjawab terhadap korban tragedi pelanggaran hak asasi
manusia baik terhadap buruh-buruhya.
2. Mendesak Negara segera menghentikan tindakan kekerasan dalam penyelesaian
konflik dengan rakyatnya, dan bertanggungjawab terhadap berbagai tragedi kekerasan
dan pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan oleh para aparatusnya.
3. Mendesak Presiden RI bertanggungjawab terhadap tragedi penembakan yang terjadi
terhadap serikat pekerja PT. Freeport Indonesia. Mencopot Kapolri dan Kapolda
Papua atas tragedi ini dan tindakan repressif lainnya yang dilakukan terhadap rakyat
di berbagai daerah.
4. Mendukung sepenuhnya perjuangan yang dilakukan oleh Serikat Pekerja PT. Freeport
Indonesia atas hak-haknya.

2. Perambah Hutan Di Register 45 Kabupaten Mesuji, Lampung

Kasus :
Kasus pengelolaan lahan milik adat di areal kawasan Hutan Tanaman Industri Register 45
Way Buaya tepatnya di Talang Pelita Jaya Desa Gunung Batu. Pemicu konflik terkait
perkebunan sawit adalah karena pihak perkebunan sawit telah merampas dan menguasai
tanah warga dalam waktu yang lama mulai 10 – 17 tahun. Dan warga tidak satu rupiah-pun
mendapatkan manfaat dari hasil kebun sawit itu.
Tindakan sewenang-wenang perusahaan ini selalu berlindung atas UU perkebunan Nomor 18
tahun 2004. Dimana UU ini telah memberikan legalitas yang sangat kuat kepada perusahaan-
perusahaan perkebunan untuk mengambil tanah-tanah yang dikuasai rakyat. Pasal-pasal
dalam UU ini dengan jelas memberikan ruang yang besar kepada perusahaan perkebunan
baik swasta maupun pemerintah untuk terus melakukan tindakan kekerasan dan kriminalisasi
terhadap petani.

Solusi :
1. Mendesak DPR untuk segera melakukan interpelasi
2. Mendesak Presiden untuk melakukan evalusi terhadap POLRI dan menempatkannya
dalam lingkungan Departemen Dalam Negeri
3. Mendesak KAPOLRI agar segera menarik seluruh pasukan Brimob dari dalam areal
perkebunan sawit dan menghukum berat pelaku penembakan petani serta tidak
terlibat dalam sengketa agraria
4. Mendesak POLRI untuk menghentikan proses kriminalisasi terhadap petani di
Mesuji dan memberikan pertanggungan atas seluruh biaya yang ditimbulkan atas
para korban baik yang meninggal dan masih dirawat di rumah sakit
5. Mendesak Komnas HAM untuk mengumumkan bahwa kasus di Mesuji merupakan
pelanggaran HAM Berat.
6. Mendesak Presiden untuk segar turun memimpin penghentian tindak pelanggaran
HAM disemua sector.

3. Kasus Ambon Tahun 1999

Kasus :
Konflik dan pertikaian yang melanda masyarakat Ambon-Lease sejak Januari 1999 telah
berkembang menjadi aksi kekerasan brutal yang merenggut ribuan jiwa dan menghancurkan
semua tatanan kehidupan bermasyarakat.
Tidak heran bahwa awal dari kerusuhan ini tidak lain berawal dari sentimen agama yang
diprovokasi oleh masing-masing agama, mengingat kecenderungan di masing-masing agama
sama banyak. Konflik pertama-tama dipicu oleh kejadian pertengkaran personal antara
seorang sopir angkutan umum dan seorang pemuda yang sudah dianggap biasa oleh
masyarakat Ambon pada umumnya. Ada dua versi, dari Islam dan Kristen, yang beredar di
masyarakat. Pertengkaran personal ini kemudian meluas menjadi pertikaian antar kelompok
agama dan suku yang meledak menjadi kerusuhan.

Solusi :
1. Melakukan penegakan hukum secara tegas dan bijaksana, tanpa pandang bulu. memberi
rasa adil dan kepuasan dari para korban terhadap mereka yang secara nyata telah
melakukan tindak kriminalitas.
2. Meminta secara serius perhatian para pemuka agama untuk secara sistimatis melakukan
pelayanan-pelayanan yang bersifat pastoral agar kehidupan umat khususnya para korban
bisa memperoleh penghiburan. Dengan demikian, diharapkan pemulihan kondisi
psikologis ini dapat membantu meredanya keinginan-keinginan balas dendam.
3. Masyarakat Ambon juga harus selalu menjaga kesejukan, perdamaian, serta tidak mudah
terpancing oleh desas-desus. Alhasil, masyarakat di sana bisa terhindar dari pertikaian
dan kekerasan.
4. Harus ada komunikasi yang baik dari semua unsur politik dan kemasyarakatan, ulama,
gereja dan kepemudaan

4. Kasus Bom Bali

Kasus :
Kasus Bom Bali juga menjadi salah satu kasus pelanggaran HAM terbesar di Indonesia.
Peristiwa ini terjadi pada 12 November 2002, di mana terjadi peledakan bom oleh kelompok
teroris di daerah Legian Kuta, Bali. Total ada 202 orang yang meninggal dunia, baik dari
warga lokal maupun turis asing mancanegara yang sedang berlibur. Akibat peristiwa ini,
terjadi kepanikan di seluruh Indonesia akan bahaya teroris yang terus berlangsung hingga
tahun-tahun berikutnya.
Korban terbanyak adalah warga Australia yang sedang berlibur di Bali. Hal ini juga sempat
membuat hubungan Indonesia dengan Australia retak karena pemerintah kita tak kunjung
berhasil mengeksekusi mati pelaku peledakan bom di Bali tersebut.

Solusi :
1. Polisi sebagai aparat penegak hukum sudah saatnya meningkatkan kualitas
intelijennya untuk menghadapi terorisme yang juga semakin kompleks modus
operasinya. Sudah saatnya polisi maupun pihak terkait memiliki kemampuan untuk
mengendus jaringan-jaringan yang mampu dan memiliki kemungkinan untuk
melakukan aksi terorisme, sehingga penanggulangan yang dilaksanakan bukan hanya
reaktif pasca terjadinya terorisme saja.
2. Dan yang harus kita ingat bahwa aksi-aksi terorisme tidak bisa hanya dilakukan
dengan cara hard power saja seperti dengan kekerasan untuk menangkap atau
penyergapan teroris, namun dibutuhkan pula cara soft power seperti sosialisme nilai-
nilai pancasila, pemahaman ideologi, melakukan dialog-dialog dengan kelompok
yang memiliki kemungkinan dalam aksi terorisme serta deradikalisasi.
3. Peran serta masyarakat, baik masyrakat Indonesia pada umumnya maupun
masyarakat Bali pada khususnya dalam memberantas terorisme juga sangat
dibutuhkan. Karena teroris juga hidup di dalam masyarakat, sehingga seharusnya
masyarakat sudah mengenali sejak awal gerak-gerik serta karakter orang
disekitarnya. Kemudian segera laporkan kepada pihak berwajib apabila terdapat
keanehan serta kejanggalan di sekitar kita. Namun, meskipun demikian pihak yang
berwajib tersebut tidak seharusnya langsung begitu saja menangkap orang yang
dicurigai, selidiki dulu apakah benar mereka adalah teroris. Jangan sampai
penangkapan dan penyergapan teroris menjadi salah sasaran dan melanggar hak asasi
manusia.

5. Peristiwa Tanjung Priok


Kasus :
1. Petugas koramil menyiram pengumuman yang tertempel di tembok mushala dengan air
got (comberan)
2. Pembakaran motor anggota koramil oleh orang tidak dikenal yang menyebabkan pihak
koramil tidak terima.

Hak Yang Dilanggar


Dibunuhnya jamaah-jamaah pengajian oleh pasukan ABRI

Solusi :
1. Warga seharusnya tidak melakukan demonstrasi karena bisa berakibat pada
kerusuhan.
2. Jika melakukan demonstrasi, seharusnya kedua belah pihak yaitu ABRI dan warga
menahan emosi agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
3. Pelaku pembunuhan (ABRI) wajib diadili dengan seadil-adilnya agar menimbulkan
efek jera.

6. Penculikan aktivis 1997/1998

Kasus :
Peristiwa penghilangan orang secara paksa atau penculikan terhadap para aktivis pro-
demokrasi yang terjadi menjelang pelaksanaan Pemilihan Umum (Pemilu) tahun 1997 dan
Sidang Umum Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) tahun 1998 Jakarta Selatan.
Peristiwa penculikan ini dipastikan berlangsung dalam tiga tahap: Menjelang pemilu Mei
1997, dalam waktu dua bulan menjelang sidang MPR bulan Maret, sembilan di antara mereka
yang diculik selama periode kedua dilepas dari kurungan dan muncul kembali. Beberapa di
antara mereka berbicara secara terbuka mengenai pengalaman mereka. Tapi tak satu pun dari
mereka yang diculik pada periode pertama dan ketiga muncul.[1]Selama periode 1997/1998,
KONTRAS (Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan) mencatat 23 orang
telah dihilangkan oleh alat-alat negara. Dari angka itu, 1 orang ditemukan meninggal
(Leonardus Gilang), 9 orang dilepaskan penculiknya, dan 13 lainnya masih hilang hingga hari
ini.

Solusi :
1. Mendekati Pemilihan Umum 2009, Panitia Khusus Dewan Perwakilan Rakyat
tentang Penculikan Aktivis 1997/1998 hidup lagi. Pansus juga berencana memanggil
Wiranto, Prabowo Subianto, Sutiyoso, dan Susilo Bambang Yudhoyono yang diduga
terlibat dalam kasus itu.
2. Saat kasus ini terjadi, Jenderal TNI (Purn) Wiranto menjabat Panglima ABRI/TNI,
Letjen TNI (Purn) Prabowo Subianto sebagai Komandan Jenderal Kopassus, Letjen
TNI (Purn) Sutiyoso sebagai Panglima Kodam Jaya, dan Jenderal TNI Susilo
Bambang Yudhoyono sebagai Assospol Kassospol ABRI.
3. 28 September 2009, Panitia Khusus Penghilangan Orang secara Paksa (Pansus Orang
Hilang) merekomendasikan pemerintah, dalam hal ini Kejaksaan Agung, segera
membentuk Pengadilan HAM Ad Hoc untuk mengadili aktor-aktor di balik
penculikan aktivis pro demokrasi di tahun 1998-1999.

7. Pelanggaran HAM di TIMOR-TIMUR (1974-1999)

Kasus :
Timor Leste adalah negara baru yang berdiri secara resmi berdasarkan jajak pendapat tahun
1999. Dulunya, ketika masih tergabung dengan Republik Indonesia bernama Timor Timur,
propinsi ke-27. Pemisahan diri Timor Timur memang diwarnai dengan suatu tindak
kekerasan berupa pembakaran yang dilakukan oleh milisi yang kecewa dengan hasil
referendum.
Disebutkan telah terjadi pembantaian terhadap 102.800 warga Timor Timur dalam kurun
waktu 24 tahun, yakni ketika Timtim masih tergabung dengan Indonesia (1974-1999). Sekitar
85 persen dari pelanggaran HAM, menurut laporan CAVR, dilakukan oleh pasukan
keamanan Indonesia.

Solusi :
Pemerintah RI mengeluarkan dua opsi pada tanggal 27 Januari 1999 menyangkut masa depan
Timor Timur yaitu menerima atau menolak otonomi khusus, maka pada tanggal 5 Mei 1999
di New York ditandatangani perjanjian antara pemerintah Indonesia dan pemerintah Portugal
di bawah payung PBB, tentang penyelenggaraan jajak pendapat di Timor Timur termasuk
pengaturan tentang pemeliharaan perdamaian dan keamanan di Timor Timur.

8. Penembakan Misterius (1982-1985)

Kasus :
Diantara tahun 1982-1985, peristiwa ini mulai terjadi. ‘Petrus’ adalah sebuah peristiwa
penculikan, penganiayaan dan penembakan terhadap para preman yang sering menganggu
ketertiban masyarakat. Pelakunya tidak diketahui siapa, namun kemungkinan pelakunya
adalah aparat kepolisian yang menyamar (tidak memakai seragam). Kasus ini termasuk
pelanggaran HAM, karena banyaknya korban Petrus yang meninggal karena ditembak.
Kebanyakan korban Petrus ditemukan meninggal dengan keadaan tangan dan lehernya diikat
dan dibuang di kebun, hutan dan lain-lain. Terhitung, ratusan orang yang menjadi korban
Petrus, kebanyakan tewas karena ditembak.

Solusi :
Aparat keamanan di Yogyakarta melakukan Operasi Penumpasan Kejahatan (OPK) terhadap
para gali ini dikarenakan tindak kejahatan para gali sudah sangat keterlaluan, bahkan
masyarakat DIY cenderung lebih takut kepada gali dibanding aparat kepolisian. Turunnya
militer dalam operasi OPK diakui sendiri oleh Letkol M. Hasbi yang saat itu sebagai
Komandan kodim 0734 yang sekaligus merangkap Kepala Staf Garnisun Yogyakarta.

9. Kasus Penganiayaan di SDN Makasar 09 Pagi

Kasus :
Kasus penganiayaan dialami oleh Renggo Kadapi (11) di SDN Makasar 09 Pagi, Jakarta
Timur oleh kakak kelasnya. Diduga Renggo dianiaya karena tidak sengaja menjatuhkan
makanan kakak kelasnya tersebut. Kasus ini terjadi pada tanggal 28 April 2014.

Solusi :
Kasus dilaporkan dan diperiksa oleh Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Metro
Jakarta Timur. Polisi menerapkan Undang-Undang Peradilan Anak dalam kasus dugaan
penganiayaan Renggo Kadapi (10) oleh S (11), siswa kelas VI SDN 09 Pagi Makassar.
Dalam UU Peradilan Anak ini, ada upaya penyelesaian di luar pengadilan sehingga diduga
pelaku yang masih berusia di bawah 12 tahun tidak harus dipenjara.

10. Kasus Pelecehan Siswa JIS

Kasus :
Beberapa siswa TK di Jakarta International School, Cilandak, Jakarta Selatan mengalami
pelecehan seksual. Pelaku merupakan petugas kebersihan di sekolah. Keluarga korban
melapor pada polisi tanggal 22 Maret 2014.

Solusi :
Pihak kepolisian dan KPAI mengusut kasus tersebut dan pada awalnya berhasil menangkap
dua orang tersangka petugas kebersihan. Namun kasus di JIS tersebut semakin berkembang
disusul informasi tentang jaringan pedofilia yang juga dikejar oleh FBI yang ada di JIS.

CONTON 10 KASUS PELANGGARAN HUKUM

1. Kasus Mafia Hukum

Kasus :
Aksi sidak Satuan Tugas Pemberantasan Mafia Hukum berhasil. Seorang terpidana kasus
penyuapan petugas, Artalyta Suryani, kedapatan mendapatkan fasilitas mewah di dalam
Rutan Pondok Bambu, tempatnya ditahan. Bukan hanya mendapatkan ruangan yang serba
wah, Satgas juga menemukan yang bersangkutan sedang dirawat oleh seorang dokter
spesialis. Ia memperoleh perawatan khusus dari dokter yang didatangkan dari luar Rutan.
Luar biasa! Seorang terpidana yang menyeret nama Jaksa Urip dan petinggi Kejaksaan
Agung, berada dalam penjara dengan fasilitas luar biasa, mulai dari pendingin ruangan,
telepon, ruang kerja, bahkan ruang tamu. Ia juga kabarnya bisa ditemui dengan bebas oleh
para asistennya. Itu adalah wajah hukum kita, wajah yang semakin suram baik di luar
maupun di dalam. Itu pun baru satu temuan, betapa mafia hukum memang berada dimana-
mana, dan ada dimana saja. Temuan itu justru ditemukan oleh Satgas yang dibentuk dari luar,
bukan oleh mereka yang bekerja untuk melakukan pengawasan di instansi pemerintah, yang
bekerja setiap tahun memastikan prosedur Rutan dijalankan dengan baik. Bagi kita, amat
mudah menemukan alasan bagaimana seorang bernama Artalyta itu bisa menikmati fasilitas
yang begitu mewah. Jawabnya adalah uang. Ia punya uang untuk melakukan apapun caranya
dan untuk membeli apa yang dia mau. Karena uang itu pula maka para pejabat yang harusnya
berwenang menegakkan peraturan menjadi tidak lagi bisa berkuasa. Mereka tunduk di bawah
kekuasaan uang. Amat aneh kalau para petinggi Rutan tidak tahu menahu bahwa sebuah
ruangan telah disulap oleh seorang terpidana. Mereka pasti merestuinya dan mengetahuinya.

Solusi :
Karena itu Satgas seharusnya segera melakukan langkah-langkah penting. Salah satu yang
perlu dilakukan adalah memberikan efek jera kepada para pejabat yang ketahuan memberikan
fasilitas lebih dan mudah kepada mereka yang terlibat dalam kejahatan. Para pimpinan Rutan
dimana Artalyta misalnya harus ditahan bersama-sama dengan mereka yang sebelumnya
ditahan. Para pejabat itu harus jera.

Selain itu, kepada para pelaku kejahatan yang terbukti mencoba atau melakukan transaksi
atas nama uang, harus diberikan hukuman tambahan. Memberikan efek jera demikian akan
membuat mereka tidak ingin berpikir melakukan hal demikian lagi. Arthalyta, harus
diberikan hukuman tambahan atas suap yang dilakukannya pada pejabat Rutan, ketika dia
masih di dalam penjara. Hal-hal seperti ini harusnya membuat kita menyadari betapa jahatnya
kejahatan di negeri ini. Kejahatan itu bisa membeli dan merampas keadilan dan kebenaran
hukum. Wajar saja kemudian orang kecil hanya bisa menangis ketika berada dalam persoalan
hukum karena mereka hanya bisa menjadi korban ketidakadilan.

2. Penggelapan Uang

Kasus :
Pada tahun 1982 telah terjadi penggelapan uang di bank melalui komputer sebagaimana
diberitakan “Suara Pembaharuan” edisi 10 Januari 1991 tentang dua orang mahasiswa yang
membobol uang dari sebuah bank swasta di Jakarta sebanyak Rp. 372.100.000,00 dengan
menggunakan sarana komputer. Perkembangan lebih lanjut dari teknologi komputer adalah
berupa computer networkyang kemudian melahirkan suatu ruang komunikasi dan informasi
global yang dikenal dengan internet.

Solusi :
Pada kasus tersebut, kasus ini modusnya adalah murni criminal, kejahatan jenis ini biasanya
menggunakan internet hanya sebagai sarana kejahatan. Penyelesaiannya, karena kejahatan ini
termasuk penggelapan uang pada bank dengan menggunaka komputer sebagai alat
melakukan kejahatan. Sesuai dengan undang-undang yang ada di Indonesia maka, orang
tersebut diancam dengan pasal 362 KUHP atau Pasal 378 KUHP, tergantung dari modus
perbuatan yang dilakukannya.

3. Kasus Tindak Asusila

Kasus :
Kasus ini terjadi saat ini dan sedang dibicarakan banyak orang, kasus video porno Ariel
“PeterPan” dengan Luna Maya dan Cut Tari, video tersebut di unggah di internet oleh
seorang yang berinisial ‘RJ’ dan sekarang kasus ini sedang dalam proses.
Pada kasus tersebut, modus sasaran serangannya ditujukan kepada perorangan atau individu
yang memiliki sifat atau kriteria tertentu sesuai tujuan penyerangan tersebut.

Solusi :
Penyelesaian kasus ini pun dengan jalur hukum, penunggah dan orang yang terkait dalam
video tersebut pun turut diseret pasal-pasal sebagai berikut, Pasal 29 UURI No. 44 th 2008
tentang Pornografi Pasal 56, dengan hukuman minimal 6 bulan sampai 12 tahun. Atau
dengan denda minimal Rp 250 juta hingga Rp 6 milyar. Dan atau Pasal 282 ayat 1 KUHP.

4. Hacker

Kasus :
Istilah hacker biasanya mengacu pada seseorang yang punya minat besar untuk mempelajari
sistem komputer secara detail dan bagaimana meningkatkan kapabilitasnya. Adapun mereka
yang sering melakukan aksi-aksi perusakan di internet lazimnya disebutcracker. Boleh
dibilang cracker ini sebenarnya adalah hacker yang yang memanfaatkan kemampuannya
untuk hal-hal yang negatif. Aktivitas cracking di internet memiliki lingkup yang sangat luas,
mulai dari pembajakan account milik orang lain, pembajakan situs web, probing,
menyebarkan virus, hingga pelumpuhan target sasaran. Tindakan yang terakhir disebut
sebagai DoS (Denial Of Service). Dos attack merupakan serangan yang bertujuan
melumpuhkan target (hang, crash) sehingga tidak dapat memberikan layanan.

Solusi :
Pada kasus Hacking ini biasanya modus seorang hacker adalah untuk menipu atau mengacak-
acak data sehingga pemilik tersebut tidak dapat mengakses web miliknya. Untuk kasus ini
Pasal 406 KUHP dapat dikenakan pada kasus deface atau hacking yang membuat sistem
milik orang lain, seperti website atau program menjadi tidak berfungsi atau dapat digunakan
sebagaimana mestinya.

5. Kasus Pemerkosaan dan pembunuhan Yuyun


Kasus :
Kasus ini bermula ketika Yuyun, seorang siswi SMP Padang Ulak Tanding, Kabupaten
Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu menghilang pada awal April lalu. Tiga hari berselang, dia
ditemukan tanpa nyawa dengan tulang pinggang patah dan luka-luka di tubuhnya.
Setelah insiden itu, kepolisian menahan 14 tersangka pelaku. Pada Mei lalu, sebanyak tujuh
orang diajukan ke pengadilan dan dijatuhi vonis hukuman penjara selama 10 tahun dengan
pelatihan kerja selama enam bulan. Kini, dengan dijatuhinya hukuman terhadap enam orang,
hampir seluruh tersangka awal telah divonis. Adapun seorang tersangka bernama Firman
masih buron.

Solusi :
Dalam putusannya, majelis hakim menyatakan Zainal alias Bos terbukti memerkosa dan
membunuh Yuyun. Dasar hukum yang digunakan untuk menjerat pria berusia 23 tahun ini
adalah Pasal 340 KUHP junctoPasal 55 KUHP, Pasal 80 Ayat (3) dan Pasal 81 Ayat (1)
juncto Pasal 76 huruf d Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak.
Vonis yang dijatuhkan majelis hakim sama dengan tuntutan Jaksa Penuntut Umum, Arlya
Noviana Adam. "Ya, itu sudah sesuai tuntutan," kata Arlya usai sidang, sebagaimana dikutip
wartawan di Bengkulu, Rika Kurnia Ningsih. Selain Zainal, empat terdakwa, yakni Suket
(19), Faisal (19), Bobi alias Tobi (20), dan Dedi dijatuhi hukuman 20 tahun penjara dan
denda sebesar Rp2 miliar. Mereka terbukti secara sah dan meyakinkan telah memerkosa serta
membunuh Yuyun.

6. Dugaan Perkosaan Menggunakan Obat

Kasus :
Dua orang tersangka dituduh memperkosa perempuan yang mereka undang ke apartemen
mereka. Mereka mengklaim bahwa korban minum sehingga mabuk dan tidak sadarkan diri
dalam rentang waktu 30 menit setelah kedatangannya, dimana dia berimajinasi telah
diperkosa. Korban tersadar empat jam kemudian.
Korban bersaksi bahwa dia memang meminum dua bir dan satu skochi selama 2,5 jam.
Setelah dia berhenti minum, dia merasakan pusing dan tidak sadarkan diri. Dia terjaga dan
merasa sedang diperkosa, namun rasanya seperti mimpi dan dia tidak bisa berbicara atau
bergerak.

Solusi :
Menurut KUHP pasal 285 perkosaan adalah dengan kekerasan atau ancaman kekerasan
menyetubuhi seorang wanita di luar perkawinan. Termasuk dalam kategori kekerasan disini
adalah dengan sengaja membuat orang pingsan atau tidak berdaya (pasal 89 KUHP).
Hukuman maksimal untuk delik perkosaan ini adalah 12 tahun penjara (Atmadja, 2009).

7. Kasus Perampokan Toko Emas di Yogyakarta

Kasus:
Kasus perampokan sadis dengan korban distributor emas, Wely Chandra (37), di Jalan
Kranggan Timur No 12 Semarang akhirnya terbongkar. Unit gabungan Resmob Polda Jateng
dan Resmob Polwiltabes Semarang berhasil membekuk dua orang pelakunya, dalam sebuah
penggerebekan di dua tempat terpisah di Semarang, Senin (23/6) kemarin.
Hingga Selasa (24/6) pagi tadi, dua tersangka yakni Ng (42) dan Sa (32) masih dikeler
petugas guna mencari pelaku lainnya yang diperkirakan berjumlah enam orang.
Sedangkan barang bukti yang diamankan di antaranya perhiasaan emas. Barang bukti tersebut
disita petugas dalam sebuah penggeledahan di salah satu toko emas di daerah Peterongan
Semarang. Seperti diketahui, aksi para perampok tersebut tergolong sadis. Mereka tak hanya
menggasak emas seberat satu kuintal (100 kg) senilai Rp 25 miliar, tetapi juga menghabisi
tiga nyawa. Yakni Wely Chandra dan istrinya, serta seorang pembantunya. Dua korban
bahkan dibuang bersama mobilnya (Kijang Innova) di kawasan kampus Unnes atau sekitar 7
km dari lokasi perampokan.

Solusi :
Kasus diatas bukan merupakan kasus perampokan murni karena terdapat juga tindak pidana
pembunuhan, sehingga sanksi pidana yang dijatuhkan dapat berupa sanksi maksimal.
Perampokan tersebut telah memenuhi unsur dalam pasal 365 KUHP sebagaimana termaktub
diatas. Ayat (1) pasal 365 KHUP telah jelas dilanggar, ayat (2) poin 2, dan ayat (3) yang
menyebabkan kematian. Sedangkan untuk ayat (4) yang disertai oleh salah satu atau
keduanya dalam pion 1 dan 3 ayat (2) tidak terpenuhi. Hukuman yang dapat dijatuhkan
kepada para pelaku menurut penulis dapat berupa pidana penjara maksimal, yaitu 15 tahun.

8. Si Hamil Jadi Kurir Narkoba untuk Tambah Penghasila

Kasus :

Wanita hamil, F (34), nekat menjadi kurir 544 gram heroin untuk mendapatkan keuntungan
ekonomi. Sekali mengirim, dia mendapatkan keuntungan 500 dolar AS. Jumlah itu
berbanding jauh dengan harga heroin yang bernilai Rp 1 miliar. Namun demikian, dia tetap
saja mau membawa paketan heroin tersebut. “Motif ekonomi memang selalu ada di balik
kenekatan menjadi pengedar narkoba,” jelas Direktur Narkotika Alami Badan Narkotika
Nasional (BNN), Sri Kuncoro Indro Pranoto, saat dihubungi, Rabu (22/2). Keuntungan
ekonomi dinilainya tidak seberapa, namun itu tetap harus dipenuhi. Biasanya, tuntutan gaya
hidup membuatnya nekat untuk mendapatkan uang. Tujuannya untuk tetap tampil bergaya,
tidak mau dibilang orang miskin, tidak mau dibilang ketinggalan zaman. Selain itu, ada juga
selain motif ekonomi. Wanita yang sudah hamil seperti F, dinilainya nekat menjadi kurir,
karena terlanjur mencintai pria yang menghamilinya. Dia akhirnya mau melakukan apa saja
sebagai bentuk cinta. “Dia diperdaya,” kata Sri. Oleh sebab itu, Sri mengimbau masyarakat
agar berhati-hati bila ada pria tidak dikenal tiba-tiba mendekati seorang wanita. “Boleh saja
mencintai, asalkan didasarkan akal sehat. Jangan sampai hanya karena cinta, tindakan
kriminal yang sudah jelas-jelas tidak boleh dilakukan tetap saja dilakukan,” saran dia. F
ditangkap Aparat Bea Cukai dan Penindakan Penyelundupan Hangzou, Cina, awal Februari
lalu. dari tangannya disita 544 gram heroin senilai Rp 1 miliar yang dibawanya dari Kuala
Lumpur, Malaysia. Aparat kemudian menyerahkan F kepada KBRI di Cina. Petugas BNN
kemudian menjemputnya untuk menjalani proses hukum di Indonesia.

Solusi :

Pelaku merupakan kurir dari narkotika jenis heroin, maka dengan tindakannya tersebut
pelaku dapat dipidana sesuai pasal 115 UU No 35 Tahun 2009 tentang narkotika yang
memuat bahwa setiap orang tanpa hak atau melawan hukum membawa, mengirim,
mengangkut, atau mentransito Narkotika Golongan I, penjara paling singkat 4 (empat) tahun
dan paling lama 12 (dua belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp 800.000.000
(delapan ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp 8.000.000.000 (delapan milyar rupiah).
9. Perampokan ATM

Kasus :
25 September lalu, Ihsan merampok ATM di Universitas Bung Hatta dengan membawa
senjata api. Dan berupaya mengancam petugas yang sedang berjaga. Aksi pencurian ini
berhasil. Kemudian ihsan lari kerumah rekannya untuk bersembunyi. Setelah itu Ihsan
menghitung uang hasil rampokan, dan memberikan uang kepada rekannya yang bernama
Rahmad Syamsurizal dan istrinya Eni Erawati senilai 10 juta sebagai uang tutup mulut
dan ucapan terima kasih telah disediakan tempat untuk bersembunyi. Naas selang
beberapa hari mereka bertiga tertangkap dan di sidangkan di pengadilan. Jaksa Penuntut
Umum (JPU), menuntut Ihsan dengan hukuman 12 tahun penjara. Sedangkan Rahmad
Syamsurizal bersama istrinya, Eni Erawati ,hany a dituntut tiga tahun, karena tidak
terlibat langsung dalam .

Solusi :
Dalam tuntutannya, JPU Gusnefi menyebutkan, kalau Ihsan sudah melanggar pasal 365
ayat 2 KUHP, dan pasal 1 ayat 1 Undang-Undang RI nomor 12 tahun 1951 jo pasal 55
ayat 1 KUHP. Terdakwa melakukan perampokan dan memiliki senjata tanpa izin.
Ancaman hukuman 12 tahun, setimpal dengan perbuatannya,” jelas Gusnefi. Sementara,
Rahmad dan Eni tidak dihukum berat dikarenakan keduanya tidak ikut serta dalam
perampokan. Keduanya hanya menikmati hasil perampokan, serta menyediakan tempat
bagi perampok untuk berkumpul. JPU menyebutkan, Eni dan Rahmad menerima hasil
rampokan senilai Rp10 juta, yang dibelikan perhiasan emas dan uang tunai Rp1,1 juta.
Setelah membacakan tuntutan, ketiganya langsung digiring menuju sel tahanan.

10. Perampokan rumah majikan


Kasus:
DM ingin merampok rumahn majikannya sebut saja namanya ED. Niatnya dilakukan
pada hari jumat pukul 12.00 tepatnya saat ED sedang lengah menyelesaikan arsip / berkas
kantor hariannya. Kemudian DM mulai memasuki rumah ED dan mulai menjalankan
aksinya tersebut. Saat DM melihat-lihat sekelilig rumah majikannya, keadaan rumah
majikannya begitu sepi dan mendorong niat untuk mencuri semakin kuat. Alhasil
perbuatannya dilihat oleh majikannya. Dan majikannya berteriak keras. Tapi untuk
menghentikan teriakannya itu maka ED membungkam mulut majikannya, tapi
majikannya semakin meronta keras. tanpa piker panjang DM menghabisi sang korban
dengan tusukan tepat diperutnya menggunakan pisau di atas meja. Seketika itu korban
mati dan DM menguras habis harta benda seluruh isi rumah.
Solusi :
Berdasarkan peristiwa di atas maka dapat dianalisis bahwa Pelaku dapat dijerat dengan
pasal tentang pencurian yaitu pasal 362 :
Barang siapa mengambil barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang
lain, dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum, diancam karena pencurian,
dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau pidana denda paling banyak sembilan
ratus rupiah.
Dan pidana pembunuhan (pasal 338) dengan ancaman hukuman 15 tahun penjara :
Barang siapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan
dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.
Berdasarkan ancaman hukuman diatas maka hukuman terberat adalah ancaman hukuman
pembunuhan yaitu 15 tahun. Sehingga Pelaku dihukum menggunakan asas sistem
absorpsi.

Anda mungkin juga menyukai