Anda di halaman 1dari 3

Kabinet Ampera I adalah Kabinet yang dibentuk dan bertugas mulai tanggal 25 Juli 1966 - 17

Oktober 1967. Kabinet ini diumumkan langsung oleh Letjen Soeharto sebagai Ketua Presidium Kabinet
atas persetujuan Presiden Soekarno.
Kabinet Ampera II adalah Kabinet yang dibentuk dan bertugas mulai tanggal 17 Oktober 1967 - 6
Juni 1968. Kabinet ini diumumkan langsung oleh Pejabat Presiden RI, Jenderal TNI Soeharto.
Pada tanggal 25 Juli 1966 Presiden Soekarno membubarkanKabinet Dwikora dan
membentuk Kabinet Ampera. Berdasarkan Tap MPRS No. XIII Tahun 1966, Presiden
menugaskan pembentukan Kabinet Ampera kepada Letnan Jenderal Soeharto sebagai
Pengemban TAP MPRS No. IX tahun 1966. Sesuai dengan TAP MPRs tersebut pula, di
dalam melaksanakan tugas itu LetnanJenderal Soeharto telah mengadakan konsultasi
denngan pemimpin MPR dan DPRGR.
Kabinet Ampera terdiri dari tiga unsure;
1. Pemimpin, yaitu Presiden
2. Pembantu Pimpinan, yang terdiri dari lima orang Menteri Utama yang secara
bersamaan merupakan Presidesium denan Letnan Jenderal Soeharto, Menteri Utama
bidang Hankam, sebagai Ketua Presidium
3. Anggota-anggota cabinet, yang terdiri dari24 orang Menteri yang masing-masing
memimpin departemen dibawah koordinasi Presidium Kabinet
Tugas pokok Kabinet Ampera berdasarkan Tap MPRS No. XIII Tahun 1966,yang di
kenal sebagaiDwidharma, adalah mewujudkan ;
1. stabilitas politik
2. stabilitas ekonomi
Programnya adalah ;
1. memperbaiki peri kehidupan rakyat, terutama dibidang sandang dan pangan
2. melaksanakan pemilihan umum dalam batas waktu seperti dicantumkan dalam
ketetapan MPRS No. XI/MPRS/1966
3. melaksanakan politik luar negri yang bebas aktif untuk kepentingan nasional
sesuai dengan ketetapan MPRS No. XI/MPRS/1966, dan
4. melanjutkan perjuangan anti imperalisme dan kolonialisme dalam segala
bentuk manifestasinya
Keempat program itu disebut Catur karya
Sejak Orde Baru berkuasa, telah banyak perubahan yang dicapai oleh bangsa Indonesia melalui
tahap tahap pembangunan di segala bidang. Pemerintahan Orde Baru berusaha meningkatkan
peran Negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Tujuan perjuangan Orde Baru adalah
menegakkan tata kehidupan negara yang didasarkan atas kemurnian pelaksanaan Pancasila dan
UUD 1945. Pada ketetapan MPRS No.IX / MPRS 1966, Jenderal Soeharto selaku pengemban
Supersemar ditugaskan oleh Sidang Umum IV MPRS untuk membentuk kabinet baru.
Pembentukan cabinet ini dinamai Kabinet Ampera,tugasnya untuk menciptakan stabilitas politik
dan ekonomi sebagai persyaratan untuk melaksanakan pembanguna nasional. Tugas itu yang
kemudian dikenal dengan Dwi Darma Kabinet Ampera. Program yang ditugaskan oleh MPRS
kepada Kabinet Ampera adalah :
1. memperbaiki kehidupan rakyat terutama di bidang sandang dan pangan
2. melaksanakan pemilu dalam batas waktu seperti tercantum dalam Ketetapan MPRS No.
XI / MPRS / 1966 yakni 5 juli 1968
3. melaksanakan politik luar negeri yang bebas aktif untuk kepentingan nasional sesuai
dengan Ketetapan MPRS No. XI / MPRS / 1966.
4. melanjutkan perjuangan anti imperalisme dan kolonialisme dalam segala bentuk dan
manifestasinya. Keempat program Kabinet Ampera ini disebut Catur Karya Kabinet
Ampera. Pada tanggal 21 Maret 1968, Jenderal Soeharto selaku Pejabat Presiden
menyampaikan laporan kepada Sidang Umum V MPRS mengenai
pelaksanaan Dwi Darma dan Catur Karya Kabinet Ampera. Menurut UUD 1945, MPR
memegang kekuasaan tertinggi dalam Negara Republik Indonesia. Presiden dan DPR
berada dibawah MPR. Pada masa pemerintahan Presiden Soekarno , kedudukan MPRS
berada di bawah kekuasaan presiden. Hal itu disebabkan karena Ketua MPRS dirangkap
oleh Wakil Perdana Menteri III yang dengan jelas berada di bawah presiden dalam
susunan keanggotaan pada badan eksekutif sehingga MPRS selalu membenarkan apa
yang diinginkan oleh presiden. Bahkan pada setiap perayaan Ulang Tahun Proklamasi
Kemrdekaan Indonesia , Presiden Soekarno berbicara langsung kepada masyarakat.
Padahal berdasarkan UUD 1945 , yang bertugas membantu presiden hanyalah para
menteri yang di angkat oleh presiden.
Pada zaman Orde Baru tatana kehidupan kenegaraan dikembalikan kepada kemurnian
pelaksanaan UUD 1945, hal itu terlihat pada peringatan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia ,
dimana Presiden Soeharto berbicara langsung di hadapan DPR. Pidato Kenegaraan Presiden
Soeharto selalu diucapkan di depan sidang DPR.
Surat Perintah Sebelas Maret atau Surat Perintah 11
Maret yang disingkat menjadi Supersemar adalah surat perintah yang ditandatangani olehPresiden
Republik Indonesia Soekarno pada tanggal 11 Maret 1966.
Surat ini berisi perintah yang menginstruksikan Soeharto, selaku Panglima Komando Operasi Keamanan
dan Ketertiban (Pangkopkamtib) untuk mengambil segala tindakan yang dianggap perlu untuk mengatasi
situasi keamanan yang buruk pada saat itu.
Surat Perintah Sebelas Maret ini adalah versi yang dikeluarkan dari Markas Besar Angkatan Darat (AD)
yang juga tercatat dalam buku-buku sejarah. Sebagian kalangan sejarawan Indonesia mengatakan
bahwa terdapat berbagai versi Supersemar sehingga masih ditelusuri naskah supersemar yang
dikeluarkan oleh Presiden Soekarno di Istana Bogor.

Anda mungkin juga menyukai