Anda di halaman 1dari 3

ANALISIS NOVEL TRUE STALKER

Judul: True Stalker


Penulis: Sirhayani
Halaman: IV+508 halaman
Tahun terbit: 2017
Penyunting: Juliagar R. N.
Penyunting Akhir: Agus Wahadyo
Penata Letak: Didit Sasono
Desainer Cover: Budi Setiawan
Diterbitkan pertama kali oleh: mediakita

Novel True Stalker ini mengisahkan tentang kehidupan seorang siswi SMA yang bernama
Adiba Ayudia atau biasa dipanggil Diba. Diba memiliki hobi kepo atau stalker
orang, dan hobinya itu adalah awal dari sebuah bencana. Berawal dari saat Diba merasa
penasaran dengan kehidupan Agam si Ketua Osis. Dia selalu dikejar-kejar dan diperebutkan
oleh siswi disekolahnya. Hal itu membuat Diba bingung, karna didera rasa penasaran Diba
memberanikan diri masuk ke ruang osis dan berharap ada yang bisa ia temukan selama
Agam menjadi ketua osis. Saat membuka pintu Diba kaget melihat seorang siswa duduk
bersandar di dinding dengan membawa seputung rokok yang menyala. Siswa itu adalah
Agam. Agam yang tidak ingin namanya tercemar dengan mudahnya ia meminta Diba
pura-pura menjadi pacarnya agar tidak membocorkan hal yang dilihatnya itu. Diba sangat
polos ia menganggap kata-kata Agam seperti perintah yang tidak bisa ia langgar, tapi Diba
tidak pernah mengatakan iya ke Agam. Masalah pun mulai muncul Diba sering digoda oleh
teman-teman Agam, bahkan setiap harinya Diba harus mendengar sindiran dan gosipan
tentang hubungannya dengan Agam.
Hari-hari Diba sering dihabiskan bersama Agam, hingga muncul rasa suka di antara
keduanya. Saat mereka mulai dekat masa lalu Agam, yaitu Helena muncul kembali. Helena
adalah saudara tiri Agam. Agam dan Helena pernah saling suka satu sama lain, tapi hal itu
tidak disetujui oleh ayahnya. Helena kembali dari Aachen, Jerman untuk menagih janji
Agam. Kalau Agam sudah lulus mereka akan kuliah bersama di Aachen dan akan
meyakinkan ayahnya tentang hubungan itu agar mereka bisa bersama. Agam bingung dia
harus memilih mempertahankan Diba atau menepati janji Helena. Helena mulai mengetahui
hubungan Agam dengan Diba, bahkan ia mengetahui bahwa Agam tidak pernah merokok
lagi dan rajin beribadah itu semua karna Diba. Helena mengalah karna dia tahu Agam suka
dan sangat menyayangi Diba. Dia memilih untuk menjauh dan melupakan sejenak kejadian
itu. Sedangkan Agam meminta putus dengan Diba untuk sementara, dia akan melanjutkan
kuliahnya di Aachen dan ingin fokus belajar dulu. Tapi dia tidak ingin Diba dekat dengan
laki-laki lain karna setelah pulang dari Aachen, Agam berjanji akan melamar Diba. Sebelas
tahun berlalu Agam kembali dan menepati janjinya itu di depan semua orang. Diba
dikaruniai seorang anak bernama Melodi dan yang masih di kandungannya. Saat ini Diba
merasa mendapat kebahagiaan yang besar dan selalu bersyukur atas apa yang diberikan
Tuhan kepadanya.

UNSUR INTRINSIK
1. Tema: Kisah percintaan remaja SMA yang terjebak dalam sebuah hubungan yang
terpaksa
2. Tokoh dan Penokohan:
● Adiba, ia merupakan sosok perempuan yang suka kepo, cantik dan baik hati.
● Agam, ketua OSIS yang galak tapi kadang tidak menaati peraturan sekolah.
("Lo satu-satunya siswi yang udah tahu kelakuan gue. Gue mau lo tutup
mulut," kata Agam dengan nada datar.)
● Ghali adalah salah satu temannya Agam
● Lia, temannya Adiba
● Shafira, teman baiknya Adiba
● Alya, sahabatnya Adiba.
3. Alur: dalam novel ini penulis menggunakan alur campuran dimana diawal
menceritakan diba dan agam yang sudah memiliki anak yang membuat diba
mengingat kembali awal-awal pertemuannya dengan agam
4. Latar
● Waktu: yaitu pagi, siang, sore, dan malam hari.
● Tempat: yaitu di sekolah, rumah, kantin, cafe, lapangan dan masih banyak
lagi yang lainnya.
● Suasana:
a. lucu: Diba melihat serombongan siswi datang sambil berteriak
meminta berfoto bersama Agam. Melihat kedatangan rombongan itu,
Agam langsung berlari menghindar.
b. tegang: Diba berdiri di depan ruang OSIS, memandangi pintu yang
tertutup rapat di depannya. Perlahan tangannya terulur menarik ke
bawah knop hingga pintu terbuka lebar. Diba hanya bisa mematung
melihat apa yang ada di depannya. Semuanya sudah terlanjur,
kejadian yang tidak terencana itu mungkin akan membawa dampak
buruk untuk dirinya.
c. sedih: Diba terus berlari, tatapannya tak tentu arah. Dia ingin
cepat-cepat sampai ke rumah dan berbaring d atas kasur empuknya,
sambil menangis. Permintaan yang tiba-tiba dari Agam, di waktu yang
tak terduga, membuatnya hampir saja menangis di depan cowok itu
Dia sudah berusaha untuk menahan tangisnya, walaupun dia tidak
bisa menyembunyikan rasa gugupnya yang begitu terlihat.
d. bahagia: Aku tertawa kecil mengingat semua kenangan itu, yang
dengan senang hati akan selalu aku kenang. Perlahan aku balas
merangkulnya. Dia menoleh kepadaku, tersenyum. Aku juga
mencintaimu.
5. Sudut Pandang: Sudut pandang yang digunakan dalam novel ini yaitu sudut
pandang orang ketiga serba tahu.
6. Gaya bahasa:
● Majas Retoris: "Emangnya cewek tomboi nggak bisa pingsan?"
7. Amanat: Amanat yang terkandung di dalam novel tersebut adalah jika memang cinta
maka nyatakanlah. Karena cinta hadir karena sebuah kedekatan meski terpaksa
akhirnya akan melabuhkan pada ia yang terasa nyaman. Jika jadi seorang pemimpin
alangkah baiknya menjadi figur contoh yang baik pada bawahannya jangan sampai
hal yang tidak baik mencoreng nama baikmu.

UNSUR EKSTRINSIK
● Nilai Sosial: Nilai sosial yang terkandung dalam novel ini bagaimana mereka
menjalin persahabatan yang begitu erat antara Adiba, Alya, Shafira dan Lia.
● Nilai Moral: Sebagai pemimpin seharusnya memberikan contoh yang baik bagi yang
lain. karena pemimpin adalah contoh figur yang akan di tiru.
● Nilai Agama: Sebagai seorang beragam wajib beribadah

STRUKTUR

1. Orientasi:
a. Ketua Panitia Masa Orientasi Siswa memberi aba- aba untuk melepaskan
kumpulan balon ke udara, menandakan berakhirnya masa MOS siswa baru
tahun ini. Riuh teriakan dan tepuk tangan terdengar di lapangan SMA negeri
itu. Agam, si Ketua OSIS, hanya bisa menyaksikan dengan malas ketika
melihat para siswi berteriak dengan suara cemprengnya.
b. Diba yang sejak tadi berdiri tidak jauh dari Agam, hanya memerhatikan
dengan menyipitkan mata saat melihat dua siswi berlari menghampiri Agam.
2. Komplikasi:
a. Diba melihat ke jalanan di depannya. "Karena setiap kata atau SMS gue
menyangkut masalah cemburu, gue cuma lagi tes lo," tenggorokan Diba
tiba-tiba terasa sakit, tercekat. "Ternyata lo nggak punya perasaan apa- apa
sama gue. Bagus. Gue juga udah terlanjur nganggap lo adek."
b. "Agatha," jawab Agam, tanpa melihat ke Diba, dengan seulas senyum tipis di
ujung bibirnya. "Karena itu, bantu gue nyari kado, ya? Dia bakalan ulang
tahun minggu depan." Diba menelan ludah lalu ikut melihat ke jalan. Dia
mengangguk pelan sambil berkata singkat.
3. Evaluasi: Rasanya Diba ingin berteriak, ingin berkata kalau mereka sudah putus,
kalau salah, lalu kenapa sekarang malah ingin mengantar pulang? Tapi lagi-lagi Diba
hanya menggeleng.
4. Resolusi: "Kalau misalkan gue nyatain cinta ke lo, apa lo bakalan percaya?" tanya
Agam.Tentu saja Diba sangat mengingat pertanyaan itu, tapi yang tidak dia ingat
kalau harus menjawabnya. Jika Agam mengungkitnya tanpa terlebih dahulu
menjelaskan banyak hal kepada Diba, rencana dan keinginannya, mungkin Diba
akan menjawab tidak percaya. Tapi sekarang sudah berbeda, karena Diba juga
sudah memutuskan untuk mempercayai Agam. Diba menghela napas.
5. Koda : Cinta. Sampai sekarang aku tak pernah bisa menjelaskan definisi satu kata
itu. Semua orang pasti pernah merasakannya, dan semua orang pasti memiliki
definisinya masing-masing. Pertemuan kami memang bukan pertemuan yang
menyenangkan. Namun, sejalan dengan kejadian- kejadian yang kami alami,
keputusan yang kami buat, pilihan-pilihan yang kami ambil, semua itu tidak pernah
benar-benar menjauhkan kami. Sebaliknya, kami justru semakin didekatkan dengan
cara yang aneh.

Anda mungkin juga menyukai