Anda di halaman 1dari 8

Materi KD. 3.

1 Prinsip-prinsip Pengukuran besaran fisis, Ketepatan , ketelitian dan angka penting serta notasi
ilmiah

Besaran dan satuan


Pengertian Besaran
Besaran adalah : sesuatu yang dapat diukur dan dapat dinyatakan dengan angka.
Satuan adalah: suatu patokan yang digunakan sebagai pembanding dalam pengukuran.
Pembacaan hasil pengukuran adalah satuan dan nilai besaran yang diukur.
Nilai hasil pengukuran massa kertas menggunakan neraca sebesar 80 gr. Massa kertas sebagai
besaran sedangkan 80 adalah nilai dan gram adalah satuan dari besaran massa, sedang neraca adalah
alat ukur yang digunakan untuk mengukur besaran massa.

A. BESARAN POKOK
Besaran dibedakan menjadi dua yaitu besaran pokok dan besaran turunan.
Besaran pokok adalah : besaran yang satuannya sudah ditetapkan lebih dulu dan tidak diturunkan dari
besaran lain. Penetapan besaran ini dilakukan oleh organisasi International .Selain itu ditetapkan juga
satuan dari besaran tersebut yang merupakan dasar bagi Sistem Internasional (SI).
Ada tujuh besaran pokok dalam Sistem Internasional.

Simbol fisika biasanya diambilkan dari kata serapan bahasa Inggris. Contohnya besaran panjang dengan
simbol l dari kata length artinya panjang, besaran waktu dengan simbol t dari kata time. Sedangkan
dimensi menunjukkan nilai kebenaran suatu rumus.

1. Satuan Panjang
Satuan panjang menurut SI adalah meter (disingkat m). Satuan ini didefinisikan sebagai jarak yang
ditempuh dalam perjalanan cahaya di ruang hampa ( vakum) selama (1/299.792.458) detik.
Standar panjang internasional pertama kali dibuat adalah sebuah batang yang terbuat dari campuran
platina iridium yang disebut meter standar. Batang meter tersebut disimpan oleh Organisasi Internasional
Timbangan dan Ukuran di Sevres , dekat Paris. Satu meter didefinisikan jarak antara dua goresan pada
meter standar yang bersuhu 0° C.
Pada tahun 1960 standar satuan panjang diubah lagi. Satu meter didefinisikan sebagai
1.650.763,73 kali panjang gelombang sinar jingga yang dipancarkan oleh atom -atom Krypton -
86 pada suatu lucutan listrik di ruang hampa.
Pada tahun 1983, definisi satu meter diubah lagi. Definisi satu meter yang baru adalah jarak yang
ditemapih cahaya dalam ruang hampa selama (1/299.792.458) detik.

2. Satuan Massa
Massa menyatakan banyaknya zat yang dikandung oleh sutau benda. Massa benda selalu sama
dimanapun benda itu berada. Satuan SI untuk massa benda adalah Kilogram (Kg). Satu kilogram
standar adalah massa sebuah silinder platina iridium yang disimpan di Sevres dekat Paris.
Dengan meniru kilogram standar, dibuatlah standar sekunder. Stadar sekunder ini kemudian disebarkan
ke badan metrologi diberbagai negara. Massa dapat ditentukan dengan menggunakan neraca berlengan
sama.

1
3. Satuan Waktu
Standar satuan waktu adalah sekon (detik). Sekon didefinisikan sebagai waktu yang diperlukan oleh
atom Caesium -133 untuk bergetar sebanyak 9.192.631.770 kali. Waktu standar ini disebut juga jam atom
karena ditentukan dari getaran atom caesium.
4. Satuan Kuat Arus
Standar arus listrik adalah ampere (disingkat A). Satu amper didefinisikan sebagai arus tetap, yang
dipertahankan untuk tetap mengalir pada dua batang penghantar sejajar dengan panjang tak terhingga,
dengan luas penampang dapat diabaikan dan terpisah sejauh satu meter dalam ruang hampa, sehingga
menghasilkan gaya antara kedua batang penghantar sebesar 2 x 10-3 N/m

5. Satuan Suhu
Suhu memiliki satuan internasional Kelvin (disingkat K). Kelvin dijadikan satuan standar karena
pada skala o° K molekul suatu zat tidak akan bergetar dan berotasi. Dan setiap kenaikan 1 K berarti suhu
mengalami kenaikan 1/273,16 º C.

6. Satuan intensitas cahaya


Satuan intensitas cahaya adalah candela (Cd) adalah besaran yang menyatakan daya yang
dipancarkan suatu sumber cahaya pada arah tertentu per satuan sudut. Pengukuran intensitas cahaya
media optika dan fotometri sebesar 1 candela sama dengan intensitas sebuah sumber cahaya yang
memancarkan radiasi monokromatik dengan frekwensi 540 x 10 pangkat 12 Hz dan memiliki intensitas
pancaran 1/683 watt per steradian pada arah tertentu.

7. Satuan Jumlah Zat


Jumlah zat memiliki satuan Internasional mol. Istilah mol diperkirakan berasal dari kata bahasa
Jerman yaitu molekul.Satu mol didefinisikan sebagai jumlah zat suatu sistem yang mengandung “entitas
elementer”( atom, molekul, ion, elektron) sebanyak atom – atom yang berada dalam 12 gram atom
karbon -12. sehingga :
 Satu mol besi mengandung sejumlah atom yang sama banyaknya dengan satu mol emas
 Satu mol benzena mengandung sejumlah molekul yang sama banyaknya dengan satu mol air
 Jumlah atom dalam satu mol besi sama dengan jumlah molekul dalam satu mol air.

B. Besaran Turunan
Besaran turunan adalah : besaran yang diturunkan dari besaran pokok.
Penurunan besaran pokok ini, minimal terdiri dari 2 besaran pokok, baik yang sejenis maupun yang
tidak sejenis.
Contoh dari besaran turunan antara lain :
1. luas = Besaran Panjang x Besaran lebar = m x m = m²
2. volume = panjang x lebar x tinggi = m x m x m = m³
3. Kecepatan = jarak / waktu = m / s = m.s -1

Contoh-contoh besaran turunan yang lain seperti pada Tabel 1.2. Perhatikan tabel di bawah ini :

2
C. Macam Alat Ukur Alat Ukur Panjang dan Ketelitiannya
1. Mistar
Skala terkecil dari mistar adalah 1 mm (0,1 cm) dan ketelitiannya setengah skala terkecil 0, 5 mm
(0,05 cm).

2. Jangka Sorong

alat ukur yang mampu membaca hasil ukur sampai ketelitian 0,1 mm (0,01 cm)

Bagian-bagian Jangka Sorong :

a. Fungsi Jangka Sorong


 Untuk mengukur panjang suatu benda dengan ketelitian 0,1 mm (rahang tetap dan rahang geser
bawah)
 Rahang tetap dan rahang geser atas, untuk mengukur diameter benda yang sangat kecil misalnya
cincin, pipa, dll
 Tangkai ukur dibagian bawah, untuk mengukur kedalaman misalnya kedalaman tabung, lubang
kecul, atau perbedaan tinggi yang kecil.

b. Tata Cara Menggunakan Jangka Sorong


Berikut cara dalam menggunakan jangka sorong yang diikuti dalam beberapa langkah antara lain sebagai
berikut,..
1. Awal persiapan, kendurkan baut pengunci dan geser rahang geser untuk menguji apakah rahang
geser bekerja dengan baik. Jangan ketika rahang tertutup harus dalam keadaan atau menunjukkan
angka nol. Jika tidak, atur ke angka nol.
2. Selanjutnya, membersihkan permukaan benda dan permukaan rahang untuk tidak ada benda yang
menempel yang bisa menyebabkan kesalahan pengukuran.
3. Tutup rahang sampai mengapit benda yang diukur. Tentukan posisi benda sesuai pengukuran yang
diambil. Selanjutnya tinggal membaca skalanya.

 Cara Menggunakan Jangka Sorong untuk Menghitung dan Mengukur Diamater


Cara menggunakannya adalah dengan rapatkan rahang atas lalu ditempatkan benda yang ingin
diukur diameternya. Taring rahang geser sampai kedua rahang menempek dan menekan bagian
dalam benda. Pastikan bahwa dinding bagian dalam benda tegak lurus dengan skala, maksudnya
benda jangan sampai lurung.

3
 Cara Menggunakan Jangka Sorong untuk Mengukur Kedalaman
Cara menggunakan jangka sorong untuk menghitung/mengukur kedalaman adalah dengan
menempatkan benda yang ingin diukur kedalamannya pada tangkai ukur. Taring rahang geser
sampai dengan menyentuk permukaan dalam (dasar lubang). Usahakan agar benda yang diukur
kedalamannya dalam keadaan statis (tidak bergeser).

c. Cara Membaca Jangka Sorong


* Lihat skala utama, lihat nilai yang terukur lurus dengan angka nol di skala nonius. Bisa
menunjukkan posisi berhimpit dengan garis skala utama bisa juga tidak. Jika tidak, gunakan nilai
skala utama yang terdekat di kirinya. Di tahap ini anda akan mendapatkan ketelitian sampai
1 mm.
*Lihat skala nonius, carilah angka di skala nonius yang berhimpit dengan garis di skala utama.
Pengukuran ini mempunyai ketelitian hingga 0,1 mm.
*Jumlahkan
Contoh Soal 1: Menghitung Jangka Sorong

C. Micrometer Sekrup
Mikrometer sekrup adalah alat pengukuran yang terdiri dari sekrup terkalibrasi dan memiliki tingkat
kepresisian 0.01 mm (10-5 m). Alat ini ditemukan pertama kali oleh Willaim Gascoigne pada abad ke-17
karena dibutuhkan alat yang lebih presisi dari jangka sorong. Penggunaan pertamanya adalah untuk
mengukur jarak sudut antar bintang-bintang dan ukuran benda-benda luar angkasa dari teleskop.
Meskipun mengandung kata “mikro”, alat ini tidak tepat digunakan untuk menghitung benda dengan
skala mikrometer. Kata “mikro” pada alat ini diambil dari Bahasa Yunani micros yang berarti “kecil”,
bukan skala mikro yang berarti 10-6.

4
a. Bagian-bagian Mikrometer Sekrup

 Poros Tetap (Anvil)


Bagian poros yang tidak bergerak. Objek yang ingin diukur ditempelkan di bagian ini dan bagian poros
geser didekatkan untuk menjepit objek tersebut.
 Poros Geser (Spindle)
Poros bergerak berbentuk komponen silindris yang digerakkan oleh thimble.
 Pengunci (Lock Nut)
Bagian yang dapat digunakan untuk mengunci pergerakan poros geser.
 Sleeve
Bagian statis berbentuk lingkaran yang merupakan tempat ditulisnya skala pengukuran. Terdapat dua
skala, yaitu skala utama dan skala nonius.
 Thimble
Bagian yang dapat digerakkan oleh tangan penggunanya.
 Ratchet
Bagian yang dapat membantu menggerakkan poros geser dengan pergerakan lebih perlahan dibanding
menggerakkan thimble.
 Rangka (Frame)
Komponen berbentuk C yang menyatukan poros tetap dan komponen-komponen lain mikrometer
sekrup. Rangka mikrometer sekrup dibuat tebal agar kokoh dan mampu menjaga objek pengukuran
tidak bergerak, bergesar, atau berubah bentuk.

b. Cara Menggunakan Mikrometer Sekrup


Prinsip kerja mikrometer sekrup adalah menggunakan suatu sekrup untuk memperbesar jarak yang
terlalu kecil untuk diukur secara langsung menjadi putaran suatu sekrup lain yang lebih besar dan dapat
dilihat skalanya.
Cara menggunakan mikrometer sekrup adalah:
1. Objek yang ingin diukur diletakkan menempel dengan bagian poros tetap.
2. Setelah itu, bagian thimble diputar hingga objek terjepit oleh poros tetap dan poros geser.
3. Bagian ratchet dapat diputar untuk menghasilkan perhitungan yang lebih presisi dengan
menggerakkan poros geser secara perlahan.
4. Setelah yakin bahwa objek benar-benar terjepit diantara kedua poros, hasil pengukuran dapat
dibaca di skala utama dan skala nonius.

c. Cara Membaca Mikrometer Sekrup


Pembacaan mikrometer sekrup dilakukan pada dua bagian, yaitu di skala utama dan di skala nonius
atau Vernier. Skala utama dapat dibaca di bagian sleeve dan skala nonius dapat dibaca di bagian
thimble.

Pada contoh pengukuran di atas, cara membaca mikrometer sekrup tersebut adalah:
 Untuk skala utama, dapat dilihat bahwa posisi thimble telah melewati angka “5” di bagian atas,
dan pada bagian bawah garis horizontal telah melewati 1 strip. 0.5mm. Artinya, pada bagian ini
didapat hasil pengukuran 5 + 0.5 mm = 5.5 mm.
5
Pengukuran juga dapat dilakukan dengan prinsip bahwa setiap 1 strip menandakan jarak 0.5mm.
Dikarenakan terlewati 5 strip di atas garis horizontal dan 6 strip di bawah garis horizontal, maka
total jarak adalah (5+6) x 0.5mm = 5.5mm

 Pada bagian kedua, terlihat garis horizontal di skala utama berhimpit dengan angka 28 di skala
nonius. Artinya, pada skala nonius didapatkan tambahan panjang 0.28mm

 Maka, hasil akhir pengukuran mikrometer sekrup pada contoh ini adalah 5.5 + 0.28 = 5.78mm.
Hasil ini memiliki ketelitian sebesar 0.01 mm.

d. Fungsi Mikrometer Sekrup


Mikrometer sekrup pada umumnya digunakan untuk mengukur diameter atau ketebalan suatu benda
yang ukurannya kecil. Seperti dijelaskan sebelumnya, alat ini memiliki kepresisian 10x lipat dari
jangka sorong sehingga dapat mengukur benda yang lebih kecil tepatnya pada ketelitian 0,01 mm.

Penggunaan alat ini untuk mengukur panjang benda kurang umum digunakan, karena umumnya
panjang benda masih dapat diukur dengan baik di tingkat kepresisian 1 mm dan 0,1 mm, dimana
masing-masing tingkat kepresisian dimiliki oleh penggaris dan jangka sorong.

Contoh Soal 1:
Jika pada suatu pengukuran didapatkan gambar skala utama dan skala nonius sebagai berikut, berapa
panjang dari benda yang diukur?
Jawaban
Skala utama = 4 mm
Skala nonius = 0,30 mm
Maka, hasil pengukuran =
Skala utama + skala nonius = 4 +0,3 = 4,30 mm

Contoh Soal 2:
Berapa ketebalan kawat tembaga yang diukur dengan mikrometer sekrup berikut?
Skala utama = 1,5 mm
Skala nonius = 0,30 mm
Maka, hasil pengukuran =
Skala utama + skala nonius = 1,5 + 0,3 = 1,80 mm.

6
Alat Ukur Massa
Massa tidak dipengaruhi gravitasi, sedangkan berat dipengaruhi oleh gravitasi. Bila satuan SI untuk
massa adalah kilogram (kg), satuan SI untuk berat adalah newton (N). Massa diukur dengan neraca
lengan, berat diukur dengan neraca pegas.

Alat Ukur Waktu


Waktu adalah selang antara dua kejadian/peristiwa. alat pengukur waktu, misalnya stopwatch dan jam
tangan

Berdasarkan arahnya besaran dibedakan menjadi dua yaitu :


 besaran vektor yaitu besaran yang memiliki arah misal perpindahan, keepatan, percepatan, gaya dan
lain – lain
 besaran skalar yaitu besaran yang tak punya arah misal kelajuan, jarak, energi, daya, dan lain lain

Mengukur adalah membandingkan suatu besaran dengan sebuah satuan, misal mengukur panjang buku
menggunakan penggaris, besarannya adalah panjang buku sedangkan satuannya adalah penggaris.

D. Dimensi
Untuk menyederhanakan pernyataan suatu besaran turunan dengan besaran pokok digunakan dengan
simbol yang disebut dimensi besaran.

Misal Dimensi Besaran :


1. Luas = panjang x lebar = m x m = [L] x [L] =[L]²
2. Volume = panjang x lebar x tinggi = m x m x m = [L]x[L]x[L] =[L]³
3. Kecepatan = jarak / waktu = m / s =[L]/[T] = [L][T]-1
E. Angka Penting
Semua angka yang diperoleh dari hasil pengukuran disebut Angka Penting, terdiri atas angka-angka
pasti dan angka-angka terakhir yang ditaksir (angka taksiran).
Aturan penulisan/penyajian angka penting dalam pengukuran :
1. Semua angka yang bukan nol adalah angka penting. Contoh: 72,753 (5 angka penting).
2. Semua angka nol yang terletak di antara angka-angka bukan nol adalah angka penting.Contoh:
9000,1009 (9 angka penting).
3. Semua angka nol yang terletak di belakang angka bukan nol yang terakhir, tetapi terletak di depan
tanda desimaladalah angka penting. Contoh: 3,0000 (5 angka penting).
4. Angka nol yang terletak di belakang angka bukan nol yang terakhir dan di belakang tanda desimal

7
adalah angka penting. Contoh: 67,50000 (7 angka penting).
5. Angka nol yang terletak di belakang angka bukan nol yang terakhir dan tidak dengan tanda desimal
adalah angka tidak penting. Contoh: 4700000 (2 angka penting).
6. Angka nol yang terletak di depan angka bukan nol yang pertama adalah angka tidak penting.Contoh:
0,0000789 (3 angka penting).
Ketentuan – Ketentuan Pada Operasi Angka Penting:
1. Hasil operasi penjumlahan dan pengurangan dengan angka-angka penting hanya boleh terdapat Satu
Angka Taksiran saja.
Contoh: 35,572 + 2,2626 = 37,8346 = 37,835 (dibulatkan)
35,572 angka 2 = angka taksiran
2,2626 angka 6 = angka taksiran
37,8346 angka 4 dan 6 (dua angka terakhir) taksiran maka ditulis: 37,835
Pengurangan :
13,46 - 2,2347 = 11,2253 = 11,23 (dibulatkan)
13,46 angka 6 = angka taksiran
2,2347 angka 7 = angka taksiran
11,2253 angka 2, 5 dan 3 (tiga angka terakhir) taksiran maka ditulis : 11,23
(Untuk penambahan/pengurangan perhatikan angka di belakang koma yang paling sedikit/ angka
decimal yang paling sedikit).
1,456 + 1,47 = 2,93 (2 angka decimal)
2,4 + 2,908 + 3,78 = 9,1 (1 angka decimal)
2. Angka penting pada hasil perkalian dan pembagian, sama banyaknya dengan angka penting yang
paling sedikit.
Contoh: 8,141 (4AP) x 0,22 (2AP) = 1,8 (2 AP)
2,62 (3 AP) x 9,314 (4 AP) = 24,4 (3AP)
112 (3 AP) x 24 (2AP) = 2688 = 2700 (2AP) angka nol bukan angka penting
1,432 (4AP) : 2,68 (3AP) = 0,53432 = 0,534 (3AP)
10,54(4AP) : 1,4 (2AP) = 7,5 (2AP)
3. Untuk angka 5 atau lebih dibulatkan ke atas, sedangkan angka kurang dari 5 dihilangkan, Jika
angkanya tepat sama dengan 5, dibulatkan ke atas jika angka sebelumnya ganjil dan dibulatkan ke
bawah jika angka sebelumnya genap.
Contoh: Bulatkanlah sehingga mempunyai tiga angka penting:
a) 24,48 (4 AP) = 24,5
b) 56,635 (5 AP) = 56,6
c) 73,054 (5 AP) = 73,1
d) 33,127 (5 AP) =33,1

F. Notasi ilmiah (Bentuk baku Bilangan)


Notasi ilmiah merupakan cara penulisan sebuah angka, baik hasil pengukuran atau perhitungan yang
terlalu kecil atau terlalu besar ke bentuk desimal. Dalam aturan notasi ilmiah semua nilai dituliskan
dengan bentuk : a x10n dimana 1< a < 10
yang dibaca sebagai (a kali sepuluh pangkat n), di mana eksponen n adalah bilangan bulat, dan
koefisien a adalah bilangan real. Bilangan bulat n disebut urutan besarnya dan bilangan real a disebut
significand atau mantissa. Untuk bilangan yang sangat besar nilai n adalah positif, namun untuk
bilangan yang kecil (kurang dari satu) nilai n adalah negatif.
Berikut merupakan contoh penulisan notasi ilmiah:
Notasi Desimal Notasi Ilmiah
3 3×100
300 3×102
4000 4×103
453 4,53×102
9.567,838 9,567838×103
−77.000 −7,7×104
4.230.000000 4,23×109
0,6 6×10−1
0,000 000 006 72 6,72×10−9

Anda mungkin juga menyukai