1 Prinsip-prinsip Pengukuran besaran fisis, Ketepatan , ketelitian dan angka penting serta notasi
ilmiah
A. BESARAN POKOK
Besaran dibedakan menjadi dua yaitu besaran pokok dan besaran turunan.
Besaran pokok adalah : besaran yang satuannya sudah ditetapkan lebih dulu dan tidak diturunkan dari
besaran lain. Penetapan besaran ini dilakukan oleh organisasi International .Selain itu ditetapkan juga
satuan dari besaran tersebut yang merupakan dasar bagi Sistem Internasional (SI).
Ada tujuh besaran pokok dalam Sistem Internasional.
Simbol fisika biasanya diambilkan dari kata serapan bahasa Inggris. Contohnya besaran panjang dengan
simbol l dari kata length artinya panjang, besaran waktu dengan simbol t dari kata time. Sedangkan
dimensi menunjukkan nilai kebenaran suatu rumus.
1. Satuan Panjang
Satuan panjang menurut SI adalah meter (disingkat m). Satuan ini didefinisikan sebagai jarak yang
ditempuh dalam perjalanan cahaya di ruang hampa ( vakum) selama (1/299.792.458) detik.
Standar panjang internasional pertama kali dibuat adalah sebuah batang yang terbuat dari campuran
platina iridium yang disebut meter standar. Batang meter tersebut disimpan oleh Organisasi Internasional
Timbangan dan Ukuran di Sevres , dekat Paris. Satu meter didefinisikan jarak antara dua goresan pada
meter standar yang bersuhu 0° C.
Pada tahun 1960 standar satuan panjang diubah lagi. Satu meter didefinisikan sebagai
1.650.763,73 kali panjang gelombang sinar jingga yang dipancarkan oleh atom -atom Krypton -
86 pada suatu lucutan listrik di ruang hampa.
Pada tahun 1983, definisi satu meter diubah lagi. Definisi satu meter yang baru adalah jarak yang
ditemapih cahaya dalam ruang hampa selama (1/299.792.458) detik.
2. Satuan Massa
Massa menyatakan banyaknya zat yang dikandung oleh sutau benda. Massa benda selalu sama
dimanapun benda itu berada. Satuan SI untuk massa benda adalah Kilogram (Kg). Satu kilogram
standar adalah massa sebuah silinder platina iridium yang disimpan di Sevres dekat Paris.
Dengan meniru kilogram standar, dibuatlah standar sekunder. Stadar sekunder ini kemudian disebarkan
ke badan metrologi diberbagai negara. Massa dapat ditentukan dengan menggunakan neraca berlengan
sama.
1
3. Satuan Waktu
Standar satuan waktu adalah sekon (detik). Sekon didefinisikan sebagai waktu yang diperlukan oleh
atom Caesium -133 untuk bergetar sebanyak 9.192.631.770 kali. Waktu standar ini disebut juga jam atom
karena ditentukan dari getaran atom caesium.
4. Satuan Kuat Arus
Standar arus listrik adalah ampere (disingkat A). Satu amper didefinisikan sebagai arus tetap, yang
dipertahankan untuk tetap mengalir pada dua batang penghantar sejajar dengan panjang tak terhingga,
dengan luas penampang dapat diabaikan dan terpisah sejauh satu meter dalam ruang hampa, sehingga
menghasilkan gaya antara kedua batang penghantar sebesar 2 x 10-3 N/m
5. Satuan Suhu
Suhu memiliki satuan internasional Kelvin (disingkat K). Kelvin dijadikan satuan standar karena
pada skala o° K molekul suatu zat tidak akan bergetar dan berotasi. Dan setiap kenaikan 1 K berarti suhu
mengalami kenaikan 1/273,16 º C.
B. Besaran Turunan
Besaran turunan adalah : besaran yang diturunkan dari besaran pokok.
Penurunan besaran pokok ini, minimal terdiri dari 2 besaran pokok, baik yang sejenis maupun yang
tidak sejenis.
Contoh dari besaran turunan antara lain :
1. luas = Besaran Panjang x Besaran lebar = m x m = m²
2. volume = panjang x lebar x tinggi = m x m x m = m³
3. Kecepatan = jarak / waktu = m / s = m.s -1
Contoh-contoh besaran turunan yang lain seperti pada Tabel 1.2. Perhatikan tabel di bawah ini :
2
C. Macam Alat Ukur Alat Ukur Panjang dan Ketelitiannya
1. Mistar
Skala terkecil dari mistar adalah 1 mm (0,1 cm) dan ketelitiannya setengah skala terkecil 0, 5 mm
(0,05 cm).
2. Jangka Sorong
alat ukur yang mampu membaca hasil ukur sampai ketelitian 0,1 mm (0,01 cm)
3
Cara Menggunakan Jangka Sorong untuk Mengukur Kedalaman
Cara menggunakan jangka sorong untuk menghitung/mengukur kedalaman adalah dengan
menempatkan benda yang ingin diukur kedalamannya pada tangkai ukur. Taring rahang geser
sampai dengan menyentuk permukaan dalam (dasar lubang). Usahakan agar benda yang diukur
kedalamannya dalam keadaan statis (tidak bergeser).
C. Micrometer Sekrup
Mikrometer sekrup adalah alat pengukuran yang terdiri dari sekrup terkalibrasi dan memiliki tingkat
kepresisian 0.01 mm (10-5 m). Alat ini ditemukan pertama kali oleh Willaim Gascoigne pada abad ke-17
karena dibutuhkan alat yang lebih presisi dari jangka sorong. Penggunaan pertamanya adalah untuk
mengukur jarak sudut antar bintang-bintang dan ukuran benda-benda luar angkasa dari teleskop.
Meskipun mengandung kata “mikro”, alat ini tidak tepat digunakan untuk menghitung benda dengan
skala mikrometer. Kata “mikro” pada alat ini diambil dari Bahasa Yunani micros yang berarti “kecil”,
bukan skala mikro yang berarti 10-6.
4
a. Bagian-bagian Mikrometer Sekrup
Pada contoh pengukuran di atas, cara membaca mikrometer sekrup tersebut adalah:
Untuk skala utama, dapat dilihat bahwa posisi thimble telah melewati angka “5” di bagian atas,
dan pada bagian bawah garis horizontal telah melewati 1 strip. 0.5mm. Artinya, pada bagian ini
didapat hasil pengukuran 5 + 0.5 mm = 5.5 mm.
5
Pengukuran juga dapat dilakukan dengan prinsip bahwa setiap 1 strip menandakan jarak 0.5mm.
Dikarenakan terlewati 5 strip di atas garis horizontal dan 6 strip di bawah garis horizontal, maka
total jarak adalah (5+6) x 0.5mm = 5.5mm
Pada bagian kedua, terlihat garis horizontal di skala utama berhimpit dengan angka 28 di skala
nonius. Artinya, pada skala nonius didapatkan tambahan panjang 0.28mm
Maka, hasil akhir pengukuran mikrometer sekrup pada contoh ini adalah 5.5 + 0.28 = 5.78mm.
Hasil ini memiliki ketelitian sebesar 0.01 mm.
Penggunaan alat ini untuk mengukur panjang benda kurang umum digunakan, karena umumnya
panjang benda masih dapat diukur dengan baik di tingkat kepresisian 1 mm dan 0,1 mm, dimana
masing-masing tingkat kepresisian dimiliki oleh penggaris dan jangka sorong.
Contoh Soal 1:
Jika pada suatu pengukuran didapatkan gambar skala utama dan skala nonius sebagai berikut, berapa
panjang dari benda yang diukur?
Jawaban
Skala utama = 4 mm
Skala nonius = 0,30 mm
Maka, hasil pengukuran =
Skala utama + skala nonius = 4 +0,3 = 4,30 mm
Contoh Soal 2:
Berapa ketebalan kawat tembaga yang diukur dengan mikrometer sekrup berikut?
Skala utama = 1,5 mm
Skala nonius = 0,30 mm
Maka, hasil pengukuran =
Skala utama + skala nonius = 1,5 + 0,3 = 1,80 mm.
6
Alat Ukur Massa
Massa tidak dipengaruhi gravitasi, sedangkan berat dipengaruhi oleh gravitasi. Bila satuan SI untuk
massa adalah kilogram (kg), satuan SI untuk berat adalah newton (N). Massa diukur dengan neraca
lengan, berat diukur dengan neraca pegas.
Mengukur adalah membandingkan suatu besaran dengan sebuah satuan, misal mengukur panjang buku
menggunakan penggaris, besarannya adalah panjang buku sedangkan satuannya adalah penggaris.
D. Dimensi
Untuk menyederhanakan pernyataan suatu besaran turunan dengan besaran pokok digunakan dengan
simbol yang disebut dimensi besaran.
7
adalah angka penting. Contoh: 67,50000 (7 angka penting).
5. Angka nol yang terletak di belakang angka bukan nol yang terakhir dan tidak dengan tanda desimal
adalah angka tidak penting. Contoh: 4700000 (2 angka penting).
6. Angka nol yang terletak di depan angka bukan nol yang pertama adalah angka tidak penting.Contoh:
0,0000789 (3 angka penting).
Ketentuan – Ketentuan Pada Operasi Angka Penting:
1. Hasil operasi penjumlahan dan pengurangan dengan angka-angka penting hanya boleh terdapat Satu
Angka Taksiran saja.
Contoh: 35,572 + 2,2626 = 37,8346 = 37,835 (dibulatkan)
35,572 angka 2 = angka taksiran
2,2626 angka 6 = angka taksiran
37,8346 angka 4 dan 6 (dua angka terakhir) taksiran maka ditulis: 37,835
Pengurangan :
13,46 - 2,2347 = 11,2253 = 11,23 (dibulatkan)
13,46 angka 6 = angka taksiran
2,2347 angka 7 = angka taksiran
11,2253 angka 2, 5 dan 3 (tiga angka terakhir) taksiran maka ditulis : 11,23
(Untuk penambahan/pengurangan perhatikan angka di belakang koma yang paling sedikit/ angka
decimal yang paling sedikit).
1,456 + 1,47 = 2,93 (2 angka decimal)
2,4 + 2,908 + 3,78 = 9,1 (1 angka decimal)
2. Angka penting pada hasil perkalian dan pembagian, sama banyaknya dengan angka penting yang
paling sedikit.
Contoh: 8,141 (4AP) x 0,22 (2AP) = 1,8 (2 AP)
2,62 (3 AP) x 9,314 (4 AP) = 24,4 (3AP)
112 (3 AP) x 24 (2AP) = 2688 = 2700 (2AP) angka nol bukan angka penting
1,432 (4AP) : 2,68 (3AP) = 0,53432 = 0,534 (3AP)
10,54(4AP) : 1,4 (2AP) = 7,5 (2AP)
3. Untuk angka 5 atau lebih dibulatkan ke atas, sedangkan angka kurang dari 5 dihilangkan, Jika
angkanya tepat sama dengan 5, dibulatkan ke atas jika angka sebelumnya ganjil dan dibulatkan ke
bawah jika angka sebelumnya genap.
Contoh: Bulatkanlah sehingga mempunyai tiga angka penting:
a) 24,48 (4 AP) = 24,5
b) 56,635 (5 AP) = 56,6
c) 73,054 (5 AP) = 73,1
d) 33,127 (5 AP) =33,1