Anda di halaman 1dari 6

1. Arjuna Blessdio S.

(5)
2. Arsita Rahmaisyah (6)
3. Glory Esterica (13)
4. Meisha Andina P. W. (20)
5. Muhammad N. Ra'uf Hakim (21)
6. Sabrina Kusuma W. (29)
7. Tegar Aditia P. (31)

MASA KEPEMIMPINAN ABDURRAHMAN WAHID (GUS DUR)


Gus Dur memiliki nama lengkap Dr. (H.C.) K.H. Abdurrahman Wahid, yang lahir di
Jombang, Hindia Belanda pada tanggal 7 September 1940. Kepemimpinan Gus Dur dimulai dari
20 Oktober 1999 sampai 23 Juli 2001. Kepemimpinan Gus Dur bergaya:
 Kharismatik-Transformasional yang dimana saat mengambil keputusan, Gus Dur
menonjolkan sikap kharismatik yang dimiliki tetapi tanpa adanya kekerasan dan tekanan
militer.
 Responsif-Akomodatif maksudnya berusaha mengagregasikan semua kepentingan
beraneka ragam.
 Otoraktik, beliau dapat menjaga kebebasan manusia dengan cara melindungi kaum
minoritas.
Awal kepemimpinannya, Gus Dur memiliki karakter humanis, apa adanya, dan menjunjung
tinggi paham pluralisme. Namun, gaya kepemimpinannya cukup berbahaya untuk memimpin
bangsa karena akhir-akhir masa kepemimpinannya, beliau dianggap memiliki kebebasan yang
kebablasan, tidak pancasilais (memihak para kyai), dan menentang paham Marxisme-Leninisme.

A. Kebijakan Politik Pemerintahan


 Kebijakan politik Abdurrahman Wahid pada awal pemerintahannya adalah
membubarkan Departemen dan Departemen Penerangan Sosial
Pada masa Orde Baru, Departemen Penerangan dimanfaatkan oleh Presiden
Soeharto sebagai alat untuk mengekang kebebasan pers. Oleh sebab itu, Gus Dur
menghendaki pembubaran Departemen Penerangan agar kebebasan pers bisa
terjamin.
 Pembentukan Departemen Eksplorasi Laut melalui keputusan presiden No. 355/M
tahun 1999 tanggal 26 Oktober 1999
Penjelasan mengenai tugas dan fungsi termasuk susunan organisasi dan tata
kerja departemen ini tertuang dalam keputusan presiden No.136 tahun 1999 tanggal
10 November 1999.
 Menjadikan Departemen Koperasi dan Pengusaha Kecil Menengah (PKM), sebagai
Menteri Negara
Salah satu kebijakan di bidang politik yang paling menuai kontroversi adalah
wacana akan dicabutnya ketetapan MPR tentang pelarangan Partai Komunis yang
tertuang dalam Tap MPR Nomor 25 Tahun 1966. Reformasi yang dilakukan
pemerintah pada masa pemerintahan Abdurrahman Wahid ini bertujuan untuk
melakukan rekonsiliasi. Namun, wacana tersebut mendapat penolakan dari segala sisi,
salah satunya Menteri Kehakiman Yusril Ihza Mahendra.

 Membuka hubungan dagang dengan Israel


Kebijakan ini banyak menuai protes dari masyarakat. Bahkan Gus Dur
dianggap sebagai agen Yahudi oleh para demonstran. Melihat kondisi ini, pemerintah
menganjurkan agar pembukaan hubungan tersebut ditunda.
 Pada tahun 2000, Gus Dur mengeluarkan Peraturan Presiden No.6/2000 yang
mencabut Instruksi Presiden No.14/1967 yang dikeluarkan pemerintah Soeharto
Isi Inpres No.14/1967 adalah larangan segala bentuk ekspresi agama dan adat
Tionghoa di tempat publik. Dengan Perpres yang dikeluarkan Gus Dur, maka etnis
Tionghoa bisa melakukan kembali budaya tradisional mereka. Gus Dur juga
menetapkan Tahun Baru Imlek sebagai hari libur nasional pada tahun 2000. Hal ini
merupakan kebijakan pemerintah Abdurrahman Wahid untuk mewujudkan kerukunan
umat beragama.
 Dalam menghadapi referendum Aceh, Gus Dur mengadakan dialog dengan
masyarakat Aceh dengan damai
Presiden Gus Dur berhasil mengadakan perundingan dengan GAM yang
dilakukan di Swiss dan menghasilkan adanya jeda kemanusiaan di Aceh.
 MPR melakukan amandemen terhadap UUD 1945 tanggal 18 Agustus 2000
 Gus Dur menyetujui penggantian nama Irian Jaya menjadi Papua
 Diumumkannya Kabinet Persatuan Nasional
 Pemisahan TNI dan Polri

B. Kebijakan Ekonomi
Indonesia sempat mengalami krisis moneter (1997-1998) yang masih meninggalkan
sisa pada masa Reformasi. Untuk mengatasi masalah ini, Gus Dur membentuk Dewan
Ekonomi Nasional (DEN) yang bertugas untuk memperbaiki perekonomian Indonesia. DEN
diketuai oleh Prof. Dr. Emil Salim dengan wakilnya Subiyakto Tjakrawerdaya. Kebijakan
ekonomi pada masa pemerintahan Abdurrahman Wahid ini membuat kondisi ekonomi
Indonesia lebih stabil. Nilai tukar rupiah berada di kisaran Rp 6.700 dan indeks harga saham
(IHSG) berada di tingkat 700. Rendahnya nilai tukar rupiah mengakibatkan naiknya ekspor
komoditas pertanian dan elektronik. Selain itu, naiknya harga minyak dan gas bumi juga
menjadi faktor penting dalam pemasukan uang negara.
Strategi perekonomian Gus Dur dilakukan dengan menaikkan gaji Pegawai Negeri
Sipil (PNS) yang masih sangat rendah pada masa itu, dan sepanjang masa kepemimpinan
Gus Dur selama 21 bulan, gaji PNS naik dua kali lipat dengan besaran hingga 125 persen.
Dengan kenaikan gaji tersebut, daya beli masyarakat pun meningkat. Bahkan, 95 persen dari
total gaji tersebut dibelanjakan, hingga akhirnya ekonomi Indonesia dapat kembali bergerak
lebih cepat.
Kebijakan-Kebijakan dalam bidang ekonomi bermaksud melawan tekanan IMF,
perekonomian tumbuh mencapai 5%, dan ketimpangan mulai menurun dengan laju
pertumbuhan PDB. Kebijakannya antara lain:
 Diberlakukannya otonomi daerah dan pembagian keuangan daerah dengan pusat pada
tahun 2001
 Penajaman Visit Ekonomi
 Rekonsilitasi dengan Lembaga Internasional (Bank dunia, IMF, ADB, Negara Donor)
 Penajaman restrukturisasi Perbankan
 Penajaman restrukturisasi BUMN
 Penajaman restrukturisasi sektor riil
 Realokasi subsidi: prioritas pada sektor rawan

C. Kasus Besar dan Analisis Penyelesaian


1) Kasus Bulogatte
Skandal Buloggate diduga terjadi karena permainan "calo-calo" kekuasaan.
Perkara itu menyeret Wakil Kepala Bulog Sapuan dan tukang pijat Presiden
Abdurrahman Wahid, Soewondo. Penyebab skandal itu terjadi diduga karena banyak
pejabat eselon Bulog yang khawatir kehilangan jabatan sejak pembubaran
Kementerian Pangan.
Sapuan mendekati Soewondo untuk minta dipertemukan dengan Gus Dur agar
dapatmeminta kepastian tentang kabar pembubaran Bulog. Soewondo kemudian
menghubungi Sapuan untuk dicarikan pinjaman Rp 35 miliar untuk penyelesaian
Aceh. Sapuan sempat meminta dana kepada Kepala Bulog, Jusuf Kalla. Namun,
Kalla menolak. Setelah itu, Sapuan pun menggunakan dana Yayasan Kesejahteraan
Karyawan Badan Urusan Logistik (Yanatera Bulog) tanpa persetujuan Jusuf Kalla.
Sapuan kemudian menyerahkan dana itu kepada Soewondo dalam beberapa kali
pencairan sejak 13-20 Januari 2000. Penyelewengan dana Yanatera Bulog itu
kemudian dilaporkan ke polisi. Soewondo sendiri ditangkap di sebuah rumah mewah
pada 14 Oktober 2000 di Cisarua, Bogor.
Intinya, pada Mei 2000, Gus Dur mendapat kabar bahwa ada USD 4 juta
menghilang dari kas Bulog. Uang ini ternyata diambil Suwondo, mantan tukang pijit
Gus Dur. Suwondo ketika itu mengaku ke Bulog sebagai utusan Presiden Gus Dur
dan meminta uang tersebut.
Kasus ini sempat masuk ke Kejaksaan Agung, tapi Gus Dur dinyatakan tidak
terlibat. Suwondo juga terbukti tidak memiliki hubungan apa-apa dengan Gus Dur.
Lalu pada 28 Mei 2003 keluar Surat Perintah Penghentian Penyidikan (SP3).
2) Kasus Bruneigate
Februari 2000, Gus Dur mengunjungi Brunei. Ia kemudian mengajak Sultan
Brunei untuk berinvestasi di Aceh. Sultan setuju memberikan dana sebesar USD 2
juta ke Gus Dur karena dia dianggap sebagai orang beragama dan ulama. Sultan
Brunei yakin uang akan digunakan sebaik-baiknya.
Gus Dur tidak mengumumkan sumbangan ini ke publik. Sebelum skandal bocor,
Gus Dur langsung menyimpan uang ini ke rekening pemerintah. Alasannya, Sultan
Brunei memintanya untuk merahasiakan uang bantuan tersebut.
Pada 28 Mei 2001, Kejaksaan Agung menegaskan Gus Dur tidak terlibat dalam
kasus Bruneigate dan Buloggate. Kejaksaan juga mengeluarkan Surat Perintah
Penghentian Penyidikan (SP3) untuk dua kasus itu.
Intinya, saat itu Gus Dur dituduh menyelewengkan dana sebesar 2.000.000 Dolar
Amerika Serikat dari Sultan Brunei Darussalam Hassanal Bolkiah untuk rakyat Aceh.
Dana itu dilaporkan diterima oleh seorang pengusaha bernama Ario Wowor. Dia
kemudian melapor kepada Gus Dur tentang dana dari Sultan Hassanal Bolkiah itu.
Gus Dur disebut memerintahkan supaya uang itu diserahkan kepada H. Masnuh
untuk dibagikan kepada sejumlah lembaga swadaya masyarakat (LSM). Karena hal
itu Gus Dur kemudian dituduh menyelewengkan dana dari Sultan Hassanal Bolkiah.
Hal itu kemudian dilaporkan ke Kejaksaan Agung.

Analisis penyelesaian dari kedua kasus adalah sebagai berikut: Menurut


Fachri Nasution yang pada 2001 menjabat sebagai Jaksa Agung Muda Pidana Khusus
(Jampidsus) Kejaksaan Agung (Kejagung), dalam proses penyelidikan tidak
ditemukan indikasi keterlibatan Gus Dur dalam kasus Buloggate. Menurut dia, hanya
4 orang yang menjadi tersangka dalam kasus Buloggate yakni Soewondo, Sapuan,
Muljono Makmur dan Jacobus Ishak. Sedangkan dalam kasus Bruneigate, Fachri
mengatakan, pemberian dana dari Sultan Hassanal Bolkiah adalah murni hibah dari
perorangan kepada perorangan. Bukan dari pemerintah kepada pemerintah
(Government to Government). Kedua kasus berakhir dengan pernyataan Kejaksaan
Agung pada tahun 2003 bahwa tidak ada bukti Gus Dur telah melakukan kesalahan
dalam kasus Buloggate dan Bruneigate
Walaupun begitu, kasus merembet ke arah politik sehingga DPR membentuk
Panitia Khusus Bulog yang dinilai kontroversial. Akibatnya, ketegangan politik di
tingkat elite merembet kalangan masyarakat yang terbelah menjadi 2 kubu, yang pro
dan kontra Gus Dur. Karena keberadaan 2 kelompok yang berseberangan itu, potensi
aksi kekerasan juga semakin tinggi. Setelah persidangan dan lobi-lobi yang alot,
Sidang Istimewa MPR memutuskan mencopot Gus Dur dari jabatannya sebagai
presiden, tanpa melalui mekanisme hukum atau proses pengadilan, pada 23 Juli 2001.
MPR beralasan Gus Dur melanggar UUD 1945 Pasal 9 tentang Sumpah Jabatan dan
Tap MPR No. XI/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bebas KKN
(korupsi, kolusi, dan nepotisme), walaupun tak pernah terbukti sampai saat ini.
Meninjau alasan dari MPR, lengsernya Gus Dur terlihat janggal karena
adanya unsur penuduhan kasus KKN padahal sudah terbukti tidak terlibat.
Penyelesaian kasus ini secara jelas cenderung berpihak pada suara masyarakat yang
sudah terlanjur antipati terhadap gaya kepemimpinan Gus Dur. Skandal Buloggate
dan Bruneigate hanyalah salah satu "amunisi" yang digunakan oleh kelompok oposisi
untuk menggoyang pemerintahan Presiden ke-4 Republik Indonesia, Abdurrahman
Wahid atau Gus Dur.

D. Kelemahan dan Kelebihan


1) Bidang Politik
Kelebihan:
 Membentuk Kabinet Persatuan Nasional
 Politik Luar Negeri yang Bebas Aktif
Sering melakukan perjalanan luar negeri untuk menjalin kerjasama,
menarik investasi, menerima penghargaan, dan menghadiri bebagai forum
dunia. Citra negara Indonesia terangkat dari yang dulunya dikenal sebagai
negara totaliter dengan tingkat demokratisasi yang rendah. Kunjungan Gus
Dur direspon positif oleh dunia, bahkan membuka peluang kerjasama.
 Iklim Politik Yang Demokratis
Penghapusan peraturan yang merugikan kaum minoritas, pembubaran
instansi negara yang tak lagi efektif (departemen penerangan sosial),
pemikiran yang menghargai kebebasan idividu dan keberagaman (dasar dari
demokrasi) serta reformis, perubahan drastis dalam bidang keterbukaan
media, serta berkembang paham pluralisme sehingga kelompok minoritas
Tionghoa mendapatkan pengakuan lebih besar
Kelemahan:
 Stabilitas politik yang buruk menyebabkan stabilitas ekonomi berjalan
pincang.
Presiden Abdurahman Wahid sering melontarkan pernyataan-pernyataan
yang memanaskan situasi politik kepada media. Salah satunya yaitu soal
reshuffle cabinet atau desakan mundur terhadap sejumlah menteri.
 Rendahnya tingkat popularitas Gus Dur karena masyarakat kurang antusias
dengan gaya pemerintahan Gusdur yang kontroversial, ceplas-ceplos, dan
dianggap sering menyepelekan.
 Gus Dur tak punya basis politik yang kuat di parlemen (MPR/DPR)
 Gus Dur bukanlah tokoh dari partai yang memenangkan pemilu (PKB).
Hasil dari lobi-lobi politik yang akhirnya membuat Gus Dur dipilih
sebagai presiden sehingga ia “terpaksa” merengkuh semua partai tanpa
melihat kesamaan visi/misi dengan dirinya.
2) Bidang Ekonomi
Kelebihan:
 Memberi kebebasan seluas-luasnya kepada setiap suku terutama Tionghoa
 Berani bersikap dan tegas juga pada sektor-sektor ekonomi
Kelemahan:
 Keterbatasan fisik sehingga performa beliau dalam memimpin negeri ini
kurang maksimal yang berimbas pada bidang ekonomi.
 Seringnya melakukan perjalanan luar negeri sehingga dianggap
menghamburkan APBN.
3) Bidang Sosial
Kelebihan:
 Dapat menciptakan kehidupan rukun antar umat beragama dan antar suku di
Indonesia.
Kelemahan:
 Ada banyak pengangguran di Indonesia sekitar 13,7 juta penganggur.
4) Bidang Budaya
Kelebihan:
Gus Dur memberikan kebebasan dalam kehidupan bermasyarakat dan
beragama melalui beberapa keputusan presiden yang dikeluarkan, yaitu:
 Keputusan Presiden No.6 tahun 2000 mengenai Pemulihan Hak Sipil
Penganut Agama Konghucu.
 Menetapkan Tahun Baru Cina (IMLEK) sebagai hari besar agama, sehingga
menjadi hari libur nasional.
Kelemahan:
 Kerusuhan antar etnis terus berlanjut. Kerusuhan terutama berbahaya adalah
pembunuhan antara umat Islam dan Kristen di Maluku yang menewaskan
lebih dari seribu orang sepanjang tahun 1999.
5) Bidang Pertahanan dan Keamanan
Kelebihan:
 Pada Maret 2000, pemerintahan Gus Dur mulai melakukan negosiasi dengan
Gerakan Aceh Merdeka (GAM).
Dua bulan kemudian, pemerintah menandatangani nota kesepahaman
dengan GAM hingga awal tahun 2001, saat kedua penandatangan akan
melanggar persetujuan. Gus Dur juga mengusulkan agar TAP MPRS No.
XXIX/MPR/1966 yang melarang Marxisme-Leninisme dicabut. Gus Dur
memberikan Aceh referendum untuk menentukan otonomi dan bukan
kemerdekaan. Gus Dur juga ingin mengadopsi pendekatan yang lebih lembut
terhadap Aceh dengan mengurangi jumlah personel militer di Aceh.
 Pada 30 Desember 1999, Gus Dur mengunjungi Jayapura di provinsi Irian
Jaya. Selama kunjungannya, Abdurrahman Wahid berhasil meyakinkan
pemimpin-pemimpin Papua bahwa ia mendorong penggunaan nama Papua.
Kelemahan:
 Akibat restrukturisasi lembaga pemerintahan menyebabkan kondisi politik
yang tidak stabil atau sering terjadi pertentangan antar partai bahkan
pertentangan intern partai.
 Meningkatnya potensi kekerasan antarkubu pro dan kontra Gus Dur dalam
masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai