Anda di halaman 1dari 3

Teks Editorial

Kasus Lukas Enembe


Gubernur Lukas Enembe sedang menjadi sorotan terkait dengan kasus korupsi berskala
besar. Lukas Enembe merupakan orang nomor satu di Papua yang semestinya menjadi teladan
dan panutan masyarakat dalam menaati hukum.
Lukas ditetapkan sebagai tersangka pada 5 September 2022. Dia diduga terlibat korupsi
APBD Papua serta gratifikasi sebesar 1 miliar rupiah. Penyidik telah mengirimkan surat
panggilan kepada Enembe pada 7 September, namun Enembe tidak hadir. Enembe kemudian
dijadwalkan menjalani pemeriksaan pada 12 September 2022, di Markas Brigade Mobil Papua.
Namun, lagi-lagi mangkir. Hanya pengacaranya saja yang datang ke Gedung Merah Putih KPK
di Jakarta untuk memberitahukan kondisi Lukas. Kata tim penasihat hukum, Lukas mengidap
penyakit yang menyeramkan yakni empat kali stroke, serangan jantung, gagal ginjal, diabetes,
dan darah tinggi. Lukas pun diizinkan berobat ke Singapura.
Jika semua penyakit itu benar, kita ikut prihatin. Akan tetapi ada keraguan bahwa
dirinya menderita sakit bohongan. Caranya datang saja ke Jakarta dan biarkan dokter KPK
memeriksanya. Kalau untuk memenuhi syarat yang sederhana itu saja tidak mau, apakah wajar
jika ada dugaan bahwa Lukas hanya pura-pura sakit?
KPK menarasikan kepada publik bahwa Lukas Enembe hanya melakukan tindak pidana
korupsi 1 miliar rupiah. Namun, diduga bahwa tindak pidana korupsi yang dilakukan Lukas
dapat menembus angka ratusan miliar rupiah. Penetapan Enembe sebagai tersangka sempat
menyulut gejolak di tanah Papua. Ratusan simpatisan Enembe melakukan aksi dan longmars
memprotes penetapan tersangka oleh KPK itu.
Sebagai pemimpin daerah, sikap atau perilaku Lukas yang diduga kuat terkait dengan
kasus korupsi sangatlah tidak bijak dan tidak patut dicontoh. Apalagi Enembe
menyelewengkan uang rakyat dengan jumlah yang sangat fantastis, yakni mencapai ratusan
miliar rupiah untuk diinvestasikan dalam kegiatan perjudian di luar negeri. Hal tersebut
merupakan tindakan yang sangat tidak baik dan melawan hukum.
Lukas Enembe tidak semestinya menghindari atau mangkir dari panggilan KPK. Sebab
mangkir dari panggilan KPK bukanlah sikap yang bijak dan tidak bertanggung jawab. Hal
tersebut hanya akan membuat masalah tersebut berlarut-larut apalagi dengan melibatkan
simpatisan untuk menjaga rumah persembunyian. Hanya akan menambah masalah
tersendiri bagi Enembe.
Harus kita katakan, Lukas tidak kooperatif. Dia mengumbar begitu banyak pembenaran
untuk menyangkal status tersangkanya, tetapi dengan cara yang salah. Kalau memang tidak
bersalah, merasa diskriminasi buktikan saja semuanya di depan penyidik. KPK saat ini sudah
berbeda, sejak UU No.19 tahun 2019 diberlakukan, status tersangka bisa dibatalkan, surat
perintah penghentian penyidikan (SP3) dapat diterbitkan. Jadi, buat apa takut kalau
memang tidak bersalah?
Lukas Enembe seharusnya dapat bersikap kooepratif dan bertanggung jawab atas
tindak pidana korupsi yang menimpanya, terlebih Enembe adalah seorang pemimpin Bumi
Cendrawasih yang seharusnya menjadi contoh figur yang bertanggung jawab
terhadap masyarakat.
Untuk segera dapat melaksanakan pemeriksaan Lukas Enembe. Caranya, KPK harus
persuasif meminta Lukas kooperatif. Dengan cara lain, apabila Lukas terus mangkir dan
menghalangi penyelidikan, KPK dapat melibatkan kepolisian untuk menjemput paksa Lukas.
Kapolri Jendral Listyo Sigit Prabowo mengatakan Polri menyiapkan seribu delapan ratus
personel di Papua untuk membantu KPK menjemput paksa Lukas.
Semoga kasus ini cepat terungkap secara transparan dan mendapatkan hukuman yang
sebanding dengan yang ia lakukan. Kita berharap Lukas segera menjadi warga negara yang
baik dengan mematuhi hukum. Kita mendukung sepenuhnya upaya KPK memberantas korupsi
di seluruh negeri termasuk Papua. Negara hendak membersihkan Papua dari para koruptor agar
setiap rupiah uang rakyat dinikmati rakyat.

Kalimat Retoris:
• Kalau untuk memenuhi syarat yang sesederhana itu saja tidak mau, apakah wajar jika
ada dugaan bahwa Lukas hanya pura-pura sakit?
• Jadi buat apa takut kalau memang tidak bersalah?
Kata-kata Populer:
• mangkir
• kooperatif
• diskriminasi
• persuasif
• Kapolri
• transparan
• koruptor
Konjungsi Kausalitas:
• Lukas Enembe tidak semestinya menghindari atau mangkir dari panggilan KPK, sebab
mangkir dari panggilan KPK bukanlah sikap yang bijak dan tidak bertanggung jawab.
Kalimat Fakta:
• Lukas ditetapkan sebagai tersangka pada tanggal 5 September 2022.
Kalimat Prediksi:
• Namun diduga bahwa tindak pidana korupsi yang dilakukan Lukas dapat menembus
angka ratusan miliar.
Kalimat Kritik:
• Sebagai pemimpin daerah, sikap atau perilaku Lukas yang diduga kuat terkait dengan
kasus korupsi sangatlah tidak bijak dan tidak patut dicontoh.
• Harus kita katakan, Lukas tidak kooperatif.
Kalimat Penilaian:
• Lukas Enembe tidak semestinya menghindari atau mangkir dari panggilan KPK.
Kalimat Saran:
• Untuk segera dapat melaksanakan pemeriksaan Lukas Enembe, caranya KPK harus
secara persuasif meminta Lukas kooperatif.
• Lukas Enembe seharusnya dapat bersifat kooperatif dan bertanggung jawabwab atas
tindak pidana korupsi yang menimpanya.
Kalimat Harapan:
• Semoga kasus ini cepat terungkap secara transparan
• Kita berharap Lukas segera menjadi warga negara yang baik dengan mematuhi hukum.

Anggota Kelompok:
• Aryasetya Raditya Wijaya
• Muhamad Yurizal Saputra
• Muhammad Fadillah
• Nadhif Rizal Pradipa
• Syahreza Pahlevi

Anda mungkin juga menyukai