“Diajukan Kepada Guru PPKN, Dengan Tujuan Untuk Memenuhi Tugas PPKN ”
Anggota Kelompok :
Arina Sopiani
Nazmy Shakira Nurani
Reisha Fadianisa
Siti Afika
Veni Dwi Anggraeni
Zahrah Raudhatul Jannah
DAFTAR ISI............................................................................................................................... i
i
PERSATUAN DAN KESATUAN BANGSA PADA MASA REFORMASI
A. Latar Belakang
Bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa majemuk, ditandai dengan banyaknya etnis,
suku, agama, budaya, kebiasaan, di dalamnya. Di sisi lain, masyarakat Indonesia dikenal
sebagai masyarakat multikultural, masyarakat yang anggotanya memiliki latar belakang
budaya (cultural background) beragam. Kemajemukan dan multikulturalitas mengisyaratkan
adanya perbedaan. Bila dikelola secara benar, kemajemukan dan multikulturalitas
menghasilkan energi hebat. Sebaliknya, bila tidak dikelola secara benar, kemajemukan dan
multikulturalitas bisa menimbulkan bencana dahsyat.
Perbedaan yang terdapat di Indonesia ini merupakan sebuah warisan yang diberikan
kepada kita semua sebagai warga negara Indonesia. Perbedaan yang meliputi banyak hal ini
bukan menjadi masalah bagi kita untuk tetap menghargai, bertoleransi, dan menjaga kesatuan
serta persatuan bangsa kita. Persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia sudah menjadi kewajiban
kita sebagai warga negara untuk menjaga, melindungi, dan mempertahankannya.
Kesatuan dan persatuan bangsa Indonesia dari masa ke masa mengalami perubahan-
perubahan yang signifikan. Di Indonesia terjadi beberapa masa yang berbeda, yaitu masa
Revolusi, Republik Indonesia Serikat, Liberal, Terpimpin, Orde Baru, dan masa Reformasi.
Tentunya perubahan masa yang sering terjadi dapat berakibat kepada kesatuan dan persatuan
bangsa Indonesia.
Persatuan berasal dari kata satu yang berarti utuh dan tidak terpecah-belah. Arti lebih
luasnya yaitu berkumpulnya macam-macam corak dari berbagai kalangan,ras,budaya, dan adat
istiadat dalam masyarakat yang bersatu dengan serasi.
Persatuan bangsa berarti gabungan suku-suku bangsa yang sudah bersatu. Dalam hal
ini, masing-masing suku bangsa merupakan kelompok masyarakat yang memiliki ciri-ciri
tertentu yang bersatu. Penggabungan dalam persatuan bangsa, masing-masing bangsa tetap
memiliki ciri-ciri dan adat istiadat semula.
1
Dalam persatuan bangsa, satu suku bangsa menjadi lebih besar dari sekedar satu suku
bangsa yang bersangkutan karena dapat mengatasnamakan bangsa secara keseluruhan.
Misalnya suku Bugis atau suku Batak dapat menyebutkan dirinya bangsa Indonesia, yang
memiliki ciri jauh lebih luas dan komplek dari pada suku Bugis atau Batak itu sendiri.
Kesatuan merupakan hasil dari persatuan yang telah menjadi utuh. Maka dari itu
persatuan dan kesatuan sangat erat hubungannya.
Kesatuan bangsa Indonesia berarti satu bangsa Indonesia dalam satu jiwa bangsa seperti
yang diputuskan dalam kongres Pemuda pada tahun 1928 dalam keadaan utuh dan tidak boleh
kurang, baik sebagai subyek maupun obyek dalam penyelenggaraan kehidupan nasional.
Sedangkan kesatuan wilayah Indonesia berarti satu wilayah Indonesia dari Sabang sampai
Merauke yang terdiri dari daratan, perairan dan dirgantara diatasnya seperti yang dinyatakan
dalam deklarasi Juanda 1957, dalam keadaan utuh dan tidak boleh kurang atau retak.
1. Kemerdekaan Pers
Sebelumnya penerbitan media massa diwajibkan memiliki SIUPP (Surat Izin
Usaha Penerbitan Pers). Pada masa reformasi, pers dibebaskan dari SIUPP.
2. Kemerdekaan Membentuk Partai Politik
Sebelumnya, partai politik dibatasi hanya tiga, tetapi setelah reformasi,
pembentukan partai politik dibebaskan.
3. Terselenggaranya Pemilu Yang Demokratis
Pemilu pertama Indonesia, tahun 1955 dianggap salah satu pemilu paling
demokratis. Pada kenyataannya, hanyalah demokratis semu. Pada tahun 1999
inilah terselenggara pemilu yang benar demokratis.
4. Otonomi Daerah
Pada tahun 1999, keluar UU No. 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah.
Peraturan ini memperluas kekuasaan pemerintahan pada pemerintah daerah
(pemda)
2
D. Amandemen UUD NKRI Tahun 1945
Menurut Zoelva, perubahan UUD NRI Tahun 1945 mengenai penyelenggaraan negara
dilakukan untuk mempertegas kekuasaan dan wewenang tiap lembaga negara, mempertegas
batas-batas kekuasaan setiap lembaga negara dan menempatkannya berdasarkan fungsi-fungsi
penyelenggaraan negara bagi setiap lembaga negara. Sistem yang hendak dibangun adalah
system check and balances, yaitu pembatasan kekuasaan setiap lembaga negara oleh undang-
undang dasar, tidak ada yang tertinggi dan tidak ada yang rendah, semuanya sama diatur
berdasarkan fungsi masing-masing.
Melalui amandemen UUD NRI Tahun 1945, sejumlah kewenangan presiden dikurangi
dan dibatasi oleh UUD. Tujuannya adalah agar kekuasaan presiden tidak disalahgunakan.
Pengurangan dan pembatasan tersebut tampak antara lain pada pasal-pasal berikut.
Pada masa reformasi, Indonesia mengalami lima kali pergantian Presiden. Berikut tabel
kabinet pada masa reformasi beserta pimpinan kabinet/presidennya :
3
Megawati
Gotong Royong 9 Agustus 2001 20 Oktober 2004 Presiden
Soekarnoputri
Susilo
Indonesia
21 Oktober 2004 20 Oktober 2009 Bambang Presiden
Bersatu
Yudhoyono
Susilo
Indonesia
22 Oktober 2009 20 Oktober 2014 Bambang Presiden
Bersatu II
Yudhoyono
Kerja 27 Oktober 2014 - Joko Widodo Presiden
1. Kepemimpinan BJ Habibie
Dampak ekonomi yang terjadi pada era reformasi, semasa kepemimpinan BJ
Habibie adalah:
Nilai tukar rupiah berhasil dipotong terhadap dolar, berkisar Rp 10.000 –
15.000
Mulai diterapkan independensi Bank Indonesia agar lebih fokus mengurus
perekonomian Indonesia
Merestrukturasi dan rekapitulasi perbankan melalui pembentukan Badan
Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) dan unit Pengelola Aset Negara
Melikuidasi beberapa bank yang bermasalah
Menaikkan nilai tukar rupiah terhadap dolar hingga di bawah Rp 10.000
Membentuk lembaga pemantau dan penyelesaian masalah utang luar negeri
Mengimplementasikan reformasi ekonomi yang disyaratkan International
Monetary Fund (IMF)
Mengesahkan UU No. 5 Tahun 1999 tentang larangan praktik monopoli dan
persaingan yang tidak sehat
2. Kepemimpinan Gus Dur
Semasa kepemimpinan Gus Dur, dampak ekonomi yang terjadi pada era
Reformasi adalah sebagai berikut :
Kondisi perekonomian di Indonesia sudah jauh lebih baik,meski belum stabil.
Seperti laju pertumbuhan PDB (nilai pasar semua barang dan jasa yang
4
diproduksi negara) mulai positif dan laju pertumbuhan ekonomi hamper
mencapai 5 persen.
Membentuk Dewan Ekonomi Nasional untuk mengatasi krismon
3. Kepemimpinan Megawati Soekarnoputri
Megawati Soekarnoputri, anak dari Soekarno, menjabat sebagai Presiden
Indonesia sejak 23 Juli 2001 hingga 20 Oktober 2004. Semasa jabatannya, dampak
ekonomi yang terjadi dalam era Reformasi adalah:
Kurs rupiah mulai stabil
Pengajuan untuk menunda pembayaran hutang senilai 5.800.000.000 dolar
Amerika
Melakukan pembayaran hutang luar negeri senilai Rp 116.300.000.000.000
Melakukan Privatisasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
4. Kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono
Akhir kepemimpinan Megawati sebagai Presiden Indonesia digantikan oleh
Susilo Bambang Yudhoyono sejak 20 Oktober 2004 hingga 20 Oktober 2014. Semasa
jabatannya, dampak ekonomi yang terjadi dalam era Reformasi adalah:
Angka pertumbuhan ekonomi rata-rata 5 persen per tahun
Pengurangan subsidi BBM
Pemberian Bantuan Langsung Tunai (BLT)
Mengurangi hutang luar negeri dan melunasi hutang IMF senilai
3.100.000.000 dolar Amerika
1. Kepemimpinan BJ Habibie
BJ Habibie hanya menjabat sebagai Presiden Indonesia selama 1 tahun 5 bulan,
sejak 21 Mei 1998 hingga 20 Oktober 1999.
Meskipun tidak menjabat dalam waktu lama, Presiden BJ Habibie saat itu
mampu memulihkan kondisi Indonesia usai masa Orde Baru, salah satunya politik.
Berikut dampak dalam bidang politik semasa reformasi :
Mengganti 5 paket undang-undang, 3 di antaranya diubah agar lebih
demokratis, yaitu UU Otonomi Daerah, UU Pers, dan UU Independensi Bank
Indonesia
Rakyat bebas dalam menyalurkan aspirasi
Melakukan pencabutan terhadap pembredelan pers
5
Jejak pendapat wilayah Timor-Timur
Memberikan abolisi (hak kepala negara untuk menghapuskan hak tuntutan
pidana) kepada 18 tahanan dan narapidana politik
Pengurangan jumlah anggota ABRI di MPR, dari 75 orang menjadi 38 orang
Polri memisahkan diri dari ABRI menjadi kepolisian RI.
2. Kepemimpinan Gus Dur
Setelah BJ Habibie tidak lagi menjabat sebagai Presiden Indonesia,
kedudukannya digantikan oleh KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), sejak tahun 1999
hingga 2001.
Semasa jabatannya dalam era Reformasi, dampak dalam bidang politik yang
terjadi adalah:
Departemen Penerangan dibubarkan, karena dianggap mengganggu kebebasan
pers
Departemen Sosial dibubarkan, dianggap sebagai sarang korupsi
Menyetujui penggunaan nama Irian Jaya menjadi Papua pada akhir Desember
1999
Masyarakat etnis Tionghoa diperbolehkan untuk beribadah dan merayakan
tahun baru imlek
Diumumkannya nama-nama menteri Kabinet Persatuan Nasional yang terlibat
KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme)
Pencabutan peraturan mengenai larangan terhadap PKI dan penyebaran
Marxisme dan Leninisme
Membekukan MPR dan DPR