0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
217 tayangan8 halaman
1. UUDS 1950 menetapkan Indonesia sebagai negara kesatuan dan menganut sistem pemerintahan parlementer dengan presiden sebagai kepala negara dan perdana menteri sebagai kepala pemerintahan.
2. Sistem parlementer menghadapi tantangan seperti masa kerja kabinet yang pendek dan ketegangan sosial akibat pemilu yang berkepanjangan, namun juga membuahkan hasil seperti peningkatan pendidikan dan pengendalian ekonomi.
3. Pemberont
1. UUDS 1950 menetapkan Indonesia sebagai negara kesatuan dan menganut sistem pemerintahan parlementer dengan presiden sebagai kepala negara dan perdana menteri sebagai kepala pemerintahan.
2. Sistem parlementer menghadapi tantangan seperti masa kerja kabinet yang pendek dan ketegangan sosial akibat pemilu yang berkepanjangan, namun juga membuahkan hasil seperti peningkatan pendidikan dan pengendalian ekonomi.
3. Pemberont
1. UUDS 1950 menetapkan Indonesia sebagai negara kesatuan dan menganut sistem pemerintahan parlementer dengan presiden sebagai kepala negara dan perdana menteri sebagai kepala pemerintahan.
2. Sistem parlementer menghadapi tantangan seperti masa kerja kabinet yang pendek dan ketegangan sosial akibat pemilu yang berkepanjangan, namun juga membuahkan hasil seperti peningkatan pendidikan dan pengendalian ekonomi.
3. Pemberont
Masa Demokrasi Liberal (17 Agustus 1950 - 5 Juli 1959) a. UUDS 1950 sebagai konstitusi setelah bubarnya Republik Indonesia Serikat, Indonesia menggunakan UUDS 1950 sebagai konstitusi. Berdasarkan UUDS 1950, Bentuk negara RI adalah negara kesatuan. Hal ini ditegaskan dalam pasal 1 ayat 1 UUDS 1950 yang berbunyi " Republik Indinesia yang merdeka dan berdaulat iyalah suatu negara hukum yang demokratis dan berbentuk kesatuan ". UUDS 1950 menganut sistem pemerintahan parlementer, sama seperti RIS. Berdasarkan UUDS 1950, presiden berfungsi kepala negara dan menjadi bagian dari pemerintahan. namun, tanggung jawab pemerintahan berada ditangan perdana menteri bersama para menterinya. b. Hal- Hal Negatif dan Positif Sistem Parlementer Menurut Herbert Feith, Selama berlakunya sistem parlementer hal-hal negatif yang terjadi, antara lain: 1. Kebijakan pemerintahan jangka panjang banyak yang tidak dapat terlaksana karena masa kerja kabinet rata-rata pendek. 2. Meningkatnya ketegangan sosial di masyarakat akibat masa kegiatan kampanye pemilu yang berlangsung lama, yaitu sejak tahun 1953 hingga tahun 1955 3. Kebijaksanaaan beberapa perdana menteri yang cenderung menguntungkan partainya sendiri. hal ini sering menimbulkan kerugian bagi perekonomian nasional. b. Hal- Hal Negatif dan Positif Sistem Parlementer Herbert Feith juga mencatat beberapa hal positif dalam pelaksanaan demokrasi parlementer pada masa 1950-1959 antara lain: 1. Pemerintah berhasil melaksanakan programnya seperti dalam bidang pendidikan, peningkatan produksi, peningkatan tingkat ekspor, dan mengendalikan inflasi. 2. Kabinet dan ABRI berhasil mengatasi pemberontakan pemberontakan seperti republik maluku selatan dan DI/TII di Jawa Barat. 3. Pesatnya jumlah pertumbuhan sekolah sekolah. 4. Indonesia mendapat nama baik di Dunia internasional karena berhasil menyelenggarakan konferensi asia-afrika di Bandung pada April 1955. c. Kabinet Pada Demokrasi Liberal Pada masa demokrasi liberal, terjadi ketegangan sosisal politik, antara lain akibat beberapa kali gantinya kabinet, gagalnya konstituante menentukan dasar negara, serta sejumlah pemberontakan seperti PRRI/Permesta .Akibatnya, muncul desakan berbagai pihak agar presiden mengeluarkan dekret presiden dan memberlakukan kembali UUD NRI tahun 1945 d. Pemberontakan Pada masa demokrasi liberal ini, terjadi sejumlah pemberontakan yang mengancam persatuan dan kesatuan bangsa. Pemberontakan tersebut antara lain: 1. Pemberontakan Darul Islam / Tentara Islam Indonesia (DI/TII) di Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, dan Aceh. Pemberontakan DI/TII di Kalimantan Selatan terjadi pada 10 Oktober 1950 di pimpin Ibnu Hajar. Ibnu Hajar dan pasukannya menyerang pos tentara di Kalimantan Selatan dan melakukan tindakan-tindakan pengacauan. Gerakan DI/TII di kalimantan selatan berhasil dilumpuhkan dan Ibnu Hajar berhasil ditangkap pada tahun 1959. d. Pemberontakan 2. Pemberontakan pemerintahan reovolusioner Republik Indonesia (PRRI) atau Perjuangan rakyat semesta (Persemesta). terjadi kerna hubungan tidak harmonis antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, terutama Sumatera dan Sulawesi. Kedua wilayah merasa tidak puas dengan otonomi daerah dan perimbangan keuangan antara pusat dan daerah. PRRI dan Persemesta sempat bergabung, tetapi berpisah kembali. Pemerintah RI Kemudian mengambil tindakan tegas dengan melakukan operasi militer. PRRI dan Persemesta akhirnya berhasil dilumpuhkan , baik yang berada diwilayah Sumatera maupun Sulawesi. THANK YOU