XII MIPA 5
KABINET DJUANDA / KABINET KARYA
Gambar Kabinet Djuanda atau Kabinet Karya
Latar Belakang
1. Perjuangan Irian Barat yang dipimpin oleh pemerinth dan digiatkan dalam
aksi pembebasan Irian Barat.
2. Pendirian “Gerakan Perjuangan Menyelamatkan Negara Republik
Indonesia” pada tanggal 10 Februari 1958 dengan Husein sebagai
ketuanya.
3. Pendirian “Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia” (PRRI) tepat
setelah berakhirnya masa berlaku ultimatum “Gerakan Perjuangan
Menyelamatkan Negara Republik Indonesia”. PRRI dipimpin oleh Syafrudin
Prawiranegara -mantan Presiden PDRI- dan berkedudukan di Bukittinggi.
4. Perjuangan pembebasan Irian Jaya dan penyatuannya ke dalam wilayah NKRI
sebenarnya telah memberi kesadaran akan perjuangan pembentukan
keutuhan wilayah negara.
Beberapa Faktor Kesulitan pada
Kabinet Juanda
1. Biaya menumpas pemberontakan PRRI-PERMESTA begitu besar
(sampai pertengahan 1958 mencapai lebih dari Rp
5.000.000,00);
2. Kekurangan penerimaan karena sistem ekonomi barter dan
merebaknya penyelundupan;
3. Defisit penerimaan yang begitu besar. Pada tahun 1958 kurang
lebih Rp 9.500.000,00 ; tahun 1958 Rp 7.911.000,00 ; sehingga
berakibat inflasi karena pemerintah hanya mampu menutupinya
dengan uang muka (pinjaman) dari Bank Indonesia.
4. Disiplin ekonomi masyarakat memang masih kurang.
Deklarasi Djuanda
• Deklarasi Djuanda yang dicetuskan pada tanggal 13
Desember 1957 oleh Perdana Menteri
• Indonesia pada saat itu, Djuanda Kartawidjaja,
adalah deklarasi yang menyatakan kepada dunia
bahwa laut Indonesia adalah termasuk laut sekitar,
di antara dan di dalam kepulauan Indonesia menjadi
satu kesatuan wilayah NKRI.
Sebelum deklarasi Djuanda, wilayah negara Republik
Indonesia mengacu pada Ordonansi Hindia Belanda
1939, yaituTeritoriale Zeeën en Maritieme Kringen
Ordonantie 1939 (TZMKO 1939). Dalam peraturan zaman
Hindia Belanda ini, pulau-pulau di wilayah Nusantara
dipisahkan oleh laut di sekelilingnya dan setiap pulau
hanya mempunyai laut di sekeliling sejauh 3 mil dari
garis pantai. Ini berarti kapal asing boleh dengan bebas
melayari laut yang memisahkan pulau-pulau tersebut.
Pada tahun 1999, Presiden Abdurrahman Wahid mencanangkan
tanggal 13 Desember sebagai Hari Nusantara.[2] Penetapan hari ini
dipertegas oleh Presiden Megawati dengan menerbitkan Keputusan
Presiden RI Nomor 126 Tahun 2001 tentang Hari Nusantara,
sehingga tanggal 13 Desember resmi menjadi hari perayaan nasional
tidak libur.
Isi dari Deklarasi Juanda yang ditulis pada 13 Desember 1957, menyatakan: