Anda di halaman 1dari 20

Kelompok 3

Pemberontakan Apra

Indy Inasa Rizqita (13)


Kurniafitra Satria H. (14)
Linda May Selfisina (15)
Mahardhika Hafizh K. (16)
Muhammad Aditya R. D. K. (17)
[Lambang Angkatan Perang Ratu Adil]
Pembahasan

Konflik & puncak


01. Penjelasan umum mengenai
Pembukaan 03. konflik
Pemberontakan yang dilakukan
pemberontakan APRA APRA terhadap Republik Indonesia

02. Latar belakang 04. Resolusi


Awal mula terbentuknya APRA Upaya Penumpasan pemberontakan
APRA
01
PEMBUKAA
N
Penjelasan umum mengenai
pemberontakan APRA
• Pembukaan

Salah satu pemberontakan yang dialami


bangsa Indonesia adalah peristiwa
pemberontakan APRA, singkatan dari
Angkatan Perang Ratu Adil. Pemberontakan
APRA dibentuk pada tanggal 23 Januari 1950.
Tujuan APRA adalah untuk melakukan
pemberontakan terhadap Republik Indonesia.
[Bendera Angkatan Perang Ratu Adil]
• Pembukaan
Pemberontakan ini berlangsung di bawah
pimpinan mantan Kapten KNIL Raymond
Westerling, sekaligus mantan komandan
Depot Speciale Troepen (Pasukan Khusus)
KNIL. Kelompok ini masuk ke dalam kota
Bandung dan menyerang orang-orang yang
berseragam TNI.

[Mantan Kapten KNIL]


Raymond Westerling
• Pembukaan

Tujuan APRA didasari oleh keinginan untuk


mempertahankan bentuk federal yang mana
saat itu APRA berada di negara Pasundan.
Banyak negara bagian yang lain membubarkan
diri dan bergabung dengan Republik Indonesia
untuk membentuk negara kesatuan.

[Bendera negara Pasundan]


02
Latar
Belakang
Awal mula terbentuknya APRA
• Latar Belakang
Nama Ratu Adil dalam gerakan APRA sudah
lebih dulu disebut-sebut, karena memiliki
sebuah makna penting bagi masyarakat yang
saat itu sedang dijajah. Ratu Adil menjadi
ideologi di Jawa Tengah dan Jawa Timur,
menitikberatkan akan datangnya juru selamat
yang akan membawa kesejahteraan pada
suatu masa. Karena Ratu Adil sangat diyakini
oleh masyarakat, Kapten Westerling pun [Pasukan APRA]

memanfaatkan nama tersebut guna menarik


dukungan dalam melancarkan rencananya.
• Latar Belakang
Terjadinya perang APRA ini didasari dengan adanya
hasil keputusan dari Konferensi Meja Bundar (KMB)
pada Agustus 1949.

Hasil dari KMB, yaitu:


• Kerajaan Belanda akan menarik pasukan KL dari
Indonesia
• Tentara KNIL akan dibubarkan dan akan dimasukkan
ke dalam kesatuan-kesatuan TNI.
[KMB di Den Haag 2-11-1949]
Keputusan ini lantas membuat para tentara KNIL
merasa khawatir akan mendapatkan hukuman serta
dikucilkan dalam kesatuan.
• Latar Belakang
Dari kejadian tersebut kemudian komandan dari
kesatuan khusus Depot Speciale Troopen (DST),
Kapten Westerling, ditugaskan untuk mengumpulkan
para desertir dan anggota KNIL yang sudah
dibubarkan. Sebanyak 8.000 pasukan berhasil
terkumpul. Selanjutnya, target utama dari operasinya
adalah Jakarta dan Bandung. Jakarta sendiri pada
awal 1950 tengah sering melakukan sidang Kabinet
RIS untuk membahas kembali terbentuknya negara
kesatuan. Sedangkan Bandung merupakan kota yang [Depot Speciale Troopen]
belum sepenuhnya dikuasai oleh pasukan Siliwangi
ditambah dengan Bandung sudah lama menjadi basis
kekuatan militer Belanda.
03
KONFLIK
Pemberontakan yang dilakukan
APRA terhadap Republik Indonesia
• Konflik
Tidak lama setelah APRA dibentuk, Westerling
mengajukan ultimatum kepada Pemerintah
RIS agar kekuasaan militer daerah Pasundan
diserahkan sepenuhnya kepada APRA, karena
Ia menilai TNI kurang mampu menjalankan
tugas itu dan meminta agar APRA dijadikan
pasukan resmi. Pemerintah RIS menganggap
ultimatum itu sebagai sebuah kekonyolan.
Oleh karena itu, Westerling mulai berusaha [Pasukan Apra]

merebut kekuasaan dengan kekerasan. Yaitu


dengan menyerang Bandung dan Jakarta.
• Konflik
Pada tanggal 23 Januari 1950, APRA yang
telah menyusun rencana mulai bergerak di
sekitar Cililin, di bawah pimpinan dua orang
Inspektur Polisi Belanda, van Beeklen dan van
der Meula. Gerakan APRA yang terdiri dari
sekitar 800 orang di antaranya 300 anggota
KNIL bersenjata lengkap menyerang kota
Bandung. [Pasukan Apra]
• Konflik
Walaupun satu hari sebelum serangan
pimpinan Divisi Siliwangi telah mensinyalir
adanya suatu gerakan dari sekelompok orang
bersenjata yang bergerak dari Cimahi menuju
kota Bandung, tetap saja Westerling berhasil
memasuki kota itu. Keesokan harinya APRA
telah memasuki kota Bandung dan secara
ganas membunuh setiap anggota TNI yang
dijumpai. [Cimahi 1938]
• Puncak Konflik
Gerombolan APRA berhasil menduduki
Markas Staf Divisi Siliwangi, pertempuran
tidak berimbang pun terjadi antara 150 orang
APRA melawan 18 orang anggota TNI.
Pertempuran itu menyebabkan 15 orang,
termasuk Lenan Kolonel Lemboh gugur,
sedangkan hanya 3 orang yang berhasil
melarikan diri. Secara keseluruhan gerakan
APRA di kota Bandung menyebabkan 79 [Korban APRA di Bandung]

anggota APRIS gugur dan banyak penduduk


sipil menjadi korban pembantaian.
04
RESOLUSI
Upaya penumpasan
pemberontakan APRA
Pada tanggal 24 Januari 1950, Pemerintah Indonesia melancarkan
operasi militer yang kemudian mengakibatkan terjadinya
perundingan di Jakarta antara Drs. Moh. Hatta dengan Komisaris
Tinggi Belanda. Hasilnya Mayor Engles mendesak Westerling dan
pasukan APRA meninggalkan kota Bandung

Penyelesaian
Di Jakarta Westerling berencana untuk membunuh beberapa
menteri akan tetapi TNI sudah bergerak lebih dulu untuk
melakukan penangkapan terhadap Westerling dan Sultan Hamid
II, Westerling melarikan diri dari Jakarta dengan menumpang
pesawat Catalina milik angkatan laut Belanda

Penyelesaian
Dampak dari gerakan APRA ini mengakibatkan parlemen Negara
Pasundan mendesak agar negara tersebut dibubarkan dan
kemudian terlaksana pada tanggal 27 Januari 1950

Penyelesaian
TERIMAKASI
H!

Anda mungkin juga menyukai