Anda di halaman 1dari 3

TUGAS SEJARAH INDONESIA

kelompok 4 :

1. Dwi Susilo Wati (07)


2. Fathika Naila s. (11)
3. Lulu'ul khafidhotul k. (12)
4. Pradela nur Faizah (19)

ANGKATAN PERANG RATU ADIL


(APRA)
Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) adalah kelompok milisi pro-Belanda yang muncul di era
Revolusi Nasional.APRA dibentuk dan dipimpin oleh mantan kapten KNIL (Koninklijk Nederlands
Indisch Leger) atau Tentara Hindia Belanda Raymond Westerling. Anggota dari APRA
kebanyakan direkrut dari bekas prajurit KNIL, terutama dari prajurit Regiment Speciale Troepen
(Regimen Pasukan Khusus) dengan jumlah pasukan APRA sekitar 2000 orang pada 1950.
Terjadinya perang APRA ini didasari dengan adanya hasil keputusan dari Konferensi
Meja Bundar (KMB) pada Agustus 1949.
Hasil dari KMB, yaitu:
• Kerajaan Belanda akan menarik pasukan KL dari Indonesia
• Tentara KNIL akan dibubarkan dan akan dimasukkan ke dalam kesatuan-kesatuan TNI
Keputusan ini lantas membuat para tentara KNIL merasa khawatir akan mendapatkan
hukuman serta dikucilkan dalam kesatuan. Dari kejadian tersebut kemudian komandan dari
kesatuan khusus Depot Speciale Troopen (DST), Kapten Westerling, ditugaskan untuk
mengumpulkan para desertir dan anggota KNIL yang sudah dibubarkan. Sebanyak 8.000 pasukan
berhasil terkumpul. Selanjutnya, target utama dari operasinya adalah Jakarta dan Bandung.
Jakarta sendiri pada awal 1950 tengah sering melakukan sidang Kabinet RIS untuk membahas
kembali terbentuknya negara kesatuan. Sedangkan Bandung merupakan kota yang belum
sepenuhnya dikuasai oleh pasukan Siliwangi ditambah dengan Bandung sudah lama menjadi
basis kekuatan militer Belanda.Gerakan ini pun kemudian mereka namai dengan Angkatan
Perang Ratu Adil (APRA).
Dalam pemberontakannya, Westerling berusaha untuk mengambil hati rakyat agar bisa
membantu untuk mencapai tujuannya. Tujuan Pemberontakan APRA adalah untuk
mempertahankan adanya negara-negara federal dalam RIS yang dipimpin oleh Soekarno.
Sebelum meletusnya pemberontakan tersebut yaitu pada Kamis, 5 Januari 1950, Westerling
telah lebih dulu mengirim surat ultimatum kepada pemerintah RIS .Isi ultimatum tersebut
adalah ia menuntut agar pemerintah RIS menghargai negara-negara bagian, terutama Negara
Pasundan serta pemerintah RIS harus mengakui APRA sebagai tentara Pasundan. Pemerintah
RIS diberi waktu selama tujuh hari untuk memberikan jawaban, yang apabila ditolak maka akan
terjadi pertempuran besar.
Akhirnya, untuk mencegah terjadinya tindakan Westerling, tanggal 10 Januari 1950,
Mohammad Hatta, Wakil Presiden RI, mengeluarkan perintah penangkapan terhadap
Westerling. Namun Westerling yang sudah mendengar rencana penangkapan tersebut pun
kemudian mempercepat pelaksanaan kudetanya dengan menyerang Bandung dan melakukan
pembantaian di sana.
A. Asal Muasal
Nama Ratu Adil dalam gerakan APRA sudah lebih dulu disebut-sebut, karena memiliki
sebuah makna penting bagi masyarakat yang saat itu sedang dijajah. Ratu Adil menjadi ideologi
di Jawa Tengah dan Jawa Timur, menitikberatkan akan datangnya juru selamat yang akan
membawa kesejahteraan pada suatu masa. Karena Ratu Adil sangat diyakini oleh masyarakat,
Kapten Westerling pun memanfaatkan nama tersebut guna menarik dukungan dalam
melancarkan rencananya. Pemberontakan Westerling memakai nama perang Ratu Adil karena
dengan nama Ratu Adil jadi didukung rakyat banyak.
B. Latar Belakang Pemberontakan APRA
Latar belakang timbulnya pemberontakan APRA adalah mulai dibubarkannya negara
bagian bentukan Belanda di Republik Indonesia Serikat (RIS) yang bergabung kembali ke
Republik Indonesia.APRA tidak menyetujui adanya rencana pembubaran Republik Indonesia
Serikat (RIS) melalui hasil Konferensi Meja Bundar di Den Haag tahun 1949.Seperti diketahui
hasil dari KMB termasuk di antaranya memutuskan bahwa kerajaan Belanda akan menarik
pasukan KL (Koninklijk Leger) dari Indonesia, sementara tentara KNIL akan dibubarkan dan akan
dimasukkan ke dalam kesatuan-kesatuan TNI .Dari hasil tersebut, akhirnya APRA dan Westerling
mencoba melakukan kudeta pada Januari 1950.
C. Ultimatum
Pada 5 Januari 1950, Westerling sudah mengirimkan surat ultimatum kepada RIS yang
berisi tuntutan agar RIS menghargai negara-negara bagian, terutama Pasundan. Bahkan
pemerintah RIS juga diminta untuk mengakui APRA sebagai tentara Pasundan. Surat ultimatum
ini tidak hanya meresahkan RIS saja, tetapi juga beberapa pihak Belanda. Guna mencegah
tindakan Westerling, Moh. Hatta mengeluarkan perintah untuk melakukan penangkapan
terhadap Westerling. Jenderal Vreeden pun bersama Menteri Pertahanan Belanda yang merasa
resah dengan ultimatum ini kemudian menyusun rencana untuk mengevakuasi pasukan RST
tersebut.
D. Kudeta
Namun, upaya mengevakuasi RST, gabungan baret merah dan baret hijau sudah
terlambat untuk dilakukan. Westerling sudah lebih dulu mendengar rencana penangkapan
tersebut, sehingga ia mempercepat pelaksanaan kudetanya. Westerling dan anak buahnya
menembak mati setiap anggota TNI yang mereka temui di jalan.Sementara Westerling
menyerang kota Bandung, anak buahnya, Sersan Meijer menuju ke Jakarta untuk menangkap
Presiden Soekarno dan mengambil alih gedung-gedung pemerintahan.Sayangnya, karena
pasukan KNIL dan Tentara Islam Indonesia (TII) tidak muncul untuk membantu Westerling,
serangannya di Jakarta mengalami kegagalan.
Setelah melakukan pembantaian di Bandung, seluruh pasukan RST kembali ke tempat
mereka masing-masing. Meskipun sudah banyak korban jiwa, Westerling tetap tidak tinggal
diam. Ia berniat untuk mengulang kembali tindakannya tersebut. Namun, upaya keduanya ini
gagal, sehingga kudeta pun tidak berhasil dilakukan.
E. Akhir Pemberontakan
Kegagalan kudeta yang dilakukan Westerling terhadap RIS menyebabkan adanya
demoralisasi anggota milisi terhadap Westerling dan ia terpaksa melarikan diri ke Belanda.
Larinya Westerling ini kemudian membuat APRA berdiri sendiri tanpa adanya seorang pemimpin
yang kuat. Oleh karena itu, APRA resmi tidak kembali berfungsi pada Februari 1950.

F. Tujuan Pemberontakan APRA

Penamaan Ratu Adil memang sengaja diberikan oleh Westerling untuk meraih tujuannya
karena memiliki sebuah makna penting bagi masyarakat yang saat itu sedang dijajah. Westerling
yang memiliki darah campuran Turki menggunakan strategi tersebut karena ia menganggap
dirinya sebagai "Ratu Adil".Ratu Adil diramalkan dapat membebaskan masyarakat Indonesia dari
kepemimpinan yang hanya mementingkan kebutuhannya sendiri.

Anda mungkin juga menyukai