Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH SEJARAH

“PEMBERONTAKAN APRA”

DISUSUN OLEH :

M. NABIL

KELAS : X PM

SMK NEGERI 5 KOTA JAMBI

JL. HJ. NURIJAH ARIPIEN MANAF KEL. PASIR PANJANG

TAHUN AJARAN 2017/2018


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada bulan November 1949, dinas rahasia militer belandamenerima laporan,


bahwa westerling telah mendirikan organisasi rahasia yang mempunyai pengikut sebesar
50.000 orang. Westerling adalah Ratu Adil Persatuan Indonesi ( RAPI ) dan memiliki
satuan bersenjata dinamakan Angkatan perang Ratu Adil”

B. Rumusan Masalah

1. Apa Peran Westerling dalam Pembentukan APRA ?


2. Bagaimanakah Latar Belakang Terjadinya Pemberontakan APRA ?
3. Bagaimana Jalannya Pemberontakan APRA ?
4. Bagaimana proses Penumpasan APRA ?
5. Apa Dampak Pemberontakan APRA ?

C. Tujuan Penulisan

1. Mengulas tentang pemberontakan APRA


2. Tentang westerling pembentukan APRA
3. Latar belakang terjadinya APRA
4. Jalanya pemberontakan APRA
5. Mengetahui penumpasan APRA
6. Mengetahui dampak pemberontakan APRA
BAB II
PEMBAHASAN

A. Peran Westerling dalam Pembentukan APRA

Raymond Pierre Paul Westerling lahir di Istanbul, 31 Agustus 1919 dan meninggal
di Belanda, 26 November 1987 pada usia 68 tahun. Westerling lahir sebagai anak kedua
dari Paul Westerling dan Sophia Moutzou. Dia komandan pasukan Belanda yang terkenal
karena memimpin Pembantaian Westerling pada tahun 1946 sampai 1947 di Sulawesi
Selatan dan percobaan kudeta APRA di Bandung, Jawa Barat.

Westerling yang dijuluki si Turki karena lahir di Istanbul, mendapat pelatihan


khusus di Skotlandia. Dia masuk dinas militer pada 26 Agustus 1941 di Kanada. Pada 27
Desember 1941 dia tiba di Inggris dan bertugas di Brigade Prinses Irene di
Wolverhampton, dekat Birmingham.

Westerling termasuk 48 orang Belanda sebagai angkatan pertama yang


memperoleh latihan khusus di Commando Basic Training Centre di Achnacarry, di Pantai
Skotlandia yang tandus, dingin dan tak berpenghuni. Melalui pelatihan yang sangat keras
dan berat, mereka dipersiapkan untuk menjadi komandan pasukan Belanda di Indonesia.
Seorang instruktur Inggris sendiri mengatakan pelatihan ini sebagai neraka di dunia.
Pelatihan dan pelajaran yang mereka peroleh antara lain perkelahian tangan kosong,
penembakan tersembunyi, berkelahi dan membunuh tanpa senjata api, membunuh
pengawal dan sebagainya. Setelah bertugas di Eastbourne sejak 31 Mei 1943, maka
bersama 55 orang sukarelawan Belanda lainnya pada 15 Desember 1943, Sersan
Westerling berangkat ke India untuk betugas di bawah Laksamana Madya Mountbatten
Panglima Komando Asia Tenggara. Mereka tiba di India pada 15 Januari 1944 dan
ditempatkan di Kedgaon, 60 km di utara kota Poona.

Pada 20 Juli 1946, Westerling diangkat menjadi komandan Depot Speciale Troepen
(DST) atau Depot Pasukan Khusus. Awalnya, penunjukkan Westerling memimpin DST ini
hanya untuk sementara sampai diperoleh komandan yang lebih tepat dan pangkatnya pun
tidak dinaikkan, tetap Letnan II (Cadangan). Namun dia berhasil meningkatkan mutu
pasukan menjelang penugasan ke Sulawesi Selatan dan setelah berhasil menumpas
perlawanan rakyat pendukung Republik di Sulawesi Selatan, dia dianggap sebagai
pahlawan namanya membumbung tinggi

B. Latar Belakang Terjadinya Pemberontaka APRA

APRA merupakan pemberontakan yang paling awal terjadi setelah Indonesia diakui
kedaulatannya oleh Belanda. Hasil Konferensi Meja Bundar yang menghasilkan suatu
bentuk negara Federal untuk Indonesia dengan nama RIS (Republik Indonesia Serikat).
Suatu bentuk negara ini merupakan suatu proses untuk kembali ke NKRI, karena memang
hampir semua masyarakat dan perangkat-perangkat pemerintahan di Indonesai tidak setuju
dengan bentuk negara federal. Tapi juga tidak sedikit yang tetap menginginkan Indonesia
dengan bentuk negara federal, hal ini menimbulkan banyak pemberontakan-
pemberontakan atau kekacauan-kekacauan yang terjadi pada saat itu. Pemberontakan-
pemberontakan ini dilakukan oleh golongan- golongan tertentu yang mendapatkan
dukungan dari Belanda karena merasa takut jika Belanda meninggalkan Indonesia maka
hak-haknya atas Indonesia akan hilang.

Tujuan Westerling membentuk APRA ini adalah mengganggu prosesi pengakuan


kedaulatan dari Kerajaan Belanda kepada pemerintah Republik Indonesia Serikat (RIS)
pada 27 Desember 1949. Upaya itu dihalangi oleh Letnan Jenderal Buurman van Vreeden,
Panglima Tertinggi Tentara Belanda. Tujuan lainnya adalah untuk mempertahankan bentuk
negara federal di Indonesia dan adanya tentara tersendiri pada negara-negara bagian RIS .

C. Jalannya Pemberontakan APRA

Pemberontakan yang dilakukan oleh Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) yang
dipimpin oleh mantan Kapten KNIL Raymond Westerling bukanlah pemberontakan yang
dilancarkan secara spontan. Pemberontakan ini telah direncanakan sejak beberapa bulan
sebelumnya oleh Westerling dan bahkan telah diketahui oleh pimpinan tertinggi militer
Belanda.

Pada 25 Desember 1949 malam, sekitar pukul 20.00 Westerling menghubungi


Letnan Jenderal Buurman van Vreeden, Panglima Tertinggi Tentara Belanda untuk
menanyakan bagaimana pendapat van Vreeden mengenai rencananya untuk melakukan
kudeta terhadap Soekarno setelah penyerahan kedaulatan dari Belanda terhadap Indonesia.
Van Vreeden memang telah mendengar berbagai rumor, antara lain ada sekelompok militer
yang akan mengganggu jalannya penyerahan kedaulatan, tidak terkecuali rumor mengenai
pasukan yang dipimpin oleh Westerling. Jenderal van Vreeden, sebagai yang harus
bertanggung-jawab atas kelancaran penyerahan kedaulatan pada 27 Desember 1949
tersebut memperingatkan Westerling agar tidak melakukan tindakan seperti apa yang
diungkapkan padanya.

Pada hari Kamis tanggal 5 Januari 1950, Westerling mengirim surat kepada
pemerintah RIS yang isinya adalah sebuah ultimatum. Westerling menuntut agar
Pemerintah RIS menghargai negara-negara bagian, terutama Negara Pasundan serta
Pemerintah RIS harus mengakui APRA sebagai tentara Pasundan. Pemerintah RIS harus
memberikan jawaban positif terkait ultimatum tersebut dalm waktu 7 hari dan apabila
ditolak, maka akan timbul perang besar. Ultimatum Westerling ini tentu menimbulkan
kegelisahan tidak saja di kalangan RIS, namun juga di pihak Belanda dan dr. H.M.
Hirschfeld, Nederlandse Hoge Commissaris (Komisaris Tinggi Belanda) yang baru tiba di
Indonesia.
D. Penumpasan APRA

Ketika terjadi pemberontakan APRA tidak dilakukan perlawanan yang berarti, hal
ini disebabkan karena beberapa faktor. Pertama, karena serangan dilakukan dengan sangat
tiba-tia, pembalasan tembakan pun tidak dilakukan karena orang-orang APRA bercampur
dengan orang KNIL dan KL. Sedangkan mengenai latar belakang aksinya, diduga keras
bahwa APRA ingin mendukung berdirinya negara Pasundan, supaya negara ini bisa berdiri
tanpa gangguan TNI dan menggunakan APRA sebagai angkatan perangnya.

Secara umum boleh pasukan Divisi Siliwangi TNI tidak siap karena baru saja
memasuki Kota Bandung setelah perjanjian KMB. Panglima Siliwangi Kolonel Sadikin
dan Gubernur Jawa Barat Sewaka pada saat kejadian sedang mengadakan peninjauan ke
Kota Subang. Sementara di Jakarta pada pukul 11.00 bertempat di kantor Perdana Mentri
RIS diadakan perundingan antara Perdana Mentri RIS dan Komisaris Tinggi Kerajaan
Belanda di Indonesia. Terungkap adanya keterlibatan tentara Belanda (diperkirakan
sekitar 300 tentara Belanda berada di antara pasukan APRA) dalam peristiwa di Bandung
itu, maka diputuskan tindakan bersama.

Gerakan tersebut dapat digagalkan dan kemudian diketahui bahwa otaknya adalah
Sultan Hamid II, yang juga menjadi anggota Kabinet RIS sebagai Menteri tanpa portofolio.
Sultan Hamid II dapat segera ditangkap, sedangkan Westerling sempat melarikan diri ke
luar negeri pada 22 Februari 1950 dengan menumpang pesawat Catalina milik Angkatan
Laut Belanda. Dengan kaburnya Wasterling, maka gerakannya pun jadi bubar.

E. Dampak Pemberontakan APRA

Bila dilihat dari latar belakang pemberontakan yang dilakukan oleh APRA
(Angkatan Perang Ratu Adil) yang diketuai oleh Raymond Pierre Westerling ini bertujuan
untuk mendapat pengakuan dari pemerintah RIS yang ingin diakui sebagai tentara
Pasundan. Selain itu, pemberontakan ini juga bertujuan untuk tetap mempertahankan
pemerintahan Reupblik Federal dan tidak menginginkan adanya penyerahan kedaulatan
serta adanya tentara tersendiri di negara-negara bagian RIS. Sehingga terjadilah
pemberontakan APRA ini yang terjadi di Bandung.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Seperti yang telah di kemukakan tadi, bahwa Pergerakan Ratu Adil yang di pimpin
oleh RaymondWesterling dan di dalangi oleh Sultan Hamid II,gerakan ini ingin melakukan
pembunuhan kepada tokoh-tokoh penting, diantaranya Sultan Hamengkubuwono.
Munculnya gerakan gerakan seperti ini adalahwujud dari ketidakpuasan terhadap
pemerintah.

Gerakan ratu adil sendiri muncul karena kepercayaanmasyarakat Jawa pada saat itu
tentang akan munculnya seseorang yang akan menciptakan kedaimaiandan ketentraman di
Jawa, kepercayaan tersebut menyebabkan rakyat ingin bergabung dengan sangRatu Adil
agar keinginan mereka dapat terpenuhi, Namun itu semua adalah tipu daya yang
dilakukanoleh para petinggi negara yang ingin melakukan kudeta terhadap negara.

Ratu Adil yang didalangi oleh salah satu petinggi RIS tersebut telah membuat
banyak anggotaTNI yang berada di Bandung tewas dan gerakan tersebut sempat
menguasai Kota Bandung. Danakhirnya gerakan gerakan yang dilakukan oleh orang orang
yang tidak bertanggung jawab dapatditumpas dengan persatuan seluruh elemen masyarakat
Indonesia, maka dari itu kita sebagai penerusgenerassi bangsa agar tidak mementingkan
diri sendiri. Dan sebagai warga negara yang baik kita harusmempunyai jiwa Nasionalisme
dan persatuan yang baik agar negara kita tidak gampang untuk dirasukioleh faham faham
yang bertentangan dengan Pancasila

Daftar Pustaka

https://id.wikipedia.org/wiki/Peristiwa_Kudeta_Angkatan_Perang_Ratu_Adil

https://ideageografer.blogspot.co.id/2014/10/pemberontakan-angkatan-perang-ratu-
adil.html

Anda mungkin juga menyukai