Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Negara Republik Indonesia adalah Negara yang berdasarkan hukum yang
demokratis, berdasarkan pancasila dan UUD 1945, bukan berdasarkan atas kekuasaan
semata-mata. Maka dari itu, Indonesia membutuhkan yang namanya sebuah hukum yang
hidup atau yang berjalan, dengan hukum itu diharapkan akan terbentuk suasana yang
tentram dan teratur bagi kehidupan masyarakan Indonesia. Tak lepas dari itu, hukum
tersebut juga butuh ditegakkan, demi membela dan melindungi hak-hak setiap warga
Negara.
Hukum Acara Pidana adalah keseluruhan aturan hukum yang mengatur bagaimana
Negara dengan menggunakan alat-alatnya dapat mewujudkan wewenangnya untuk
memidana atau membebaskan pidana.
Didalam KUHAP disamping mengatur ketentuan tentang cara proses pidana juga
mengatur tentang hak dan kewajiban seseorang yang terlibat proses pidana. Proses pidana
yang dimaksud adalah tahap pemeriksaan tersangka (interogasi) pada tingkat penyidikan.
Latar belakang yang melandasi munculnya KUHAP yaitu :
- HIR yang hanya mengatur tentang landraad dan raad van justitie
- UUD
- Pengakuan HAM
- Jaminan bantuan hukum dan ganti rugi
B. Rumusan Masalah
Dalam perumusan makalah ini, penulis merumuskan beberapa kriteria yang akan dibahas
dalam makalah ini. Kiranya dengan rumusan masalah ini, telah sedikit mewakili dari
seluruh isi makalah ini. Diantaranya yaitu :
1. Bagaimana sejarah Hukum Acara Pidana ?
C. Tujuan dan Kegunaan
Adapun tujuan dan kegunaan dari makalah yang penulis buat ini yaitu :
1. Guna menambah wawasan dan pengetahuan bagi para mahasiswa mengenai proses
pembentukan suatu hukum pidana dengan mengetahui lebih dalam tentang Hukum
Acara Pidana, serta beberapa permasalahannya.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Singkat Hukum Acara Pidana


1848 : Diberlakukan hukum IR (Irlands Reglement sataasblad no 16) untuk orang orang
pribumi dan asia asing seperti Cina, Arab, dan lain-lain dan Regelement of strafvordering
(hukum acara pidana) dan reglement of the burgelijke recht vordering (hukum acara
perdata) untuk bangsa Eropa. Nama pengadilanya adalah Raad Van Justitie yang sekarang
menjadi pengadilan tinggi.
1941 : Di berlakukan HIR (Het Herzine Inlands Reglement) untuk orang-orang pribumi
dan asia asing seperti Cina, Arab, dan lain-lain.Nama pengadilanya adalah Landrad yang
sekarang menjadi pengadilan negri.
1965 : awal proses pembuatan KUHAP. Draft belum sempurna.
1967 : dibentuk panitia intern dept. kehakiman.
1968 : seminar hukum II di Semarang. Membahas hukum pidana dan HAM.
1973 : Panitia intern Dept. kehakiman menyusun naskah Rancangan Undang-Undang
Hukum Acara Pidana (RUUHAP) namun mengalami jalan buntu.
1974 : Menteri kehakiman yang sebelumnya adalah Prof. Oemar Seno Aji, diganti oleh
Prof. Mochtar Koesoemoatmaja. Beliau lebih mengintensifkan pembuatan RUUHAP,
menyimpan draft V (karena sebelumnya sudah terjadi perubahan draft sebanyak IV kali),
dan menyerahkanya ke kabinet.
1979: RUUHAP diserahkan ke DPR-RI untuk mendapatkan persetujuan.
9-9-1981: RUUHAP disetujui sidang gabungan (SIGAB) komisi I dan III DPR RI.
23-9-1981: RUUHAP disetujui oleh DPR-RI untuk disahkan oleh Presiden.
31-9-1981: RUUHAP disahkan oleh presiden menjadi UU no.8 tahun 1981.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hukum Acara Pidana adalah keseluruhan aturan hukum yang mengatur bagaimana Negara
dengan menggunakan alat-alatnya dapat mewujudkan wewenangnya untuk memidana atau
membebaskan pidana.
Proses beracara dalam acara pidana adalah sebuah pedoman untuk mengumpulkan data,
mengolahnya, menganalisa serta mengkonstruksikannya. Proses beracara dalam hukum
pidana mencakup tiga hal, yaitu sah tidaknya suatu penangkapan atau penahanan (Pasal &
KUHAP), pemeriksaaan sah tidaknya suatu penghentian penyidikan atau penuntutan
(Pasal 80 KUHAP), pemeriksaan tentang permintaan ganti kerugian atau rehabilitasi akibat
tidak sahnya penangkapan atau penahanan atau akibat sahnya penghentian penyidikan
(Pasal 81 KUHAP)

B. Saran
Saran dari penyusun yaitu sebaiknya dalam bercara pidana prosesnya lebih diperbaik lagi
karena masih ada yang merasa bahwa dalam beracara pidana masih sangat merepotkan dan
menghabiskan biaya yang banyak.

DAFTAR PUSTAKA

Hamzah, andi,1984. bunga rampai hukum pidana dan acara pidana.Jakarta: Ghalia
Indonesia
Hamzah, Andi. 1987. Pengantar Hukum Acara Pidana Indonesia. Jakarta: Ghalia
Indonesia.
Petranse, Syarifudin H.Ap dan Sabuan Ansori. 2000. Hukum Acara Pidana. Indralaya:
Universitas Sriwijaya.
Resume
Hukum Acara Pidana

Hukum Acara Pidana adalah hukum yang mengatur bagaimana cara-cara pelaksanaan
hukum pidana, mulai timbulnya persangkaan akan adanyasesuatu perbuaan pidana (tindak
pidana) sampai dengan pelaksanaan putusan.
Didalamnya diatur manakah dari alat-alat Negara yang ditugaskan untuk menyelidiki
kebenaran persangkaan itu dan yang melakukan tindakan penyidikan(pengusutan) terhadap
siapa-siap pembuatnya dan mengambil tindakan-tindakan (langkah-langkh) yang perlu,
menangkap sipembuat itu(tersangka”) kalau perlu menahannya, kemudian mengumpulkan
bahan-bahan bukti yang diperoleh selama dalam penyelidikandan penyidikan itu,
selanjutnya bila terdapat cukup alasan , menghadapkan tersangka itu kedepan pengadilan
sebagai terdakwa.
1. Perbuatan Pidana
Kapankah dikatakan orang bahwa perbuatan/tindakan itu adalah “perbuatan pidana”
(tindak pidana)?. Perbuatan pidana itu ialah perbuatan yang apabila dilakukan maka
kepada pembuatnya dapat dikenakan pidana (hukuman) atau tindakan.jadi sesuatau
perbutan yang “melawan hukum” dapat menjelma menjadi perbuatan pidana” yakni
apabila perbuatan itu demikian rupa sifat melawan haknya sehingaga memenuhi segenap
unsure-unsur yang diperlukan dalam rumusan tindak pidana yang tersebut dalam
pasal/ketentuan KUHP/peraturan pidana diluar KUHP.
2. Perbedaan penting Perkara pidana-Perkara perdata
Perkara pidana adalah bersangkutan dengan kepentingan umum, juga mempunyai sifat
hukum public, berbeda sekali dengan sifat perkara perdata, yang mana bersangkutan
dengan kepentingan pribadi(perseorangan/privat) sehingga apabila inisiatif untuk
berperkara dalam perkara pidana timbul dari Penuntut Umum(keculai dalam tindak pidana
pengaduan), maka inisiatif untuk berperkara dalam perkara Perdata timbul dari
perseorangan.
Dalam perkara perdat sebelum adanya keputusan hakim, pihak-pihak dapat menghentikan
perkara , hal itu semata-mata terserah kepada pihak –pihak itu, sedang dalam perkara
pidana tidak mungkin dihentikan secara demikian.
Hakim dalam Perkara Perdata hanya menyelidiki apa yang dikemukakan oleh pihak-pihak
, jadi pada asanya oasif, sedang dalam perkara pidana hakim diharuskan Karen jabatannya
menyelidiki pula apa yang tidak dikemukakan, demi untuk memperoleh kebenaran yang
sebenar-benarnya (kebenaran meteriil).
Dalam perkara pidana walaupun alat bukti sudah cukup, apabila hkim tidak yakin akan
kesalahan terdakwa, tidaklah cukup untuk menjatuhkan pidana (hukuman) terhadapnya,
sedang dalam perkara perdata apabila alat bukti telah cukup, tidak diperlukan lagi adanya
keyakinan hakim akan adanya kebenaran .
3. Peraturan-peraturan Hukum Acara Pidana
Setelah berlakunya KUHAP (31-12-1981) maka peraturan-peraturan mengenai hukum
acara pidana diluar KUHAP itu dicabut, kecuali selama dalam masa peralihan (2 tahun)
untuk sementara masih berlaku ketentuan tentang Hukum Acara Pidana dalm undang-
undang khusus, misalnya undang-undang tindak pidana ekonomi, selama belum dicabut..
Yang diatur didalam KUHAP :
- Acara pemeriksaan di pengadialn tingakat pertama, upaya hukum di tingkat
banding dan tingkat kasasi.
- Hubungan antara penyidikan, penuntutan dengan pengadilan (izin ketua pengadilan
untuk penahanan, penggeledahan, pemasukan rumah, pemeriksaan surat dan
penyitaan),
- Wewenang pengadilan, yang meliputi Praperadilan, pengadilan negeri, Pengadila
Tinggi, Mahkamah Agung,
- Mengenai koneksitas, ganti kerugian dan rehabilitasi dan penggabungan gugatan
ganti kerugian.

Fase-fase dalam Hukum Acara Pidana

Hukum acara pidna dapat dibagi atas beberapa fase:


1) Pemeriksan pendahuluan
a. penyelidikan dan penyidikan dan pengumpulan alat-alat bukti
b. prapenuntutan dan penuntutan supaya perkara itu disidangkan
2) pemeriksaan didepan siding Pengadilan
a. pemeriksaan terhadap saksi-saksi dan alat bukti lainnya
b. pemeriksaan terhadap terdakwa
3) Tututan pidana (requistoir) dari penuntut umum dan pembelaan (pledoi) oleh
terdakwa/pembelanya.. kalau perlu, replik pen. Umum dan kemudian duplik terdakwa
pembelanya.
4) Keputusan hakim
5) Eksekusi dan pengawasan dan pengamatan eksekusi.
B. Pengertian Hukum Acara Pidana
[1]Menurut Para Ahli Hukum
Simon
Hukum acara pidana bertugas mengatur cara-cara negara dengan alat perlengkapanya
mempergunakan wewenangnya untuk memidana dan menjatuhkan pidana.
Sudarto
hukum acara pidana adalah aturan-aturan yang memberikan petunjuk apa yang harus
dilakukan pleh pada penegak hukum dan pihak-pihak lain yang terlibat didalamnya apabila
ada persangkaan bahwa hukum pidana dilanggar.

C. Fungsi, Tugas dan Tujuan Hukum Acara Pidana


1. [2]Fungsi Hukum Acara Pidana
Fungsi hukum acara pidana adalah menegakkan/menjalankan hukum pidana. Hukum acara
pidana beroprasi sejak adanya sangkaan tindak pidana walaupun tanpa adanya permintaan
dari korban kecuali tindakan pidana yang ditentukan lain oleh UU.
2. Tugas Hukum Acara Pidana
Tugas pokok hukum acara pidana:
a. Mencari kebenaran materil.(kebenaran selengkap-lengkapnya dari suatu perkara
pidana dengan menerapkan ketetapan-ketetapan hukum acara pidana secara jujur, tepat
dengan tujuan untuk mencari siapa pelaku yang dapat didakwakan melanggar hukum
pidana dan selanjutnya minta pemeriksaan dan putusan pengadilan guna menentukan
adakah bukti suatu tindak pidana telah dilakukan dan apakah pelakunya bisa
dipersalahkan.
b. memeberikan putusan hakim.
c. melaksanakan putusan hakim.
Ruang lingkup acara pidana: tata cara peradilan termasuk pengkhususannya misal
peradilan anak, ekonomi, dan lain-lain.
3. Tujuan Hukum Acara Pidana
Tujuan hukum pidana: mencari kebenaran materiil sekaligus perlindungan terhadap hak-
hak asasi manusia.
D. Asas-asas Hukum Acara Pidana
1. semua orang diperlakukan sama didepan hukum.
2. penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan penyitaan hanya dilakukan
berdasarkan perintah tertulis dari pejabat berwenang dan dengan cara yang diatur UU.
3. asas praduga tak bersalah
4. kepada orang yang ditangkap, ditahan, dituntut ataupun diadili tanpa alasan yang
berdasarkan UU dan atau kekeliruan mengenai orangnya atau hukum yang ditetapkan
wajib diberi ganti rugi(hak seorang untuk mendapat pemenuhan atas tuntutannya yang
berupa imbalan sejumlah uang karena ditangkap, ditahan, dituntut ataupun diadili tanpa
alasan yang berdasarkan undang-undang atau karena kekeliruan mengenai orangnya atau
hukum yang diterapkan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini). dan
rehabilitasi (hak seorang untuk mendapat pemulihan hanya dalam kemampuan, kedudukan
dan harkat serta martabatnya yang diberikan pada tingkat penyidikan, penuntutan atau
peradilan karena ditangkap, ditahan, dituntut ataupun diadili tanpa alasan yang
berdasarkan undang-undang atau karena kekeliruan mengenai orangnya atau hukum yang
diterapkan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini) singkat dan para pejabat
penegak hukum yang dengan sengaja atau karena kelalaiannya menyebabkan asas hukum
tersebut dilanggar, dituntut, dipidana dan atau dikenakan hukuman administrasi.
5. peradilan cepat, sederhana, biaya ringan, serta bebas, jujur, dan tidak memihak.
6. setiap orang yang tengsangkut pidana wajib menerima bantuan hukum.
7. terdakwa wajib diberi tahu dakwaanya, dasar hukumnya dan menghubungi dan
meminta bantuan penasihat hukum.
8. terdakwa harus hadir dalam persidangan.
9. terbuka untuk umum kecuali yang ditentukan lain oleh UU.
10. pengawasan putusan pengdilan dilakukan oleh ketua pengadilan yang bersangkutan.

E. Ilmu-ilmu pembantu dalam Hukum Acara Pidana


1. Ilmu logika
berguna untuk membuat hipotesa yang dicocokan dengan fakta yang ada sesudahnya
sehingga akan membentuk konstruksi logis tentang ada atau tidak adanya TP.
2. Psikologi
ilmu yang mempelajari jiwa manusia yang sehat. Ilmu ini diperlukan karena setiap orang
akan mempunyai keadaan jiwa berbeda dengan manusia lain karena perbedaan lingkungan
maupun yang lainnya
3. psikiatri
ilmu yang mempelajari jiwa manusia yang sakit. Jika seseorang melakukan tindak pidana
dalam keadaan sakit jiwa, maka dia tidak bisa dipidana.
4. kriminalistik
mempelajari kejahatan sebagai teknik yang bisa dipelajari misalnya dengan menjelaskan
pertanyaan ”Dengan apa, dan bagaimana tindak pidana dilakukan”.
5. kriminologi
ilmu yang mempelajari kejahatan sebagai sebagai masalah manusiawi. Misalnya dengan
mengajukan pertanyaan “Mengapa, dan apa tujuan seseorang melakukan tindak pidana”.
6. hukum pidana/hukum materil tentang pidana
ilmu yang menjelaskan aturan-aturan tentang pidana, dan tidak mungkin ada hukum acara
pidana tanpa adanya hukum pidana.
F. Orang-orang Yang Terlibat Dalam Hukum Acara Pidana
Tersangka: orang yang diduga melakukan tp sebelum masuk sidang pengadila. Jika sudah
masuk pengadilan statusnya menjadi terdakwa, dan apabila sudah diputus maka statusnya
sebagai terpidana.
Saksi: orang yang dapat memberikan keterangan guna kepentigan penyidikan, penuntutan
dan peradilan tentang suatu perkara yang pidana yang ia dengar, lihat atau alami sendiri.
Saksi ahli: seorang yang memiliki keahlian khusus tentang hal yang diperlukan untuk
membuat terang suatu perkara pidana guna kepentingan peradilan.
Penyidik: pejabat polisi negara republik Indonesia yang diberi wewenang menurut UU
untuk melakukan penyidikan.
Penyelidik: pejabat polisi negara republik Indonesia yang diberi wewenang menurut UU
untuk melakukan penyelidikan.
Penyidik pembantu: pejabat kepolisian negara RI yang karena diberi wewenang tertentu
dapat melakukan tugas penyidikan
Jaksa: pejabat yang diberi wewenang oleh undang-undang ini untuk bertindak sebagai
penuntut umum serta melaksanakan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan
hukum tetap.
Hakim: pejabat pengadilan yang diberi wewenang oleh UU untuk mengadili.
Advokat/kuasa hukum.
Pejabat aparat eksekusi: bertugas melaksanakan UU pelaksanaan pidana. Misalnya pejabat
Lapas (lembaga pemasyarakatan).

G. Proses Pemeriksaan Sebelum Sampai Pada Pemeriksaan Disidang Pengadilan


[3]Didalam pemeriksaan pendahuluan, sebelum sampai pada pemeriksaan disidang
pengadilan, akan melalui beberapa proses sebagai berikut:
1. Proses Penyelidikan dan Penyidikan.
Menurut kuhp diartikan bahwa penyelidakan adalah serangkaian tindakan untuk mencari
dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidanaguna menentukan dapat
atau tidak nya dilakukannya penyelidikan(pasal 1 butir lima kuhap). Dengan demikian
fungsi penelidikan dilaksanakan sebelum dilakukan penyidikan, yang bertugas untuk
mengetahui dan menentukan peristiwa apa yang telah terjadi dan bertugas membuat berita
acara serta laporannya yang nantinya merupakan dasar permulaan penyidikan.
Sedangkan yang dimaksud dengan penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik
dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang acara pidana, untuk
mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak
pidana yang terjadi dan guna menentukan tersangkanya (pasal 1 butir 2 KUHAP)
Oleh karena itu, secara kongkrit dapat dikatakan bahwa penyidikan dimulai sesudah
terjadinya tindak pidana untuk mendapatkan keterangan-keterangan tentang:
a. Tindak apa yang telah dilakukannya
b. Kapan tindak pidana itu dilakuakan
c. Dimana tindak pidana itu dilakukan
d. Dengan apa tindak pidana itu dilakukan
e. Bagaimana tindak pidana itu dilakukan
f. Mengapa tindak pidana itu dilakukan
g. Siapa pembuatnya

2. Petugas-Petugas Penyelidik dan Penyidik


Menurut pasal 4 penyidik adlah setiap pejabat polisi Negara republic Indonesia. Di dalam
tugas penyelidikan mereka mempunyai wewenang- wewenangseperti diatur dalam pasal 5
KUHAPsebagai berikut:
a. Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tending adanya tindak pidana
b. Mencari keterangan dan barang bukti
c. Menyuruh berhenti seseorang yang dicurigai dan menayakan serta memeriksa tanda
pengenal diri
d. Mengadakan tindakan lain menurut hokum yang bertanggung jawab.

Yang termasuk penyidik adalah


a. Pejabat polisi Negara Republik Indonesia pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang
diberi wewenang khusus oleh undang-undang.
b. Pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-
undang.
Yang dimaksud dengan penyidik pegawai negeri sipil tertentu, misalnya pejabat bead an
cukai, pejabat imigrasi dan pejabat kehutanan, yang melakukan tugas penyidikan sesuai
dengan wewenang khusus yang diberikan oleh undang-undang yang menjadi dasar hokum
nya masing-masing.
Penyidik sebagai mana yang dimaksud dalam pasal 6 KUHAP berwenang untuk:
a. Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana
b. Melakukan tindakan pertama pada saat ditempat kejadian
c. Menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal dari tersangka
d. Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan penyitaan
e. Melakukan pemeriksaan dan peryitaan surat
f. Mengambil sidik jari dan memotret seorang
g. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi
h. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalm hubungannya dengan pemeriksaan
i. Mengadakan penghentian penyidikan
j. Mengadakan tindakan lain menurut hokum yang bertanggung jawab.(pasal 7
KUHAP)
3. Pelaksanaan Penyelidikan dan Penyidikan
Penyelidikan atua penyidikan merupakan tidakan pertama –tama yang dapat dan harus
dilakukan oleh penyelidik atau penyidik jika terjadi atau timbul persangkaan telah terjadi
tindak pidana. Apabila ada persangkaan telah dilakukan tindak kejhatan atau pelanggaran
maka harus diusakan apakah hal tersebut sesuai dengan kenyataan, benarkah telah
dilakukan tindak pidana dan jika ia siapakah pembuatnya.
Persangkaan atau pengetahuan telah terjadi tindak pidana ini dapat diperoleh dari berbagai
sumber yang dapt digolongkan sebagai berikut:
1. Kedapatan tertangkap tangan (ontdekkeng op heterdaad)
Adapun yang dimaksud dengan tertangkap tangan adalah:
a. Tertangkapnya seorang pada waktu sedang melakukan tindak pidana, atau
b. Dengan segera sesudah beberap saat tindakan pidana itu dilakukan, atau
c. Sesaat kemudian diserukan oleh khalayak rami sebagai orang yang melakukannya,
atau
d. Apabila sesat kemudian padanya ditemukan benda yang diduga keras telah
dipergunakan untuk melakukan tindak pidana itu yang menunjukkan bahwa ia adalah
pelakunya atau turut melakukan atau membantu melakukan tindak pidana itu.(pasal 1 butir
19 kuhap)
2. Diluar tertangkap tangan
Sedangkan dalam hal tidak tertangkap , pengetehuan penyelidik atau penyidik tentang
telah terjadinya tindak pidana dapat diperoleh dari:
a. Laporan
b. Pengaduan
c. Pengetahuan sendiri oleh penyelidik atau penyidik
4. Penangkapan dan Penahanan
Yang dimaksud dengan penangkapan adalah pengekangan sementara waktu kebebasan
tersangka apabila terdapat cukup bukti guna kepentingan penyidikan. Sedangkan
penahanan adalah penempatan tersangka atau terdakwa ditempat tertentu oleh penyidik
atau penuntut umum atau hakim.(petranase. 2000. hlm:90)
Jadi, penangkapan dan penahanan adalah merupakan tindakan yang membatasi dan
mengambil kebebasan bergerak seseorang. Mengenai syarat-syarat yang harus dipenuhi
untuk melakukan penahanan terdapat dalam pasal 20 dan 21 ayat 1 dan ayat (4).
5. Penangguhan dan Penahanan
Untuk menjaga supaya tersangka atau terdakwa yang ditahan tidak dirugiakn
kepentingannya karena tindakan penahanan itu yang mungkin akan berlangsung untuk
beberapa waktu, diadakan kemungkinan untuk tersangka atau terdakwa mengajukan
permohonan agar penahanannya ditangguhkan.. berbeda dengan ketentuan yang diatur
dalam HIR yang menetapkan bahwa pejabat satu-satunya yang berwenang
menangguhakan penahanan ialah hakim, maka menurut KUHAP yang berhak menentukan
apakah suatu penahanan perlu ditangguhakan atau tidak ialah penyidik atau penuntut
umum atau hakim sesuai dengan kewenangannya masing-masing.
6. Penggeledahan Badan dan Rumah
Penggeledahan badan dan penggeledahan rumah hanya dapat dilakukan untuk kepentingan
penyidikan dan dengan surat perintah untuk itu dari yang berwenang. Yang dimaksud
dengan penggeledahn badan ialah tindakan penyidik untuk mengadakan pemeriksaan
badann atau pakaian tersangka untuk mencari benda yang diduga keras ada pada badannya
atau dibawanya serta untuk disita.
7. Penyitaan
Yang dimaksud dengan penyitaan adalah serangkaian tindakan penyidik untuk mengambil
alih dan atau menyimpan dibawah penguasaannya benda bergerak atau tidak bergerak,
berwujud atau tidak berwujud untuk kepentingan pembuktian dalam penyidikan,
penuntutan, dan pengadilan.
Disamping itu menurut pasal 39 KUHAP ditentukan bahwa benda yang dapat dikenakan
penyitaan adalah:
a. benda atau tagihan tersangka atau terdakwa yang seluruh atau sebagian diduga
diperoleh dari tindak pidana atau sebagai hasil dari tindak pidana
b. benda yang telah digunakan secara langsung untuk melakukan tindak pidana atau
untuk mempersiapkannya
c. Benda yang digunakan untuk menghalang-halangi penyidikan
d. Benda yang khusus di buat atau diperuntukkan melakukan tindak pidana
e. Benda lain yang mempunyai hubungan langsung dengan tindak pidana.
8. Pemeriksaan ditempat kejadian
Pemeriksaan ditempat kejadian pada umumnya dilakukan karena delik yang
mengakibatkan kematian, kejahatan seksual, pencurian dan perampokan. Dalam hal
terjadinya kematian dan kejahatan seksual, sering dipanggil dokter untuk mengadakan
pemeriksaan ditempat kejadiaan diatur dalam pasal 7 KUHAP.
9. Pemeriksaan tersangka
Sebelum penyidik melakukan pemeriksaan terhadap seseorang yang dilakukan suatu
tindak pidana, maka penyidik wajib memberitahukan kepadanya tentang haknya untuk
mendapatkan bantuan hokum atau bahwa ia dalam perkara itu wajib didampingi penasehat
hokum (pasal 114 KUHAP)
10. Pemeriksaan saksi dan ahli
Saksi adalah orang yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan penyidikan,
penuntutan, dan peradialan tentang suatu perkara pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat
sendiri dan ia alami sendiri.(Petranase. 2000.hal:117)
mengenai hal ini, menurut pasal 224 KUHAP yang berbunyi :
“ barang siapa dipanggil menururt undang-undang untuk menjadi saksi, ahli atau juru
bahasa dengan sengaja tidak melakukan suatu kewajiban menurut undang-undang, yang ia
sebagai demikian harus melakukan:
a. Dalam perkara pidana dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya 9 bulan.
b. Dalam perkara lain, dipidana dengan pidana penjara selam-lamanya 6 bulan.
11. Penyelesaian dan Penghentian Penyidikan
Menurut H.Ap syarifudin petranase penyidikan itu dianggap selesai ketiaka dinyatakan
bahwa:
a. Penyidikan dianggap selesai apabila dalam waktu 7 hari,setelah penuntut umum
menerima hasil pendidikan dari penyidik,ada pemberitahuan dari penuntut umum bahwa
penyidikan diaanggap selesai. Pemberitahuan tersebut merupakan keharusan atau
kewajiban bagi penuntut umum seperti yang diatur dalam pasal 138 ayat 1 KUHAP.
b. Penyidikan diaanggap selesai apabila dalam waktu 14 hari penuntut umum tidak
mengembalikan berkas perkara itu kepada penyidik sebagaimana yang diatur dalam pasal
110 ayat 4 KUHAP.
H. Surat Dakwaan
Surat dakwaan adalah rumusan tindak pidana sebagai dasar dan batas pemeriksaan dan
penuntutan yang dikehendaki UU dalam sidang pengadilan.
1. Syarat-Syarat Dalam Surat Dakwaan
a. syarat formil
Identitas lengkap terdakwa, seperti nama lengkap, tempat tanggal lahir, kebangsaan,
tempat tinggal, agama dan pekerjaan.
b. syarat materiil
harus berisi uraian secar cermat jelas dan lengkap mengenai tindakan pidana yang
didakwakan dengan menyebutkan waktu dan tempat tp itu dilakukan.
2. Cara Merumuskan Surat Dakwaan
Cara merumuskan surat dakwaan: harus mengandung lukisan dari apa yang senyatanya
terjadi dan mengandung unsur yuridis dari dari tindak pidana yang dilakukan.
3. Pembatalan Surat Dakwaan
a. pembatalan formil: karena tidak memenuhi syarat mutlak yang ditentukan UU (batal
demi hukum).
b. pembatalan hakiki: berdasarkan keputusan penilaian hakim karena kurangnya syarat
yang dianggap esensil (tergantung maksud dan tujuan surat dakwaan).
Salah satu cara pembelaan adalah membuat alibi, yaitu menyatakan tidak ada di tempat
pada waktu kejadian yang disebutkan dalam surat dakwaan.
4. Macam-macam Surat Dakwaan
a. dakwaan tunggal : terdakawa hanya didakwa dengan satu dakwaan saja.
b. dakwaan alternative : terdakwa didakwa dengan > ! dakwaan. Biasany karena
keraguan jaksa tentang jenis TP apa yang tepat untuk menjadi dasar dakwaan.
c. dakwaan subsidair :>1 dakwaan dengan mengurutkan dari yang terberat.
d. dakwaan komulatif :>1dakwaan sekaligus dan masing-masing berdiri sendiri.
e. dakwaan campuran: campuran dari dakwaan alternatif, subsidair, dan komulatif.
5. Syarat penggabungan perkara:
a. beberapa tindak pidana dilakukan oleh beberapa orang yang sama.
b. saling sangkut-paut antara satu tp dengan tp yang lain.
c. tidak sangkut paut namun masih saling berhubungan dan dianggap perlu dalam
proses pemeriksaan.
Ketentuan sangkut paut:
>1 orang yang bekerjasama dalam waktu dan tempat yang sama maupun berbeda.
bermaksud mendapatkan alat untuk melakukan tindak pidana yang lain atau menghilngkan
diri dari pemidanaan asas penuntutan:
Legalitas: setiap TP harus dituntut.karena kepentingan umum. Oportunitas: pengecualian
asas legalitas karena kepentingan umum. Perbedaan penghentian dan pengesampingan
perkara.

Anda mungkin juga menyukai