NIM : 1810611080
Kelas :F
Nama Dosen : Dr. Alfitra, SH. MH.
b) Penanganan
Pengertian penahanan menurut KUHAP dapat dilihat dalam Pasal 1 Butir 21 jo Pasal 20
KUHAP Penahanan adalah penempatan tersangka atau terdakwa di tempat tertentu oleh
penyidik atau penuntut umum atau hakim dengan penetapannya, dalam hal menurut cara
yang di atur dalam undang-undang ini.
Menurut Sutomo Surtiatmojo dalam KUHAP terdapat dua bentuk penahanan yaitu penahanan
sementara dan penahanan saja. penahanan sementara adalah penahanan yang dilakukan oleh
penuntut umum atau 20 pambantu jaksa selama dua puluh hari. Sedangkan penahanan yang
sudah lewat dua puluh hari beserta perpanjangan-perpanjangan dari hakim atau ketua
pengadilan negeri Selama tiga puluh hari dan seterusnya sudah merupakan penahanan saja
tanpa kata sementara ( Pasal 75 (1) jo Pasal 72 (1) jo 62 (1) jo Pasal 83 c (4) HIR).”
Penahanan saja tanpa ada kata sementara adalah penahanan yang dapat berjalan seterusnya
tanpa ada batas yang konkret”.
c) Penggeledahan
Penggeledahan adalah tindakan penyidik yang dibenarkan undang-undang untuk memasuki
dan melakukan pemeriksaan di rumah tempat kediaman seseorang atau untuk melakukan
pemeriksaan terhadap badan dan pakaian seseorang.
Pada dasarnya menurut KUHAP, penggeledahan itu terbagi menjadi dua, yaitu:
- Penggeledahan rumah (Pasal 1 Butir 17 KUHAP)
Penggeledahan rumah adalah tindakan penyidik untuk memasuki rumah tempat tinggal dan
tempat tertutup lainnya untuk melakukan tindakan pemeriksaan dan atau penyitaan dan atau
penangkapan dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam KUHAP.
d) Penyitaan
Berdasarkan Pasal 1 butir 16 KUHAP, Penyitaan adalah serangkaian tindakan penyidik untuk
mengambil alih dan atau menyimpan di bawah penguasaannya benda bergerak atau tidak
bergerak, berwujud atau tidak berwujud untuk kepentingan pembuktian dalam penyidikan,
penuntutan dan peradilan
Penyitaan dapat berupa
- Benda atau tagihan tersangka/terdakwa sebagian atau seluruh nya yang diduga diperoleh
dari hasil tindak pidana
- Benda yang digunakan langsung untuk melakukan tindak pidana dan/atau mempunyai
hubungan langsung
- Benda yang khusus dibuat untuk melakukan tindak pidana
- Benda yang digunakan untuk menghalangi penyidikan
Dalam pelaksanaan penyitaan yang dilakukan guna kepentingan acara pidana dapat dilakukan
dengan cara-cara yang ditentukan oleh Undang-undang yaitu adanya suatu pembatasan-
pembatasan dalam penyitaan, antara lain harus adanya izin ketua Pengadilan Negeri
setempat.
Namun dalam keadaan yang sangat perlu dan mendesak bilamana penyidik harus segera
bertindak dan tidak mungkin untuk mendapatkan surat izin terlebih dahulu, penyidik dapat
melakukan penyitaan hanya atas benda bergerak saja, dan untuk itu wajib segera melaporkan
kepada ketua Pengadilan Negeri setempat guna mendapat persetujuannya.
4. Jelaskan yang dimaksud dengan pra penuntutan, penuntutan dan apa tujuan dari
pra penuntutan dan penuntutan ? (10)
JAWAB :
a) Pra Penuntutan
Pra penuntutan merupakan tindakan Penuntut Umum untuk memberi petunjuk dalam rangka
penyempurnaan penyidikan oleh Penyidik. Pengertian prapenuntutan dapat dibaca dalam
penjelasan Pasal 30 ayat (1) huruf a UURI Nomor 16 Tahun 2004 yang berbunyi sebagai
berikut: "Prapenuntutan adalah tindakan jaksa untuk memantau perkembangan penyidikan
setelah menerima pemberitahuan dimulainya penyidikan dari penyidik, mempelajari atau
meneliti kelengkapan berkas perkara hasil penyidikan yang diterima dari penyidik serta
memberikan petunjuk guna dilengkapi oleh penyidik untuk dapat menentukan apakah berkas
perkara tersebut dapat dilimpahkan atau tidak ke tahap penuntutan".
Prapenuntutan merupakan wewenang dari penuntut umum, apabila setelah ia menerima dan
memeriksa berkas perkara dari penyidik pembantu dan berpendapat bahwa hasil penyidikan
dengan disertai petunjuk-petunjuk seperlunya (Pasal 14 KUHP ), dalam hal penyidik segera
melakukan penyidikan tambahan sesuai dengan petunjuk yang diberikan oleh penuntut
umum (Pasal 110 ayat (3) KHUP) dan apabila penuntut umum dalam 14 hari tidak
mengembalikan hasil penyidikan tersebut, maka dianggap selesai (Pasal 11 ayat (4) KUHP)
dan hal ini tidak boleh dilakukan prapenuntutan lagi.
b) Penuntutan
Penuntutan adalah tindakan penuntut umum melimpahkan perkara ke PN dengan maksud
agar suatu perkara diperiksa dan diputus oleh hakim di sidang pengadilan. Pengertian
penuntutan dalam KUHAP dijelaskan dalam Pasal 1 angka 7 yang berbunyi sebagai berikut:
“Penuntutan adalah tindakan penuntut umum untuk melimpahkan perkara pidana ke
Pengadilan Negeri yang berwenang dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-
undang ini dengan permintaan supaya diperiksa dan diputus oleh hakim di sidang
pengadilan”. Menuntut seorang terdakwa di muka hakim pidana adalah menyerahkan perkara
seorang terdakwa dengan berkas perkaranya kepada hakim, dengan permohonan supaya
hakim memeriksa dan kemudian memutuskan perkara pidana itu terhadap terdakwa.
JAWAB :
1) Analisis dalam :
a) Pelaporan
Dalam kasus ini FP melakukan video prank dengan memberi sembako yang berisi sampah
kepada waria dan transpuan di bulan Ramadhan tahun ini. Jika melihat dari Pelaporan kasus
ini seharusnya sudah sesuai dengan apa yang tertuang dalam KUHAP. bentuk Pelaporan
diatur dalam Pasal 103 ayat (1), (2),dan (3) jo. Pasal 108 ayat (3), (4), dan (5) KUHAP
bahwa:
(1) Laporan yang diajukan secara tertulis harus ditandatangani oleh pelapor.
(2) Laporan yang diajukan secara lisan harus dicatat oleh penyelidik dan ditandatangani
oleh pelapor dan penyelidik.
(3) Dalam hal pelapor tidak dapat menulis, hal itu harus disebutkan sebagai catatan
dalam laporan tersebut.
(4) Setelah menerima laporan, penyelidik atau penyidik harus memberikan tanda
penerimaan laporan kepada yang bersangkutan.
Pasal 108 ayat (3) KUHAP:
Jika hal yang dilaporkan oleh pelapor secara lisan, maka harus dicatat secara keseluruhan
oleh penyidik dan setelah selesai harus dibacakan kembali oleh Penyidik atau dibacakan
kepada pelapor, setelah itu baru pelapor menanggapi mengenai hal-hal yang ingin diperbaiki
atau keberatan baru setelah itu ditandatangani oleh pelapor dan penyidik.
Setelah cara pelaporan selesai, memasuki proses pelaporan, yang dimana untuk menindak
lanjuti laporan dari suatu tindak pidana maka prosesnya seperti:
1. Penyelidik menerima laporan tentang terjadinya suatu peristiwa yang patut diduga
merupakan tindak pidana wajib segera melakukan tindakan penyelidikan yang diperlukan
(Pasal 102 ayat (1) KUHAP).
2. Terhadap tindakan yang dilakukan tersebut pada ayat (1) penyelidik wajib membuat berita
acara dan melaporkannya kepada penyidik sedaerah hukum. (Pasal 102 ayat (3) KUHAP).
3. Penyelidik dan penyidik yang telah menerima laporan tersebut segera datang ke tempat
kejadian dapat melarang setiap orang untuk meninggalkan tempat itu selama pemeriksaan di
situ belum selesai. (Pasal 111 ayat (3) KUHAP)
b) Penyelidikan
Setelah pelaporan maka dilakukan penyelidikan. Penyelidikan menurut Pasal 1 angka 5
KUHAP jo. Pasal 1 angka 9 Undang-Undnag RI No. 2 Tahun 2002, bajwa yang dimaksud
dengan penyelidikan adalah “serangkain tindakan pnenyelidik untuk mencari dan
menemukan suatu peristiwa yang diduga ssebagi tindak pidana guna menentukan dapat atau
tidaknya dilakukan penyidikan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini”. Dalam
tahap penyelidikan ini dilakukan oleh penyelidik hal ini diatur dalam Pasal 1 angka 4
KUHAP jo Pasal 1 angka 8 Undang-Undang RI No. 2 Tahun 2001 tentang Kepolisian Negara
RI, bahwa penyelidik Adalah “Pejabat polisi Negara Republik Indonesia yang diberi
wewenang oleh undangan ini untuk melakukan penyelidikan”, sedangkan menurut Pasal 4
KUHAP, bahwa “penyelidik adalah setiap penyelidik adalah setiap pejabat Polisi Negara
Republik Indonesia”. Proses penyelidikan kasus FP ini dilakukan karena adanya pelaporan
tentang adanya tindak pidana dan disini untuk mencari keterangan dan barang bukti untuk
memperkuat tuntutan dari pelapor dan juga menindaki tindakan hukum yang beratnggung
jawab.
c) Penangkapan
Memasuki tahap Penangkapan yag dilakukan kepada FP dan tersangka lainnya yang terlibat.
Penangkapan ini berbeda dengan penahanan karena penangkapan bersifat hanya, mengekang
sementara waktu kebebasan tersangka, apabila terdapat cukup bukti untuk kepentingan
penyidikan. FP di tangkap dan ditahan oleh Satuan Reserse Kriminal (Satreskrim) Polrestabes
Bandung dengan rekannya yang berinisial A di tol Jakarta-Merak.
e) Penahanan
Setelah terkumpul alat bukti dari FP baru FP bisa ditahan secra resmi, penahanan diatur
dalam KUHAP. Berdasarkan Pasal 1 angka 21 UU No. 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara
Pidana (“KUHAP”), Penahanan adalah penempatan tersangka atau terdakwa di tempat
tertentu oleh penyidik, atau penuntut umum atau hakim dengan penetapannya. Jadi,
penahanan tidak hanya dapat dilakukan oleh penyidik tetapi juga penuntut umum dan hakim.
2. Keadaan yang dapat memberatkan tersangka adalah polisi menerapkan Pasal 45 Ayat 3 UU
ITE tentang penghinaan atau pencemaran nama baik melalui informasi elektronik. Selain itu
polisi juga menerapkan dua pasal tambahan atas kasus tersebut, yakni Pasal 36 dan Pasal 51
Ayat 2 UU ITE Nomor 11 Tahun 2008, dengan ancaman hukuman 12 tahun penjara dan
denda maksimal Rp12 miliar. Dari hal ini FP dikenakan pasal berlapis sehingga dapat
memberatkan dirinya. Akan tetapi hal yang dapat meringankan FP ini adalah dasar hukum
yang diterapkan oleh kepolisian kepada FP menurut saya masih kurang kuat karena apa yang
tertuang dalam Pasal tersebut menyampaikan bahwa memuat dokumen atau data yang
bertujuan untuk mencemarkan nama baik. Jika melihat dari kasus ini FP tidak menyebutkan
pihak yang dirugikan. Memang pihak yang dirugikan terdapat dalam video prank tersebut
akan tetapi informasi akan diri dari korban tidak disebutkan. Selain itu juga beredar video
pembullyan FP saat telah ditahan oleh Satuan Reserse Kriminal (Satreskrim) Polrestabes
Bandung. Di video tersebut saat FP ditangkap, FP langsung digelandang di sel tahanan dan
setelah beberapa hari berselang muncul sebuah video perundungan yang memperlihatkan
wajah FP dalam video itu FP juga telah di gunduli dan di telanjangi bahkan ia sampai
dijadikan bual-bualan tahanan lain. Menurut saya hal ini tidak bisa di tindak langsung dengan
Hukum Pidana dikarenakan dasar yang kurang kuat selain itu FP dan rekannya juga telah
menyampaikan permohonan maaf kepada seluruh pihak dirugikan. Menurut saya kasus ini
bukanlah melanggar hukum akan tetapi melanggar norma kesusilaan yang berkaitan dengan
hati nurani dan akhlak manusia. Seharusnya penyelesaian kasus ini bisa diselesaikan tanpa
membawanya ke jalur hukum akan tetapi dengan perdamaian dan permohonan maaf yang
disampaikan kepada pihak yang dirugikan oleh FP dan rekannya.