Anda di halaman 1dari 13

Perlindungan Harta Kekayaan Pihak

Ketiga yang Beritikad Baik


dalam Perkara Tindak Pidana Korupsi
dan Tindak Pidana Pencucian Uang
Dr. A. Patra M. Zen, S.H., LL.M
patra.m.zen@gmail.com

Kuliah Umum Hukum Pidana


Program Studi Hukum Program Sarjana Fakultas Hukum Universitas
Pembangunan Nasional Veteran Jakarta
19 Agustus 2021
PENGANTAR

One might be tempted to regard justice merely as a form in


which the moral good appears.
(Siapapun mungkin tergoda untuk menganggap keadilan
hanya sebagai suatu bentuk di mana kebaikan moral
muncul).
 
Gustav Radbruch in Kurt Wilk (Translator), Twentieth Century Legal Philosophy Series: Vol
IV, The Legal Philosophies of Lask, Radbruch, and Dabin (Cambridge: Harvard University of
Press, 1950) p. 73
Perlindungan Pihak Ketiga (Bona Fide Third parties)
dalam Perkara Tindak Pidana Korupsi dan Tindak
Pidana Pencucian Uang
Siapa Pihak Ketiga dalam Sistem Peradilan Pidana?
Pihak (orang maupun lembaga) selain dari tersangka (terdakwa/terpidana).

Prof. Loebby Loqman membedakan pengertian sistem peradilan pidana dengan proses
peradilan pidana: Sistem adalah rangkaian antara unsur atau faktor yang saling terkait satu
dengan lainnya sehingga menciptakan suatu mekanisme sedemikian rupa sehingga sampai
tujuan dari sistem tesebut. Sedangkan proses peradilan pidana yaitu suatu proses sejak
seseorang diduga telah melakukan tindak pidana, sampai orang tersebut dibebaskan kembali
setelah melaksanakan pidana yang telah dijatuhkan kepadanya.
Siapa Pihak Ketiga yang Beritikad Baik itu?

 Pihak ketiga yang beritikad baik, merupakan sebuah istilah yang berawal dari hukum
perdata. Kemudian, istilah ini diadopsi dalam hukum pidana. Istilah ‘bona fide third
parties’, dalam hukum perdata, seringkali diterapkan dalam hukum perjanjian dan hukum
benda (bezit). Dalam hukum perdata, itikad baik merupakan suatu elemen subyektif,
berkaitan dengan sikap batin atau kejiwaan. Selain itu, istilah itikad baik juga diakomodir
dalam peraturan tentang merek yang terkait dengan kejujuran dan kelayakan. Asas itikad
baik pada hakikatnya digunakan untuk menghindari tindakan beritikad buruk dan
ketidakjujuran.
 Lawan dari pihak ketiga yang beritikad baik adalah pihak ketiga yang memang terlibat
dan/atau turut serta dalam suatu tindak pidana.
Perlindungan Harta Kekayaan Pihak Ketiga di
Indonesia
No. Tahap Upaya Hukum Dasar Hukum
1. Penyidikan Mengajukan permohonan peminjaman/titip pakai barang/benda PP 27/2003 tentang
(harta kekayaan) kepada pihak Penyidik Pelaksanaan KUHAP

Permohonan keberatan dari Pihak Ketiga yang Beritikad Baik Pasal 79 ayat (6) UU 8/ 2010
paling lama 30 (tiga puluh hari) terhadap Putusan Permohonan tentang Pencegahan &
Penanganan Harta Kekayaan yang diajukan oleh Penyidik kepada Pemberantasan Tindak Pidana
Pengadilan setelah Putusan Diucapkan Pencucian Uang;
Peraturan MA 01/20033

Mengajukan pra-peradilan menyangkut sah atau tidaknya tindakan Pasal 77 KUHAP; Putusan MK
penyitaan oleh Penyidik 21/PUU-XII/2014,
Perlindungan Harta Kekayaan Pihak Ketiga di
Indonesia
No. Tahap Upaya Hukum Dasar Hukum
2. Persidangan Pihak ketiga yang dipanggil sebagai saksi dapat Pasal 1 angka KUHAP
membuktikan itikad baiknya: membuktikan asal
usul dan/atau harta kekayaannya yang diperoleh
dengan itikad baik.
 

3. Setelah Putusan Pihak Ketiga yang mempunyai itikad baik dapat Pasal 19 ayat (2) UU 31/ 1999 jo. UU
mengajukan surat keberatan kepada pengadilan 20/2001 tentang Pemberantasan Tindak
Pengadilan mengenai perampasan barang-barang bukan Pidana Korupsi.
kepunyaan terdakwa, dalam waktu paling lambat 2
bulan setelah putusan pengadilan diucapkan
disidang terbuka

Dapat mengajukan kasasi terhadap Surat Penetapan Pasal 19 ayat (5) 31/ 1999 jo. UU
yang diterbitkan oleh Pengadilan 20/2001 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi
Perlindungan Harta Kekayaan Pihak Ketiga di
Indonesia
No. Tahap Upaya Hukum Dasar Hukum
4. Setelah Penetapan Pengadilan yang Pihak ketiga yang berkepentingan dapat Pasal 37 ayat (7) 31/ 1999
menetapkan perampasan barang- mengajukan keberatan kepada pengadilan yang jo. UU 20/2001 tentang
barang yang disita karena terdakwa telah menjatuhkan penetapan dalam jangka waktu Pemberantasan Tindak
meninggal dunia sebelum putusan 30 hari terhitung sejak tanggal pengumuman Pidana Korupsi
dijatuhkan penetapan oleh penuntut umum pada papan
pengumuman pengadilan, kantor Pemerintah
Daerah, atau diberitahukan kepada kuasanya.
Masalah dan Praktik Perlindungan Pihak
Ketiga
 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana belum mengatur perihal perlindungan hak
asasi pihak ketiga yang beritikad baik;
 Belum ada “keseragaman” hukum acara dalam proses pengajuan keberatan di
Pengadilan (in casu Keberatan Pihak Ketiga Beritikad Baik dalam perkara tindak
pidana korupsi dan tindak ada pencucian uang);
 Tidak ada “Kewajiban” maupun “Sanksi” kepada aparat penegak hukum yang
“melanggar” hak asasi pihak ketiga yang beritikad baik dalam proses dan perkara
pidana tindak pidana pencucian uang dan tindak pidana korupsi.
Rekomendasi untuk Pemerintah, DPR, Mahkamah
Agung, Kejaksaan Agung dan POLRI

 Revisi KUHAP yang tidak saja melindungi hak asasi korban,


tersangka/terdakwa/terpidana, dan juga melindungi hak asasi pihak ketiga yang beritikad
baik.
 Menerbitkan PERMA, PERJAGUNG, PERKAPOLRI, yang memberikan perlindungan
bagi pihak ketiga yang beritikad baik dalam perkara tindak pidana korupsi dan TPPU
Rekomendasi bagi Aparat Penegak Hukum dan
Advokat
 Menggunakan pendekatan Keadilan dan Hak Asasi Manusia;
 Menerapkan Ilmu Ekonomi dalam Penanganan dan Persidangan Perkara Tindak Pidana
Korupsi dan TPPU.
 Menerapkan pendekatan antropologi dalam pembuktian dipersidangan.
Rekomendasi bagi Civitas Akademika

 Mengembankan penelitian hukum hak asasi manusia yang menjamin perlindungan pihak
ketiga yang beritikad baik;
 Mengembangkan penelitian penerapan ilmu ekonomi dalam hukum pidana;
 Mengembangkan penelitian komunikasi non-verbal dalam sistem pembuktian dan beban
pembuktian dalam perkara pidana.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai