Anda di halaman 1dari 2

Legal Standing Penggugat terhadap Tergugat dan Turut Tergugat

Perkara perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh pihak seharusnya dilakukan di PN
bukan di PTUN.
Kewenangan pengadilan dalam mengadili suatu perkara dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu
kompetensi relatif dan kompetensi absolut. Kompetensi relatif merujuk pada wewenang
pengadilan untuk memeriksa perkara sesuai dengan batas wilayah hukumnya meliputi dimana
tergugat bertempat tinggal atau dimana tergugat sebenarnya berdiam (jika tergugat tidak
diketahui tempat tinggalnya). Sedangkan kompetensi absolut berkaitan dengan wewenang
pengadilan untuk mengadili perkara berdasarkan pada objek sengketa. Objek Sengketa pada
perkara ini adalah wanprestasi tranksaksional yang dilakukan oleh tergugat terhadap
penggugat.
Bahwa ketentuan Pasal 1365 KUHPerdata berbunyi: "Tiap perbuatan melawan hukum yang
membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan
kerugian itu, mengganti kerugian tersebut"
Retnowulan Sutantio dan Iskandar Oeripkartawinata dalam bukunya “Hukum Acara Perdata
Dalam Teori dan Praktek” mengatakan bahwa dalam praktik perkataan Turut Tergugat
dipergunakan bagi orang-orang yang tidak menguasai barang sengketa atau tidak
berkewajiban untuk melakukan sesuatu, hanya demi lengkapnya suatu gugatan harus
diikutsertakan. Mereka dalam petitum hanya sekedar dimohonkan agar tunduk dan taat
terhadap putusan Hakim.1
Pembatasan langsung adalah pembatasan yang tidak memungkinkan sama sekali bagi PTUN
untuk memeriksa dan memutus sengketa tersebut. Pembatasan langsung ini terdapat dalam
Penjelasan Umum, Pasal 2 dan Pasal 49 UU No. 5 Tahun 1986. Berdasarkan Pasal 2 UU
No. 5 Tahun 1986 UU No. 9 Tahun 2004 huruf a menentukan, bahwa tidak termasuk
Keputusan tata usaha negara menurut UU ini “Keputusan tata usaha negara yang
merupakan perbuatan hukum perdata”.
Penggugat dapat mengajukan permohonan penundaan pelaksanaan keputusan tata usaha
negara yang dijadikan obyek gugatan selama pemeriksaan sengketa tata usaha negara sedang
berjalan sampai ada putusan Pengadilan memperoleh kekuatan hukum tetap sebagaimana
diatur dalam Pasal 67 ayat (2) UU No.5 Tahun 1986 jo UU No. 9 Tahun 2004. Sesuai dengan
ketentuan Pasal 1 angka 4 UU No. 5 Tahun 1986 UU No. 9 Tahun 2004 maka hanya
seseorang atau badan hukum perdata yang berkedudukan sebagai subyek hukum saja yang
dapat mengajukan gugatan ke PTUN untuk menggugat keputusan tata usaha negara.
Dalam Pasal 83 UU No. 5 / 1986 jo UU No. 9/ 2004 disebutkan :
(1). Selama pemeriksaan berlangsung, setiap orang yang berkepentingan dalam sengketa
pihak lain yang sedang diperiksa oleh Pengadilan, baik atas prakarsa sendiri dengan
mengajukan permohonan, maupun atas prakarsa hakim, dapat masuk dalam sengketa tata

1
Sutantio,NY. Retnowulan dan Iskandar Oeripkartawinata. 2005. Hukum Acara Perdata dalam Teori dan Praktek.
Bandung: Mandar Maju. hlm 2
usaha negara, dan bertindak sebagai: - pihak yang membela haknya, atau - peserta yang
bergabung dengan salah satu pihak yang bersengketa.
(2). Permohonan sebagaimana dimaksud dalam ayat l dapat dikabulkan atau ditolak oleh
Pengadilan dengan putusan yang dicantumkan dalam berita acara.
(3). Permohonan banding terhadap putusan Pengadilan sebagaimana dimaksud dalam ayat 2
tidak dapat diajukan tersendiri, tetapi harus bersama-sama dengan permohonan banding
terhadap putusan akhir dalam pokok sengketa. Pasal ini mengatur kemungkinan bagi
seseorang atau badan hukum perdata ikut serta dalam pemeriksaan perkara yang sedang
berjalan.
Gugatan warga negara atau citizen law suit (CLS) yang merupakan mekanisme beracara di
pengadilan dimaksudkan untuk melindungi warga masyarakat dari kemungkinan terjadinya
kerugian dari berbagai akibat tindakan atau kebijakan atau karena tidak berbuat (omission)
oleh pemerintah atau pengambil keputusan.2
Praktek di Peradilan Umum mengklasifikasikan gugatan Citizen Law Suit masuk dalam
kelompok perkara perdata, yakni sengketa perbuatan melawan hukum. Diluar ketentuan
Pasal 1365 BW, terdapat undang-undang sektoral yang secara spesifik memungkinkan
pengajuan gugatan CLS seperti di bidang perlindungan konsumen dan perlindungan
lingkungan hidup.

2
Nommy H.T. Siahaan, “Perkembangan Legal Standing Dalam Hukum Lingkungan (Suatu Analisis Yuridis
Dalam Public Participatory Untuk Perlindungan Lingkungan)”, FH. UNISBA. Vol. XIII. No. 3 November 2011,
hlm. 239

Anda mungkin juga menyukai