Anda di halaman 1dari 11

RESUME HUKUM ACARA PERADILAN TATA USAHA NEGARA

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Acara PTUN

Dosen Pengampu : Dr. Arsyad Aldyan, S.H., M.H.

Disusun Oleh :

Ilhan Nurdipa/ E0021197

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

2022
Rangkuman Materi Hukum Acara PTUN

A. Negara Hukum Dan Peradilan Tata Usaha Negara

Menurut Stahl, konsep negara hukum atau rechtsstaat itu mencangkup 4 (empat) unsur penting,
yaitu:
1. Perlindungan hak asasi manusia;

2. Pembagian kekuasaan;

3. Pemerintahan berdasarkan undang-undang, dan;

4. Peradilan TUN.

Dalam negara hukum, harus terbuka kesempatan bagi setiap warga negara untuk dapat
menggugat keputusan pejabat administrasi negara melalui Peradilan TUN. Keberadaan
Peradilan TUN tersebut dengan demikian dapat menjamin agar warga negara tidak dilanggar
hak-haknya oleh keputusan-keputusan para pejabat administrasi negara sebagai pihak yang
berkuasa. Atas dasar itulah, maka keberadaan dari Peradilan TUN dapat dikatakan penting.1

B. Tujuan Pembentukan Peradilan TUN

1. Mengawasi pelaksanaan wewenang pejabat TUN (pemerintah sebagai pemegang dan


pelaksana kekuasaan eksekutif), agar ia tidak melakukan perbuatan yang dapat merugikan
warga negara. Ini artinya bahwa Peradilan TUN itu merupakan suatu bentuk sarana kontrol
yuridis (kontrol dari sudut hukum) bagi pelaksanaan wewenang pemerintah.2

2. Menyelesaikan sengketa antara pemerintah dan warga negaranya, yaitu sengketa yang timbul
akibat dari adanya tindakan-tindakan pemerintah yang dianggap melanggar hak-hak warga
negaranya.

3. Menjadi salah satu sarana guna mewujudkan pemerintahan yang efisien, efektif, bersih,
berwibawa serta selalu melaksanakan tugasnya dengan berdasarkan pada hukum

C. Pengertian Hukum Acara Tata Usaha Negara

Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara merupakan hukum formal yang mengatur prosedur
jalannya sistem peradilan tata usaha negara dari mulai pengajuan gugatan sampai pada
keluarnya keputusan hakim.3

D. Fungsi Hukum Acara Tata Usaha Negara

fungsi hukum acara tata usaha negara itu adalah sebagai berikut:

1
Jimly Asshiddiqie, Konstitusi Dan Konstitusionalisme Indonesia (Jakarta: Konstitusi Press, 2005).
2
Paulus Effendie Lotulung, Beberapa Sistem Tentang Kontrol Segi Hukum Terhadap Pemerintah (Jakarta: PT.
Bhuana Ilmu Populer, 1986).
3
Siti Soetami, Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara, Cetakan ke 5. (Bandung : Refika Aditama, 2007.).
1. Sebagai sarana kontrol sosial untuk tidak tejadi penyalahgunaan wewenang.

2. Sebagai petunjuk dan pedoman proses penyelesaian sengketa TUN (eksekusi putusan
pengadilan). 3. Sebagai pedoman bertindak dalam peradilan tata usaha negara.

4. Sebagai sarana menghormati hak asasi manusia

5. Upaya pengayoman hukum dan terciptanya kepastian hukum.

6. Terjadinya keseimbangan antara kepentingan umum dan kepentingan perorangan.

7. Untuk menjaga ketertiban, ketentraman dan keamanan.

8. Upaya mewujudkan pemerintahan yang bersih, kuat, dan berwibawa.

9. Sebagai pengendali problema sosial.

10. terjaminnya rasa keadilan berdasarkan hukum yang berlaku.4

E. Asas Hukum Acara PTUN

1. Asas Praduga rechtmatig

Setiap tindakan penguasa dianggap rechmatig sampai ada pembatalannya. Dengan adanya asas
ini, gugatan TUN menunda atau menghalangi dilaksanakannya keputusan oleh badan atau
pejabat TUN serta tindakan badan atau pejabat TUN yang tergugat.

2. Asas Pembuktian Bebas

Asas ini menentukan hakim menentukan apa yang harus dibuktikan, dimana beban pembuktian
beserta penilaian pembuktian hakim yang menentukan.

3. Asas Hakim Bersifat Aktif

Asas ini bertujuan untuk mengimbangi para pihak.

4. Asas Putusan Memiliki Kekuatan Mengikat

Putusan pengadilan tidak hanya mengikat pada pihak yang berperkara, namun juga pihak
lainnya.

5. Acara Dilangsungkan Dengan Tertulis

4
Prof. Dr. H. Marshaal NG and Dr. Hj. Sri Suatmiati, SH., M. Hum, HUKUM ACARA TATA NEGARA INDONESIA
(Palembang: TUNAS GEMILANG PRESS, 2018).
Pada hukum acara peradilan TUN berlaku prinsip beracara dengan surat atau tulisan.5

F. Sengketa Tata Usaha Negara

Pasal 1 angka 4 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986: “sengketa yang timbul dalam bidang
Tata Usaha Negara antara orang atau badan hukum perdata dengan Badan atau Pejabat Tata
Usaha Negara, baik di pusat maupun di daerah, sebagai akibat dikeluarkannya Keputusan Tata
Usaha Negara, termasuk sengketa kepegawaian berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.”

G. Objek Sengketa Tata Usaha Negara

Objek Sengketa TUN adalah Keputusan Tata Usaha Negara. Pasal 1 angka 3 menyebutkan:
“Sengketa Tata Usaha Negara adalah sengketa yang timbul dalam bidang tata usaha negara
antara orang atau badan hukum perdata dengan badan atau pejabat tata usaha negara, baik di
pusat maupun di daerah, sebagai akibat dikeluarkannya keputusan tata usaha negara, termasuk
sengketa kepegawaian berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.”

H. Subyek Hukum Acara Tata Usaha Negara

Subyek hukum Acara TUN terbagi dua, orang atau badan hukum perdata sebagai penggugat,
dan badan atau pejabat tata usaha negara sebagai tergugat.

I. Kriteria Membedakan antara Sengketa Tun dan Sengketa Perdata.

Kriteria/ukuran Fundamentum Petendi (pokok sengketa). Jika Fundamentum Petendinya


terletak dalam bidang hukum perdata, maka ia menjadi kompetensi Peradilan Umum. Dan jika
sebaliknya dimana fundamentum petendinya terletak dalam di bidang hukum publik, maka ia
merupakan kompetensi Peradilan Tata Usaha Negara. Kriteria ini dianut oleh Prof Mr. JR.
Thorbecke. Sjachran Basah menjelaskan, bahwa fundamentum petendi ini sesungguhnya
berhubungan dengan hukum mana yang mendasari hak yang dilanggar itu terletak.

2. Kriteria/ukuran Objectum Litis (pokok dalam perselisihan). Jika objectum litisnya


menyangkut hak hak perdata, maka ia merupakan kompetensi Peradilan Umum. Dan jika
objectum litisnya terletak pada hukum tata usaba negara atau hukum administrasi, maka ia
menjadi kompetensi Peradilan Tata Usaha Negara. Kriteria ini dianut oleh Prof Mr. T.J. Buys.

5
Budi Sastra Panjaitan, Ukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara (CV. MANHAJI: MEDAN, 2016).
Sjachran Basah berpendapat, bahwa objectum litis adalah berhubungan dengan objek dalam
arti hak siapa yang dilanggar dan hak yang dilanggar itu dikuasai oleh hukum apa.

3. Kriteria/ukuran Umum, yaitu pihak yang bersengketa/ berperkara. Jika yang


bersengketa/berperkara itu salah satu pihak adalah Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara,
maka atas sengketa tersebut menjadi kompetensi Peradilan Tata Usaha Negara. Kriteria ini
dipelopori oleh Mr. Ir. M.M. Van Praag.6

J. Kompetensi Absolut Dan Relatif

a. Kompetensi Absolut

Kompetensi Absolut Kompetensi absolut sesungguhnya terbagi dua, yaitu kompetensi absolut
materiil dan kompetensi absolut formil. Kompetensi absolut materiil adalah berhubungan
dengan kewenangan materiil dari Pengadilan Tata Usaha Negara, yang dalam teori hukum
Logemann disebut dengan istilah zakengebied. Yang menjadi kewenangan materiil dari
Pengadilan Tata Usaha Negara ini dapat dilihat pasal 47 UUPTUN No. 5/1986 yang
mengatakan, bahwa “Pengadilan bertugas dan berwenang memeriksa, memutus dan
menyelesaikan sengketa tata usaha negara”.

Sedangkan yang merupakan kompetensi absolut formil dari Pengadilan -Tata Usaha Negara
yang tertera dalam pasal 1 angka 3 UU. No. 5 Tahun 1986 jo. Pasal 1 angka 9 UU. No. 51
Tahun 2009, yaitu keputusan Tata Usaha Negara. Pasal tersebut menegaskan, bahwa
“Keputusan Tata Usaha Negara adalah suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh Badan
atau Pejabat tata usaha negara yang berisi tindakan hukum tata usaha negara yang berdasarkan
peraturan perundang undangan yang berlaku yang bersifat konkrit, individual, dan final, yang
menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata”. Dari ketentuan yang
ada dalam pasal tersebut diatas, maka yang merupakan kompetensi absolut formil dari
Pengadilan Tata Usaha Negara adalah Keputusan Tata Usaha Negara (KTUN) berupa
penetapan yang dikeluarkan secara tertulis oleh badan atau pejabat tata usaha negara. 7

b. Kompetensi relatif

6
Marshaal NG and Dr. Hj. Sri Suatmiati, SH., M. Hum, Op.Cit Hlm 66
7
ibid hlm 78
Kompetensi relatif Pengadilan Tata Usaha Negara sebagai peradilan tingkat pertama pada
umumnya sama dengan jenis peradilan tingkat pertama lainnya apabila telah dibentuk lembaga
Pengadilan Tata Usaha Negara untuk semua daerah tingkat 11 (Kabupaten dan Kota).

K. Upaya Penyelesaian Sengketa TUN

Sengketa TUN dapat diselesaikan melalui 2 (dua) cara penyelesaian, yaitu:

1. Melalui upaya administratif (Pasal 48 jo. Pasal 51 ayat (3) UU Nomor 5 Tahun 1986).
Terhadap hasil (keputusan) upaya administratif tersebut, individu atau badan hukum perdata
dapat mengajukan gugatan ke Pengadilan Tinggi TUN (sebagai pengadilan tingkat pertama);

2. Langsung mengajukan gugatan ke Pengadilan TUN (sebagai pengadilan tingkat pertama).

Pengertian upaya administratif adalah suatu prosedur yang dapat ditempuh oleh seseorang atau
badan hukum perdata apabila dia tidak puas terhadap suatu keputusan TUN. Dan prosedur ini
dilaksanakan di lingkungan pemerintah sendiri (lingkungan kekuasaan eksekutif).8

a. Upaya Administratif

Upaya administratif ini terdiri dari 2 (dua) bentuk, yaitu:

1. Prosedur keberatan ditempuh dengan cara mengajukan keberatan atas dikeluarkannya


keputusan TUN kepada badan atau pejabat TUN yang mengeluarkan keputusan tersebut.

2. Banding administratif ditempuh dengan cara mengajukan banding (keberatan) kepada


instansi (lembaga) atasan atau instansi lain dari yang mengeluarkan keputusan yang
disengketakan.

Untuk menentukan apakah suatu sengketa diselesaikan melalui upaya administratif terlebih
dahulu, ataukah langsung mengajukan gugatan ke Pengadilan TUN, maka harus dilihat pada
keputusan TUN yang disengketakan, apakah di dalamnya terbuka kemungkinan untuk
melakukan upaya administratif atau tidak.

Yang diperiksa dalam upaya administratif ialah:9

1. Sudut doelmatigheid (sudut kebijaksanaan):

8
Indonesia, Undang-Undang tentang Peradilan Tata Usaha Negara, UU No. 5 Tahun 1986, bagian Penjelasan
Pasal 48.
9
Marbun SF, Peradilan Administrasi Dan Upaya Administratif Di Indonesia (Yogyakarta: UII Press, 2003).
a. Alasan mengapa suatu keputusan TUN dikeluarkan;

b. Apa yang menjadi pertimbangan badan atau pejabat TUN dalam mengeluarkan keputusan
TUN?

2. Sudut rechtmatigheid (sudut legalitas):

a. Apa yang menjadi dasar hukum dikeluarkannya keputusan TUN;

b. Apakah badan atau pejabat TUN pada saat mengeluarkan keputusan TUN memang
mempunyai wewenang untuk hal tersebut?

c. Apakah tata cara (formalitas) pengeluaran suatu keputusan TUN telah ditempuh terlebih
dahulu oleh badan atau pejabat TUN yang mengeluarkannya? Seperti, sebagai contoh, sebelum
keputusan TUN tentang pembongkaran atau pemecatan dikeluarkan, apakah terlebih dahulu
ada peringatan kepada pihak yang akan dikenakan pembongkaran atau pemecatan?

b. Upaya Peradilan

Upaya peradilan dapat dilakukan tatkala KTUN yang disengketakan tersebut:

1. Tidak terbuka kesempatan penyelesaian melalui upaya administratif.

2. Terbuka kesempatan penyelesaian melalui upaya administratif dan upaya administratif telah
dilaksanakan namun orang atau badan hukum perdata yang bersangkutan masih merasa kurang
puas dengan hasil yang diperoleh dari upaya administratif yang telah dilaksanakan.

terhadap upaya peradilan akan lahir putusan pengadilan yang dapat berupa:

1. Gugatan ditolak

Suatu gugatan akan DITOLAK, manakala gugatan (terhadap pokok perkaranya) tersebut
setelah diperiksa di sidang pengadilan ternyata dalil dalil gugatan penggugat tidak didukung
oleh bukti bukti yang meyakinkan dan dibenarkan oleh hukum.

2. Gugatan dikabulkan

Suatu gugatan akan DIKABULKAN, manakala gugatan tersebut:

a. memuat fakta fakta dan dalil dalil yang didukung dengan alat bukti yang meyakinkan dan
dibenarkan oleh hukum.

b. petitum gugatan didukung oleh positum


3. Gugatan tidak dapat diterima

Gugatan tidak dapat diterima (Niet Ontvankelijke Verklaard) merupakan putusan dimana
dalam hal ini hakim mengatakan gugatan tersebut tidak dapat diterima, karena mengandung
cacat formil.

4. gugatan gugur

Suatu gugatan akan dinyatakan GUGUR, manakala penggugat telah dua kali tidak hadir dalam
persidangan yang telah ditentukan waktunya, walaupun yang bersangkutan telah dipanggil
secara patut setiap diadakan sidang pengadilan untuk memeriksa sengketa yang diajukan oleh
penggugat sendiri.10

L. Penyelesaian Sengketa TUN Melalui Pengadilan

a. Tenggang Waktu Mengajukan Gugatan

Pasal 55 UUPTUN: “Gugatan dapat diajukan hanya dalam tenggang waktu sembilan puluh
hari terhitung sejak saat diterimanya atau diumumkannya keputusan badan atau pejabat tata
usaha negara.”

b. Alasan Mengajukan Gugatan

Alasan yang dapat digunakan dalam mengajukan gugatan meliputi:

1. KTUN yang digugat bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku

2. KTUN yang digugat bertentangan dengan AAUPB

b. Penundaan KTUN

Permohonan penundaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 67 ayat 2 UUPTUN

1. Dapat dikabulkan hanya apabila terdapat keadaan yang sangat mendesak yang
mengakibatkan kepentingann penggugat sangat dirugikan jika KTUN yang digugat itu tetap
dilaksanakan.

2. Tidak dapat dikabulkan apabila kepentingan umum dalam rangka pembangunan


mengharuskan dilaksanakannya keputusan tersebut.

10
Marshaal NG and Dr. Hj. Sri Suatmiati, SH., M. Hum, Op.Cit Hlm 254
d. Pencabutan Gugatan

Penggugat dapat mencabut gugatannya sebelum tergugat memberikan jawaban. Apabila


tergugat sudah memberikan jawaban pencabutan gugatan akan dikabulkan oleh pengadilan
apabila disetujui tergugat. Artinya apabila tergugat tidak menyetujui permohonan pencabutan
gugatan penggugat tersebut, maka hakim harus melanjutkan pemeriksaan perkara.11

M. JAWABAN, REPLIK, DUPLIK, PEMBUKTIAN, SIMPULAN, DAN PUTUSAN

a. Jawaban

Jawaban merupakan tanggapan yang dibuat oleh pihak tergugat terhadap dalil-dalil yang telah
disampaikan oleh penggugat di dalam surat gugatannya

b. Replik dan Duplik

Replik merupakan tanggapan yang dibuat oleh pihak penggugat terhadap jawaban yang telah
disampaikan oleh tergugat. Isi replik bisa memperkuat dalil gugatan.

Duplik merupakan tanggapan yang dibuat oleh pihak tergugat terhadap replik yang telah
disampaikan oleh penggugat. Isi duplik bisa memperkuat dalil jawaban.

c. Pembuktian

Pembuktian merupakan tahap yang penting di dalam pemeriksaan perkara di muka


persidangan. Karena pada tahap ini, masing-masing pihak yang bersengketa mengajukan bukti-
bukti untuk memperkuat dalil yang telah mereka ajukan. Bagi penggugat pengajuan alat bukti
akan memperkuat dalil pada gugatan, dan sedangkan bagi tergugat pengajuan alat bukti
tersebut akan memperkuat dalil pada jawaban tergugat.

d. Simpulan

Simpulan merupakan ringkasan (resume) dari jalannya rangkaian persidangan yang dibuat oleh
masing-masing pihak. Kesimpulan merupakan hak, sehingga boleh dibuat, boleh juga tidak.

e. Putusan

Setelah para pihak memberikan dalil-dalilnya masing-masing, telah menyerahkan bukti-bukti


dan kesimpulannya, serta majelis hakim memandang telah cukup semua fakta (data), maka
diambillah suatu putusan

11
Panjaitan,Op.Cit. Hlm 66
soprotection.com

Anda mungkin juga menyukai