Anda di halaman 1dari 4

NAMA : BAMBANG TRIADY PUTRA

NPM : 18.4301.171

1. Mengapa di Negara Indonesia memerlukan Peradilan Tata Usaha Negara?

Fungsi kontrol yuridis pengadilan administrasi negara (PTUN) bertujuan disamping untuk
memberikan perlindungan hukum bagi masyarakat dan pejabat administrasi negara itu sendiri,
juga sebagai lembaga penegakan hukum administrasi negara yang bercita-cita untuk
mewujudkan suatu pemerintahan yang baik dan berwibawa (good governance)

Karena negara Indonesia merupakan negara hukum, tiap tindakan penyelenggara negara harus
berdasarkan hukum. Peraturan perundang-undangan yang telah diadakan lebih dahulu,
merupakan batas kekuasaan penyelenggaraan negara. Undang Undang Dasar yang memuat
norma-norma hukum dan peraturan-peraturan hukum harus ditaati, juga oleh pemerintah atau
badan-badannya sendiri.

A.V. Dicey mengetengahkan tiga arti dari the rule of law yaitu pertama, supremasi hukum
(supremacy of law); kedua, persamaan di hadapan hukum (equality before the law); ketiga,
terjaminnya hak-hak asasi manusia dalam Konstitusi. Adapun untuk rechtsstaat menurut F.J.
Stahl mempunyai unsur-unsur : pertama, pengakuan dan perlindungan terhadap hak asasi
manusia; kedua; pemisahan dan pembagian kekuasaan negara (trias politica); ketiga, pemerintah
berdasarkan undang-undang (wetmatig bestuur); keempat, adanya peradilan administrasi negara
(PTUN) (lihat Muhammad Tahir Azhary, 1992 : 66 dan Philipus M. Hadjon, 1987 : 80).

Oleh sebab itu eksistensi pengadilan administrasi negara (PTUN) sesuatu yang wajib, dengan
maksud selain sebagai sarana kontrol yuridis terhadap pelaksana administrasi negara juga
sebagai suatu bentuk atau wadah perlindungan hukum bagi masyarakat karena dari segi
kedudukan hukumnya berada pada posisi yang lemah. Berkenaan dengan konsep perlindungan
hukum bagi masyarakat di Indonesia, sesungguhnya beranjak dari makna Pancasila yang berarti
kekeluargaan atau gotong royong, menurut Philipus M. Hadjon (1993 : 85-89) asas berdasarkan
jiwa kekeluargaan ini dapat disebut pula sebagai asas kerukunan. Asas kerukunan tersebut
melandasi hubungan antara pemerintah dengan rakyat, serta antara organ kekuasaan negara yang
satu dengan lainnya yang melahirkan hubungan fungsional proporsional antara kekuasaan-
kekuasaan negara. Atas dasar keserasian hubungan berdasarkan asas kerukunan, maka sedapat
mungkin penyelesaian sengketa dilakukan melalui cara musyawarah dan peradilan merupakan
sarana terakhir.

Hal itu karena musyawarah sebagai cerminan perlindungan hukum preventif berupa pemberian
kesempatan kepada rakyat untuk mengajukan keberatan atau pendapatnya sebelum pemerintah
memberikan keputusan yang definitif. Musyawarah sangat besar artinya ditinjau dari perbuatan
pemerintahan yang didasarkan pada kebebasan bertindak karena pemerintah akan terdorong
untuk mengambil sikap hati-hati, sehingga sengketa yang kemungkinan dapat terjadi dapat
dicegah.

TUGAS POKOK (BIDANG YUSTISIAL) & FUNGSI PERADILAN TATA USAHA


NEGARA (PTUN) :

Menerima, Memeriksa, Memutus dan Menyelesaikan Sengketa Tata Usaha Negara (TUN) Pada
Pengadilan Tata Usaha Negara, Dengan Berpedoman Pada Undang-Undang Nomor : 5 Tahun
1986 jo. Undang-Undang Nomor : 9 Tahun 2004 jo. Undang-Undang Nomor : 51 Tahun 2009
dan Ketentuan dan Ketenuan Peraturan Perundang-undangan Lain yang Bersangkutan, Serta
Petunjuk-Petunjuk Dari Mahkamah Agung Republik Indonesia (Buku Simplemen Buku I, Buku
II, SEMA, PERMA, dll);

2. Mengapa Surat Keputusan Tata Usaha Negara menjadi objek gugatan di Peradilan Tata
Usaha Negara?

Objek Sengketa Tata Usaha Negara adalah keputusan yang dikeluarkan oleh badan atau Pejabat
tata usaha negara.10 Merujuk pada UU No 51 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas UU
No 51 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara pada Pasal 1 angka 9 bahwa
Keputusan Tata Usaha Negara merupakan suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh badan
atau pejabat tata usaha negara yang memuat tindakan hukum tata usaha negara yang berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang bersifat konkret, individual, dan final, yang
menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata. Unsur-unsur yang
terdapat di dalam rumusan pasal ini yang dimaksud dengan KTUN yang dapat menjadi Objek
sengketa tata usaha negara adalah :

1. Penetapan Tertulis adalah Dalam hal ini tidak menunjuk kepada bentuk keputusan itu akan
tetapi merujuk kepada isi keputusan yang dikeluarkan oleh badan atau pejabat tata usaha negara
tersebut. Lebih lanjut isi dalam keputusan tata usaha negara tersebut haruslah memuat : a. Badan
atau Pejabat Tata Usaha Negara yang mengeluarkan keputusan tersebut; b. Terdapat Maksud dan
penjelasan mengenai hal apa isi tulisan itu; c. Menjelaskan kepada siapa tulisan itu ditujukan dan
apa hal yang ditetapkan di dala KTUN tersebut.

2. Dikeluarkan oleh badan atau Pejabat Tata Usaha Negara Pengertian badan atau pejabat Tata
Usaha negara ini ialah badan atau pejabat di pusat dan daerah yang melakukan kegiatan bersifat
eksekutif.”

3. Berisi Tindakan hukum TUN berdasarkan peraturan perundang-undangan.Tindakan hukum


TUN adalah perbuatan hukum badan atau pejabat TUN yang bersumber pada ketentuan suatu
hukum TUN yang dapat membuat timbulnya suatu hak atau kewajiban pada orang lain.

4. “Konkret, individual dan final adalah Konkret dalam hal ini diartikan bahwa objek yang
diputuskan dalam KTUN tersebut tidak abstrak, namun berwujud, tertentu atau dapat ditentukan.
Selanjutnya individual diartikan bahwa KTUN tersebut tidak ditujukan untuk umum, tetapi
tertentu berisi alamat dan hal yang dituju. Kemudian final diartikan telah definitif dan dapat
menimbulkan akibat hukum.”

5. Menimbulkan akibat hukum bagi orang atau badan hukum perdata11 Penjelasan mengenai hal
ini adalah bilamana perbuatan hukum yang diwujudkan dalam pembuatan KTUN tersebut dapat
menimbulkan suatu hak atau kewajiban pada orang atau badan hukum perdata perdata.

Keputusan Tata Usaha Negara sebagai Objek Sengketa

Keputusan Tata Usaha Negara berdasarkan Pasal 1 angka 9 UU 51/2009 didefinisikan sebagai
berikut:
Keputusan Tata Usaha Negara adalah suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh badan atau
pejabat tata usaha negara yang berisi tindakan hukum tata usaha negara yang berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang bersifat konkret, individual, dan final, yang
menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata.

Menurut Yuslim dalam bukunya Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara (hal. 47) bahwa
rumusan Keputusan Tata Usaha Negara menurut Pasal 1 angka 9 UU 51/2009 mengandung
unsur-unsur:

 penetapan tertulis,
 Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara,
 tindakan hukum tata usaha negara,
 peraturan perundang-undangan yang berlaku,
 konkret,
 individual,
 final, dan
 akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata.

Anda mungkin juga menyukai