FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA SISTEM PERADILAN DI INDONESIA
Dalam Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 dengan jelas
menyatakan bahwa Negara Indonesia adalah Negara hukum. Salah seorang ahli yang cukup berjasa dalam mengemukakan konsepsinya mengenai negara hukum adalah Freidrich Julius Stahl, menurutnya negara hukum harus memenuhi unsur- unsur; adanya perlindungan hak asasi manusia, pemisahan dan pembagian kekuasaan untuk menjamin hak-hak, pemerintahan berdasarkan peraturan perundang-undangan, peradilan administrasi dalam perselisihan Menurut Pasal 24 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 Amandemen disebutkan, kekusaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakan hukum dan keadilan. Kemudian pada Pasal 24 ayat (2) disebutkan, kekuasaan kehakiman dilakukan oleh Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada dibawahnya dalam lingkungan peradilan umum, peradilan agama, peradilan militer, peradilan tata usaha negara dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi. PTUN yang dibentuk berdasarkan UU No. 5 tahun 1986 juncto UU No.9 tahun 2004, merupakan salah satu badan yang melaksanakan kekuasaan kehakiman dengan kedudukannya berada dibawah lingkungan Mahkamah agung, lebih jelas lagi dalam Pasal 4 UU No.9 tahun 2004 dinyatakan PTUN adalah salah satu pelaku kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari keadilan terhadap sengketa Tata Usaha Negara. Kemudian dalam Pasal 5 UU No. 5 tahun 1986 dinyatakan, Kekuasaan Kehakiman dilingkungan PTUN dilaksanakan oleh Peradilan Tata Usaha Negara dan Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara, dan semuanya berpuncak pada Mahkamah Agung sebagai Pengadilan Negara Tertinggi. Oleh Karena berdasarkan Pasal 7 UU No.9 tahun 2004, keberadan PTUN baik secara teknis organisatoris, teknis peradilan, administrasi peradilan dan finansial pengadilan berada penuh dibawah Mahkamah agung. Dilihat dari aspek negara hukum, bahwa Indonesia merupakan paham negara hukum rechtstaat yang banyak dianut oleh negara-negara Eropa Continental, memiliki kekhususan dalam memperlakukan para pejabat administrasi negaranya, yaitu apabila pejabat administrasi negara tersebut melakukan kesalahan atau kekeliruan dalam menjalankan fungsinya maka pejabat tersebut akan diperiksa dan diadili pada forum pengadilan tersendiri yaitu PTUN. Berbeda dengan paham rule of law yang menganut paham supremacy of law, equality before the law, maka tidak ada perbedaan forum peradilan bagi masyarakat dengan pejabat administrasi negara, seningga apabila terjadi sebgketa tetap masuk dalam kompetensi peradilan umum. KEDUDUKAN PERADILAN TATA USAHA NEGARA
Beradasrkan Pasal 6 UU No. 9 tahun 2004, PTUN
berkedudukan di Ibukota Kabupaten/Kota, dan daerah hukumnya meliputi wilayah Kabupaten/Kota, Sedangkan Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara berkedudukan di Ibukota Provinsi dan daerah hukumnya meliputi wilayah Provinsi. Kewenangan Peradilan Tata Usaha Negara
Pasal 4 UU No.9 tahun 2004 menyatakan PTUN adalah salah satu
pelaku kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari keadilan terhadap sengketa Tata Usaha Negara. Dalam Pasal 47 UU No.5 tahun 1986, pengadilan bertugas dan berwenang memeriksa, memutus dan menyelesaikan sengketa Tata Usaha Negara.
Pengertian sengketa Tata Usaha Negara menurut Pasal 1 ayat (10) UU
N0.51 Tahun 2009 adalah, sengketa yang timbul dalam bidang tata usaha negara antara orang atau badan hukum perdata dengan Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara, baik dipusat maupun didaerah, sebagai akibat dikeluarkannya Keputusan Tata Usaha Negara, termasuk sengketa kepegawaian berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Oleh karrena itu lahirlah Pasal 53 UU No. 9 tahun 2004 seabagai indikator bahwa keputusan tata usaha negara tersebut berakibat hukum pada seseoarang atau badan hukum perdata. Pasal 53 tersebut menyatakan ; a. Orang atau Badan Hukum Perdata yang merasa kepentingannya. Dirugikan oleh suatu keputusan Tata Usaha Negara dapat mengajukan gugatan tertulis kepada pengadilan yang berwenang yang berisi tuntutan agar Keputusan Tata Usaha Negara yang disengketakan itu dinyatakan batal atau tidak sah, dengan ganti rugi dan atau rehabilitasi. b. Alasan-alasan yang dapat digunakan dalam gugatan tersebut adalah: 1.Keputusan Tata Usaha Negara yang digugat itu bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku . 2.Keputusan Tata Usaha Negara yang digugat itu bertentangan dengan asas-asas umum pemerintahan yang baik, Terbentuknya PTUN dalam Undang-Undang Nomor 5 tahun 1986 jo Undang- Undang Nomor 9 tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang- merupakan perwujudan negara hukum modern pada paham Eropa Continental, yang dimaksudkan untuk memberikan perlindungan hukum kepada masyarakat pencari keadilan yang merasa dirinya dirugikan, 1. akibat adanya keputusan (beschekking) pejabat tata usaha negara, 2. akibat adanya suatu keadaan peran aktif pemerintah dalam segala aspek kehidupan masyarakat 3. akibat adanya negara hukum kesejahteraan atau welfare state.
Oleh karena itu undang-undang tersebut telah memberikan suatu landasan
yuridis dalam perlindungan terhadap masyarakat yang dirugikan oleh keputusan tata usaha negara, tetapi apabila dihubungkan dengan aspek kemanfaatan tidak demikian karena undang-undang tersebut tidak akan memiliki suatu kemanfaatan terhadap masyarakat apabila tidak ada proses penegakan hukum yang dijalankan oleh aparat penegak hukum, Menurut Prayudi Atmosudirjo, yang memakai istilah PTUN dengan peradilan administrasi pada dasarnya bertujuan untuk mengembangkan dan memelihara administrasi negara yang tepat menurut hukum (rechtmatig) atau tepat menurut undang-undang (wetmatig) atau tepat secara fungsional (efektif dan atau berfungsi secara efisien. Sjachran Basah, menyatakan bahwa tujuan peradilan administrasi adalah untuk memberikan pengayoman hukum dan kepastian hukum, bagi rakyat maupun bagi administrasi negara dalam arti terjaganya keseimbangan kepentingan masyarakat dengan kepentingan individu, sedangkan untuk administrasi negara akan terjaga ketertiban, ketentraman dan keamanan dalam pelaksanaan tugas-tugasnya, demi terwujudnya pemerintahan bersih dan berwibawa dalam kaitan negara hukum berdasarkan pancasila. konsideran UU No.5 tahun 1986 juncto UU No.9 tahun 2004, terbentuknya PTUN ditujukan untuk menegakan hukum dan keadilan, menjamin adanya persamaan hukum sehingga dapat memberikan pengayoman pada masyarakat, khususnya dalam hubungan antara badan atau pejabat tata usaha negara dengan masyarakat.