Anda di halaman 1dari 66

Yurisprudensi kasus pajak

Oleh M. Irwan
Panitera Pengganti Pengadilan Pajak
Indonesia adalah Negara Hukum
 Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk Republik
 Kedaulatan berada ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-undang
dasar
 Negara Indonesia adalah Negara Hukum
Ini berarti hal tersebut memberikan jaminan hukum bahwa penyelenggara
Negara/Pemerintah dan rakyat harus diatur dengan ketentuan undang-undang.
Tujuan akhir adalah suatu keinginan untuk memberikan perlindungan terhadap
hak azasi manusia dari tindakan kesewenang-wenangan para penguasa.
Contoh. Bila pemerintah memungut pajak tanpa dasar atau tidak sesuai dengan
Undang-undang maka tindakan tersebut dapat dianggap sewenang-wenang.

Motto sejak abad XVIII di USA dan Inggris


“No Taxation without representation”
“Taxation without representation is tirany”
“Taxation without representation is robbery”
 Pasal 23 ayat 2 UUD 1945
“Segala pajak untuk keperluan negara berdasarkan Undang-undang “
 Pasal 23 A UUD 1945 ( perubahan )
“Pajak dan pungutan lainnya yang bersifat memaksa untuk keperluan
negara diatur dengan Undang-undang”.
Menurut FJ Stahl ( dalam bukunya “Philosophie des Rechts” ), Negara hukum
harus memenuhi 4 unsur penting, yaitu:
1. Adanya perlindungan terhadap hak azasi manusia (HAM)
2. Adanya pemisahan/pembagian kekuasaan
3. Setiap tindakan pemerintah harus didasarkan pada peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
4. Adanya Peradilan Tata Usaha Negara ( PERATUN).
Peratun memberikan jaminan kepada orang atau Badan hukum perdata
yang dirugikan oleh Pejabat/keputusan Tata Usaha Negara karena tidak
berdasarkan atau tidak sesuai dengan undang-undang untuk mendapatkan
keadilan dimuka Pengadilan Tata Usaha Negara
Sumber hukum dan Tata urutan Perundang-undangan
1.Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum ( pasal 2 UU No.
12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan )
2. UUD 1945 Sebagai Hukum Dasar Nasional ( Pasal 3 ayat 1 UU No.
12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan ) dalam Peraturan perundangan-undangan
3.Tata Urutan Perundang-undangan
Menurut Pasal 1 TAP MPR No. III/MPR/2000 yaitu:
- UUD 1945
- TAP MPR RI
- Undang-undang
- Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perpu)
- Peraturan Pemerintah
- Keputusan Presiden
- Peraturan Daerah
Berdasarkan Pasal 7 ayat (1) UU No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang undangan, jenis dan hierarki Peraturan Perundang
undangan adalah:
- UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945
- Undang-undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perpu)
- Peraturan Pemerintah
- Keputusan Presiden
- Peraturan Daerah
Berdasarkan Pasal 7 ayat (1) UU No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang undangan, jenis dan hierarki Peraturan Perundang
undangan adalah:
- UUD Negara Republik Indonesia Tahun 194
- Ketetapan MPR
- Undang-undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perpu)
- Peraturan Pemerintah
- Keputusan Presiden
- Peraturan Daerah Provinsi dan
- Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.
Dalam hal suatu Undang-undang bertentangan dengan UUD Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, pengujiannya dilakukan oleh
Mahkamah Konstitusi.

Dalam hal suatu Peraturan perundang-undang bertentangan dengan


Undang-undang, pengujiannya dilakukan oleh Mahkamah Agung.

Kekuasaan Kehakiman dalam UUD 1945


Negara Indonesia berdasarkan atas hukum (rechtstaat), tidak
berdasarkan atas kekuasaan belaka ( machtsstaat) dan oleh sebab itu
pemerintah harus berdasar dan berpedoman kepada konstitusi (hkm
dasar) dan tidak bersifat absolutisme ( kekuasaan yang tidak terbatas ).

Lembaga Negara
Sesuai dengan perubahan keempat UUD 1945, Lembaga-lembaga
Negara terdiri dari:
1. Majelis Permusyawaratan Rakyat( MPR ) , Pasal 2 UUD 1945
2. Dewan Perwakilam Rakyat (DPR), Pasal 19 UUD 1945
3. Dewan Perwakilam Daerah (DPD), Pasal 22 C UUD 1945
4. Presiden, Pasal 14 UUD 1945
5. Badan Pemeriksa Keuangan, Pasal 23E UUD 1945
6. Mahkamah Agung, Pasal 24A UUD 1945
7. Mahkamah Konstitusi, Pasal 24C UUD 1945
8. Komisi Yudisial, Pasal 24B UUD 1945
9. Lembaga Lain seperti:
- Bank Central( Bank Indonesia), Pasal 23 ayat (1) UUD 1945
- Komisi Pemilihan Umum, Pasal 22E UUD 19
Kekuasaan Kehakiman
Pasal 24 ayat (1) UUD 1945 “ Kekuasaan Kehakiman merupakan
kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna
menegakkan hukum dan keadilan”
Kekuasaan Kehakiman dijalankan oleh sebuah Mahkamah Agung dan
Mahkamah Konstitusi (Pasal 24 ayat (2) UUD 1945
“ Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan
badan peradilan yang berada dibawahnya dalam lingkungan peradilan
umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer,
lingkungan peradilan tata usaha negara dan oleh sebuah Mahkamah
Konstitusi”
Kekuasaan Kehakiman dalam UU No. 48 Tahun 2009
Pasal 1, “Kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan negara yang merdeka
untuk menyelenggakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan
berdasarkan Pancasila, demi terselenggaraanya Negara Hukum Republik
Indonesia”

Mahkamah Agung
Dibentuk dengan dengan UU No. 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung
sebagaimana telah diubah dengan UU No.5 tahun 2004 dan terakhir
dengan UU No. 3 Tahun 2009.
Pasal 2, Mahkamah Agung adalah Pengadilan Negara Tertinggi dari semua
Lingkungan Peradilan, yang dalam melaksanakan tugasnya terlepas dari
pengaruh Pemerintah dan pengaruh2 lainnya
Empat Lingkungan Peradilan dibawah Mahkamah Agung :
1.Lingkungan Peradilan Umum,
2.Lingkungan Peradilan Agama,
3.Lingkungan Peradilan Militer, dan
4.Lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara

Mahkamah Konstitusi
Dibentuk dengan dengan UU No. 24 Tahun 2003 sebagaimana
telah diubah terakhir dengan UU No.8 tahun 2011.
Pasal (2) , “Mahkamah Konstitusimerupakan salah satu
lembaga negara yang melakukan kekuasaan kehakiman yang
merdeka untuk menyelenggakan peradilan guna menegakkan
hukum dan keadilan.”

Komisi Yudisial
: Pasal 24 ayat (1) UUD 1945, “Komisi Yudisial bersifat mandiri
yang berwenang mengusulkan pengangkatan hakim agung,
dan mempunyai wewenang lain dalam rangka menjaga
kohormatan, keluhuran martabat serta perilaku hakim”
Lingkungan Peradilan
Pasal 25 ayat (1) UU No. 48 tahun 20019 tentang Kekuasaan Kehakiman
“Badan peradilan yang berada di bawah Mahkamah Agung meliputi badan peradilan
dalam lingkungan peradilanumum, peradilan agama, peradilan militer, dan peradilan
tata usaha negara”. ( Pasal 24 ayat (2) UUD 1945 )

Pengadilan Khusus
Pasal 27 UU No. 48 tahun 20019 tentang Kekuasaan Kehakiman
(1)Pengadilan khusus hanya dapat dibentuk dalam salah satu lingkungan peradilan
yang berada di bawah Mahkamah Agung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25.
(2)(2)Ketentuan mengenai pembentukan pengadilan khusus sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diatur dalam undang-undang.
Pengadilan khusus antara lain adalah:
1.pengadilan anak,
2.pengadilan niaga,
3.pengadilan hak asasi manusia,
4. pengadilan tindak pidana korupsi,
5. pengadilan hubungan industrial
6. pengadilan perikanan.
yang berada di lingkungan peradilan umum,
1.pengadilan pajak
yang berada di lingkungan peradilan tata usaha negara.

Asas-asas Umum Kekuasaan Kehakiman


Disebut juga asas2 umum peradilan yang baik, yaitu yang menjadi dasar
ketentuan2 dalam kekuasaan kehakiman. Menurut Bambang Sutiyoso, SH, Mhum
dan Sri Hastuti Puspitasari, SH, MH meliputi:
1.Asas Kebebasan Hakim
2.Hakim bersikap menunggu,
3.Pemeriksaan Berlangsung Terbuka,
4.Hakim Aktif,
5.Asas Hakim bersikap Pasif,
6.Asas Kesamaan,
7.Asas Obyektifitas,
8.Putusan Disertai Alasan,
9. Tidak ada keharusan untuk mewakilkan,
10. Beracara Dikenakan Biaya,
11. Peradilan dilakukan “ Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”
12. Peradilan dilakukan dengan sederhana, cepat dan berbiaya ringan,
13. Susunan Persidangan Dalam Bentuk Majelis,
14.Pemeriksaan Dalam dua tingkat.

Catatan:
Timbulnya Utang Pajak dan Sengketa Pajak

Hukum pajak adalah suatu kumpulan peraturan-peraturan yang mengatur hubungan


antara pemerintah sebagai pemungut pajak dengan rakyat sebagai pembayar pajak.
Hukum pajak pajak dapat digolongkan /terdiri dari Hukum Pajak Material dan
Hukum Pajak Formal.
Hukum Pajak Material
Memuat norma2 yang menerangkan keadaan2, perubahan dan peristiwa2 hukum
yang harus dikenakan pajak, siapa2 yang dikenakan pajak dan berapa berapa
besarnya.
Hukum Pajak Formal
Peraturan2 mengenai cara2 untuk menjelmakan hukum material menjadi kenyataan,
memuat cara2penyelenggaraan penetapan pajak, control terhadap penyelenggaraan
nya, hak dan kewajiban WP, kewajiban pihak ketiga, prosedur pemungutan pajak.

Manfaat bagi Fiskus, untuk melindungi Fiskus maka diatur ketentuan untuk
mendorong WP melaksanakan kewajiban pajaknya Asessment System.
Bagi WP, Untuk melindungi WP diatur ketentuan tentang hak2 WP
Perlunya Pembedaan Hukum Pajak Material dan Hukum Pajak Formal.
•Peraturan hukum Formal tidak akan pernah menimbulkan suatu utang pajak,
karena utang pajak semata-mata ditentukan oleh hukum material.
•Dilain pihak/sebaliknya, dapat terjadi karena adanya peraturan formal tertentu,
suatu pajak yang telah ditentukan oleh hukum material, pemungutannya tidak
mungkin dilaksanakan.

Timbulnya Utang Pajak


Utang Pajak telah timbul karena undang-undang pajak yang bersangkutan pada
saat dipenuhinya tatbestand (obyek). Tatbestand terdiri dari keadaan 2 tertentu
dan atau peristiwa atau perbuatan tertentu yang dapat dikenakan
pajak/merupakan fakta kena pajak.

Self Assesment System (SAS) dan Jaminan terhadap SPT Wajib Pajak.
Dalam SAS WP diberi kepercayaan untuk melaksanakan hak dan kewajiban
perpajakan dimulai dengan kewajiban mendaftarkan diri, melapor usahanya
untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak ( NPWP ), dikukuhkan menjadi
Pengusaha Kena Pajak (PKP).
Timbulnya Sengketa Pajak

Pasal 1 butir 5 UU No 14 tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak


“Sengketa Pajak adalah sengketa yang timbul dalam bidang perpajakan antara Wajib
Pajak atau penanggung Pajak dengan pejabat yang berwenang sebagai akibat
dikeluarkannya keputusan yang dapat diajukan Banding atau Gugatan kepada
Pengadilan Pajak berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan,
termasuk Gugatan atas pelaksanaan penagihan berdasarkan Undangundang
Penagihan Pajak dengan Surat Paksa.
Pasal 29 ayat (1) UU KUP tujuan pemeriksaan adalah untuk menguji kepatuhan
pemenuhan kewajiban perpajakan/SPT WP.
Pengujian SPT PPH Badan meliputi antara lain:
1.Kebenaran peredaran usaha,
2.Kebenaran Harga Pokok Penjualan,
3.Kebenaran pengasilan lain dari luar usaha,
4.Kebenaran Pengurangan Penghasilan Bruto,
5.Kebenaran penghitungan/kredit pajak.
Yang keseluruhannya yang diuji apakah:
1.Penerapan Undang-undang Pajak oleh WP sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan perpajakan yang bersangkutan,
2.Kebenaran Material yang diatas benar2 sesuai dengan
dokumen pembukuan dan keabsahan.

Penyelesaian Sengketa Pajak oleh Pengadilan Pajak

Catatan:
Komisi Yudisial dibentuk dengan dengan UU No. 22 Tahun 2004
sebagaimana telah diubah terakhir dengan UU No.18 tahun
2011 tentang Komisi Yudisial

Catatan:
Komisi Yudisial dibentuk dengan dengan UU No. 22 Tahun 2004
sebagaimana telah diubah terakhir dengan UU No.18 tahun
2011 tentang Komisi Yudisial

Catatan:
Komisi Yudisial dibentuk dengan dengan UU No. 22 Tahun 2004
sebagaimana telah diubah terakhir dengan UU No.18 tahun
2011 tentang Komisi Yudisial

Catatan:
TUGAS DAN KEWENANGAN
PENGADILAN PAJAK

 Pengadilan Pajak mempunyai tugas dan wewenang memeriksa dan memutus


Sengketa Pajak (Pasal 31 UU PP).

Untuk Banding Pengadilan Pajak hanya


memeriksa dan memutus sengketa atas
keputusan keberatan.

Untuk Gugatan Pengadilan Pajak memeriksa


dan memutus sengketa atas pelaksanaan
penagihan Pajak atau Keputusan
pembetulan atau Keputusan lainnya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat
(2) Undang-Undang KUP**.
Catatan:
*) UU PP : Undang-undang Pengadilan Pajak adalah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak;
**) UU KUP : Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2009.

20 BERACARA DI PENGADILAN PAJAK


Pembinaan Dan Kedudukan
PENGADILAN PAJAK

 Pembinaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) dan ayat (2) tidak boleh
mengurangi kebebasan Hakim dalam memeriksa dan memutus sengketa pajak.

 Pengadilan Pajak berkedudukan di ibukota negara yaitu Jakarta dan saat ini berkantor di
Jalan Hayam Wuruk Nomor 7, Jakarta Pusat 10120.

 Sidang Pengadilan Pajak dapat dilakukan di luar tempat kedudukan (SDTK) yang saat ini telah
dilaksanakan di Yogyakarta dan Surabaya.

21 BERACARA DI PENGADILAN PAJAK


KEKHUSUSAN PENGADILAN PAJAK
 Pembinaan teknis peradilan bagi PP dilakukan oleh Mahkamah Agung dan pembinaan
organisasi, administrasi, dan keuangan dilakukan oleh Kementerian Keuangan.
 Merupakan Pengadilan tingkat pertama dan terakhir dalam memeriksa dan memutus
sengketa pajak.
 Putusan PP merupakan putusan akhir dan mempunyai kekuatan hukum tetap, dan
hanya bisa diajukan upaya hukum luar biasa berupa Peninjauan Kembali ke MA.
 Dalam putusan Pengadilan Pajak memuat penetapan besarnya pajak terutang dari
Wajib Pajak, berupa hitungan secara teknis perpajakan, sehingga Wajib Pajak langsung
memperoleh kepastian hukum tentang besarnya pajak terutang.

 Penyelesaian sengketa pajak memerlukan tenaga-tenaga Hakim khusus yang mempunyai


keahlian di bidang perpajakan dan berijazah sarjana hukum atau sarjana lain.

22 BERACARA DI PENGADILAN PAJAK


PERANAN PENGADILAN PAJAK
Dalam Penerimaan Pajak

Pengadilan Pajak

 Meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak/Pembayar Pajak


 Mendukung penerimaan negara dari pajak

23 BERACARA DI PENGADILAN PAJAK


PERANAN PENGADILAN PAJAK
Dalam Penerimaan Pajak

Inkracht, jika tidak ada penetapan


SPT s.d. daluwarsa

Inkracht, jika tidak diajukan


Ketetapan
keberatan
Pajak

Keputusan Inkracht, jika tidak diajukan banding


Keberatan

Inkracht
Putusan (Final dan Mengikat)

24 BERACARA DI PENGADILAN PAJAK


Sengketa Pajak
Adalah sengketa yang timbul dalam bidang perpajakan
antara Wajib Pajak atau Penanggung Pajak dengan
pejabat yang berwenang sebagai akibat
dikeluarkannya keputusan yang dapat diajukan
Banding atau Gugatan kepada Pengadilan Pajak
berdasarkan peraturan perundang-undangan
perpajakan, termasuk gugatan atas pelaksanaan
penagihan berdasarkan Undang-undang Penagihan
Pajak dengan Surat Paksa.
Pasal 1 angka 5 UU Nomor 14 Tahun 2002 Tentang Pengadilan Pajak

25 BERACARA DI PENGADILAN PAJAK


BANDING
Adalah upaya hukum yang dapat dilakukan Wajib
Pajak/Penanggung Pajak terhadap suatu keputusan yang dapat
diajukan banding berdasarkan Peraturan Perundang-undangan
Perpajakan yang berlaku.
(Pasal 1 angka 6 UU Nomor 14 Tahun 2002 Tentang Pengadilan
Pajak)
GUGATAN
Adalah upaya hukum yang dapat dilakukan oleh Wajib Pajak
atau Penanggung Pajak terhadap pelaksanaan penagihan pajak
atau terhadap keputusan yang dapat diajukan gugatan
berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan yang
berlaku
(Pasal 1 angka 7 UU Nomor 14 Tahun 2002 Tentang Pengadilan
Pajak)
26 BERACARA DI PENGADILAN PAJAK
OBJEK BANDING

Objek Banding adalah Surat Keputusan


Keberatan, yaitu surat keputusan atas
keberatan terhadap surat ketetapan pajak
atau terhadap pemotongan atau
pemungutan oleh pihak ketiga yang
diajukan oleh Wajib Pajak

27 BERACARA DI PENGADILAN PAJAK


OBJEK GUGATAN
1. Pelaksanaan Surat Paksa, Surat Perintah Melaksanakan
Penyitaan atau Pengumuman Lelang;
2. Keputusan Pencegahan dalam rangka penagihan pajak;
3. Keputusan yang berkaitan dgn pelaksanaan keputusan
perpajakan, selain yg ditetapkan dalam Pasal 25 ayat (1)
dan pasal 26 Undang-Undang KUP; atau
4. penerbitan surat ketetapan pajak atau Surat Keputusan
Keberatan yang dalam penerbitannya tidak sesuai dengan
prosedur atau tata cara yang telah diatur dalam ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan

28 BERACARA DI PENGADILAN PAJAK


Kuasa Hukum (Pasal 34 UU PP)
(1) Para pihak yang bersengketa masing-masing dapat didampingi atau
diwakili oleh satu atau lebih kuasa hukum dengan Surat Kuasa Khusus.
(2) Untuk menjadi kuasa hukum harus dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a.Warga Negara Indonesia;
b. mempunyai pengetahuan yang luas dan keahlian tentang peraturan
perundang-undangan perpajakan;
c.persyaratan lain yang ditetapkan oleh Menteri.
(3) Dalam hal kuasa hukum yang mendampingi atau mewakili pemohon
Banding atau penggugat adalah keluarga sedarah atau semenda sampai
dengan derajat kedua, pegawai, atau pengampu, persyaratan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) tidak diperlukan

29 BERACARA DI PENGADILAN PAJAK


Kuasa Hukum (PMK-184/2017)
Pasal 2
Setiap orang perorangan untuk menjadi Kuasa Hukum pada Pengadilan Pajak
harus memenuhi persyaratan umum dan persyaratan khusus.

Pasal 3

Persyaratan umum untuk menjadi Kuasa Hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasl 2
sebagai berikut:
a. merupakan Warga Negara Indonesia (WNI); dan
b. . mempunyai pengetahuan yang luas dan keahlian tentang peraturan perundang-
undangan di bidang perpajakan.

30 BERACARA DI PENGADILAN PAJAK


Kuasa Hukum
Pasal 4
Pengetahuan yang luas dan keahlian tentang peraturan perundang-undangan
perpajakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf b dibuktikan
dengan:
a. ijazah Sarjana/Diploma IV di bidang administrasi fiskal, akuntansi,
perpajakan, dan/atau kepabeanan dan cukai dari perguruan tinggi yang
terakreditasi;
b. ijazah Sarjana/Diploma IV dari perguruan tinggi yang terakreditasi selain
dalam bidang sebagaimana dimaksud dalam huruf a yang dilengkapi
dengan salah satu bukti tambahan sebagai berikut:

31 BERACARA DI PENGADILAN PAJAK


Kuasa Hukum

1. ijazah Diploma III perpajakan dan/atau kepabeanan dan cukai dari


perguruantinggi yang terakreditasi;
2. brevet perpajakan dari instansi atau lembaga penyelenggara brevet
perpajakan;
3. sertifikat keahlian kepabeanan dan cukai dari instansi atau lembaga
pendidikan dan pelatihan kepabeanan dan cukai;
4. surat atau dokumen yang menunjukan pengalaman pernah bekerja pada
instansi pemerintah di bidang teknis perpajakan dan/atau kepabeanan dan
cukai.

32 BERACARA DI PENGADILAN PAJAK


Kuasa Hukum
Pasal 5

Persyaratan khusus untuk menjadi Kuasa Hukum sebagaimana dimaksud dala


Pasal 2 sebagai berikut:
a.mempunyai Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
b.Mempunyai bukti tanda terima penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT)
Tahunan Pajak Penghasilan Orang Pribadi untuk 2 (dua) tahun terakhir;
c. memiliki Surat Keterangan Catatan Kepolisian
d. tidak berstatus sebagai Pegawai Negeri Sipil atau pejabat negara;
e. menandatangani pakta integritas;
lanjutan...

33 BERACARA DI PENGADILAN PAJAK


Kuasa Hukum

f. telah melewati jangka waktu 2 (dua) tahun setelah diberhentikan dengan


hormat sebagai Hakim Pengadilan Pajak untuk orang yang pernah
mengabdikan diri sebagai Hakim Pengadilan Pajak;
g. memiliki izin kuasa hukum

34 BERACARA DI PENGADILAN PAJAK


Syarat-syarat Pengajuan Banding (Pasal 35-
37 UU PP)

 Banding diajukan dengan Surat Banding dalam Bahasa Indonesia kepada Pengadilan Pajak.
 Banding diajukan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal diterima Keputusan yang
dibanding, kecuali diatur lain dalam peraturan perundang-undangan perpajakan.
 Jangka waktu tersebut tidak mengikat apabila jangka waktu dimaksud tidak dapat dipenuhi
krn keadaan di luar kekuasaan Pemohon
 Terhadap 1 (satu) Keputusan diajukan 1 (satu) Surat Banding.
 Banding diajukan dengan disertai alasan-alasan yang jelas, dan dicantumkan tanggal
diterima surat keputusan yang dibanding.
 Pada Surat Banding dilampirkan salinan Keputusan yang dibanding.
 Banding hanya dapat diajukan apabila besarnya jumlah pajak yang terutang dimaksud telah
dibayar sebesar 50% (lima puluh per seratus) dengan melampirkan Surat Setoran Pajak (SSP)
atau Pemindah Bukuan (Pbk).
 Banding dapat diajukan oleh Wajib Pajak, ahli warisnya, seorang pengurus, atau kuasa
hukumnya.

35 BERACARA DI PENGADILAN PAJAK


Syarat-syarat Pengajuan Gugatan
(Psl 40-41 UU PP)

 Diajukan secara tertulis dalam Bahasa Indonesia kepada Pengadilan Pajak.


 Jangka Waktu untuk mengajukan Gugatan terhadap pelaksanaan penagihan Pajak adalah
14 (empat belas) hari sejak tanggal pelaksanaan penagihan.
 Jangka waktu untuk mengajukan Gugatan selain atas keputusan pelaksanaan penagihan
adalah 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal diterima Keputusan yang digugat
 Pengecualian batas waktu karena keadaan di luar kekuasaannya dengan perpanjangan paling
lama 14 hari sejak berakhirnya keadaan tersebut.
 Terhadap 1 (satu) pelaksanaan penagihan atau 1 (satu) Keputusan diajukan 1 (satu) Surat
Gugatan.
 Disertai alasan-alasan yang jelas dan mencantumkan tanggal diterima, pelaksanaan
penagihan, atau Keputusan yang digugat
 Dilampiri salinan keputusan/dokumen yang digugat.
 Diajukan oleh penggugat, ahli warisnya, sorang pengurus, atau kuasa hukumnya

36 BERACARA DI PENGADILAN PAJAK


Pemeriksaan Acara Biasa (Pasal 49)

 Pemeriksaan dengan acara biasa dilakukan oleh Majelis.


 Untuk keperluan pemeriksaan, Hakim Ketua membuka sidang dan menyatakan terbuka
untuk umum.
 Sebelum pemeriksaan pokok sengketa dimulai, Majelis melakukan pemeriksaan
mengenai kelengkapan dan/atau kejelasan Banding atau Gugatan.
 Apabila Banding atau Gugatan tidak lengkap dan/atau tidak jelas sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2) sepanjang bukan merupakan persyaratan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 35 ayat (1), Pasal 36 ayat (1) dan ayat (4), dan Pasal 40 ayat (1)
dan/atau ayat (6), kelengkapan dan/atau kejelasan dimaksud dapat diberikan dalam
persidangan.

37 BERACARA DI PENGADILAN PAJAK


Pemeriksaan Acara Cepat (Pasal 65)
 Pemeriksaan dengan acara cepat dilakukan oleh Majelis atau Hakim Tunggal.

 Pemeriksanaan dengan acara cepat dilakukan terhadap:

 Sengketa Pajak tertentu; yaitu sengketa pajak yang tidak memenuhi ketentuan-
ketentuan pengajuan Banding atau Gugatan
 Gugatan yang tidak diputus dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 81 ayat (2).
 tidak dipenuhinya salah satu ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 84
ayat (1) atau kesalahan tulis dan/atau kesalahan hitung, dalam putusan
Pengadilan Pajak;
 sengketa yang berdasarkan pertimbangan hukum bukan merupakan wewenang
Pengadilan Pajak.

 Sengketa Pajak tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a adalah
Sengketa Pajak yang Banding atau Gugatannya tidak memenuhi ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 36 ayat (1) dan
ayat (4), Pasal 37 ayat (1), Pasal 40 ayat (1) dan/atau ayat (6).

38 BERACARA DI PENGADILAN PAJAK


Pemeriksaan Acara Cepat (Pasal 65)

Pemeriksaan dengan acara cepat terhadap Sengketa Pajak


dilakukan tanpa Surat Uraian Banding atau Surat Tanggapan dan
tanpa Surat Bantahan.

Semua ketentuan mengenai pemeriksaan dengan acara biasa


berlaku juga untuk pemeriksaan dengan acara cepat.

39 BERACARA DI PENGADILAN PAJAK 39


Alur Penyelesaian Sengketa Pajak di Pengadilan
Pajak (1)
PROSES BANDING (Acara Biasa)

Pelaksanaan
14 hari 3 bulan 14 hari 30 hari 14 hari
Putusan PP
30 hari terhitung
sejak tanggal
diterima putusan

6 bulan 6 bulan

Catatan:
*) Apabila Terbanding dan/atau Pemohon Banding tidak memenuhi ketentuan untuk penyampaian SUB dan/atau SB, PP tetap melanjutkan
pemeriksaan banding.
**) Jangka waktu putusan pemeriksaan atas banding diambil dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan dan dalam hal-hal khusus dapat diperpanjang
paling lama 3 (tiga) bulan.

40 BERACARA DI PENGADILAN PAJAK


Alur Penyelesaian Sengketa Pajak di Pengadilan
Pajak (2)
PROSES GUGATAN (Acara Biasa)

14 hari Pelaksanaan
1 bulan 30 hari 14 hari
14 hari Putusan PP
30 hari terhitung
sejak tanggal
diterima putusan

3 bulan 3 bulan

Catatan:
*) Apabila Tergugat dan/atau Penggugat tidak memenuhi ketentuan untuk penyampaian ST dan/atau SB, PP tetap melanjutkan pemeriksaan gugatan.

**) Jangka waktu putusan pemeriksaan atas banding diambil dalam jangka waktu 6 (enam) bulan dan dalam hal-hal khusus dapat diperpanjang paling
lama 3 (tiga) bulan.

41 BERACARA DI PENGADILAN PAJAK


Pembuktian
1. Alat bukti dapat berupa:
a. Surat atau tulisan;
b. Keterangan ahli;
c. Keterangan saksi;
d. Pengakuan para pihak;
e. Pengetahuan hakim;
2. Keadaan yang telah diketahui oleh umum tidak perlu
dibuktikan.
( Pasal 69 UU Nomor 14 Tahun 2002 Tentang Pengadilan Pajak)

42 BERACARA DI PENGADILAN PAJAK 42


PENCABUTAN
BANDING/GUGATAN
Banding dan Gugatan dapat dicabut:
 Dengan surat pernyataan
 Dihapus dari daftar sengketa dangan :
 Penetapan Ketua bila belum disidangkan.
 Putusan majelis/hakim tunggal bila sudah
disidangkan dan atas persetujuan Terbanding.
 Banding dan Gugatan Yang sudah dicabut tidak dapat diajukan lagi.

(Pasal 39 UU Nomor 14 Tahun 2002 Tentang Pengadilan Pajak)

43 BERACARA DI PENGADILAN PAJAK 43


PUTUSAN PENGADILAN
PAJAK
Putusan diambil berdasarkan:

• Hasil penilaian pembuktian;

•Peraturan Perundang-undangan Perpajakan; dan

• Keyakinan hakim.
(Pasal 78 UU Nomor 14 Tahun 2002 Tentang Pengadilan Pajak)

44 BERACARA DI PENGADILAN PAJAK 44


PUTUSAN (Pasal 77)

Putusan Pengadilan Pajak merupakan putusan akhir dan


mempunyai kekuatan hukum tetap.
Pengadilan Pajak dapat mengeluarkan putusan sela atas Gugatan
berkenaan dengan permohonan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 43 ayat (2).
Pihak-pihak yang bersengketa dapat mengajukan peninjauan
kembali atas putusan Pengadilan Pajak kepada Mahkamah Agung.
Putusan Pengadilan Pajak diambil berdasarkan hasil penilaian
pembuktian, dan berdasarkan peraturan perundang-undangan
perpajakan yang bersangkutan, serta berdasarkan keyakinan
Hakim.

45 BERACARA DI PENGADILAN PAJAK


Putusan Sela

Putusan sela (Pasal 43 ayat (2) dan Pasal 77 ayat (2) UU PP)
1. Dimohonkan oleh Penggugat atas pelaksanaan penagihan;
2. Diajukan secara tertulis;
3. Dapat dikabulkan hanya bila terdapat keadaan yang sangat mendesak
yang mengakibatkan kepentingan Penggugat sangat dirugikan jika
penagihan pajak dilaksanakan.

46 BERACARA DI PENGADILAN PAJAK


ISI Putusan Pengadilan Pajak
(Pasal 84)

 Kepala putusan yang berbunyi "DEMI KEADlLAN BERDASARKAN KETUHANAN


YANG MAHA ESA". ,
 nama, tempat tinggal atau tempat kediaman, dan/atau identitas lainnya dari
pemohon Banding atau penggugat;
 nama jabatan dan alamat terbanding atau tergugat;
 hari, tanggal diterimanya Banding atau Gugatan;
 ringkasan Banding atau Gugatan, dan ringkasan Surat Uraian Banding atau Surat
Tanggapan, atau Surat Bantahan, yang jelas;
 pertimbangan dan penilaian setiap bukti yang diajukan dan hal yang terjadi dalam
persidangan selama sengketa itu diperiksa;
 pokok sengketa;
 alasan hukum yang menjadi dasar putusan;
 amar putusan tentang sengketa; dan
 hari, tanggal putusan, nama Hakim yang memutus, nama Panitera, dan keterangan
tentang hadir atau tidak hadirnya para pihak.

47 BERACARA DI PENGADILAN PAJAK


lanjutan

Tidak dipenuhinya salah satu ketentuan di atas menyebabkan


putusan dimaksud tidak sah dan Ketua memerintahkan
sengketa dimaksud segera disidangkan kembali dengan acara
cepat, kecuali putusan dimaksud telah melampaui jangka waktu
1 (satu) tahun.

48 BERACARA DI PENGADILAN PAJAK


PUTUSAN
Jenis Putusan:
a. Menolak;
b. Mengabulkan sebagian atau seluruhnya;
c. Menambah pajak yang harus dibayar;
d. Tidak dapat diterima;
e. Membetulkan kesalahan tulis atau kesalahan
hitung, dan/atau;
f. Membatalkan.
( Pasal 80 UU Nomor 14 Tahun 2002 Tentang Pengadilan Pajak)

49 BERACARA DI PENGADILAN PAJAK 49


Pembacaan Putusan

Putusan Pengadilan Pajak harus diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum.
Tidak dipenuhinya ketentuan tersebut, putusan Pengadilan Pajak tidak sah dan
tidak mempunyai kekuatan hukum dan karena itu putusan dimaksud harus
diucapkan kembali dalam sidang terbuka untuk umum.

50 BERACARA DI PENGADILAN PAJAK


Pelaksanaan Putusan (Pasal 86)
 Putusan Pengadilan Pajak langsung dapat dilaksanakan dengan tidak memerlukan
lagi keputusan pejabat yang berwenang kecuali peraturan perundang-undangan
mengatur lain.
 Apabila putusan Pengadilan Pajak mengabulkan sebagian atau seluruh Banding,
kelebihan pembayaran Pajak dikembalikan dengan ditambah imbalan bunga
sebesar 2% (dua persen) sebulan untuk paling lama 24 (dua puluh empat) bulan,
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.
 Salinan putusan atau salinan penetapan Pengadilan Pajak dikirim kepada para
pihak dengan surat oleh Sekretaris dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sejak
tanggal putusan Pengadilan Pajak diucapkan, atau dalam jangka waktu 7 (tujuh)
hari sejak tanggal putusan sela diucapkan.
 Putusan Pengadilan Pajak harus dilaksanakan oleh Pejabat yang berwenang dalam
jangka waktu 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal diterima putusan.
 Pejabat yang tidak melaksanakan putusan Pengadilan Pajak dalam jangka waktu
yang ditetapkan dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan kepegawaian yang
berlaku.

51 BERACARA DI PENGADILAN PAJAK


PENINJAUAN KEMBALI (PK)
Atas putusan pengadilan pajak dapat diajukan Peninjauan Kembali (PK)
oleh para pihak dengan ketentuan sebagai berikut:
1.Diajukan kepada Mahkamah Agung melalui Pengadilan Pajak;
2.Diajukan paling lambat dalam jangka waktu 3 bulan;
3.Hanya dapat dimohonkan satu kali;
4.Permohonan PK tidak menangguhkan atau menghentikan pelaksanaan
putusan Pengadilan Pajak;
5.Dapat dicabut sebelum diputus dan tidak dapat diajukan lagi.

( Pasal 77 ayat (3) dan Pasal 89 UU Nomor 14 Tahun 2002 Tentang Pengadilan Pajak)

52 BERACARA DI PENGADILAN PAJAK 52


Alasan Pengajuan PK
a. Putusan Pengadilan Pajak didasarkan pada suatu
kebohongan/tipu muslihat;
b. Terdapat bukti tertulis baru yang penting dan bersifat
menentukan;
c. Putusan Pengadilan Pajak mengabulkan suatu hal yg tidak
dituntut atau lebih dari pada yang dituntut;
d. Suatu bagian dari tuntutan belum diputus tanpa
pertimbangan sebab-sebabnya; dan/atau
e. Putusan nyata-nyata tdk sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
( Pasal 91 UU Nomor 14 Tahun 2002 Tentang Pengadilan Pajak)

53 BERACARA DI PENGADILAN PAJAK 53


Keterbukaan Akses Informasi Persidangan dan
Perkembangan Penyelesaian Sengketa Pajak

• Bagi Pemohon Banding/Penggugat yang ingin mengetahui jadwal pelaksanaan


persidangan untuk sengketa pajak yang diajukan banding/gugatan dapat mengakses
laman sebagai berikut:

http://www.setpp.depkeu.go.id/Ind/sidang/JadwalRUSperiksa.asp.

• Pemohon Banding/Penggugat juga dapat mengetahui perkembangan penyelesaian


sengketa pajaknya dengan mengakses laman di bawah ini menggunakan Nama
Pemohon, Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan/atau Nomor Sengketa Pajak.

http://www.setpp.depkeu.go.id/Ind/Berkas/MenuBerkas.asp

54 BERACARA DI PENGADILAN PAJAK


KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK

Perkembangan Penyelesaian Sengketa


Melalui Website Sekretariat Pengadilan
Pajak

Publikasi Risalah Putusan Pengadilan


Pajak dalam Direktori Putusan MA

55 BERACARA DI PENGADILAN PAJAK


Proses Umum Persidangan
a. Persidangan I, pemeriksaan keabsahan Wakil Pemohon
Banding dan pemeriksaan formal : Banding, Keputusan
Keberatan, Surat keberatan dan penerbitan SKPKB,
b. Persidangan selanjutnya, pemeriksaan tetang matriks
sengketa serta alasan koreksi, untuk Gugatan biasanya
membuat kronologis tertulis
c. Persidangan berikutnya, pembahasan masing-masing
koreksi dan pembuktian para fihak sesuai agenda
d. Persidangan terakhir biasanya membuat closing statement
e. Sidang tunda biasanya setiap 3 Minggu, dan dalam hal hal
tertentu bisa lebih cepat

56 BERACARA DI PENGADILAN PAJAK 56


Etika komunikasi di persidangan
a. Hakim mengatur jalannya persidangan, maka bicaralah
setelah diberi kesempatan oleh hakim;
b. Jangan memotong/menyela Hakim atau lawan yang sedang
bicara;
c. Sampaikan pendapat dengan jelas dan ringkas dan disertai
dengan dasar yuridis/asas hukum
d. Penjelasan yg disampaikan secara lisan sebaiknya juga
dibuat secara tertulis
e. Apabila dirasa Hakim menyimpulkan pendapat TB/TG
kurang/tdk pas, sampaikan koreksi scr sopan

57 BERACARA DI PENGADILAN PAJAK 57


Pengadilan Pajak
Republik Indonesia

PERKEMBANGAN SENGKETA PAJAK


Berkas Masuk Per Jenis Pajak
Tahun 2016

59 BERACARA DI PENGADILAN PAJAK


Permohonan Banding dan Gugatan
Tahun 2009 s.d. Tahun 2016

60 BERACARA DI PENGADILAN PAJAK


Permohonan Banding dan Gugatan
Tahun 2009 s.d. Tahun 2016

61 BERACARA DI PENGADILAN PAJAK


Produktivitas Putusan Pengadilan Pajak
Tahun 2016

Peningkatan Produksi Tahun 2016:


Tahun 2015 : 9.032 putusan
Tahun 2016 : 12.853 putusan (Naik 42,3%)

62 BERACARA DI PENGADILAN PAJAK


PERMOHONAN PENCABUTAN SENGKETA PAJAK DALAM RANGKA TAX AMNESTY
Sampai Dengan 14 Maret 2017

Jumlah Permohonan Pencabutan


2.603 Permohonan
Jumlah Pemohon
465 Pemohon

Telah terbit 2.107 Penetapan/Putusan


Pencabutan/Akta Pencabutan PK
(Terselesaikan 80,95%)

63 BERACARA DI PENGADILAN PAJAK


Perkembangan Permohonan Peninjauan Kembali
Tahun 2002 s.d. Tahun 2016

DATA PERMOHONAN PENINJAUAN KEMBALI TAHUN 2002 S.D 2016


PENGADILAN PAJAK REPUBLIK INDONESIA

Jumlah Berkas Permohonan PK


No Pemohon PK
2002 s.d 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Jumlah

1 Wajib Pajak 2,517 754 881 1,345 1,219 1,245 7,961

2 Ditjen Pajak 2,419 1,097 1,870 2,436 2,964 2,517 13,303

3 Ditjen Bea dan Cukai 102 85 226 49 47 284 793

4 Pemerintah Daerah 4 0 56 16 0 20 96

Jumlah 5,042 1,936 3,033 3,846 4,230 4,066 22,153

64 BERACARA DI PENGADILAN PAJAK


AMAR PUTUSAN PENINJAUAN KEMBALI (PK) BERDASARKAN
PEMOHON (DJP DAN WAJIB PAJAK)
Tahun 2013 s.d. Tahun 2016

Pemohon PK dan Tahun Putusan PK


No Jenis Putusan PK DJP WAJIB PAJAK
2013 2014 2015 2016 Jumlah % 2013 2014 2015 2016 Jumlah %

1 Putusan Dikabulkan Seluruhnya 7 19 68 181 275 8.21% 52 72 171 408 703 28.78%

2 Putusan Dikabulkan Sebagian 0 0 0 0 0 0.00% 0 2 0 0 2 0.08%

3 Putusan Ditolak 190 391 1220 1249 3050 91.02% 211 316 584 418 1529 62.59%

4 Putusan TDD 1 2 8 9 20 0.60% 11 45 59 49 164 6.71%

5 Putusan Sela 4 1 1 0 6 0.18% 5 4 13 20 42 1.72%

6 Putusan Pencabutan 0 0 0 0 0 0.00% 0 0 2 1 3 0.12%

Jumlah 202 413 1297 1439 3351 100.00% 279 439 829 896 2443 100.00%

65 BERACARA DI PENGADILAN PAJAK


Pengadilan Pajak
Republik Indonesia

Terima Kasih
Sekretariat Pengadilan Pajak
Jalan Hayam Wuruk Nomor 7 Jakarta Pusat 10120
Telp (021) 29806333; Fax (021) 29806334; Laman: www.setpp.kemenkeu.go.id

Anda mungkin juga menyukai