Oleh M. Irwan
Panitera Pengganti Pengadilan Pajak
Indonesia adalah Negara Hukum
Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk Republik
Kedaulatan berada ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-undang
dasar
Negara Indonesia adalah Negara Hukum
Ini berarti hal tersebut memberikan jaminan hukum bahwa penyelenggara
Negara/Pemerintah dan rakyat harus diatur dengan ketentuan undang-undang.
Tujuan akhir adalah suatu keinginan untuk memberikan perlindungan terhadap
hak azasi manusia dari tindakan kesewenang-wenangan para penguasa.
Contoh. Bila pemerintah memungut pajak tanpa dasar atau tidak sesuai dengan
Undang-undang maka tindakan tersebut dapat dianggap sewenang-wenang.
Lembaga Negara
Sesuai dengan perubahan keempat UUD 1945, Lembaga-lembaga
Negara terdiri dari:
1. Majelis Permusyawaratan Rakyat( MPR ) , Pasal 2 UUD 1945
2. Dewan Perwakilam Rakyat (DPR), Pasal 19 UUD 1945
3. Dewan Perwakilam Daerah (DPD), Pasal 22 C UUD 1945
4. Presiden, Pasal 14 UUD 1945
5. Badan Pemeriksa Keuangan, Pasal 23E UUD 1945
6. Mahkamah Agung, Pasal 24A UUD 1945
7. Mahkamah Konstitusi, Pasal 24C UUD 1945
8. Komisi Yudisial, Pasal 24B UUD 1945
9. Lembaga Lain seperti:
- Bank Central( Bank Indonesia), Pasal 23 ayat (1) UUD 1945
- Komisi Pemilihan Umum, Pasal 22E UUD 19
Kekuasaan Kehakiman
Pasal 24 ayat (1) UUD 1945 “ Kekuasaan Kehakiman merupakan
kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna
menegakkan hukum dan keadilan”
Kekuasaan Kehakiman dijalankan oleh sebuah Mahkamah Agung dan
Mahkamah Konstitusi (Pasal 24 ayat (2) UUD 1945
“ Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan
badan peradilan yang berada dibawahnya dalam lingkungan peradilan
umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer,
lingkungan peradilan tata usaha negara dan oleh sebuah Mahkamah
Konstitusi”
Kekuasaan Kehakiman dalam UU No. 48 Tahun 2009
Pasal 1, “Kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan negara yang merdeka
untuk menyelenggakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan
berdasarkan Pancasila, demi terselenggaraanya Negara Hukum Republik
Indonesia”
Mahkamah Agung
Dibentuk dengan dengan UU No. 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung
sebagaimana telah diubah dengan UU No.5 tahun 2004 dan terakhir
dengan UU No. 3 Tahun 2009.
Pasal 2, Mahkamah Agung adalah Pengadilan Negara Tertinggi dari semua
Lingkungan Peradilan, yang dalam melaksanakan tugasnya terlepas dari
pengaruh Pemerintah dan pengaruh2 lainnya
Empat Lingkungan Peradilan dibawah Mahkamah Agung :
1.Lingkungan Peradilan Umum,
2.Lingkungan Peradilan Agama,
3.Lingkungan Peradilan Militer, dan
4.Lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara
Mahkamah Konstitusi
Dibentuk dengan dengan UU No. 24 Tahun 2003 sebagaimana
telah diubah terakhir dengan UU No.8 tahun 2011.
Pasal (2) , “Mahkamah Konstitusimerupakan salah satu
lembaga negara yang melakukan kekuasaan kehakiman yang
merdeka untuk menyelenggakan peradilan guna menegakkan
hukum dan keadilan.”
Komisi Yudisial
: Pasal 24 ayat (1) UUD 1945, “Komisi Yudisial bersifat mandiri
yang berwenang mengusulkan pengangkatan hakim agung,
dan mempunyai wewenang lain dalam rangka menjaga
kohormatan, keluhuran martabat serta perilaku hakim”
Lingkungan Peradilan
Pasal 25 ayat (1) UU No. 48 tahun 20019 tentang Kekuasaan Kehakiman
“Badan peradilan yang berada di bawah Mahkamah Agung meliputi badan peradilan
dalam lingkungan peradilanumum, peradilan agama, peradilan militer, dan peradilan
tata usaha negara”. ( Pasal 24 ayat (2) UUD 1945 )
Pengadilan Khusus
Pasal 27 UU No. 48 tahun 20019 tentang Kekuasaan Kehakiman
(1)Pengadilan khusus hanya dapat dibentuk dalam salah satu lingkungan peradilan
yang berada di bawah Mahkamah Agung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25.
(2)(2)Ketentuan mengenai pembentukan pengadilan khusus sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diatur dalam undang-undang.
Pengadilan khusus antara lain adalah:
1.pengadilan anak,
2.pengadilan niaga,
3.pengadilan hak asasi manusia,
4. pengadilan tindak pidana korupsi,
5. pengadilan hubungan industrial
6. pengadilan perikanan.
yang berada di lingkungan peradilan umum,
1.pengadilan pajak
yang berada di lingkungan peradilan tata usaha negara.
Catatan:
Timbulnya Utang Pajak dan Sengketa Pajak
Manfaat bagi Fiskus, untuk melindungi Fiskus maka diatur ketentuan untuk
mendorong WP melaksanakan kewajiban pajaknya Asessment System.
Bagi WP, Untuk melindungi WP diatur ketentuan tentang hak2 WP
Perlunya Pembedaan Hukum Pajak Material dan Hukum Pajak Formal.
•Peraturan hukum Formal tidak akan pernah menimbulkan suatu utang pajak,
karena utang pajak semata-mata ditentukan oleh hukum material.
•Dilain pihak/sebaliknya, dapat terjadi karena adanya peraturan formal tertentu,
suatu pajak yang telah ditentukan oleh hukum material, pemungutannya tidak
mungkin dilaksanakan.
Self Assesment System (SAS) dan Jaminan terhadap SPT Wajib Pajak.
Dalam SAS WP diberi kepercayaan untuk melaksanakan hak dan kewajiban
perpajakan dimulai dengan kewajiban mendaftarkan diri, melapor usahanya
untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak ( NPWP ), dikukuhkan menjadi
Pengusaha Kena Pajak (PKP).
Timbulnya Sengketa Pajak
Catatan:
Komisi Yudisial dibentuk dengan dengan UU No. 22 Tahun 2004
sebagaimana telah diubah terakhir dengan UU No.18 tahun
2011 tentang Komisi Yudisial
Catatan:
Komisi Yudisial dibentuk dengan dengan UU No. 22 Tahun 2004
sebagaimana telah diubah terakhir dengan UU No.18 tahun
2011 tentang Komisi Yudisial
Catatan:
Komisi Yudisial dibentuk dengan dengan UU No. 22 Tahun 2004
sebagaimana telah diubah terakhir dengan UU No.18 tahun
2011 tentang Komisi Yudisial
Catatan:
TUGAS DAN KEWENANGAN
PENGADILAN PAJAK
Pembinaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) dan ayat (2) tidak boleh
mengurangi kebebasan Hakim dalam memeriksa dan memutus sengketa pajak.
Pengadilan Pajak berkedudukan di ibukota negara yaitu Jakarta dan saat ini berkantor di
Jalan Hayam Wuruk Nomor 7, Jakarta Pusat 10120.
Sidang Pengadilan Pajak dapat dilakukan di luar tempat kedudukan (SDTK) yang saat ini telah
dilaksanakan di Yogyakarta dan Surabaya.
Pengadilan Pajak
Inkracht
Putusan (Final dan Mengikat)
Pasal 3
Persyaratan umum untuk menjadi Kuasa Hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasl 2
sebagai berikut:
a. merupakan Warga Negara Indonesia (WNI); dan
b. . mempunyai pengetahuan yang luas dan keahlian tentang peraturan perundang-
undangan di bidang perpajakan.
Banding diajukan dengan Surat Banding dalam Bahasa Indonesia kepada Pengadilan Pajak.
Banding diajukan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal diterima Keputusan yang
dibanding, kecuali diatur lain dalam peraturan perundang-undangan perpajakan.
Jangka waktu tersebut tidak mengikat apabila jangka waktu dimaksud tidak dapat dipenuhi
krn keadaan di luar kekuasaan Pemohon
Terhadap 1 (satu) Keputusan diajukan 1 (satu) Surat Banding.
Banding diajukan dengan disertai alasan-alasan yang jelas, dan dicantumkan tanggal
diterima surat keputusan yang dibanding.
Pada Surat Banding dilampirkan salinan Keputusan yang dibanding.
Banding hanya dapat diajukan apabila besarnya jumlah pajak yang terutang dimaksud telah
dibayar sebesar 50% (lima puluh per seratus) dengan melampirkan Surat Setoran Pajak (SSP)
atau Pemindah Bukuan (Pbk).
Banding dapat diajukan oleh Wajib Pajak, ahli warisnya, seorang pengurus, atau kuasa
hukumnya.
Sengketa Pajak tertentu; yaitu sengketa pajak yang tidak memenuhi ketentuan-
ketentuan pengajuan Banding atau Gugatan
Gugatan yang tidak diputus dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 81 ayat (2).
tidak dipenuhinya salah satu ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 84
ayat (1) atau kesalahan tulis dan/atau kesalahan hitung, dalam putusan
Pengadilan Pajak;
sengketa yang berdasarkan pertimbangan hukum bukan merupakan wewenang
Pengadilan Pajak.
Sengketa Pajak tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a adalah
Sengketa Pajak yang Banding atau Gugatannya tidak memenuhi ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 36 ayat (1) dan
ayat (4), Pasal 37 ayat (1), Pasal 40 ayat (1) dan/atau ayat (6).
Pelaksanaan
14 hari 3 bulan 14 hari 30 hari 14 hari
Putusan PP
30 hari terhitung
sejak tanggal
diterima putusan
6 bulan 6 bulan
Catatan:
*) Apabila Terbanding dan/atau Pemohon Banding tidak memenuhi ketentuan untuk penyampaian SUB dan/atau SB, PP tetap melanjutkan
pemeriksaan banding.
**) Jangka waktu putusan pemeriksaan atas banding diambil dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan dan dalam hal-hal khusus dapat diperpanjang
paling lama 3 (tiga) bulan.
14 hari Pelaksanaan
1 bulan 30 hari 14 hari
14 hari Putusan PP
30 hari terhitung
sejak tanggal
diterima putusan
3 bulan 3 bulan
Catatan:
*) Apabila Tergugat dan/atau Penggugat tidak memenuhi ketentuan untuk penyampaian ST dan/atau SB, PP tetap melanjutkan pemeriksaan gugatan.
**) Jangka waktu putusan pemeriksaan atas banding diambil dalam jangka waktu 6 (enam) bulan dan dalam hal-hal khusus dapat diperpanjang paling
lama 3 (tiga) bulan.
• Keyakinan hakim.
(Pasal 78 UU Nomor 14 Tahun 2002 Tentang Pengadilan Pajak)
Putusan sela (Pasal 43 ayat (2) dan Pasal 77 ayat (2) UU PP)
1. Dimohonkan oleh Penggugat atas pelaksanaan penagihan;
2. Diajukan secara tertulis;
3. Dapat dikabulkan hanya bila terdapat keadaan yang sangat mendesak
yang mengakibatkan kepentingan Penggugat sangat dirugikan jika
penagihan pajak dilaksanakan.
Putusan Pengadilan Pajak harus diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum.
Tidak dipenuhinya ketentuan tersebut, putusan Pengadilan Pajak tidak sah dan
tidak mempunyai kekuatan hukum dan karena itu putusan dimaksud harus
diucapkan kembali dalam sidang terbuka untuk umum.
( Pasal 77 ayat (3) dan Pasal 89 UU Nomor 14 Tahun 2002 Tentang Pengadilan Pajak)
http://www.setpp.depkeu.go.id/Ind/sidang/JadwalRUSperiksa.asp.
http://www.setpp.depkeu.go.id/Ind/Berkas/MenuBerkas.asp
4 Pemerintah Daerah 4 0 56 16 0 20 96
1 Putusan Dikabulkan Seluruhnya 7 19 68 181 275 8.21% 52 72 171 408 703 28.78%
3 Putusan Ditolak 190 391 1220 1249 3050 91.02% 211 316 584 418 1529 62.59%
Jumlah 202 413 1297 1439 3351 100.00% 279 439 829 896 2443 100.00%
Terima Kasih
Sekretariat Pengadilan Pajak
Jalan Hayam Wuruk Nomor 7 Jakarta Pusat 10120
Telp (021) 29806333; Fax (021) 29806334; Laman: www.setpp.kemenkeu.go.id