Anda di halaman 1dari 35

KEKUASAAN KEHAKIMAN

• Negara Indonesia adalah negara hukum (rechtstaat) ><


machtsstaat (kekuasaan belaka)  Dalam Penjelasan UUD
1945 sebelum Perubahan.
• Dalam Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 setelah perubahan,“ Negara
Ind ialah Negara Hk”.

• Ciri dari negara hukum yaitu:


1. adanya jaminan terhadap hak asasi manusia
2. adanya pembagian kekuasaan dalam negara
3. pemerintah melaksanakan tugas dan kewajibannya
berdasarkan hukum (tertulis dan tidak tertulis)
4. Adanya kekuasaan kehakiman yang merdeka
• Dlm Penjelasan Umum UU No. 48 Tahun 2009 ttg Kekuasaan
Kehakiman disebutkan: UUD 1945 menegaskan bahwa
Indonesia adalah Neg hk.

• Sejalan dgn ketentuan tsb maka salah satu prinsip penting


neg hk adalah adanya jaminan penyenggaraan kekuasaan
kehakiman yg merdeka, bebas dr pengaruh kekuasaan
lainnya utk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan
hk dan keadilan. Pasal 24 ayat (1) UUD 1945.
• Dalam Pasal 1 ayat (1) UU No. 48 Tahun 2009, menyebutkan:
“ Kekuasaan Kehakiman adalah kekuasaan neg yg merdeka
utk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hk dan
keadilan berdasarkan Pancasila dan UUD Neg RI Tahun 1945,
demi terselenggaranya Neg hk RI”.

• Kekuasaan Kehakiman yg merdeka berarti kekuasaan


kehakiman yg bebas dr campur tangan pihak kekuasaan neg
atau kekuasaan ekstra yudisiil lainnya.

• Seperti diketahui ada 3 kekuasaan negara, yaitu: Kekuasaan


Legislatif, Kekuasaan Eksekutif dan Kekuasaan Yudikatif
(kekuasaan kehakiman).
•Pasal 3 ayat (2) UU No. 48 Tahun 2009, menyebutkan:
“Segala campur tangan dlm urusan peradilan oleh pihak
lain di luar kekuasaan kehakiman dilarang, kecuali dlm hal2
sebagaimana dimaksud dlm UU Neg RI Tahun 1945”.

•Kekuasaan kehakiman pd hakikatnya adalah bebas atau


merdeka.
•Tugas pokok kekuasaan kehakiman adalah menerima,
memeriksa dan mengadili serta menyelesaikan setiap perkara yg
diajukan.
•Dlm mengadili dan menyelesaikan setiap perkara kekuasaan
kehakiman hrs bebas, bebas utk mengadili dan bebas dr
pengaruh apa atau siapapun.
•Tetapi kebebasan kekuasaan kehakiman itu tdklah mutlak.
Kebebasan kekuasaan kehakiman itu dipengaruhi oleh sistem
pemerintahan, sistem politik, sistem ekonomi, dsb.
KEKUASAAN KEHAKIMAN
Kekuasaan kehakiman yang merdeka :
kekuasaan yang tidak boleh diintervensi oleh pihak manapun

KEKUASAAN YUDIKATIF
( Mempunyai kebebasan untuk
Sistem memeriksa dan mengadili Peraturan
pemerintahan suatu perkara) Per- UU - an

Sistem Sistem
Politik Ekonomi
Ketentuan mengenai kekuasaan kehakiman diatur dalam:

 UUD 1945
 UU No. 14 Tahun 1970 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok
Kekuasaan Kehakiman
 UU No. 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman
mencabut UU No. 14 Tahun 1970
 UU No. 4 Tahun 2004 yg kemudian disempurnakan dengan
UU 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman.
UU No. 4 Tahun 2004 disempurnakan dengan UU 48 Tahun 2009 ttg
Kekuasaan Kehakiman

Hal-hal penting dlm UU ini antara lain sbb:


1. Mereformasi sistematika UU No. 4 Tahun 2004 ttg Kekuasaan
Kehakiman terkait dgn pengaturan sec komprehensif dlm uu ini,
misalnya adanya bab tersendiri mengenai asas penyelenggaraan
kekuasaan kehakiman.
2. Pengaturan umum mengenai pengawasan hakim dan hakim
konstitusi sesuai dgn perUUan dan kode etik dan pedoman perilaku
hakim.
3. Pengaturan umum mengenai pengangkatan dan pemberhentian
hakim dan hakim konstitusi.
4. Pengaturan mengenai pengadilan khusus yg mempunyai
kewenangan utk memeriksa, mengadili dan memutus perkara tertentu
yg hanya dpt dibentuk dlm salah satu lingkungan badan peradilan yg
berada di bawah MA.
5. Pengaturan mengenai hakim ad hoc yg bersifat sementara
dan memiliki keahlian serta pengalaman di bid tertentu utk
memeriksa, mengadili dan memutus suatu perkara.
6. Pengaturan umum mengenai arbitrase dan alternatif
penyelesaian sengketa di luar pengadilan.
7. Pengaturan umum mengenai bantuan hk bagi pencari
keadilan yg tdk mampu dan pengaturan mengenai pos
bantuan hk pd setiap pengadilan.
8. Pengaturan umum mengenai jaminan keamanan dan
kesejahteraan hakim dan hakim konstitusi.
Perubahan UUD 1945 telah membawa perubahan dlm
kehidupan ketatanegaraan, khususnya dlm pelaksanaan
kekuasaan kehakiman, antara lain:
1. Kekuasaan kehakiman dilaksanakan oleh sebuah MA dan
badan peradilan yg berada di bawahnya dlm lingkungan
peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan
peradilan militer, lingkungan peradilan TUN, dan oleh sebuah
MK.

2. MA berwenang mengadili pd tingkat kasasi, menguji


perUUan di bawah UU thd UU, dan mempunyai wewenang
lainnya yg diberikan oleh UU.
3. MK berwenang utk menguji UU thd UUD Neg RI Tahun 1945
dan memutus sengketa kewenangan lembaga neg yg
kewenangannya diberikan oleh UUD neg RI Tahun 1945.

4. KY berwenang mengusulkan pengangkatan hakim agung dan


mempunyai wewenang lain dlm rangka menjaga dan
menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta prilaku
hakim.
PELAKSANAAN KEKUASAAN KEHAKIMAN
SEBELUM AMANDEMEN UUD 1945
Berdasarkan Pasal 10 UU No. 14 Tahun 1970 :

Kekuasaan Kehakiman

Peradilan Peradilan Peradilan Peradilan


Umum Agama Militer TUN

MA MA

MMT PT TUN
PT PT A

PN PA MM PTUN
Dlm Pasal 18 UU 48 Tahun 2009 disebutkan:
Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah MA dan
badan peradilan yg berada di bawahnya dlm lingkungan
peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan
peradilan militer, lingkungan peradilan TUN, dan oleh sebuah
MK.
SETELAH AMANDEMEN UUD 1945
Berdasarkan Pasal 18 UU No. 48 Tahun 2009:

Kekuasaan Kehakiman

MAHKAMAH AGUNG MAHKAMAH KONSTITUSI

Peradilan Peradilan Peradilan Peradilan


Umum Agama Militer TUN

MA MA

MMT PT TUN
PT PT A

PN PA MM PTUN
SUSUNAN KEKUASAAN KEHAKIMAN Pada MA
Mahkamah Agung

Peradilan Peradilan Peradilan Peradilan


Umum Agama Militer TUN

PT PT AGAMA PRADMIL T PT TUN

PN PA PRADMIL PTUN

P NIAGA
PHI
MA mrp pengadilan negara tertinggi dr badan peradilan yg
mempunyai kewenangan:
1. mengadili pd tingkat kasasi thd putusan yg diberikan pd
tingkat terakhir oleh pengadilan di semua lingkungan peradilan
yg berada di bawah MA.
2. menguji perat per-uu-an di bawah UU thd UU, dan
3. kewenangan lainnya yg berkaitan UU.

 Di samping menjalankan tugas2 kehakiman, MA dpt


memberikan keterangan, pertimbangan dan nasehat hk kpd
lembaga neg dan lembaga pemerintah.
Lingkungan peradilan Indonesia dibagi menjadi 2 kelompok
peradilan, yaitu
1. Peradilan Umum, pada Peradilan Umum dimungkinkan
dibentuk pengadilan khusus yg mrp spesialisasi, yaitu P. Niaga,
PHI, Peradilan Tipikor, dsb.

2. Peradilan Khusus, meliputi: Peradilan Agama, Peradilan


Militer dan Peradilan TUN.
• Peradilan Umum: salah satu pelaksanaan kekuasaan
kehakiman bagi rakyat pencari keadilan pd umumnya.
• Peradilan Khusus: Peradilan yg mengadili perkara atau
golongan rakyat tertentu.

• Kekuasaan kehakiman dilingkungan peradilan umum


dilaksanakan oleh PN yg mrp pengadilan tingkat pertama dan
PT yg mrp pengadilan tingkat banding dan berpuncak pd MA.

• PN adalah peradilan umum yg berwenang memeriksa,


mengadili, dan memutus perkara pidana dan perdata sesuai
dgn ketentuan perUUan.
• Ketentuan yg mengatur PN: UU No. 8 Tahun 2004 ttg
perubahan Atas UU No. 2 Tahun 1986 ttg Peradilan Umum.

• PHI mrp pengadilan khusus yg berada pd lingkungan


peradilan umum, yg bertugas dan berwenang untuk
memeriksa dan memutus, antara lain :
Di tingkat pertama perselisihan pemutusan hub kerja,
yaitu perselisihan yg timbul krn tdk adanya kesesuaian
pendapat ant pekerja/buruh dgn pengusaha mengenai
pengakhiran hub kerja yg dilakukan oleh salah satu pihak.
• Peradilan Niaga adalah peradilan khusus pd peradilan umum
(PN) yg akan menyelesaikan mslh permohonan kepailitan
seorang pengusaha.

• Pengadilan Agama bertugas dan berwenang memeriksa,


memutus, dan menyelesaikan perkara di tingkat pertama
antara orang2 yg beragama Islam di bidang: perkawinan,
waris, wasiat, hibah, zakat, wakaf, infaq, shadaqah dan
ekonomi syariah.
* UU No. 50 Tahun 2009 ttg Peradilan Agama
* (Pasal 49 UU No. 3 Tahun 2006 ttg Perubahan Atas UU No.
7 Tahun 1989 ttg Peradilan Agama).
• Peradilan Militer : Berwenang memeriksa, mengadili, dan
memutus perkara T.P. Militer dan mengadili perkara sengketa
Tata Usaha Angkata Bersenjata. (UU No. 31 Tahun 1997 ttg
Peradilan Militer).
 T.P. Militer adalah Tindak pidana yg dilakukan oleh para
anggota militer;
 Sengketa Tata Usaha Angkata Bersenjata adalah sengketa
yg timbul dlm bidang tata usaha angkatan bersenjata antara
orang atau badan hk perdata dgn badan dan Pejabat Tata
Usaha Angkata Bersenjata RI sbg akibat dikeluarkannya
Keputusan Tata Usaha Angkata Bersenjata RI.
• Peradilan TUN adalah peradilan yg berwenang memeriksa,
mengadili, memutus dan menyelesaikan sengketa TUN sesuai
ketentuan UU No. 51 Tahun 2009 ttg Perubahan atas UU No.
9 Tahun 2004 tentang perubahan atas UU No. 5 Tahun 1986
ttg Peradilan TUN.
Asas Penyelenggaraan Kekuasaan Kehakiman

Pasal 2 UU No. 48 Tahun 2009, asas penyelenggaraan


kekuasaan kehakiman, antara lain adalah:
1. Peradilan dilakukan “DEMI KEADILAN BERDASARKAN
KETUHANAN YANG MAHA ESA”.

Asas ini mengandung makna bahwa setiap putusan


pengadilan hrs diawali atau berkepala “DEMI KEADILAN
BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA”. Agar putusan
tsb dpt dilaksanakan, krn dgn demikian putusan akan
mempunyai kekuatan eksekutorial dan memberi kekuatan utk
dpt dilaksanakan.
2. Peradilan dilakukan dgn sederhana, cepat, dan biaya ringan.
Sederhana adalah sederhana peraturannya, sederhana
bahasanya, tdk berbelit-belit sehingga mudah dipahami.
Cepat, berarti peradilannya atau proses penyelesaiannya tdk
memakan jangka waktu yg lama sehingga demikian sekaligus
akan menghabiskan biaya yg tdk mahal (ringan).
3. Dlm menjlnkan tugas dan fungsinya, hakim dan hakim
konstitusi wajib menjaga kemandirian peradilan.
4. Segala campur tangan dlm urusan peradilan oleh pihak lain
di luar kekuasaan kehakiman dilarang, kecuali dlm hal2
sbgaimana dimaksud UUD 1945, dsb…
Penyelenggaraan Peradilan

• Penyelenggaraan peradilan di Indonesia berbeda dgn sistem


peradilan di negara2 Anglo Saxon yg menggunakan sistem
juri.

• Di Indonesia, yg dkenal termasuk neg Eropa Kontinental tdk


memakai sistem juri, tetapi hakim yang berhak memeriksa,
mengadili dan memutus perkara.
SETELAH AMANDEMEN UUD 1945 MAHKAMAH KONSTITUSI

 MK mrp salah satu pelaku kekuasaan kehakiman, di samping


MA sbgaimana dimaksud dlm Pasal 24 ayat (1) dan ayat (2)
UUD 1945.
 MK terikat pd prinsip umum penyelenggaraan kekuasaan
kehakiman yg merdeka, bebas dr pengaruh kekuasaan
lembaga lainnya dlm menegakkan hk dan keadilan.
 MK berdasarkan Pasal 24 C ayat (1) dan ayat (2) UUD 1945,
berwenang :
1. Menguji UU thd UUD 1945;
2. Memutus sengketa kewenangan lembaga neg yg
kewenangannya diberikan oleh UUD 1945;
3. Memutus pembubaran partai politik;
4. Memutus perselisihan hasil pemilu; dan
5. Memberikan putusan atas pendapat DPR bahwa Presiden
dan/atau Wapres diduga telah melakukan pelanggaran hk
berupa penghianatan thd neg, korupsi, penyuapan, TP berat
lainnya, atau perbuatan tercela, dan/atau tdk lg memenuhi
syarat sbg Presiden dan/atau Wapres sbgaimana dimaksud
dlm UUD 1945.
Pasal 12 UU No. 4 Tahun 2004, menyebutkan:
• MK merupakan pengadilan tingkat pertama dan terakhir
• Putusan MK bersifat final
• Perkara yang diputuskan meliputi:
- menguji UU terhadap UUD 1945
- memutuskan sengketa kewenangan lembaga negara yang
kewenangannya diberikan oleh UUD 1945
- memutuskan pembubaran partai politik
- memutuskan perselisihan hasil pemilu
• MK wajib memberikan putusan atas pendapat DPR 
Pres/Wapres melakukan pelanggaran hukum.
Pasal 29 UU No. 48 Tahun 2009, menyebutkan:
(1) MK berwenang mengadili pd tingkat pertama dan terakhir yg
putusannya bersifat final untuk:
a. Menguji UU thd UUD Neg RI Tahun 1945.
b. Memutus sengketa kewenangan lembaga neg yg
kewenangannya diberikan oleh UUD Neg RI Tahun 1945.
c. Memutus pembubaran partai politik.
d. Memutus perselisihan tentang hasil pemilu.
e. Kewenangan lain yang diberikan oleh UU.

(2) Selain kewenangan sbgaimana dimaksud pd ayat (1), MK wajib


memberikan putusan atas pendapat DPR bahwa Presiden dan/atau
Wapres diduga telah melakukan pelanggaran hk berupa penghianatan
thd neg, korupsi, penyuapan, TP berat lainnya, atau perbuatan tercela,
dan/atau tdk lg memenuhi syarat sbg Presiden dan/atau Wapres
sbgaimana dimaksud dlm UUD 1945.
HAK UJI MATERIAL
• Adalah suatu wewenang untuk menyelidiki dan kemudian
menilai:
- apakah suatu isi peraturan perundang-undangan sesuai atau
bertentangan dengan peraturan yang lebih tinggi (hierarki
perUUan), serta
- apakah suatu kekuasaan tertentu berhak mengeluarkan
suatu peraturan tertentu.
HAK UJI MATERIAL
Perkembangan Hak Uji Material di Indonesia:
a. Hak Uji Material berdasarkan UUD 1945
tidak ditemukan, namun terdapat dalam:
- Ps. 26 ayat (1) UU No. 14/1970 ttg kekuasaan kehakiman.
 MA (berdasarkan hierarkhi perUUan)
- Pasal 31 ayat (1) & ayat (2) UU No. 14/1985
 MA (berdasarkan hierarkhi perUUan dan hanya
peraturan di bawah UU)
b. Hak Uji Material berdasarkan Amandemen UUD 1945
- Ps. 24 A dan C ayat (1) Amandemen UUD 1945
 MA dan Mahkamah Konstitusi, dengan skema sbb:
HAK UJI MATERIAL

UUD 1945

MK
UU /
Peraturan Pemerintah Pengganti UU

PP

PePres MA

PD
KOMISI YUDISIAL
• Merupakan lembaga negara yg secara tegas diamanatkan
oleh UUD 1945 setelah amandemen ke-3.
• KY berada di lingkungan kekuasaan kehakiman = MA dan MK
• Dasar hukum : Ps. 24 B UUD 1945 jo. Ps. 24 A ayat (3) UUD
1945 jo. UU No. 22/ 2004 tentang Komisi Yudisial :
- KY merupakan lembaga yg bersifat mandiri namun tdk
mutlak, sbb wajib memberikan pertanggungjawaban kpd
publik melalui DPR.
- KY tdk sama dgn komisi-komisi lain seperti KPK, KPU, dll
KOMISI YUDISIAL
• Tugas dan wewenang KY (Ps. 24 B ayat (1) UUD 1945:
- mengusulkan pengangkatan hakim agung;
- menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran dan martabat
serta perilaku hakim;
- mendukung terlaksananya prinsip-prinsip good governance
• Susunan Keanggotaan: anggota 7 org = pejabat negara
(meliputi mantan hakim, praktisi hukum, akademisi hukum, dan
anggota masyarakat yg pemilihannya berdasarkan UU KY).
- Pengangkatan dan pemberhentian dilakukan oleh Presiden
dengan persetujuan DPR.
- Pemberhentian dgn hormat : berakhir masa jabatan  meninggal
dunia, permintaan, sakit jasmani dan rohani secara terus menerus.
- Pemberhentian tdk hormat : melanggar sumpah jabatan, dijatuhi
hukuman pidana, melakukan perbuatan tercela dan melalaikan
kewajiban serta merangkap jabatan lain.

• Susunan organisasi:
- 1 org ketua
- 1 orang wakil merangkap anggota ; yg dipilih dari dan oleh anggota
Sekian dan Trimakasih

Anda mungkin juga menyukai