Anda di halaman 1dari 5

Mengajukan Keberatan atau

Gugatan Pajak? Mana yang


Lebih Menguntungkan?
Senin 14 Mar 2016 18:43Administratordibaca 4813 kaliArtikel Pajak

Seiring perkembangan waktu, dan banyaknya pemeriksaan yang dilakukan


otoritas pajak dalam hal ini Direktorat Jenderal Pajak (DJP) , semakin banyak
pula pengajuan keberatan akibat tidak terjadinya kesamaan pendapat pada saat
pemeriksaan antara Wajib Pajak (WP) dengan Pemeriksa Pajak.

Sesuai dengan Pasal 25 UU KUP, WP yang tidak setuju dengan hasil pemeriksaan
pajak, dalam waktu 3 bulan sejak diterimanya Surat Ketetapan Pajak (SKP) dapat
mengajukan keberatan atas hasil SKP tersebut kepada Kantor Wilayah DJP
(Kanwil) dimana WP tersebut terdaftar. WP tidak perlu membayar jumlah yang
tidak disetujui dalam Berita Acara Hasil Pemeriksaan (BAHP) yang dituangkan
dalam SKP tersebut. DJP, melalui Kanwil, wajib menyelesaikan permohonan
keberatan WP 1 tahun sejak permohonan diterima lengkap, dan atas hasil
penelitian keberatan, berupa Surat Keputusan Keberatan (SKK), apabila WP
masih tidak menyetujui dapat diajukan Banding ke Pengadilan Pajak dalam waktu
3 bulan sejak SKK diterima.Pengadilan Pajak, wajib menyelesaikan permohonan
banding WP, 1 tahun sejak permohonan banding diterima. Mahkamah Agung,
melalui Putusan Nomor 73 P/HUM/2013 tentang Uji Materiil Terhadap Pasal-
Pasal dalam Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2011 Tentang Tata Cara
Pelaksanaan Hak dan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan yang diputus pada
tanggal 30 Juni 2014 dan dikirimkan kepada para pihak pada tanggal 1 Juli 2015
yang menyatakan mengabulkan permohonan keberatan hak uji materiil dari
Pemohon Kamar Dagang dan Industri Indonesia dan Surat Edaran Dirjen Pajak
Nomor : SE -74/PJ/2015 tentang Pelaksanaan Putusan Mahkamah Agung
Republik Indonesia Nomor 73 P/HUM/2013 Tentang Uji Materiil Terhadap Pasal
– Pasal Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2011 Tentang Tata Cara
Pelaksanaan Hak Dan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan, salah satunya adalah
menganulir Pasal 37 PP 74 Tahun 2011, dimana dalam pasal 37 disebutkan bahwa
yang pada intinya menyatakan bahwa keputusan yang berkaitan dengan
pelaksanaan keputusan perpajakan yang diajukan gugatan kepada badan
peradilan pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (2) huruf c Undang-
Undang meliputi keputusan yang diterbitkan oleh Direktur Jenderal Pajak selain:
1) Surat ketetapan pajak yang penerbitannya telah sesuai dengan prosedur atau
tata cara penerbitan;
2) Surat Keputusan Pembetulan;
3) Surat Keputusan Keberatan yang penerbitannya telah sesuai dengan prosedur
atau tata cara penerbitan;
4) Surat Keputusan Pengurangan Sanksi Administrasi;
5) Surat Keputusan Penghapusan Sanksi Administrasi;
6) Surat Keputusan Pengurangan Ketetapan Pajak;
7) Surat Keputusan Pembatalan Ketetapan Pajak; dan
8) Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak, telah diajukan
uji materiil dan dinyatakan tidak sah serta tidak berlaku umum dalam Putusan
MA. Dengan putusan tersebut, atas SKP, yang penerbitannya telah sesuai dengan
prosedur atau tata cara penerbitan yang sebelumya tidak dapat diajukan Gugatan
Pajak, saat ini dapat langsung diajukan Gugatan ke Pengadilan Pajak tanpa
melalui Proses Keberatan.

Apabila kita berhitung waktu maka dapat dilihat sebagai berikut :


Penjelasan Ilustrasi 1:

1. Atas SKP yang diterima WP, paling lambat 3 bulan harus diajukan permohonan
keberatan, dimana dengan pengajuan ini, jumlah pajak yang tidak disetujui dalam
SKP belum menjadi hutang pajak, sehingga fungsi penagihan aktif belum
berjalan;

2. Paling lambat, 1 tahun sejak permohonan diterima lengkap, DJP wajib


mengeluarkan SK Keberatan, apakah menyetujui seluruhnya, sebagian atau
menolak permohonan WP. Apabila terdapat pajak yang masih harus dibayar dan
WP menyetujui atau menolak tetapi tidak mengajukan banding, maka fungsi
penagihan aktif berjalan, dan WP dikenakan tambahan sanksi 50%;

3. Apabila WP mengajukan Banding, yang paling lambat permohonan dikirimkan


ke Pengadilan Pajak, 3 bulan sejak SK Keberatan diterima, maka fungsi
penagihan aktif belum berjalan

4. Apabila hasil Keputusan Pengadilan Pajak, terdapat pajak yang masih harus
dibayar, maka fungsi penagihan aktif akan berjalan dan WP dikenakan tambahan
sanksi 100%.
Penjelasan Ilustrasi 2:

1. Atas SKP yang diterima WP, paling lambat 30 hari harus diajukan permohonan
gugatan, dimana dengan pengajuan ini, fungsi penagihan aktif telah berjalan;

2. Permohonan Gugatan, sesuai Pasal 43 UU No. 14 Pengadilan Pajak, WP dapat


memohon untuk dapat dilakukan penundaan penagihan aktif sampai dengan
Putusan Gugatan Pengadilan Pajak;

3. Apabila hasil Keputusan Pengadilan Pajak, terdapat pajak yang masih harus
dibayar, maka fungsi penagihan aktif akan berjalan dan WP tidak dikenakan
tambahan sanksi 100% seperti apabila pengajuan Banding Sesuai dengan ilustrasi
tersebut, manakah yang lebih menguntungkan bagi WP, apakah tetap mengajukan
proses Keberatan dan Banding, atau langsung mengajukan Gugatan ke
Pengadilan Pajak atas SKP hasil pemeriksaan Pajak. Tentunya itu pilihan,
bagaimana Anda menyikapi dan menghitung potensi dari Masalah yang ada.

Sumber : Kompasiana.com / Tommy Hendharto Oetomo (13 Maret 2016)

Anda mungkin juga menyukai