Anda di halaman 1dari 2

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DIREKTORAT JENDERAL PAJAK


____________________________________________________________________________________________
20 Mei 2013
SURAT DIREKTUR JENDERAL PAJAK
NOMOR S - 669/PJ.04/2013
TENTANG
PENEGASAN ATAS PENGGABUNGAN SURAT KETETAPAN PAJAK (SKP)
PPN/PPNBM DAN PENGHITUNGAN SANKSI ADMINISTRASI PASAL 13 AYAT (3) UU KUP
DIREKTUR JENDERAL PAJAK,
Sehubungan dengan permasalahan dalam pelaksanaan pemeriksaan khususnya terkait dengan penerbitan skp
PPN/PPnBM dan penghitungan sanksi administrasi Pasal 13 ayat (3) UU KUP, bersama ini kami sampaikan
penegasan dari Direktur Peraturan Perpajakan I.
1.

Uraian Permasalahan (sebagaimana diuraikan dalam nota dinas Direktur Pemeriksaan dan Penagihan
nomor ND-548/PJ.04/2012 tanggal 19 Juni 2012).
a.
Penggabungan skp PPN/PPnBM
1)
Bahwa dalam pelaksanaan pemeriksaan ditemukan adanya usulan produk hukum
berupa satu buah skp untuk jenis pajak PPN/PPnBM yang merupakan gabungan dari
beberapa masa pajak.
2)
Hal yang mendasari perlakuan tersebut adalah pasal 1 KMK-465/KMK.01/1987 tentang
Pedoman Penerbitan Surat Ketetapan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan
Atas Barang Mewah Serta Penghitungan Sanksi Administrasi Berupa Bunga yang
menyatakan bahwa PPN dan PPnBM yang kurang atau tidak dibayar untuk 1 (satu)
Masa Pajak atau lebih sepanjang tidak melampaui 1 (satu) tahun takwim atau tahun
buku dapat ditagih dengan 1 (satu) Surat Ketetapan Pajak sebagaimana dimaksudkan
dalam Pasal 13 ayat (1) Undang-undang Nomor 6 TAHUN 1983.
b.

Penghitungan Sanksi Administrasi Pasal 13 ayat (3) UU KUP


1)
Sedikitnya terdapat tiga versi penghitungan sanksi administrasi pasal 13 ayat (3)
UU KUP berupa kenaikan sebesar 100% dari PPN Barang dan Jasa dan PPnBM yang
tidak atau kurang dibayar.
2)
Ketiga versi penghitungan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.
a)
Versi 1
(1)
Penghitungan sanksi administrasi pasal 13 ayat (3) UU KUP pada versi
ini didasarkan pada penghitungan PPN yang kurang (lebih) dibayar
sebelum dan sesudah pemeriksaan dengan tetap memperhitungkan
kompensasi dari masa pajak sebelumnya sebagai komponen pajak
yang dapat diperhitungkan.
(2)
Sanksi administrasi pasal 13 ayat (3) UU KUP hanya dikenakan apabila
menurut SPT Wajib Pajak terdapat PPN yang dikompensasikan ke masa
pajak berikutnya dan hasil pemeriksaan menunjukkan PPN yang
dikompensasikan tersebut seharusnya lebih kecil atau tidak seharusnya
terdapat kompensasi ke masa pajak berikutnya.
b)
Versi 2
(1)
Penghitungan versi ini dilakukan dengan membandingkan pajak
keluaran dikurangi pajak masukan (tanpa kompensasi masa
sebelumnya) menurut WP dengan pajak keluaran dikurangi pajak
masukan (tanpa kompensasi masa sebelumnya) menurut pemeriksa.
(2)
Apabila penghitungan menurut WP PPNnya lebih bayar dan
penghitungan menurut Pemeriksa PPNnya lebih bayar namun jumlah
lebih bayarnya lebih kecil atau terjadi PPN kurang bayar maka
dikenakan sanksi administrasi pasal 13 ayat (3) UU KUP. Namun jika
penghitungan menurut WP PPNnya kurang bayar dan penghitungan
menurut pemeriksa PPNnya kurang bayar dan jumlah kurang bayarnya
lebih besar maka hanya dikenakan sanksi administrasi pasal 13
ayat (2) UU KUP.
c)
Versi 3
Penghitungan versi ini diatur dalam SE-32/PJ.3/1988 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Penerbitan Ketetapan Pajak (SERI PPN-124) yang pada butir 11.8
mengatur bahwa apabila terdapat penerbitan skp PPN/PPnBM untuk beberapa
masa pajak dan diantara masa pajak tersebut dalam skp terdapat kelebihan
yang seharusnya tidak dikompensasikan maka atas kelebihan pajak tersebut

tidak dikenakan sanksi kenaikan Pasal 13 ayat (3) Undang-Undang Nomor 6


TAHUN 1983. Tetapi kelebihan pajak yang terjadi dalam Masa Pajak terakhir
dari Masa Pajak tersebut dalam SKP maka atas kelebihan pajak yang tidak
seharusnya dikompensasikan tersebut dikenakan sanksi Pasal 13 ayat (3)
Undang-Undang Nomor 6 TAHUN 1983.
2.

Penegasan (sebagaimana diuraikan dalam nota dinas Direktur Peraturan Perpajakan I nomor
ND-562/PJ.02/2013 tanggal 8 Mei 2013)
a.
Status Keputusan Menteri Keuangan Nomor 465/KMK.01/1987 dan Surat Edaran Direktur
Jenderal Pajak Nomor SE-32/PJ.3/1988
Tata cara penerbitan skp telah diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 23/PMK.03/2008
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 83/PMK.03/2010 dan
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-05/PJ/2009 tentang Prosedur Penerbitan Surat
Ketetapan Pajak.
Sesuai dengan asas hukum Lex posterior derogat legi priori, maka Keputusan Menteri Keuangan
Nomor 465/KMK.01/1987 dan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-32/PJ.3/1988
tidak berlaku dengan terbitnya ketentuan baru yang sejenis.
b.

Penggabungan beberapa Masa Pajak dalam satu skp


Sesuai dengan Pasal 3 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 145/PMK.03/2012, surat ketetapan
pajak diterbitkan untuk suatu Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak.
Oleh karena itu, surat ketetapan pajak diterbitkan per Masa Pajak.
Namun demikian, satu skp yang telah diterbitkan untuk beberapa Masa Pajak tetap berlaku dan
tidak dapat diajukan gugatan sepanjang sesuai dengan Masa Pajak dalam Surat Perintah
Pemeriksaan.

c.

Penghitungan sanksi administrasi Pasal 13 ayat (3) UU KUP.


Sanksi administrasi Pasal 13 ayat (3) UU KUP hanya dikenakan apabila menurut SPT Wajib Pajak
terdapat PPN yang dikompensasikan ke masa pajak berikutnya tetapi hasil pemeriksaan
menunjukkan PPN yang dikompensasikan tersebut seharusnya lebih kecil atau tidak seharusnya
terdapat kompensasi ke masa pajak berikutnya.
Sanksi dikenakan terhadap selisih antara kompensasi hasil pemeriksaan dengan kompensasi
menurut Surat Pemberitahuan.

Demikian surat penegasan ini disampaikan untuk dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.

Direktur,
ttd.
Dadang Suwarna
NIP 195811061982031001
Tembusan :
1.
Direktur Peraturan Perpajakan I
2.
Para Kepala Kantor Wilayah DJP di seluruh Indonesia
3.
Para Kepala Kantor Pelayanan Pajak di seluruh Indonesia

Anda mungkin juga menyukai