Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

PEMERIKSAAN PAJAK
Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Pajak

Dosen Pengampu: Dr. Eny Suprapti, M.M, Ak., Ca.

OLEH :

Moch Rifqi Thoriqul Putra

201810170311032

MATA KULIAH HUKUM PAJAK


PRODI AKUNTANSI – FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak
terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dalam memberikan
sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih
banyak yang kekurangan dalam makalah ini oleh karena itu kami sangat mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Malang, 09 Desember 2019

Moch Rifqi Thoriqul Putra

i
DAFTAR ISI

Table of Contents
KATA PENGANTAR..........................................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................................ii
BAB I....................................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang........................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................................1
1.3 Tujuan Makalah......................................................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................................................3
A. Konsep Pemeriksaan Pajak.......................................................................................................3
B. Tujuan Pemeriksaan...............................................................................................................3
C. Jenis Pemeriksaan...................................................................................................................4
D. Ruang Lingkup Pemeriksaan Pajak.......................................................................................5
E. Jenis Pemeriksaan Dan Jangka Waktu Pemeriksaan………………………………6
F. Norma Pemeriksaan Pajak.....................................................................................................7
G. Pedoman Pemeriksaan Pajak...............................................................................................10
H. Teknik dan Metode Pemeriksaan.........................................................................................11
I. Penyidikan Pajak Dan Wewenang.......................................................................................13
J. Pelaksanaan Pemeriksaan Pajak..........................................................................................15
K. Pemeriksaan Rutin Pajak......................................................................................................19
L. Pemeriksaan Khusus.............................................................................................................20
BAB III...............................................................................................................................................21
4.1 Kesimpulan..............................................................................................................................21

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pajak sebagai sumber utama penerimaan Negara perlu terus ditingkatkan sehingga
pembangunan nasional dapat dilaksanakan dengan kemampuan sendiri  berdasarkan
perinsip kemandirian. Namun, dalam kenyataannya masih di jumpai adanya tunggakan
pajak sebagai akibat tidak dilunasinya utang pajak sebagaimana mestinya.Perkembangan
jumlah tunggakan pajak dari waktu ke waktu menunjukkan  jumlah yang semakin besar.
Peningkatan jumlah tunggakan pajak ini masih belum dapat diimbangi dengan kegiatan
pencairannya, namun demikian secara umum  penerimaan di bidang pajak semakin
meningkat.Terhadap tunggakan pajak dimaksud  perlu dilaksanakan tindakan penagihan
pajak yang mempunyai kekuatan hukum yang memaksa.
Pemeriksaan pajak merupakan suatu hal yang penting dalam pelaksanaan
pemungutan pajak, karena untuk meminimalisir terjadinya suatu kesalahan dan meriksa
kebenaran suatu pajak yang disetorkan kepada pemerintah. Selain itu pemeriksaan pajak
Secara umum tujuan yang utama dari pemeriksaan pajak adalah pengujian kepatuhan
wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan, kewajiban perpajakan yang harus
dipenuhi oleh wajib pajak termasuk didalamnya tidak terkecuali para pemungut dan para
pemotong pajak.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa konsep pemeriksaan dan tujuan pemeriksaan ?
2. Apa saja jenis pemeriksaan ?
3. Apa yang dimaksud dengan ruang lingkup pajak ?
4. Kapan jangka waktu pemeriksaan pajak ?
5. Apa saja pedoman dan norma pemeriksaan pajak ?
6. Bagaimana teknik dan metode apa yang digunakan ?
7. Apa yang dimaksud dengan penyidikan pajak dan wewenang pajak ?
8. Bagaimana pelaksanaan pemeriksaan pajak ?
9. Apa yang dimaksud dengan pemeriksaan rutin dan pemeriksaan khusus ?

1
1.3 Tujuan Makalah.
1. Mengetahui konsep dan tujuan pemeriksaan pajak
2. Mengetahui jenis pemeriksaan pajak
3. Mengetahui ruang lingkup pajak
4. Mengetahui jangka waktu pemeriksaan pajak
5. Mengetahui pedoman dan norma yang belaku saat pemeriksaan pajak
6. Mengetahui teknik dan metode pemeriksaan pajak
7. Mengetahui penyidikan dan wewenang pemeriksaan pajak
8. Mengetahui pelaksanaan pemeriksaan pajak
9. Mengetahui pemeriksaan rutin dan pemeriksaan khusus.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Pemeriksaan Pajak

 Pengertian Pemeriksaan Pajak


Pemeriksaan pajak merupakan instrument untuk menentukan kepatuhan, baik
formal maupun material, yang tujuan utamanya adalah untuk menguji tingkat
kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan yang telah dilaksanakan atas dasar self
assessment system.
Pengertian Pemeriksaan Pajak menurut Waluyo dan Wirawan B.Ilyas,
menyatakan bahwa: 
“Pemeriksaan Pajak adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan,
mengolah data dan keterangan lainnya, untuk menguji kepatuhan pemenuhan
kewajiban perpajakan serta untuk tujuan lain, dalam rangka melaksanakan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan.”(2001 : 10)
Sedangkan pengertian pemeriksaan pajak menurut Erly Suandy, menyatakan bahwa: 
“Pemeriksaan Pajak adalah untuk meningkatkan kepatuhan (tax compliance), melalui
upaya-upaya penegakan hukum (law enforcement), sehingga dapat meningkatkan
penerimaan pajak.” (2006 : 100)

Dari uraian tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian pemeriksaan
pajak adalah rangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan, memperoleh data
dan keterangan lainnya untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan
serta untuk tujuan lain, dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan serta untuk meningkatkan kepatuhan (tax compliance), melalui
upaya-upaya penegakan hukum (law enforcement), sehingga dapat meningkatkan
penerimaan pajak.

B. Tujuan Pemeriksaan
Secara umum tujuan yang utama dari pemeriksaan pajak adalah pengujian
kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan, kewajiban perpajakan
yang harus dipenuhi oleh wajib pajak termasuk didalamnya tidak terkecuali para
pemungut dan para pemotong pajak.

Tujuan Pemeriksaan Pajak menurut Erly Suandy, menyatakan bahwa:


“Tujuan Pemeriksaan Pajak adalah sebagai berikut :

1. Menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan


2. Tujuan lain, dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.”( 2006 : 101 ) 

3
Penjelasan dari kutipan diatas adalah sebagain berikut :
1. Menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan, adalah sebagai berikut:

1. SPT lebih bayar


2. SPT rugi.
3. SPT tidak atau terlambat disampaikan.
4. SPT memenuhi kriteria yang ditentukan Direktur Jenderal Pajak untuk diperiksa.
5. Adanya indikasi tidak dipenuhi kewajiban-kewajiban selain kewajiban pada huruf b.

2. Tujuan lain, dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan


perpajakan yaitu:

 Pemberian NPWP (secara jabatan)


 Penghapusan NPWP.
 Pengukuhan PKP secara jabatan dan pengukuhan atau pencabutan Pengukuhan PKP
 Wajib Pajak mengajukan keberatan atau banding .
 Pengumpulan bahan untuk penyusunan Norma Penghitungan Penghasilan Neto.
 Pencocokan data dan atau alat keterangan.
 Penentuan Wajib Pajak berlokasi di tempat terpencil.
 Penentuan satu atau lebih tempat terutang PPN.

C. Jenis Pemeriksaan

Jenis-Jenis Pemeriksaan Pajak adalah :


1. Pemeriksaan rutin adalah pemeriksaan terhadap wajib pajak sehubungan dengan
pemenuhan hak dan kewajiban perpajakannya. Pada umumnya pemeriksaan ini
didasarkan hal-hal seperti SPT Tahunan orang pribadi atau badan yang
menyatakan lebih bayar, SPT Tahunan PPh wajib pajak badan menyatakan rugi
tidak lebih bayar dan lain-lain.
2. Pemeriksaan kriteria seleksi adalah pemeriksaan yang dilakukan terhadap wajib
pajak yang dipilih untuk diperiksa berdasar sistem kriteria seleksi atau sampling
yang dimaksudkan untuk mengurangi unsur subjektivitas dalam suatu pemilihan
wajib pajak karena proses pemilihan berdasarkan atas variabel-variabel terukur
dalam suatu program aplikasi komputer. Variabel tersebut adalah rasio antara
elemen dalam SPT yang dilaporkan dengan informasi atau data yang terdapat pada
dirjen pajak. Dengan digunakannya sistem ini, wajib pajak yang mempunyai
potensi tinggi dan menunjukkan indikasi kuat melakukan pelanggaran terhadap
kewajiban pajaknya dapat diperiksa.
3. Pemeriksaan khusus adalah pemeriksaan yang dilakukan terutama terhadap
wajib pajak sehubungan dengan adanya keterangan atau masalah yang berkaitan
dengannya dan sifatnya sangat selektif dan dilakukan demi terciptanya keadilan
dalam suatu pemungutan pajak. Pemeriksaan ini dapat dilakukan terhadap wajib
pajak yang diduga melakukan tindak pidana pajak, wajib pajak yang diadukan

4
oleh masyarakat, dan wajib pajak tertentu tidak berdasar atas pertimbangan Ditjen
Pajak.
4. Pemeriksaan wajib pajak lokasi adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan atas
cabang, perwakilan pabrik dan atau tempat usaha dari wajib pajak domisili.
5. Pemeriksaan tahun berjalan.yaitu pemeriksaan terhadap wajib pajak yang
dilakukan dalam tahun berjalan untuk jenis-jenis pajak tertentu atau seluruh jenis
pajak. Pemeriksaan ini dapat dilakukan terhadap wajib pajak domisili atau wajib
pajak lokasi
6. Pemeriksaan bukti permulaan adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk
mendapatkan bukti permulaan tentang adanya dugaan kuat telah terjadi tindak
pidana di bidang perpajakan.
7. Pemeriksaan terintegrasi, pemeriksaan ini diperuntukkan bagi perusahaan yang
memiliki kelompok usaha yang biasanya dalam bentuk group ditemukan adanya
indikasi keterkaitan dengan anggota group lain maka dimungkinkan untuk
dilakukan pemeriksaan secara terintegrasi.

D. Ruang Lingkup Pemeriksaan Pajak

Ruang lingkup pemeriksaan pajak merupakan ruang lingkup pemeriksaan


yang meliputi suatu jenis pajak, beberapa jenis pajak atau seluruh jenis pajak, untuk
tahun berjalan dan atau tahun-tahun sebelumnya dan atau untuk tujuan lain yang
dimana pemeriksaan pajak tersebut dilakukan di tempat Wajib Pajak dan di kantor
Direktorat Jenderal Pajak. 
Ruang lingkup pemeriksaan pajak Menurut Siti Kurnia Rahayu, menyatakan bahwa:
“Ruang lingkup pemeriksaan pajak terdiri dari :
1. Pemeriksaan Lapangan

 Pemeriksaan lengkap
 Pemeriksaan Sederhana Lapangan

2. Pemeriksaan Kantor.”(2008 : 61)


Penjelasan kutipan diatas mengenai ruang lingkup pemeriksaan pajak adalah sebagai
berikut :
1. Pemeriksaan Lapangan, adalah pemeriksaan yang dilakukan terhadap wajib pajak
ditempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas wajib pajak, tempat tinggal wajib pajak
atau di tempat lain yang ditentukan oleh Direktur Jenderal Pajak. Pemeriksaan
lapangan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :

 Pemeriksaan lengkap lapangan, dimana dilakukan terhadap wajib pajak termasuk


kerjasama operasi dan konsorsium, atas beberapa atau seluruh jenis pajak untuk tahun
berjalan atau tahun-tahun sebelumnya.
 Pemeriksaan sederhana lapangan, adalah pemeriksaan lapangan yang dilakukan
terhadap wajib pajak untuk satu, beberapa atau seluruh jenis pajak secara
terkoordinasi antarseksi oleh kepala kantor unit pelaksana pemeriksaan pajak, dalam
tahun berjalan dan atau tahun-tahun sebelumnya.

5
3. Pemeriksaan Kantor, adalah pemeriksaan terhadap wajib pajak yang meliputi jenis
pajak tertentu untuk tahun berjalan yang dilakukan dengan menerapkan teknik-teknik
pemeriksaan dengan bobot dan kedalaman yang sederhana yang dilakukan di kantor,
dan hanya dapat dilaksanakan dengan pemeriksaan sederhana kantor.

E. Jenis Pemeriksaan dan Jangka Waktunya

Jenis Pemeriksaan sehubungan dengan pengujian  kepatuhan pemenuhan kewajiban


perpajakan Wajib Pajak :

a. Pemeriksaan Kantor

Pemeriksaan Kantor adalah Pemeriksaan yang dilakukan di kantor Direktorat Jenderal


Pajak. Pemeriksaan Kantor terkait dengan pemeriksaan dalam rangka menguji kepatuhan
pemenuhan kewajiban perpajakan dilakukan dalam jangka waktu paling lama paling
lama 4 (empat) bulan, yang dihitung sejak tanggal Wajib Pajak memenuhi Surat
Panggilan Dalam Rangka Pemeriksaan Kantor sampai dengan tanggal Surat
Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan (SPHP) disampaikan kepada Wajib Pajak. dapat
diperpanjang untuk jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan, kecuali untuk Pemeriksaan
atas keterangan lain berupa data konkret yang dilakukan dengan Pemeriksaan Kantor
tidak dapat diperpanjang.

Perpanjangan jangka waktu pengujian Pemeriksaan Kantor dilakukan dalam hal :

 Pemeriksaan Kantor diperluas ke Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak, atau


Tahun Pajak lainnya
 Terdapat konfirmasi atau permintaan data dan/atau keterangan kepada pihak
ketiga
 Ruang lingkup Pemeriksaan Kantor meliputi seluruh jenis pajak dan/atau
 Berdasarkan pertimbangan kepala unit pelaksana Pemeriksaan.

b. Pemeriksaan Lapangan

Pemeriksaan Lapangan adalah Pemeriksaan yang dilakukan di tempat kedudukan,


tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas, tempat tinggal Wajib Pajak, atau tempat
lain yang ditentukan oleh Direktur Jenderal Pajak.

Pemeriksaan Lapangan terkait dengan pemeriksaan dalam rangka menguji kepatuhan


pemenuhan kewajiban perpajakan dilakukan dalam jangka waktu paling lama 6
(enam) bulan, yang dihitung sejak Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan
disampaikan kepada Wajib Pajak sampai dengan tanggal SPHP disampaikan kepada
Wajib Pajak.

Selanjutnya dapat diperpanjang untuk jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan.
dilakukan dalam hal:

6
a. Pemeriksaan Lapangan diperluas ke Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak, atau Tahun
Pajak lainnya
b. terdapat konfirmasi atau permintaan data dan/atau keterangan kepada pihak
ketiga
c. ruang lingkup Pemeriksaan Lapangan meliputi seluruh jenis pajak dan/atau
d. berdasarkan pertimbangan kepala unit pelaksana Pemeriksaan.

Sedangkan terkait dengan:

a. Wajib Pajak Kontraktor Kontrak Kerja Sama Minyak dan Gas Bumi
b. Wajib Pajak dalam satu grup atau
c. Wajib Pajak yang terindikasi melakukan transaksi transfer pricing dan/atau
transaksi khusus lain yang berindikasi adanya rekayasa transaksi keuangan

dapat diperpanjang untuk jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan dan dapat
dilakukan paling banyak 3 (tiga) kali sesuai dengan kebutuhan waktu untuk
melakukan pengujian.
       
Jangka waktu untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dalam
rangka Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan dan pelaporan paling lama 2 (dua)
bulan, yang dihitung sejak tanggal SPHP disampaikan kepada Wajib Pajak sampai
dengan tanggal LHP.

Pemeriksaan Lapangan terkait dengan pemeriksaan untuk tujuan lain dilakukan paling
lama 4 (empat) bulan yang dihitung sejak tanggal Surat Pemberitahuan Pemeriksaan
Lapangan disampaikan kepada Wajib Pajak sampai dengan tanggal LHP.

Pemeriksaan dapat dilakukan terhadap Wajib Pajak, termasuk terhadap instansi


pemerintah dan badan lain sebagai pemungut pajak atau pemotong pajak.

F. Norma Pemeriksaan Pajak

1. Norma Pemeriksaan Lapangan yang berkaitan dengan Pemeriksa Pajak


a. Pemeriksa Pajak harus memiliki tanda pengenal pemeriksa dan dilengkapi
dengan surat perintah pemeriksaan pada waktu melakukan pemeriksaan
b. Pemeriksa pajak wajib memberitahukan secara tertulis tentang akan dilakukan
pemeriksaan kepada Wajib Pajak
c. Pemeriksa pajak wajib memperlihatkan tanda pengenal pemeriksa dan surat
perintah pemeriksaan kepada Wajib Pajak
d. Pemeriksa pajak wajib menjelaskan maksud dan tujuan pemeriksaan kepada
Wajib Pajak yang akan diperiksa
e. Pemeriksa pajak wajib membuat laporan pemeriksaan pajak

7
f. Pemeriksa pajak wajib memberitahukan secara tertulis kepada Wajib Pajak
tentang hasil pemeriksaan berupa hal-hal yang berbeda antara surat
pemberitahuan dengan hasil pemeriksaan untuk ditanggapi Wajib Pajak
g. Pemeriksa pajak wajib memberi petunjuk kepada Wajib Pajak mengenai
penyelenggaraan pembukuan atau pencatatan dan petunjuk lainnya mengenai
pemenuhan kewajiban perpajakan sehubungan dengan pemeriksaan yang
dilakukan dengan tujuan agar penyelenggaraan pembukuan atau pencatataan
dan pemenuhan kewajiban perpajakan dalam tahun-tahun selanjutnya
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku
h. Pemeriksa wajib mengembalikan buku-buku, catatan-catatan, dan dokumen
pendukung lainnya yang dipinjam dari Wajib Pajak paling lambat empat belas
hari sejak selesainya pemeriksaan
i. Pemeriksa Pajak dilarang memberitahukan kepada pihak lain yang tidak
berhak segala sesuatu yang diketahui atau diberitahukan kepadanya oleh
Wajib Pajak dalam rangka pemeriksaan.

2. Norma Pemeriksaan Kantor yang berkaitan dengan Pemeriksa Pajak


a. Pemeriksa pajak dengaan menggunakan surat panggilan yang ditandatangani
oleh Kepala Kantor yang bersangkutan, memanggil Wajib Pajak untuk datang
ke kantor Direktorat Jenderal Pajak yang ditunjuk dalam rangka pemeriksaan
b. Pemeriksa pajak wajib menjelaskan maksud dan tujuan pemeriksaan kepada
Wajib Pajak yang akan diperiksa
c. Pemeriksa pajak wajib membuat laporan pemeriksaan pajak
d. Pemeriksa pajak wajib memberitahukan secara tertulis kepada Wajib Pajak
tentang hasil pemeriksaan berupa hal-hal yang berbeda antara surat
pemberitahuan dengan hasil pemeriksaan untuk ditanggapi Wajib Pajak
e. Pemeriksa pajak wajib memberi petunjuk kepada Wajib Pajak mengenai
penyelenggaraan pembukuan atau pencatatan dan petunjuk lainnya mengenai
pemenuhan kewajiban perpajakan sehubungan dengan pemeriksaan yang
dilakukan dengan tujuan agar penyelenggaraan pembukuan atau pencatataan
dan pemenuhan kewajiban perpajakan dalam tahun-tahun selanjutnya
dilaksanakan sesuai dengann ketentuan yang berlaku
f. Pemeriksa pajak wajib mengembalikan buku-buku, catatan-catatan, dan
dokumen pendukung lainnya yang dipinjam dari Wajib Pajak paling lambat 7
(tujuh) hari sejak selesainya pemeriksaan
g. Pemeriksa Pajak dilarang memberitahukan kepada pihak lain yang tidak
berhak segala sesuatu yang diketahui atau diberitahukan kepadanya oleh
Wajib Pajak dalam rangka pemeriksaan.

3. Norma Pemeriksaan sehubungan dengan pelaksanaan pemeriksaan


a. Pemeriksaan dapat dilakukan oleh seseorang atau lebih pemeriksa pajak
b. Pemeriksaan dilakukan di Kantor Direktorat Jenderal Pajak, di kantor Wajib
Pajak atau dikantor lainnya atau di pabrik atau ditempat usaha atau pekerjaan
bebas Wajib Pajak atau ditempat tinggal Wajib Pajak atau ditempat lain yang
ditentukan oleh Direktur Jenderal Pajak

8
c. Pemeriksaan dilaksanakan pada jam kerja dan apabila dipandang perlu dapat
dilanjutkan di luar jam kerja,
d. Hasil pemeriksaan dituangkan dalam Kertas Kerja Pemeriksaan
e. Laporan Pemeriksaan Pajak disusun berdasarkan Kertas Kerja Pemeriksaan
f. Hasil Pemeriksaan lapangan yang seluruhnya disetujui Wajib Pajak atau
kuasanya, dibuatkan surat pernyataan tentang persetujuan tersebut dan
ditandatangani oleh Wajib Pajak yang bersangkutan atau kuasanya
g. Terhadap temuan dalam pemeriksaan lengkap yang tidak atau tidak
seluruhnya disetujui oleh Wajib pajak , dilakukan pembahasan akhir hasil
pemeriksaan dan dibuatkan Berita Acara Hasil Pemeriksaan
h. Berdasarkan laporan pemeriksaan pajak, diterbitkan surat ketetapan pajak dan
surat tagihan pajak kecuali pemeriksaan dilanjutkan dengan tindakan
penyidikan
4. Norma Pemeriksaan sehubungan dengan Wajib Pajak.
a. Dalam hal pemeriksaan lapangan, Wajib Pajak berhak meminta kepada
pemeriksa untuk memperlihatkan Surat Perintah Pemeriksaan dan tanda
pengenal pemeriksa
b. Wajib pajak berhak meminta kepada pemeriksa pajak untuk memberikan
penjelasan tentang maksud dan tujuan pemeriksaan
c. Dalam hal pemeriksaan kantor, Wajib Pajak wajib memenuhi panggilan untuk
datang menghadiri pemeriksaan sesuai dengan waktu yang ditentukan
d. Wajib Pajak wajib memenuhi permintaan peminjaman buku-buku, catatan-
catatan, dan dokumen-dokumen yang diperlukan untuk kelancaran
pemeriksaan dan memberikan keterangan dalam jangka waktu paling lama 7
(tujuh) hari sejak tanggal surat permintaan, dan apabila permintaan tersebut
tidak dipenuhi oleh Wajib Pajak, maka pajak yang terutang dapat dihitung
secara jabatan
e. Wajib Pajak berhak meminta kepada Pemeriksa Pajak rincian yang berkenaan
dengan hal-hal yang berbeda antara lain pemeriksaan dengan surat
pemberitahuan
f. Wajib Pajak atau kuasanya wajib menandatangani surat pernyataan
persetujuan apabila seluruh hasil pemeriksaan disetujuinya
g. Dalam hal pemeriksaan lengkap, Wajib Pajak atau kuasanya wajib
menandatangani Berita Acara Hasil Pemeriksaan apabila hasil pemeriksaan
tersebut tidak atau tidak seluruhnya disetujui
h. Wajib Pajak wajib memenuhi permintaan peminjaman buku-buku, catatan-
catatan, dan dokumen-dokumen, yang diperlukan untuk kelancaran
pemeriksaan dalam jangka waktu paling lama tujuh hari sejak tanggal surat
permintaan dan apabila permintaan tersebut tidak dipenuhi oleh Wajib Pajak
maka jumlah pajak yang terutang dapat dihitung secara jabatan
i. Dalam rangka pelaksanaan pemeriksaan, Wajib Pajak wajib melaksanaan
ketentuan sebagaimana diatur pasal 29 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983
tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah
terakhir dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007

9
G. Pedoman Pemeriksaan Pajak
1. Pedoman Umum Pemeriksaan
a. Pemeriksaan dilaksanakan oleh pemeriksa pajak yang
1) telah mendapat pendidikan teknis yang cukup dan memiliki
keetrampilan sebagai pemeriksa pajak;
2) bekerja dengan jujur, bertanggungjawab, penuh pengabdian,
bersikap terbuka, sopan, dan obyektif serta wajib menghindarkan
diri dari perbuatan tercela; dan
3) menggunakan keahliannya secara cermat dan seksama serta
memberikan gambaran yang sesuai dengan keadaan sebenarnya
tentang Wajib Pajak

b. Temuan hasil pemeriksaan dituangkan dalam kertas kerja pemeriksaan


sebagai bahan untuk menyusun laporan pemeriksaan pajak.

2. Pedoman Pelaksanaan Pemeriksaan


a. Pelaksanaan pemeriksaan harus didahului dengan persiapan yang baik,
sesuai dengan tujuan pemeriksaan, dan dengan pengawasan yang seksama
b. Luas pemeriksaan ditentukan berdasarkan petunjuk yang diperoleh, yang
harus dikembangkan dengan bukti yang kuat dan berkaitan melalui
pencocokan data, pengamatan, tanya jawab, dan tindakan lain berkenaan
dengan pemeriksaan
c. Pendapat dan kesimpulan pemeriksaan pajak harus didasarkan pada bukti
yang kuat daan berkaitan, dan berlandaskan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan yang berlaku.

3. Pedoman Laporan Pemeriksaan Pajak


a. Laporan pemeriksaan pajak disusun secara rinci, ringkas, jelas, memuat
ruang lingkup sesuai dengan tujuan pemeriksaan, memuat kesimpulan
pemeriksa pajak yang didukung temuan yang kuat tentang ada tidak
adanya penyimpangan terhadap peraturan perundang-undangan
perpajakan, dan memuat pula pengungkapan informasi lain yang terkait
b. Laporan pemeriksaan pajak yang berkaitan dengan pengungkapan
penyimpangan surat pemberitahuan harus memperhatikan Kertas Kerja
Pemeriksaan antara lain mengenai :
1) berbagai faktor perbandingan
2) nilai absolut dari penyimpangan
3) sifat dari penyimpangan
4) petunjuk atau temuan adanya penyimpangan
5) pengaruh penyimpangan

10
6) hubungan dengan permasalahan lainnya
c. Laporan pemeriksaan pajak harus didukung oleh daftar yang lengkap dan
rinci sesuai dengan tujuan pemeriksaan
H. Teknik dan Metode Pemeriksaan
a. Teknik
Penting bagi si pemeriksa pajak untuk memahami teknik-teknik dalam pemeriksaan. Hal
ini bertujuan agar hasil pemeriksaan dapat terbukti dengan baik dan benar. Ada beberapa
teknik dalam melakukan pemeriksaan pajak, yaitu:
1. Melakukan Evaluasi khususnya terhadap kebenaran formal SPT mengenai informasi
umum kegiatan usaha, kelengkapan SPT beserta lampiran-lampirannya dan juga
Sistem pengendalian intern untuk pemisahan fungsi rangkap (penentuan apakah
terdapat duplikasi/multi fungsi pada satu/beberapa orang
2. . Analisis Angka-angka
• SPT vs Laporan keuangan
• Perbandingan beberapa tahun terakhir (komparasi antarwaktu)
• Perbandingan dengan standar yang berlaku (komparasi di dalam perusahaan sendiri
atau dengan perusahaan lain yang sejenis)
• Rasio (nisbah) biaya terhadap penjualan, produksi, dll
3. Melacak dan Memeriksa Dokumen
• Dokumen intern & ekstern (bila pengendalian intern sudah baik, tidak perlu
dilakukan pelacakan & pemeriksaan atas dokumen intern)
• Pihak yang menerbitkan dokumen
• Keabsahan dokumen (vouching)
• Proses dokumen
4. Pengujian Kaitan (Re-test atas proses dokumen)
• Dokumen dasar. Contoh: faktur penjualan (commercial/pajak)  DO (delivery
order) yang merupakan bukti pengiriman barang.
• Arus barang. Rumusnya adalah persediaan awal ditambah pembelian dikurangi
persediaan akhir lalu dicocokkan dengan buku penjualan.
• Arus uang. Rumusnya adalah saldo awal kas/bank + penerimaan – pengeluaran =
saldo akhir atau saldo akhir + pengeluaran – saldo awal = penerimaan. Lalu
dicocokkan antara cash opname dengan buku kas.
• Arus utang-piutang. Untuk utang akan diuji kaitannya dengan pembelian kredit.
Rumusnya adalah saldo akhir utang + pelunasan utang – saldo awal utang =
pembelian kredit. Sedangkan untuk piutang akan diuji kaitannya dengan penjualan
kredit. Rumusnya adalah saldo akhir piutang + penerimaan piutang – saldo awal
piutang = penjualan kredit
5. Pengujian atas Mutasi Setelah Tanggal Neraca
Penekanan terhadap pos-pos yang sangat relevan dengan kelengkapan penjualan &
pembelian  utang-piutang
6. Pemanfaatan Informasi dari Pihak Ketiga
• Hasil pemeriksaan pajak WP lain

11
• Data dari berbagai instansi pemerintah, BUMN/BUMD
• Pihak ketiga lainnya : WP lain dan pengaduan masyarakat
7. Pengujian Fisik
• Barang dagang  stock opname
• Kas  cash opname
• Inventaris/aktiva tetap  untuk mendeteksi apakah ada pencatatan fiktif/ganda,
terutama untuk perusahaan group
8. Peninjauan ke Tempat-tempat Produksi, Penyimpanan, dan Penjualan
Untuk mengetahui proses produksi, uji atas metode penilaian persediaan barang
dagang, dan mengetahui arus barang
9. Rekonsiliasi
Adalah upaya mencocokkan angka-angka dari 2 (dua) atau lebih sumber yang terpisah
mengenai hal yang sama. Contoh :
• Penjualan  antara pencatatan pembukuan penjualan dengan SPT Masa PPN
• Biaya karyawan  antara pencatatan pembukuan (audit report) dengan SPT
Tahunan PPh Pasal 21
• Rekonsiliasi bank  antara saldo rekening koran dengan buku kas/bank perusahaan
10. Konfirmasi
• Upaya mendapatkan keterangan dari pihak ketiga untuk meyakinkan kebenaran atau
keabsahan data atau informasi dari WP yang diperiksa melalui korespondensi (surat,
facsimile atau bukti tertulis lain)
• Melakukan pemeriksaan keterkaitan terhadap pihak ketiga yang berhubungan
dengan WP yang sedang diperiksa (dimintakan kepada Instansi pemeriksa pajak)
11. Sampling
• Pengujian sebagian bukti-bukti yang dipilih berdasarkan metode tertentu (statistical
& non statitistical sampling) dan representative (mewakili)
• Perencanaan. Dalam penentuan sampel harus dilihat hubungan antar sampel yang
akan dipilih dengan tujuan pemeriksaan
• Seleksi. Sampel yang dipilih harus dapat mewakili populasi
• Tujuan. Untuk menghemat waktu & tenaga dalam menentukan sampai sejauh mana
penyimpangan/deviasi dapat ditolerir
• Pemakaian teknik sampling, dapat ditentukan oleh pemeriksa
12. Pemeriksaan WP yang pembukuannya menggunakan sistem komputer
• Tanpa menggunakan computer (audit around the computer)
Contoh : pemeriksaan dokumen konvensional untuk faktur pajak dibandingkan
dengan output komputer
• Menggunakan computer (audit through the computer)

b. Metode Pemeriksaan Pajak

Ada 2 metode dalam pemeriksaan pajak yaitu metode langsung dan tidak langsung.
1. Metode langsung
Pengujian kebenaran/validitas angka-angka SPT secara langsung terhadap :
• Laporan keuangan

12
• Sistem akuntansi/pembukuan (catatan, jurnal, buku besar/ledger/trial balance, dsb)
• Dokumen-dokumen pendukung pencatatan

2. Metode tidak langsung


Pengujian kebenaran/validitas angka-angka SPT secara tidak langsung melalui
perhitungan tertentu, antara lain:
• Digunakan untuk melengkapi metode metode langsung, apabila metode langsung
tidak sepenuhnya dapat dilaksanakan. Indikatornya antara lain :
- Pembukuan/catatan WP tidak lengkap/tidak dipercaya kebenarannya
- Buku/catatan/dokumen pendukung tidak ada/hilang
- Diketemukan ketidakberesan dalam pembukuan/catatan WP (pengendalian intern
lemah)
- Antara penghasilan dengan pengeluaran pribadi tidak serasi
- WP memilih untuk menggunakan norma penghitungan
• Hasil perhitungan metode tidak langsung merupakan petunjuk awal (sehingga
masih perlu dilakukan pembuktian secukupnya untuk dapat mengambil kesimpulan)
ketidakbenaran angka-angka dalam SPT

I. Penyidikan Pajak Dan Wewenang

a. Pengertian

- Penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan adalah serangkaian tindakan yang


dilakukan oleh Penyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti, yang dengan bukti itu
akan dapat menunjukkan adanya tindak pidana di bidang perpajakan yang terjadi serta
menemukan tersangkanya. 
- Penyidik pajak adalah Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Direktorat
Jenderal Pajak yang diberi wewenang khusus sebagai Penyidik untuk melakukan
penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan, sebagaimana dimaksud dalam undang-
undang hukum acara pidana yang berlaku.
- Penyidikan merupakan proses kelanjutan dari hasil pemeriksaan yang mengindikasikan
adanya bukti permulaan tindak pidana perpajakan.
- Berdasarkan KEP - 02/PJ7/1990, 24-12-1990, bukti permulaan adalah keadaan dan/atau
bukti-bukti berupa keterangan, tulisan, perbuatan, atau benda-benda yang dapat memberi
petunjuk bahwa suatu tindak pidana sedang atau telah terjadi yang dilakukan oleh Wajib
Pajak yang dapat menimbulkan kerugian pada negara.

 
b. b. Tugas dan Wewenang Penyidik

  Tugas Penyidik

    Tugas penyidik adalah mencari serta mengumpulkan bukti yang


dengan bukti itu membuat terang tindak pidana di bidang

13
perpajakan yang terjadi serta menemukan tersangkanya
  Wewenang Penyidik

    a. menerima, mencari, mengumpulkan, dan meneliti


keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana
di bidang perpajakan agar keterangan atau laporan
tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas;
b. meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan
mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran
perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak
pidana di bidang perpajakan;
c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi
atau badan sehubungan dengan tindak pidana di bidang
perpaj akan;
d. memeriksa buku-buku, catatan-catatan, dan dokumen
dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana di bidang
perpajakan;
e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan
bukti pembukuan, pencatatan, dan dokumen-dokumen
lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti
tersebut;
f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan
tugas penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan;
g. menyuruh berhenti dan atau melarang seseorang
meninggalkan ruangan atau tempat pada saat
pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa
identitas orang dan atau dokumen yang dibawa
sebagaimana dimaksud pada huruf e;
h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak
pidana di bidang perpajakan;
i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan
diperiksa sebagai tersangka atau saksi;
j. menghentikan penyidikan;
k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran
penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan menurut
hukum yang dapat dipertanggungjawabkan.
c. Kegiatan Penyidikan

1) Penyidikan tindak pidana perpajakan dilaksanakan berdasarkan


surat perintah penyidikan yang ditandatangani oleh Dirjen
Pajak atau Kepala kantor Wilayah DJP
2) Penyidik memberitahukan dimulainya penyidikan dan
menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum
melalui Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia,
sesuai dengan ketentuan yang diatur undang-undang hukum
acara pidana yang berlaku
3) Untuk menambah atau melengkapi petunjuk dan bukti

14
permulaan yang sudah ada, penyidik pajak berwenang
memanggil tersangka, saksi, atau saksi ahli melalui surat
panggilan. Dalam hal yang dipanggil tidak ada di tempat maka
surat panggilan diterimakan kepada keluarganya atau ketua RT
atau ketua RW atau Kepala Desa atau orang lain yang dapat
menjamin bahwa surat panggilan tersebut akan disampaikan
kepada yang bersangkutan
4) Apabila tersangka atau saksi atau saksi ahli tidak memenuhi
panggilan tanpa alasan yang patut dan wajar atau menolak
untuk menerima dan menandatangani surat panggilan,
kepadanya diterbitkan dan disampaikan panggilan kedua.
Apabila masih bersikap sama maka penyidik pajak dapat
meminta bantuan Polri untuk menghadirkan yang bersangkutan
5) Sebelum penyidikan dimulai, penyidik pajak harus
memberitahukan kepada tersangka hak untuk mendapatkan
bantuan hukum dari penasehat hukum serta menjelaskan apa
yang disangkakan kepadanya dengan jelas dan dalam bahasa
yang dimengerti
6) Apabila Saksi diperkirakan tidak dapat hadir pada saat
persidangan maka pemeriksaan terhadapnya dilakukan terlebih
dahulu diambil sumpahnya oleh penyidik pajak
7) Apabila tersangka atau saksi dikhawatirkan akan meninggalkan
wilayah Indonesia maka penyidik pajak dapat segera meminta
bantuan kepada Kejaksaan Agung untuk melakukan pencekalan
8) Dalam melakukan penyidikan penyidik pajak harus
memperhatikan asas hukum dan norma penyidikan yang
berlaku
 
J. Pelaksanaan Pemeriksaan Pajak

Tahapan Pelaksanaan Pemeriksaan Pajak


Tahapan-tahapan tentang pelaksanaan pemeriksaan pajak harus dilakukan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan perpajakan. Pelaksanaan pemeriksaan pajak
dilakukan dengan bertahap tujuannya supaya pemeriksaan mendapatkan hasil yang
maksimal dan juga agar tidak keluar jalur peraturan yang sudah ditetapkan semula
serta agar disiplin dalam pelaksanaannya.
Tahapan pelaksanaan pemeriksaan pajak Menurut Waluyo dan Wirawan B. Ilyas,
menyatakan bahwa:
“Pemeriksaan Pajak dilalui melalui tiga tahapan pemeriksaan yaitu :
1. Tahap Persiapan Pemeriksaan
2. Tahap Pelaksanaan Pemeriksaan
3. Tahap Pembuatan Kertas Kerja dan Pelaporan Pemeriksaan.”(2003 : 67)
Penjelasan kutipan diatas mengenai tahapan pemeriksaan, yaitu :

15
1. Persiapan Pemeriksaan Pajak
Persiapan pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh pemeriksa
sebelum melaksanakan tindakan pemeriksaan dan meliputi kegiatan sebagai berikut :
1. Mempelajari berkas wajib pajak atau berkas data
2. Menganalisis SPT dan laporan keuangan wajib pajak
3. Mengidentifikasi masalah
4. Melakukan pengenalan lokasi wajib pajak
5. Menentukan ruang lingkup pemeriksaan
6. Menyusun program pemeriksaan
7. Menentukan buku-buku dan dokumen yang akan dipinjam
8. Menyediakan sarana pemeriksaan
Tujuan dari tahap persiapan pemeriksaan ini adalah agar pemeriksa dapat memperoleh
gambaran umum mengenai kondisi dan profil wajib pajak yang akan diperiksa. Hal ini
akan mempermudah penyusunan program pemeriksaan, dan juga akan mempermudah
pencapaian sasaran dari dilakukannya pemeriksaan.

2. Pelaksanaan Pemeriksaan Pajak


Pemeriksaan dilakukan dengan berpedoman pada Norma pemeriksaan yang berkaitan
dengan pemeriksa pajak, pemeriksaan dan wajib pajak. Pemeriksaan dilaksanakan
oleh pemeriksa pajak yang tergabung dalam Tim Pemeriksa Pajak yang susunannya
terdiri dari seorang supervisor, seorang ketua tim dan seorang atau lebih anggota. 

Pelaksanaan pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan pemeriksa


yang meliputi :
1. Memeriksa di tempat wajib pajak
2. Melakukan penilaian atas sistem pengendalian intern
3. Memutakhirkan ruang lingkup dan program pemeriksaan
4. Melakukan pemeriksaan atas buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen
5. Melakukan konfirmasi kepada pihak ketiga
6. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada wajib paja
7. Melakukan sidang penutup
3 Pembuatan Laporan Pemeriksaan Pajak
Laporan pemeriksaan pajak adalah laporan yang dibuat oleh pemeriksa pada akhir
pelaksanaan pemeriksaan. Laporan pemeriksaan merupakan ikhtisar dan penuangan
semua hasil pelaksanaan tugas pemeriksaan sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan.

Laporan pemeriksaan pajak menyajikan penilaian serta pengujian atas ketaatan


pemenuhan kewajiban perpajakan wajib pajak yang diperiksa, yang disarikan dari
kertas kerja pemeriksaan. Laporan pemeriksaan pajak akan digunakan sebagai dasar
untuk penerbitan surat ketetapan pajak.

4 Kebijakan Umum Pemeriksaan Pajak

16
Hal-hal yang melatarbelakangi kebijakan umum pemeriksaan pajak adalah
konsekuensi kepatuhan perpajakan, untuk meminimalisir adanya Tax Avoidance dan
Tax Evasion, mengurangi tingkat kebocoran pajak penghasilan, serta pengenaan
sanksi dari hasil pemeriksaan.

Menurut Siti Kurnia Rahayu menjelaskan tentang kebijakan umum pemeriksaan pajak
:
“Sebagai pedoman pelaksanaan pajak, Direktorat Jenderal Pajak telah menetapkan
beberapa kebijakan umum yang dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Jangka waktu pelaksanaan pemeriksaan pajak terbatas
2. Setiap wajib pajak mempunyai peluang yang sama untuk diperiksa
3. Setiap pemeriksaan yang dilakukan harus dilengkapi dengan Surat Perintah
Pemeriksaan Pajak (SP3) yang mencantumkan tahun pajak yang diperiksa
4. Pemeriksaan ulang terhadap jenis dan tahun pajak yang sama, tidak diperkenankan
5. Wajib pajak bersifat kooperatif terhadap pemeriksa pajak seperti meminjamkan
dokumen-dokumen, buku-buku, catatan-catatan dalam pelaksanaan pemeriksaan
wajib pajak dan tidak harus asli dapat berupa fotokopi yang sesuai aslinya
6. Pemeriksaan dapat dilakukan dikantor pemeriksa (untuk pemeriksaan sederhana) atau
ditempat wajib pajak (untuk pemeriksaan sederhana lapangan atau pemeriksaan
lengkap)
7. Dapat dilakukan perluasan pemeriksaan, baik untuk tahun-tahun sebelumnya maupun
tahun sesudahnya
8. Setiap hasil pemeriksaan pajak harus diberitahukan kepada wajib pajak secara tertulis,
yaitu mengenai hal-hal yang berbeda antara SPT wajib pajak dengan hasil
pemeriksaan, dan selanjutnya untuk ditanggapi oleh wajib pajak.”(2008 : 13 )
Penjelasan kutipan diatas mengenai kebijakan umum pemeriksaan pajak adalah
sebagai berikut :
1. Jangka waktu pelaksanaan pemeriksaan pajak terbatas.
Jangka waktu pemeriksaan pajak dibedakan menurut jenis pemeriksaan pajaknya,
yaitu sebagai berikut :
 Pemeriksaan Lapangan (PL) harus diselesaikan dalam jangka waktu dua bulan,
terhitung sejak surat pemberitahuan pemeriksaan pajak diterima oleh wajib
pajak atau sesuai dengan instruksi direktur pemeriksaan, penyelidikan dan
penagihan pajak. Jangka waktu tersebut dapat diberikan perpanjangan hanya
paling lama 6 bulan.
 Pemeriksaan Sederhana Lapangan (PSL) harus diselesaikan dalam jangka waktu
satu bulan, terhitung sejak SP3 diterima oleh wajib pajak. Jangka waktu tersebut
hanya dapat diberikan perpanjangan waktu paling lama satu bulan.
 Pemeriksaan Sederhana Kantor (PSK) harus diselesaikan dalam jangka waktu
empat minggu, terhitung sejak surat pemberitahuan pemeriksaan pajak diterima
oleh wajib pajak. Jangka waktu tersebut dapat diberikan perpanjangan waktu
paling lama dua minggu.
2. Setiap wajib pajak mempunyai peluang yang sama untuk diperiksa.

17
Pada dasarnya semua wajib pajak, baik wajib pajak badan maupun wajib pajak
orang pribadi dapat diperiksa. Yang membedakan hanya jenis pemeriksaannya.
Oleh karena itu, untuk menentukan mana wajib pajak yang akan diperiksa, telah
diintrodusir suatu sistem pemilihan yang didasarkan pada kriteria objektif dengan
menggunakan beberapa variabel terukur dalam suatu program aplikasi komputer.
Dengan demikian setiap wajib pajak yang akan diperiksa akan diberi skor tertentu
yang menggambarkan tingkat kepatuhannya berdasarkan rasio antara unsur-unsur
dalam Surat Pemberitahuan (SPT) yang dilaporkan oleh wajib pajak dengan data
dan atau sumber informasi yang dimilliki oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP).

3. Setiap pemeriksaan yang dilakukan harus dilengkapi dengan Surat Perintah


Pemeriksaan Pajak (SP3) yang mencantumkan tahun pajak yang diperiksa.
Dalam hal wajib pajak diperiksa, wajib pajak berhak untuk menanyakan
kepada pemeriksa pajak yang memeriksa, tanda pengenal yang syah dan Surat
Pemeriksaan Pajak (SP3) yang ditandatangani oleh pejabat yang berwenang,
misalnya oleh kantor unit pelaksana pemeriksaan pajak untuk pemeriksaan yang
dilakukan oleh unit kantor tersebut.

Apabila pemeriksaan dilakukan oleh kantor pusat DJP maka yang


menandatangani SP3 adalah direktur pemeriksaan, penagihan, dan penyidikan
pajak. Setiap SP3 hanya menyangkut satu tahun pajak. Tujuannya adalah untuk
membatasi kewenangan pemeriksa dalam melakukan pemeriksaan. Selanjutnya
apabila pemeriksaan akan diperluas ke tahun-tahun sebelumnya atau sesudahnya
selain tahun pajak yang diperiksa, haruslah diterbitkan SP3 yang baru sesuai
dengan tahun pajak yang bersangkutan.

4. Pemeriksaan ulang terhadap jenis dan tahun pajak yang sama, tidak diperkenankan
kecuali dalam hal seperti berikut :
 Terdapat indikasi bahwa wajib pajak diduga telah atau sedang melakukan
tindak pidana di bidang perpajakan.
 Terdapat data baru dan atau data semula belum terungkap, mengakibatkan
penambahan jumlah pajak terutang atau mengurangi kerugian yang dapat
dikompensasikan.
5. Wajib pajak bersifat kooperatif terhadap pemeriksa pajak seperti meminjamkan
dokumen-dokumen, buku-buku, catatan-catatan dalam pelaksanaan pemeriksaan
wajib pajak dan tidak harus asli dapat berupa fotokopi yang sesuai aslinya.

Apabila terdapat kekhawatiran dari wajib pajak dalam meminjamkan buku,


catatan dan dokumen lainnya yang asli dengan alasan takut hilang, wajib pajak
dapat menyerahkan dan meminjamkan kepada pemeriksa, fotokopinya saja,
asalkan dilengkapi dengan surat pernyataan yang menyatakan bahwa fotokopi
tersebut sama atau sesuai dengan aslinya.

18
Mengenai hal peminjaman buku, catatan, dan dokumen lainnya, sebaiknya
wajib pajak bersifat kooperatif dengan pemeriksa dan berakibat pemeriksaan
memakan waktu lebih lama, karena tidak terpenuhinya jangka waktu penyelesaian
pemeriksaan.

6. Pemeriksaan dapat dilakukan dikantor pemeriksa (untuk pemeriksaan sederhana)


atau ditempat wajib pajak (untuk pemeriksaan sederhana lapangan atau
pemeriksaan lengkap).

Pemeriksaan Kantor adalah pemeriksaan yang dilakukan dikantor pelayanan


pajak terhadap satu atau beberapa jenis pajak, secara terkoordiansi antar seksi jenis
pajak tertentu oleh kepala kantor, untuk tahun berjalan dan atau untuk tahun-tahun
sebelumnya. Pemeriksaan ini hanya dapat dilakukan dengan cara Pemeriksaan
Sederhana Kantor (PSK).

Pemeriksaan Lapangan (PL) adalah pemeriksaan yang dilakukan terhadap


wajib pajak, termasuk terhadap suatu bentuk kerjasama operasi (KSO), dan
konsorsium atas seluruh jenis pajak, untuk tahun berjalan dan atau untuk tahun-
tahun sebelumnya, yang dilakukan dengan menerapkan teknik-teknik pemeriksaan
pajak yang lazim digunakan dalam rangka mencapai tujuan pemeriksaan.

Pemeriksaan Sederhana Lapangan (PSL) adalah pemeriksaan lapangan yang


dilakukan terhadap wajib pajak untuk satu, beberapa atau seluruh jenis pajak secara
terkoordinasi antar seksi jenis pajak tertentu oleh kepala kantor, untuk tahun
berjalan dan atau untuk tahun-tahun sebelumnya, yang dilaksanakan dengan cara
menerapkan teknik-teknik pemeriksaan yang dianggap perlu dalam rangka
mencapai tujuan pemeriksaan.

7. Dapat dilakukan perluasan pemeriksaan, baik untuk tahun-tahun sebelumnya


maupun tahun sesudahnya, yaitu dalam hal :
 SPT Tahunan, wajib pajak orang pribadi atau badan menyatakan adanya
kompensasi kerugian dari tahun-tahun sebelumnya yang belum dilakukan
pemeriksaan.
 Sebab-sebab lain berdasarkan instruksi direktur pemeriksaan, penyidikan, dan
penagihan pajak.
8. Setiap hasil pemeriksaan pajak harus diberitahukan kepada wajib pajak
secara tertulis, yaitu mengenai hal-hal yang berbeda antara SPT wajib pajak
dengan hasil pemeriksaan, dan selanjutnya untuk ditanggapi oleh wajib pajak.

Wajib pajak berhak untuk menyampaikan sanggahan atau tanggapan secara


tertulis kepada pemeriksa pajak, setelah diterimanya surat pemberitahuan hasil
pemeriksaan. Berdasarkan sanggahan atau tanggapan wajib pajak tersebut,
pemeriksa pajak akan mengundang wajib pajak untuk melakukan pembahasan
akhir antar hasil pemeriksaan yang telah dilaksanakan.
19
K. Pemeriksaan Rutin Pajak

Kriteria Pemeriksaan Rutin


Kriteria pemeriksaan pajak merupakan kebijakan pemeriksaan pajak dari Direktorat
Jenderal Pajak, seperti dituangkan dalam Surat Edaran Direktur jenderal pajak Nomor
SE-10/PJ.7/2004 yag dikutip oleh Pardiat, menyatakan bahwa Kriteria pemeriksaan
Rutin adalah:
“Pemeriksaan Rutin dapat dilaksanakan dalam hal:
1. Wajib Pajak Orang Pribadi atau Badan Menyampaikan:
 SPT Tahunan/SPT Masa yang menyatakan Lebih Bayar;
 SPT Tahunan PPh untuk bagian tahun pajak sebagai akibat adanya perubahan
tahun buku atau metode pembukuan atau penilaian kembali aktiva tetap yang
telah disetujui oleh Direktur jenderal Pajak;
 Wajib Pajak melakukan penggabungan, pemekaran, pengambilalihan usaha,
atau likuidasi, penutupan usaha, ataSu akan meninggalkan Indonesia selama-
lamanya;
2. Wajib Pajak Orang Pribadi atau Badan tidak menyampaikan SPT Tahunan/Masa
dalam jangka waktu yang telah ditentukan dan setelah ditegur secara tertulis tidak
menyampaikan SPT pada waktunya sebagaimana ditentukan dalam surat teguran;
3. Wajib Pajak Orang Pribadi atau Badan melakukan kegiatan membangun sendiri
yang pemenuhan kewajiban PPN atas kegiatan tersebut patut diduga tidak
dilaksanakan sebagaimana mestinya;
4. Wajib Pajak Orang Pribadi yang menjalankan usaha/pekerjaan bebas atau WP bdan
yang mengajukan permohonan pencabutan NPWP atau perubahan tempat
terdaftarnya WP dari suatu KPP ke KPP lain”. (2007:5)

Jangka Waktu Pemeriksaan Rutin


Menurut Siti Kurnia Rahayu, jangka waktu pemeriksaan dilakukan pada saat :
“Untuk pemeriksaan sederhana lapangan selama 4 bulan, sejak tanggal dismpaikannya
Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Pajak Kepada WP. Jangka waktu penyelesaian
terebut dapat diperpanjang:
 Untuk pemeriksaan sederhana kantor diperpanjang 5 minggu, untuk PKP Eksportir 6
bulan.
 Untuk pemeriksaan sederhana lapangan diperpanjang 8 bulan.”(2009:268)

L. Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan pajak khusus ini dilakukan berdasarkan hasil analisis risiko yang
menunjukkan adanya indikasi ketidakpatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan.
Pemeriksaan khusus dijalankan dengan mengacu pada beberapa ketentuan, seperti:
1. Berdasarkan analisis risiko yang dibuat berdasarkan profil WP atau data internal
lainnya serta data eksternal secara manual ataupun komputerisasi.
2. Ruang lingkupnya dapat meliputi satu, beberapa, atau seluruh jenis pajak.

20
3. Pemeriksaannya menggunakan pemeriksaan lapangan.

21
BAB III
KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan
Pelaksanaan Prosedur Pengajuan Usulan Pemeriksaan di Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Sumedang dilakukan berdasarkan standar yang telah disusun oleh
Direktorat Jenderal Pajak, sehingga kecil kemungkinan terjadinya suatu pelanggaran
terhadap prosedur pengajuan Usulan tersebut. Pengajuan usulan pemeriksaan ini
merupakan langkah awal dalam pemeriksaan terhadap SPT, Permohonan pemberian
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan/atau pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP),
penghapusan NPWP dan/atau pencabutan PKP yang bertujuan untuk menguji kepatuhan
pemenuhan kewajiban perpajakan dalam rangka memberikan kepastian hukum, keadilan
dan pembinaan kepada Wajib Pajak dan tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan.
Pemeriksaan yang akan dilakukan oleh fiskus dilaksanakan sesuai dengan norma
pemeriksaan yaitu, norma Wajib Pajak, dan norma pemeriksaan. Norma pemeriksaan
disusun dengan tujuan agar masing-masing pihak (pemeriksa dan Wajib Pajak) dapat
memahami hak dan kewajibannya dalam proses pemeriksaan pajak, serta memahami
prosedur pemeriksaan yang harus dijalankan. Pemahaman hak dan kewajiban serta
prosedur pemeriksaan akan mengurangi kesalahpahaman antara pemeriksa pajak dengan
Wajib Pajak, sehingga pemeriksaan dapat berjalan lancar dan tepat waktu. Kurangnya
pemahaman norma pemeriksaan seringkali menimbulkan masalah yang sebenarnya tidak
perlu terjadi seperti, ijin bagi pemeriksa untuk memasuki tempat atau ruangan usaha Wajib
Pajak, ijin peminjaman buku, catatan, dan dokumen usaha Wajib Pajak, penyegelan ruang
tertentu dan perdebatan atas hasil pemeriksa.

22
DAFTAR PUSTAKA

http://mangihot.blogspot.com/2016/11/teoripengertianmanfaat-dan-tujuan.html#

https://ortax.org/ortax/?mod=studi&page=show&id=108

http://www.pajakonline.com/engine/learning/view.php?id=141

http://www.pajakonline.com/engine/learning/view.php?id=142

http://pemeriksapajak.blogspot.com/2016/08/teknik-dan-metode-pemeriksaan.html

http://www.pajakonline.com/engine/learning/view.php?id=153

https://www.cermati.com/artikel/jenis-jenis-pemeriksaan-pajak-yang-perlu-diketahui-wajib-pajak

23

Anda mungkin juga menyukai