PEMBAHASAN
I. Dasar Hukum
Dasar hukum Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan Atas
Barang Mewah (PPnBM) adalah Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983
tentang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah
sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 11 Tahuh 1994,
dan diubah kembali dengan Undang-undang Nomor 18 Tahun 2000 dan
terakhir UU No.42 Tahun 2009
II. Karakteristik PPN di Indonesia
1. PPN merupakan Pajak Tidak langsung
PPN dikenakan secara bertahap pada setiap mata rantai jalur produksi
dan distribusi.
4. Non-Komulatif
PPN Indonesia hanya mengenal satu jenis tarif yaitu 10% (sepuluh
persen) untuk penyerahan dalam negeri dan 0% (nol persen) untuk
ekpor barang kena pajak.
6. Credit Method/ Invoice Method/ Indirect Substruction Method
Atas impor BKP dikenakan PPN sedangkan atas BKP tidak dikenakan
PPN, prinsip ini menggunakan prinsip tempat tujuan yaitu pajak
dikenakan ditempat barang atau jasa akan dikonsumsi.
8. Consumtion Type Value Added Tax
Keuangan,
kecuali
Pengusaha
Kecil
memilih
untuk
PPN merupakan pajak tidak langsung, artinya pajak yang pada akhirnya
dapat dibebankan atau dialihkan kepada orang lain atau pihak ketiga.
Pihak-pihak yang mempunyai kewajiban memungut, menyetor, dan
melaporkan PPN terdiri dari :
1. Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang melakukan penyerahan BKP
dan/atau JKP di dalam Daerah Pabean dan melakukan ekspor BKP
Berwujud/BKP Tidak Berwujud/JKP.
Pengusaha Kena Pajak adalah pengusaha yang melakukan penyerahan
BKP dan/atau penyerahan JKP yang dikenakan pajak berdasarkan
undang-undang PPN dan PPnBM, tidak termasuk Pengusaha Kecil.
Pengusaha dikatakan sebagai Pengusaha Kena Pajak apabila
melakukan penyerahan BKPdan/atau JKP dengan jumlah peredaran
bruto dan/atau penerimaan bruto melebihi Rp 60.000.000 dalam satu
tahun. Termasuk Pengusaha Kena Pajak antara lain :
Pabrikan atau produsen;
Importer dan indentor;
Pengusaha yang mempunyai hubungan istimewa dengan pabrikan
atau importir;
Agen utama dan penyalur utama pabrikan atau importir;
Pemegang hak paten atau merk dagang BKP;
Pedagang besar (distributor);
Pengusaha yang melakukan hubungan penyerahan barang;
Pedagang eceran (perital)
3.
4.
5.
lelang
Pemakaian sendiri dan/atau pemberian cuma-cuma atas BKP
Persediaan BKP dan aktiva yang menurut tujuan semula tidak
untuk
diperjualbelikan,
yang
masih
tersisa
pada
saat
7.
2.
3.
terutang(sentralisasi)
b. Impor Barang Kena Pajak (BKP)
Pemungutan pajak saat impor BKP dilakukan melalui Direktorat
Jenderal Bea dan Cukai. Siapa pun yang memasukkan BKP ke
dalam Daerah Pabean dikenakan pajak tanpa memerhatikan apakah
dilakukan dalam rangka kegiatan usaha atau pekerjaannya ataukah
tidak
c. Penyerahan Jasa Kena Pajak (JKP) di dalam Daerah Pabean yang
dilakukan oleh Pengusaha;
merek
yang
dimiliki
Pengusaha
yang
3.
d.
e.
f.
g.
sagu;
kedelai;
garam, baik yang beryodium maupun yang tidak beryodium;
daging, yaitu daging segar yang tanpa diolah, tetapi telah melalui
proses disembelih, dikuliti, dipotong, didinginkan, dibekukan,
dikemas atau tidak dikemas, digarami, dikapur, diasamkan,
pihak
lain
dengan
menggunakan
surat,
sarana
7.
penyelenggaraan
pendidikan
pendidikan
biasa,
luar
umum,
pendidikan
seperti
pendidikan
kedinasan,
jasa
kejuruan,
pendidikan
rangka
14.
15.
16.
17.
Pabean
Pemafaatan JKP dari luar daerah pabean
Ekspor BKP berwujud
Ekspor BKP tidak berwujud
Ekspor JKP
X. Tarif PPN
Tarif PPn menurut pasal 7 UU No. 42 Tahun 2009 adalah:
1. Tarif PPN sebesar 10%
Tarif 10% dikenakan atas setiap penyerahan BKP didalam daerah
pabean/impor
BKP/penyerahan
JKP
di
dalam
daerah
Restitusi
Apabila PKP dalam melakukan perhitungan PPN terdapat Pajak Masukan
lebih besar daripada Pajak Keluaran, selisih tersebut dapat dimintakan kembali
(restitusi) atau dikompensasikan pada Masa Pajak tertentu sesuai ketentuan
perpajakan. Pasal 9 ayat 4 UU PPN dan PPnBM menyatakan bahwa apabila
dalam suatu masa pajak, pajak masukan yang dikreditkan lebih besar daripada
pajak keluaran, selisihnya merupakan kelebihan pajak yang dikompensasikan ke
masa pajak berikutnya.
Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM)
Kegiatan-kegiatan selain dikenakan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) juga
dikenakan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) :
PPnBM
Kegiatan-kegiatan berikut selain dikenakan pajak pertambahan nilai (PPN) juga
dikenakan pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM) :
1. Penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) yang tergolong Mewah yang
dilakukan oleh pengusaha yang menghasilkan