Anda di halaman 1dari 13

Hukum Pajak

Sengketa Administrasi Perpajakan

Nama: Endy Pratama Putra Ginting

NPM: B1A018286

Kelas: E

UNIVERSITAS BENGKULU

2020/2021
Latar Belakang

Sengketa pajak adalah sengketa yang timbul dalam bidang perpajakan

antara Wajib Pajak atau penanggung Pajak dengan pejabat yang berwenang

sebagai akibat dikeluarkannya keputusan yang dapat diajukan Banding atau

Gugatan kepada Pengadilan Pajak berdasarkan peraturan perundang-undangan

perpajakan,

Pajak yang harus diberikan dalam hal ini adalah uang, uang yang

dihasilkan dari pajak adalah digunakan untuk perkembangan dan pembangunan

yang dilakukan pada pemerintahan dalam hal ini pembangunan pemerintahan

meliputi infrasturuktur, kesehatan, pangan, dan lainnya

Pajak yang dihasilkan negara itu menjadi pendapatan asli negara tersebut

dan dari pajak itulah negara dapat menjalankan roda pembangunan wilayah yang

meliputi pembangunan tingkat daerah dan kota maka dari itu pembangunan

berkelanjutan daerah-daerah dipengaruhi oleh pendapatan asli dari daerah tersebut

kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau

badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak

mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara

bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.


Identifikasi Masalah

1. Apa saja yang dimaksud kategori sengketa pajak

2. Bagaimana penyelesaian sengketa pajak.


Analisis Hasil Pembahasan

1. Apa saja yang dimaksud kategori sengketa pajak.

Sengketa Pajak adalah Sengketa yang timbul dalam bidang perpajakan antara

wajib pajak atau penanggung pajak dengan pejabat yang berwenang sebagai

akibat dikeluarkannya keputusan yang dapat diajukan banding atau gugatan

kepada pengadilan pajak berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan,

termasuk gugatan atas pelaksanaan penagihan berdasarkan Undang undang

Penagihan Pajak dengan Surat Paksa.

Sengketa pajak menjadi hal yang dihindari wajib pajak (WP). Namun, ada kalanya

WP harus menghadapi sengketa pajak. Lantas, bagaimana cara penyelesaiannya?

Undang-Undang No. 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak sebenarnya telah

mengatur cara penyelesaian sengketa pajak. Artikel kali ini pun akan mengulas

poin-poin penting seperti cara melakukan gugatan, banding serta istilah-istilah

dalam pengadilan pajak yang sebaiknya diketahui wajib pajak.

Program reformasi perpajakan tahap I melalui implementasi Undang-Undang

Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun

2009 (UU KUP) telah membawa perubahan yang fundamental dalam sistem

perpajakan Indonesia dari yang semula menganut official assessmentsystem

menjadi self-assessment system. Berdasarkan self-assessment system, Wajib

Pajak (WP) diberikan kepercayaan sepenuhnya untuk menghitung,


memperhitungkan, membayar, dan melaporkan pajaknya sendiri sementara, disisi

lain, otoritas perpajakan Direktorat Jenderal Pajak (DJP) berperan sebagai

penyuluh, pelayan, dan pengawas pelaksanaan hak dan kewajiban perpajakan.

Keberhasilan implementasi self-assessment system sangat bergantung pada

tingkat kepatuhan (voluntary and forced compliances) WP serta efektivitas

mekanisme pengawasan yang dilakukan oleh otoritas perpajakan. Berdasarkan

UU KUP, mekanisme pengawasan utama yang dilakukan oleh DJP adalah

Penelitian dan Pemeriksaan. Pasal 1 UU KUP mendefinisikan Penelitian sebagai

serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk menilai kelengkapan pengisian Surat

Pemberitahuan dan lampiran-lampirannya termasuk penilaian tentang kebenaran

penulisan dan penghitungannya.

Pemeriksaan didefinisikan sebagai serangkaian kegiatan menghimpun dan

mengolah data, keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan

profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan

pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka

melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

objek sengketa (objectum litis) dalam Pengadilan Pajak adalah keputusan

(beschikking) dalam bidang perpajakan sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 1 angka 4 UU No. 14 Tahun 2002, sehingga keputusan tersebut

menimbulkan sengketa pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka

5 UU No. 14 Tahun 2002.

sengeta perpajakan ini berkaitan dengan bea masuk, pajak dalam rangka

impor serta denda atas peminjaman mesin produksi

Sistem perpajakan di Indonesia menganut sistem self assesment di mana dengan

sistem ini wajib pajak diberikan kepercayaan untuk menghitung dan melunasi

sendiri pajak yang terutang. Di sisi lain, otoritas pajak, dalam hal ini Direktorak

Jenderal Pajak diberikan tugas untuk melakukan pengujian dan pengawasan

terhadap kepatuhan masyarakat wajib pajak terhadap ketentuan perpajakan.

Dalam konteks inilah, sehingga perlu dilakukan pemeriksaan pajak oleh

Direktorak Jenderal Pajak kepada sebagian wajib pajak. Dalam proses penetapan

pajak melalui pemeriksaan ini sering timbul sengketa pajak antara Wajib pajak

dan otoritas pajak. Sengketa ini bisa disebabkan oleh perbedaan penafsiran atas

ketentuan perpajakan, perbedaan pemahaman atas ketentuan perpajakan,

perbedaan sudut pandang dalam menilai suatu fakta, bisa juga karena

ketidaksepakatan dalam hal proses pembuktian. Untuk menyelesaikan sengketa

seperti ini, maka ada beberapa upaya yang dapat dilakukan oleh wajib pajak

sebagaimana ketentuan UU KUP dalam Pasal 25, Wajib pajak dapat mengajukan

keberatan, dengan menyampaikan surat keberatan, hanya kepada Direktur

Jenderal Pajak atas suatu Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat

Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT), Surat Ketetapan Pajak


Lebih Bayar (SKPLB), Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN). Tujuan penelitian ini

adalah untuk mengetahui dan menganalisis prosedur penyelesaian sengketa pajak

pertambahan nilai pada PT Pelabuan Indonesia III (PT PELINDO III), dan untuk

mengetahui dan menganalisis prosedur putusan banding yang terjadi atas sengketa

pajak pertambahan nilai pada PT PELINDO III. Penelitian ini menggunakan jenis

penelitian deskriptif dengan melalui pendekatan kualitatif. Hasil dari penelitian

adalah penyebab timbulnya sengketa pajak pertambahan nilai di PT PELINDO III

karena permasalahan ekualisasi yang artinya terdapat perbedaan pencatatan

pelaporan keuangan dengan pengakuan yang ada di perpajakan, serta adanya

beberapa koreksi atas pajak masukan yang sudah di bayarkan ke vendor tetapi

belum dilaporkan sehingga berdasarkan laporan pemeriksaan pajak dan kertas

kerja pemeriksaan diketahui koreksi pajak masukan dapat diperhitungkan untuk

setiap bulan nya, dikoreksi karena jawaban klarifikasi “tidak ada”. Dengan adanya

hal tersebut PT PELINDO III keberatan dengan koreksi pajak masukan yang

dapat diperhitungkan setiap bulan nya.

2. Bagaimana penyelesaian sengketa pajak.

Ketentuan tentang Banding dan Gugatan dalam sengketa pajak diatur lebih

lengkap dalam UU No. 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga Atas UU

No. 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

yang selanjutnya kami sebut sebagai UU KUP. Pengadilan pajak dalam

hal ini merupakan lembaga penyelesaian sengketa pajak yang dibentuk

sesuai amanat UU KUP.


Jadi, yang dimaksud dengan sengketa pajak adalah sengketa dalam bidang

perpajakan. Bentuk perkara sengketa pajak dapat berupa Banding atau

Gugatan. Sayangnya, Anda tidak memberikan keterangan lebih detail

mengenai bentuk sengketa pajak yang mana yang Anda maksud. Karena

itu, kami akan jelaskan mekanisme banding dan gugatan dalam sengketa

pajak.

1. Banding

Menurut Pasal 12 ayat (1) UU KUP, setiap Wajib Pajak wajib membayar

pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan perpajakan, dengan tidak menggantungkan pada adanya surat

ketetapan pajak. Yang dimaksud Surat Ketetapan Pajak adalah surat

ketetapan yang meliputi Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat

Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Nihil,

atau Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (Pasal 1 angka 15 UU KUP).

Kadangkala terjadi selisih perhitungan pajak yang terutang menurut wajib

pajak dan pihak kantor pelayanan pajak. Terhadap hal ini wajib pajak

dapat mengajukan keberatan hanya kepada Direktur Jenderal Pajak (Pasal

25 ayat [1] UU KUP).

Keberatan diajukan dalam jangka waktu 3 bulan sejak tanggal dikirim

surat ketetapan pajak atau sejak tanggal pemotongan atau pemungutan

pajak secara tertulis. Keberatan diajukan dalam Bahasa Indonesia dengan


mengemukakan jumlah pajak yang terutang, jumlah pajak yang dipotong

atau dipungut, atau jumlah rugi menurut penghitungan Wajib Pajak

dengan disertai alasan yang menjadi dasar penghitungan (Pasal 25 ayat [2]

dan ayat [3] UU KUP).

Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu paling lama 12 bulan sejak

tanggal surat keberatan diterima harus memberi keputusan atas keberatan

yang diajukan (Pasal 26 ayat [1] UU KUP). Jika jangka waktu telah

terlampaui dan Direktur Jenderal Pajak tidak memberi suatu keputusan,

keberatan yang diajukan tersebut dianggap dikabulkan (Pasal 26 ayat [5]

UU KUP).

Tata cara pengajuan keberatan dan penyelesaian diatur lebih lanjut melalui

Permenkeu No. 9/PMK.03/2013 tentang Tata Cara Pengajuan dan

Penyelesaian Keberatan.

Jika wajib pajak tidak puas dengan keputusan Dirjen Pajak atas keberatan

yang diajukan, wajib pajak hanya dapat mengajukan banding kepada

pengadilan pajak (Pasal 27 ayat [1] UU KUP).

2. Gugatan

Berbeda halnya dengan proses perkara banding yang merupakan

kelanjutan dari proses keberatan kepada Dirjen Pajak, perkara gugatan

merupakan perkara yang diajukan wajib pajak atau penanggung pajak

terhadap (Pasal 31 ayat [3] UU 14/2002 jo. Pasal 23 ayat [2] UU KUP):
a. pelaksanaan Surat Paksa, Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan,

atau Pengumuman Lelang;

b. keputusan pencegahan dalam rangka penagihan pajak;

c. keputusan yang berkaitan dengan pelaksanaan keputusan perpajakan,

selain yang ditetapkan dalam Pasal 25 ayat (1) dan Pasal 26 (UU KUP);

atau

d. penerbitan surat ketetapan pajak atau Surat Keputusan Keberatan yang

dalam penerbitannya tidak sesuai dengan prosedur atau tata cara yang

telah diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan

Pengadilan pajak merupakan pengadilan tingkat pertama dan terakhir

dalam memeriksa dan memutus sengketa pajak (Pasal 33 ayat [1] UU

14/2002). Oleh karena itu, upaya hukum yang dapat dilakukan terhadap

putusan banding maupun putusan gugatan pengadilan pajak adalah

Peninjauan Kembali ke Mahkamah Agung.

Tata cara pengajuan keberatan diatur melalui Permenkeu No.

9/PMK.03/2013 tentang Tata Cara Pengajuan dan Penyelesaian Keberatan.


Jika wajib pajak tidak puas dengan keputusan Dirjen Pajak atas keberatan

yang diajukan, wajib pajak hanya dapat mengajukan banding kepada

pengadilan pajak (Pasal 27 ayat [1] UU KUP).

Sedangkan, perkara gugatan merupakan perkara yang diajukan wajib pajak

atau penanggung pajak terhadap (Pasal 31 ayat [3] UU 14/2002 jo Pasal 23

ayat [2] UU KUP):

pelaksanaan Surat Paksa, Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan, atau

Pengumuman Lelang;

keputusan pencegahan dalam rangka penagihan pajak;

keputusan yang berkaitan dengan pelaksanaan keputusan perpajakan,

selain yang ditetapkan dalam Pasal 25 ayat (1) dan Pasal 26 (UU KUP);

atau

penerbitan surat ketetapan pajak atau Surat Keputusan Keberatan yang

dalam penerbitannya tidak sesuai dengan prosedur atau tata cara yang

telah diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.


Pengadilan pajak merupakan pengadilan tingkat pertama dan terakhir

dalam memeriksa dan memutus sengketa pajak (Pasal 33 ayat [1] UU

14/2002). Karena itu, upaya hukum yang dapat dilakukan terhadap

putusan banding maupun putusan gugatan Pengadilan Pajak adalah

Peninjauan Kembali ke Mahkamah Agung (MA).

Kesimpulan dan Saran

Menurut saya sengketa pajak di indonesia merupakan kasus yang

menjerat banyak pihak dalam hal ini penyelesaian sengketa pajak ini harus

diawasi agar terciptanya kesetaraan pajak yang adil dan juga penyelesaian kasus

pajak ini harus benar-benar selesai agar tidak menjadi kasus yang tumpang tindih

Saran saya kepada pemerintahan sebaiknya mengawasi objek pajak kita

boleh memberikan keleluasaan tetapi harus di ingat bahwa objek pajak itu juga

harus memenuhi keriterianya.

Daftar pustaka

1. https://www.pajak.go.id/
2. http://pajak.go.id/id/penyelesaian-sengketa-pajak

3. https://media.neliti.com/media/publications/279322-penyelesaian-sengketa-

pajak-pada-kantor-da322a6a.pdf

4. https://www.online-pajak.com/tentang-pajak/sengketa-pajak-dan-cara-

penyelesaiannya-di-indonesia

5. https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/cl2072/cara-penyelesaian-

sengketa-pajak/

6. https://www.pajakonline.com/upaya-penyelesaian-kasus-sengketa-pajak-pgn/

7. https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/artikel-dan-opini/sengketa-pajak-dan-

penyelesaiannya/

8. https://media.neliti.com/media/publications/279322-penyelesaian-sengketa-

pajak-pada-kantor-da322a6a.pdf

9. https://ekonomi.bisnis.com/read/20190815/259/1136833/sengketa-pajak-ditjen-

pajak-kembali-kalah-lawan-freeport

10. https://www.pajak.go.id/id/search/node?keys=penggelapan%20pajak&page=1

Anda mungkin juga menyukai