Anda di halaman 1dari 6

TUGAS MAKALAH MANAJEMEN PAJAK

“MACAM-MACAM BENTUK USAHA DAN KEGIATAN USAHA”

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 4

A. ALFIYYAH SYAHADATI JUANA (A031191101)

ANDI ISLAH AMANAH (A031191107)

ANGELA CANDRA (A031191069)

AUDY ALIFIA RUDY (A031191084)

DOSEN PENGAMPU:

HJ. ANDI KUSUMAWATI, DR. SE., M.SI, AK, CA

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HASANUDDIN

TAHUN 2021
A. PENDAHULUAN

Penanam modal atau investor memiliki banyak pertimbangan dalam menempatkan dana investasinya. Hal
ini dimulai dari jenis usaha atau portofolio investasi, kegiatan perdagangan, kegiatan industri, atau kegiatan jasa.
Investor kemudian akan mengambil keputusan yang dia anggap dapat memberikan kontribusi profit terbesar dengan
risiko investasi paling rendah. Dalam memilih jenis usaha sendiri, investor akan memikirikan besar pajak yang akan
ditanggung nantinya. Cara yang paling mudah untuk meminimlkan pembayaran pajak, adalah dengan tidak
melaporkan penghasilan usaha ke Dirjen Pajak. Tetapi cara yang paling elegan adalah dengan meminimalkan
pembayaran pajak tanpa melanggar kebiajakan atau peraturan pajak yang ada. Untuk melakukan hal ini, makanya
perusahaan merapikan tax management dan tax planning.

Entitas hukum bisnis di Indonesia yang diakui UU Perpajakan adalah:

1. Perseroan Terbatas (PT), Koperasi, dan Yayasan. Bentuk usaha ini adalah entitas berbadan hukum
2. Persekutuan (Firma, CV, Kongsi), yang tidak berbadan hukum
3. Perseorangan, yang tidak berbadan hukum

Berikut adalah beberapa faktor yang dipertimbangkan dalam memilih bentuk usaha (Zain, 2003:97)

1. Bagaimana hubungan antara tariff pajak penghasilan OP dan tariff pajak pengahsilan WP Badan, termasuk
ketentuan khusus yang mengatur hal itu
2. Pengenaan pajak penghasilan secara berganda, baik atas laba bruto usaha, maupun penghasilan dari
pembagian keuntungan (dividen) kepada para pemegang saham
3. Kesempatan untuk menunda pengendaan pajak pada tariff pajak penghasilan lebih kecil/besar apabila
dibandingkan dengan kesempatan yang terdapat pada tariff pajak penghasilan dan akumulasi penghasilan
perusahaan
4. Adanya ketentuan mengenai kerugian hasil usaha neto (kompensasi kerugian) dan kredit investasi yang
berlaku bagi bentuk usaha tertentu
5. Kemungkinan pengajuan perlakuan khusus terhadap pajak atas akumulasi laba, pajak atas penghasilan
personal, holding company dan seterusnya
6. Liberalisasi ketentuan yang mengatur fringe benefit dan atau payment in kind.

B. USAHA PERSEROAN TERBATAS

Perseroan Terbatas adalah badan hukum (UU No.40 Tahun 2007) yang berbentuk persekuan modal yangd
didirikan berdasarkan persekutuan modal yang didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan
modal dasar yang sluruhnya terbagi dalam saham, dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam UU serta
peraturan pelaksanaannya. Perseroan Terbuka (Tbk.) adalah Perseroan Publik atau Perseroan yang menawarkan
penawaran umum saham sesuai dengan ketentuan UU di bidang pasar modal.

Dalam menjalankan hak dan kewajiban seusai dengan ketentuan UU perpajakan, dalam hal badan, WP
diwakili oleh pengruus yang bertanggungjawab secara pribadi dan/atau secara renteng atas pembiayaan pajak
terutang, kecuali apabila dapat membuktikan dan meyakinkan Dirjen Pajak bahwa mereka, dalam kedudukannya,
benar-benar tidak mungkin untuk dibebani tanggung jawab atas pajak yang terutang tersebut. Dalam ketentuan
pajak pasal 17 UU No.7 Tahun 1983 yang kemudian diubah menjadi UU No.36 Tahun 2008 tentang Pajak
Penghasilan, pengenaan pajak PT dikenankan pada level net income sebelum pembagian dividen perusahaan
kepada pemegang saham.

CONTOH

Income Rp60.000.000.000
COGS Rp52.800.000.000
Gross Income Rp1.200.000.000
Operating Expenses Rp500.000.000
Net Income before Tax Rp700.000.000
Corporate Tax (PPh Badan) 25% Rp175.000.000
Net Income after Tax Rp525.000.000

Pada saat penghasilan tersebut ditransfer ke pemegan saham sebagai dividen, maka pembagian ini akan
dikenakan pajak sebesar 10% (PPh Final untuk WPOP), sebagai berikut:

Net Income before Tax Rp700.000.000


Corporate Tax (PPh Badan) 25% Rp175.000.000
Net Income after Tax Rp525.000.000
Pajak atas dividen 10% (PPh Final) Rp52.500.000
Return yang diterima pemegang saham Rp472.500.000
%Beban pajak (total tax/net income) (Rp175.000.000 + Rp52.500.000): Rp700.000.000 x
100% = 32,5%
Sehingga, WPOP sebagai investor akan terkena pajak keuntungan yang diperoleh dari badan usaha PT tersebut
sebesar 32,5%

C. USAHA PERSEKUTUAN (CV, FIRMA, KONGSI)

Persekutuan Perdata, Firma, dan CV merupakan usaha yang dikategorikan tidak termasuk sebagai badan
hukum. Dalam pendirian persekutuan (Firma atau CV) diatur dalam pasal 1618 dan 1320 KUHPPerdata dan juga
terdapat pasal 22 KUHD. Pengaturan pajak CV diatur dalam pasal 6 dan pasal 4 ayat 3 huruf i Undang-Undang PPh.
Pengenaan pajak CV hanya dikenakan sekali pada level net income Perseroan. Pasal 4 ayat 3 huruf i UU No. 7
Tahun 1983 telah diubah terakhir kalinya dengan UU No. 38 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, yang
menegaskan “Dikecualikan dari objek pajak” yakni bagian laba yang diperoleh anggota dari perseroan komanditer
yang modalnya tidak terbagi atas saham, persekutuan, perkumpulan, firma dan kongsi, termasuk pemegang unit
penyetoran kontrak investasi kolektif. Bagian laba yang diterima oleh anggota badan bukan lagi merupakan objek
pajak, ini dikarenakan himpunan para anggotanya dikenai pajak sebagai satu kesatuan yaitu pada tingkat badan
tersebut.

Ilustari perhitungan CV/ Firma dapat dilihat sebagai berikut :

Income tahun 2013 Rp. 60.000.000.000


COGS Rp. 58.800.000.000
Gross Income Rp. 1.200.000.000
Operating Expenses Rp. 500.000.000
Net Income before tax Rp. 700.000.000
Corpporate Tax (PPh badan) 25% Rp. 175.000.000
Net Income after tax Rp. 525.000.000
Pada saat penghasilan tersebut ditransfer ke pemegang saham sebagai dividen, maka atas
pembagian tersebut tidak akan dikenai pajak lagi sebagai berikut :

Net Income before tax Rp. 700.000.000


Corpporate Tax (PPh badan) 25% Rp. 175.000.000
Net Income after tax Rp. 525.000.000
Pajak atas dividen 0% Rp. 0
Return yang diterima Share Holder Rp. 525.000.000
% beban pajak ( total pajak/net income ) (175 Juta : 700juta) x 100% = 25%

Dengan demikian secara total, investor akan terbebani pajak keuntungan yang diperoleh dari
CV/firma tersebut sebesar 25% %. Bila dibandingkan dengan bentuk usaha PT, persentase beban pajak
investor CV/ Firma dengan paying hukum usaha PT, presentase beban pajak investor firma/CV dengan
paying hukjum UU PPh No. 36 Tahun 2008 ternyata lebih rendah dari PT.

D. USAHA PERSEORANGAN
Bentuk badan usaha perseorangan dapat berupa wartel, salon, rumah makan, usaha dagang (UD),
waralaba, dan lain-lain. Ada beberapa perbedaan dalam menghitung pajak usaha antara pajak perseorangan
dengan pajak perseroan yaitu sebagai berikut :
1. Dalam perhitungan pajak perseorangan, ada beberapa faktor pengurang seperti penghasilan tidak
kena pajak (PTKP) dan biaya jabatan, yang dalam perhitungan pajak perseroan faktor tersebut tidak
ada dalam ketentuannya.
2. Terdapat pembedaan tax rate dan lapisan penghasilan kena pajak antara PPh Perseorangan dengan
Pajak Penghasilan Badan. Dalam PPh Perseorangan menggunakan tarif progresif dari lapisan tarif 5%
hingga tarif maksimum 30%, sedangkan dalam Pajak Penghasilan Badan menggunakan tarif tunggal
25% (tarif 25% berlaku sejak awal tahun 2010, sedangkan tahun 2009 tarifnya 28%).
Lapisan penghasilan PPh Pasal 21 Perseorangan (UU PPh No. 36 Tahun 2008), Rp0 sampai Rp50.000.000 tarif
pajak 5%, di atas Rp50.000.000 s.d Rp250.000.000 tarif pajak 15%, diatas Rp250.000.000 s.d Rp500.000.000
tarif pajak 25%, dan diatas Rp500.000.000 tarif pajaknya 30%.

E. USAHA KOPERASI
Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum koperasi
dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang
berdasarkan asas kekeluargaan. Koperasi bertujuan untuk menyejahterakan anggotanya. Berdasarkan pengertian
tersebut, yang dapat menjadi anggota koperasi yaitu:
 Perorangan, yaitu orang yang secara sukarela menjadi anggota koperasi;

 Badan hukum koperasi, yaitu suatu koperasi yang menjadi anggota koperasi yang memiliki lingkup lebih
luas.
Pada Pernyataan Standard Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 27 (Revisi 1998), disebutkan bahwa karateristik utama
koperasi yang membedakan dengan badan usaha lain, yaitu anggota koperasi memiliki identitas ganda. Identitas
ganda maksudnya anggota koperasi merupakan pemilik sekaligus pengguna jasa koperasi.

Umumnya koperasi dikendalikan secara bersama oleh seluruh anggotanya, di mana setiap anggota memiliki hak
suara yang sama dalam setiap keputusan yang diambil koperasi. Pembagian keuntungan koperasi (biasa disebut
Sisa Hasil Usaha atau SHU) biasanya dihitung berdasarkan andil anggota tersebut dalam koperasi, misalnya dengan
melakukan pembagian dividen berdasarkan besar pembelian atau penjualan yang dilakukan oleh anggota.

F. USAHA ORGANISASI NIRLABA (YAYASAN)

Yayasan termasuk di dalam defenisi badan usaha sehingga merupakan Subjek Pajak Penghasilan, hal ini diatur
dalam Pasal 2 ayat 1 (b) UU PPh. Badan adalah sekumpulan orang dan atau modal yang merupakan kesatuan baik
yang melakukan usaha maupun tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer,
perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi,
koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau
organisasi yang sejenis, lembaga, bentuk usaha tetap dan bentuk badan lainnya termasuk reksadana.
Penghasilan yayasan atau organisasi yang sejenis yang adalah bukan merupakan Objek Pajak, namun penerimaan
yayasan atau organisasi yang sejenis dapat dibedakan antara penerimaan yang bukan Objek Pajak dan penerimaan
yang merupakan Objek Pajak Penerimaan atau penghasilan yang bukan merupakan Objek Pajak adalah sebagai
berikut: (a)Bantuan atau sumbangan, (b)Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh yayasan atau
organisasi yang sejenis dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di
Indonesia, dan (c)Bantuan atau sumbangan dari Pemerintah.

Sedangkan, penghasilan yayasan atau organisasi yang sejenis yang merupakan Objek Pajak terdiri dari:

1. Penghasilan sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 4 ayat (1) Undang-undang Pajak Penghasilan antara
lain adalah: (a) Penghasilan yang diterima atau diperoleh dari usaha pekerjaan, kegiatan atau jasa, (b)
Bunga deposito bunga obligasi , diskonto SBI dan bunga lain, (c) Sewa dan imbalan lain sehubungan
dengan penggunaan harta, dan (d) Keuntungan dari pengalihan harta termasuk keuntungan pengalihan
harta yang semula berasal dari bantuan sumbangan atau hibah.
2. Bagi yayasan atau organisasi yang sejenis yang bergerak di bidang pendidikan termasuk penghasilan pada
butir 1 huruf a adalah: (a)Uang pendaftaran dan uang pangkal, (b)Uang seleksi penerimaan
siswa/mahasiswa/peserta pendidikan, (c)Uang pembangunan gedung/pengadaan prasarana atau
pembayaran lainnya dengan nama apapun yang berkaitan dengan keberadaan siswa/ mahasiswa/peserta
pendidikan, (d)Uang SPP, uang SKS, uang ujian, uang kursus, uang seminar/lokakarya, dan sebagainya;
(e)Penghasilan dari kontrak kerja dalam bidang penelitian dan sebagainya; dan (f)Penghasilan lainnya yang
dikaitkan dengan jasa penyelenggaraan pengajaran/pendidikan/pelatihan dengan nama dan dalam bentuk
apapun.
3. Bagi yayasan atau organisasi yang sejenis yang bergerak dibidang pelayanan kesehatan termasuk
penahsilan pada butir 3.1 huruf a adalah : (a)Uang pendaftaran untuk pelayanan kesehatan, (b)Sewa
kamar/ruangan di rumah sakit, poliklinik, pusat pelayanan kesehatan, (c) Penghasilan dari perawatan
kesehatan seperti uang pemeriksaan dokter, operasi rontgent, scaning, pemeriksaan laboratorium, dan
sebagainya, (d)Uang pemeriksaan kesehatan termasuk "General Check Up", (e)Penghasilan dari
penyewaan alat-alat kesehatan, mobil ambulance dan sebagainya, (f)Penghasilan dari penjualan obat, dan
(g) penghasilan lainnya sehubungan dengan penyelenggaraan pelayanan kesehatan dengan nama dan
dalam bentuk apapun.

Anda mungkin juga menyukai