Anda di halaman 1dari 7

HUKUM PAJAK

“Pengadilan Pajak Tolak Banding Cardig Aero Services”


Dosen Pengampu: Elien Debi Kumalasari, S.H., M.H.

Disusun oleh:
Rieke Maulita I000180046
Fajar Sidiq Mukhlisin I000180066
Silviana Andarini Putri I000180069
Abdullah Ahmad I000180148
Eva Kusumastutik I000180139

FAKULTAS AGAMA ISLAM


PROGAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH
TAHUN AJARAN 2021
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Awal mula perkembangan Cardig Aero Service (CAS Group) yakni pada tahun 1984
yang diawali dengan adanya PT Jasa Angkasa Semesta Tbk (JAS Airport Service) sebagai
pemenuh kebutuhan jasa transportasi udara berupa ground handling dan cargo handling
yang ada di Bandara Soekarno-Hatta. Pada tahun 2003 telah didirikan PT JAS Aero
Engineering Services (JAS Aero) untuk melayani jasa line maintenance dan aircraft release
dan bekerja sama dengan Singapore Airlines Engineering Company (SIA-EC). Berkembang
lagi pada tahun 2004 yang mana PT Jasa Angkasa Semesta Tbk (JAS Airport Services) telah
mencatatkan saham di Bursa Efek Surabaya dengan SATS (Singapore Airport Terminal
Services) Ltd. Akhirnya pada tahun 2009 PT Cardig Aero Services, Tbk. (CAS Group)
dibentuk dan dicatatkan di Bursa Efek Indonesia pada tanggal 5 Desember 2011.
Sebagai bentuk dukungan dalam pertumbuhan bisnis, CAS Group membagi dalam
beberapa segmen bisnis, diantaranya: (1) CAS Destination merupakan segmen bisnis yang
bergerak pada bidang jasa pendukung transportasi udara yang terdiri dari dua anak
Perusahaan yaitu PT Jasa Angkasa Semesta, Tbk. (JAS Airport Services) dan PT JAS Aero
Engineering Services (JAS Aero). (2) CAS Food merupakan segmen bisnis yang bergerak
pada bidang jasa solusi boga yang terdiri dari dua anak Perusahaan yaitu PT Purantara Mitra
Angkasa Dua dan PT Cardig Anugrah Sarana Catering. (3) CAS Facility merupakan segmen
bisnis yang melayani jasa manajemen fasilitas, jasa laundry institusional, manajemen parkir
dan jasa pembersihan pesawat. PT Cardig Anugra Sarana Bersama merupakan anak
Perusahaan yang tergabung dalam CAS Facility. (4) CAS People, merupakan segmen bisnis
yang bergerak di bidang jasa pelatihan penerbangan. PT Jakarta Aviation Training Center
adalah anak Perusahaan yang tergabung dalam CAS People1.
Pada tanggal 2 Juli 2018, PT Cardig Aero Services Tbk. telah melakukan banding di
Pengadilan Pajak, namun pada tanggal tersebut PT Cardig Aero Services Tbk. selaku
termohon dan Ditjen Pajak Kementerian Keuangan selaku termohon tidak hadir. Pengadilan
Pajak menolak banding tersebut. Banding dilakukan atas keputusan mengenai keberatan
mengenai perbedaan jumlah pajak yang disetujui wajib pajak oleh Direktorat Jendral Pajak.
Dasar penolakan yang dilakukan oleh Pengadilan pajak karena dinilai tidak memenuhi syarat

1
CAS Group, 2018. “Sejarah CAS Group” (online), (https://casgroup.co.id/sejarah-cas-group/ diakses tanggal
17 Juli 2021).
formal. Bukti resi keputusan Ditjen Pajak nomor 00083 yang ditandatangani 11 Januari 2018
melalui PT Pos Indonesia, dikirim pada 12 Januari 2018 pukul 20.00 WIB. Dalam sidang
pemeriksaan sebelumnya, terungkap fakta bahwa surat keputusan tersebut diterima oleh
pemohon pada 15 Januari 2018 pukul 18.08 WIB. Jika dihitung dari tanggal pengiriman
putusan serta tanggal penerimaan berkas banding pada 13 April 2018, maka disimpulkan
bahwa pengajuan banding oleh pemohon telah lewat jangka waktu 3 bulan. Berdasarkan
Undang-Undang (UU) No. 14/2002 tentang Pengadilan Pajak, khususnya pada Pasal 35 ayat
2 menyatakan bahwa jangka waktu pengajuan banding diatur 3 bulan sejak tanggal tanggapan
terhadap keberatan dikirim2.

2
MG Noviarizal Femandez, 2018. “Pengadilan Pajak Tolak Banding Cardig Aero Services” (online),
(https://kabar24.bisnis.com/read/20180703/16/811910/pengadilan-pajak-tolak-banding-cardig-aero-services
diakses tanggal 17 Juli 2021).
Pembahasan
A. Posisi Kasus Pengadilan Pajak Tolak Banding Cardig Aero Services
Pengadilan Pajak menolak permohonan banding PT Cardig Aero Services Tbk.
karena dinilai tidak memenuhi syarat formal. Dalam sidang pengucapan yang digelar Senin
(2/7), kedua belah pihak baik PT Cardig Aero Services Tbk. selaku pemohon maupun Ditjen
Pajak Kementerian Keuangan selaku termohon tidak hadir. Hakim tunggal Erwin Silitonga
menyatakan bahwa sebelum memeriksa pokok perkara, hakim perlu memeriksa ketentuan
formal dari permohonan banding tersebut. Dalam Undang-Undang (UU) No. 14/2002 tentang
Pengadilan Pajak, khususnya pada Pasal 35 ayat 2 menyatakan bahwa jangka waktu
pengajuan banding diatur 3 bulan sejak tanggal tanggapan terhadap keberatan dikirim. Hakim
menjelaskan bahwa tanggal diterima meliputi stempel pos, fax, atau diterima secara langsung.
Adapun, bukti resi keputusan Ditjen Pajak nomor 00083 yang ditandatangani 11 Januari 2018
melalui PT Pos Indonesia, dikirim pada 12 Januari 2018 pukul 20.00 WIB. Dalam sidang
pemeriksaan sebelumnya, terungkap fakta bahwa surat keputusan tersebut diterima oleh
pemohon pada 15 Januari 2018 pukul 18.08 WIB. Jika dihitung dari tanggal pengiriman
putusan serta tanggal penerimaan berkas banding pada 13 April 2018, maka disimpulkan
bahwa pengajuan banding oleh pemohon telah lewat jangka waktu 3 bulan. Selain itu, hakim
juga memeriksa ketentuan formal surat banding yang diajukan oleh PT Cardig Aero Services
Tbk. yang ditandatangani oleh salah seorang direktur, Danar Wihandoyo dan dikuasakan
kepada Faruk Sulaiman. Hakim berpendapat bahwa surat banding yang dibuat oleh notaris
Yose Bima Satria tidak sah dalam persidangan. Selain itu, Danar Wihandoyo melalui kuasa
hukum juga tidak dapat menunjukkan akte notaris terbaru yang menunjukkan bahwa
penandatangan surat banding tersebut merupakan seorang direktur independen. Dengan
demikian, dia dianggap tidak berwenang menandatangani surat banding tersebut. Dengan
melihat berbagai syarat formal yang tidak dipenuhi tersebut, hakim menyatakan bahwa
banding pajak yang diajukan oleh PT Cardig Aero Services Tbk. tidak dapat diterima dan
harus dinyatakan ditolak oleh Pengadilan Pajak. Ketika dimintai konfirmasi, Sekretaris
Perusahaan PT Cardig Aero Services Tbk. Widianawati yang dihubungi melalui ponselnya
tidak merespons Bisnis. Perkara dengan nomor register 003158152018 ini bermula ketika
Ditjen Pajak melakukan koreksi PPh Badan PT Cardig Aero Services Tbk. untuk tahun pajak
2016. Otoritas pajak berpendapat adanya kekurangbayaran PPh Badan sebesar Rp3 miliar
sehingga Cardig kemudian mengajukan keberatan atas koreksi tersebut. Akan tetapi, Ditjen
Pajak tetap pada keputusan koreksi tersebut sehingga proses selanjutnya bergulir di
Pengadilan Pajak.3
B. Analisis
a. Dasar Hukum Permohonan Banding
Apabila wajib pajak telah menerima keputusan fiskus atas keberatan yang
diajukannya (dalam arti wajib pajak menganggap sudah tepat keputusan fiskus) dan
tidak melakukan upaya hukum lebih lanjut, maka selesailah sengketa pajak tersebut.
Namun sebaliknya apabila wajib pajak merasa kurang/tidak puas terhadap keputusan
fiskus atas keberatan yang diajukannya, maka undang-undang memberikan saluran
hukum lebih lanjut yaitu dengan mengajukan permohonan banding. Upaya hukum
Banding dalam Pengadilan Pajak, merupakan upaya hukum lanjutan yang dapat
ditempuhWajib Pajak/Penanggung Pajak apabila tidak puas terhadap keputusan
Direktur Jenderal Pajak atas keberatan yang diajukannya.4
Dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak
dikenal empat upaya hukum dalam menyelesaikan sengketa yaitu, keberatan, banding,
gugatan dan peninjauan kembali. Yang dimaksud dengan, “keberatan” dalam
pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan kemungkinan
terjadi bahwa wajib pajak merasa kurang atau tidak puas atas suatu ketetapan pajak
yang dikenakan kepadanya atau atas pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga,
dalam hal ini WP dapat mengajukan keberatan. Sedangkan upaya hukum banding
merupakan kelanjutan dari upaya hukum keberatan. Dalam arti, tidak ada banding
sebelum melalui keberatan karena yang diajukan banding adalah surat keputusan
keberatan sebagai bentuk penyelesaian sengketa pajak di tingkat Lembaga Keberatan.5
Banding yang diajukan ke Pengadilan Pajak merupakan upaya hukum lanjutan
oleh wajib pajak, dimana upaya banding ini dilakukan terhadap keputusan pejabat
yang berwenang yang berkaitan dengan keputusan atas upaya keberatan. Adapun
dasar hukum dari banding ini adalah Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983
sebagaimana berakhir telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007

3
Fernandez, MG. N. 2018. “Pengadilan Pajak Tolak Banding Cardig Aero Services” (online),
(https://kabar24.bisnis.com/read/20180703/16/811910/pengadilan-pajak-tolak-banding-cardig-aero-services,
diakses 18 Juli 2021).
4
Ispriyarso, B. (2018). Upaya Hukum Dalam Sengketa Pajak. Administrative Law and Governance Journal,
1(1), 9-14, hal. 12.
5
Daria. (2020). Eksistensi Upaya Hukum Banding pada Peradilan Pajak di Indonesia. Jurnal Cahaya Keadilan,
8(1), 63-70, hal. 65.
tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 27 dan 27A, serta Undang-
Undang Nomor 14 Tahun 2002.6
b. Ketentuan Formal Permohonan Banding
Dalam Undang-Undang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14
Tahun 2002 Tentang Pengadilan Pajak, khususnya pada Pasal 35 ayat 2 menyatakan
bahwa jangka waktu pengajuan banding diatur 3 bulan sejak tanggal tanggapan
terhadap keberatan dikirim.
Adapun bunyi Pasal 35 Dalam Undang-Undang Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 14 Tahun 2002 Tentang Pengadilan Pajak:7
Pasal 35:
1) Banding diajukan dengan Surat Banding dalam Bahasa Indonesia kepada
Pengadilan Pajak.
2) Banding diajukan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal diterima
Keputusan yang dibanding, kecuali diatur lain dalam peraturan perundang-
undangan perpajakan.
3) Jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) tidak mengikat apabila
jangka waktu dimaksudtidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaan
pemohon Banding.

6
Ibid, hal. 66.
7
Pasal 35 Undang-Undang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2002 Tentang Pengadilan
Pajak.

Anda mungkin juga menyukai