Soal 1
Insentif pajak merupakan salah satu langkah kebijakan yang pemerintah ambil dalam
menghadapi perlambatan ekonomi akibat pandemik Covid-19. Pemerintah, dalam hal ini
adalah Kementerian Keuangan, menetapkan beberapa Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang yang mulai berlaku 1 April, beberapa di antaranya mengatur soal perpajakan
wajib pajak di Indonesia.
Menurut saya kebijakan pemerintah dalam ranah perpajakan yaitu dengan diberlakukannya
insentif dan relaksasi pada masa pandemi ini adalah langkah yang cukup tepat dalam
menghadapai perlambatan ekonomi akibat pandemik Covid-19 seperti PDB Indonesia
menurun pada tahun 2020 dan akibat dari tidak adanya kegiatan produksi di suatu perusahaan
karena pemerintah mengeluarkan aturan mengenai Social Distancing akibatnya para buruh
yang bekerja di PHK oleh perusahaannya karena overhead dan labor cost sangat tinggi
dibanding pendapatan yang diterima perusahaan tersebut. Contohnya perusahaan yang
menanggung PPh 21 atas penghasilan pekerjany. Maka dari itu pemerintah membuat
kebijakan baru terkait pandemik ini untuk menanggulangi masalah perpajakan. Kebijakan ini
memiliki sisi positif dan negative. Contoh kebijakan insentif dan relaksasi pajak yang
dikeluarkan oleh pemerintah yaitu:
1.Insentif PPh 21
PPh 21 ditanggung oleh pemerintah selama masa pajak April 2020 sampai dengan Masa
Pajak September 2020. Insentif ini berlaku untuk perusahaan dengan syarat memiliki kode
klasifikasi lapangan usaha yang tercantum dalam PMK tersebut, telah ditetapkan sebagai
perusahaan KITE, dan mendapatkan izin Penyelenggara Kawasan Berikat atau izin
Pengusaha Kawasan Berikat atau izin PDKB. Selain itu, insentif ini hanya berlaku untuk
pegawai yang memiliki NPWP dan menerima penghasilan bruto bersifat tetap tidak lebih dari
Rp200 juta.
PPh Pasal 21 ditanggung pemerintah ini harus dibayarkan oleh perusahaan secara tunai pada
karyawannya saat pembayaran penghasilannya. Hal ini meliputi perusahaan yang
memberikan tunjangan atau menanggung PPh Pasal 21 kepada karyawannya.
Pemerintah turut menerapkan penurunan tarif umum PPh Badan yang semula 25%, menjadi
22% untuk tahun pajak 2020 dan 2021, lalu menjadi 20% pada tahun pajak 2022. Sedangkan
untuk perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbuka (Go Public) dengan jumlah keseluruhan
saham yang diperdagangkan di bursa efek di Indonesia paling sedikit 40%, dan memenuhi
syarat tertentu, dapat memperoleh tarif 3% lebih rendah dari tarif umum PPh Badan. Jadi,
tarif PPh Badan Go Public sebesar 19% untuk tahun pajak 2020 dan 2021, lalu 17% mulai
tahun pajak 2022.
Soal 2
Dalam perkembangan PAI juga mengalami revisi, karena sumbernya sendiri, US-GAAP telah
direvisi secara signifikan sebagai tindak lanjut Accounting Principles Board (APB) berubah
menjadi Financial Accounting Standard Board (FASB). Hal ini juga mengilhami Komite
Prinsip Akuntansi Indonesia (KPAI) menghasilkan standar akuntansi yang khusus seperti
Standar Akuntansi Keuangan Koperasi, minyak dan gas bumi, kehutanan, pertambangan
umum, telekomunikasi, dan lain sebagainya. Dari inisiatif KPAI untuk mengembangkan
standar akuntansi keuangan Indonesia dengan berlandaskan pada pokok International
Accounting Standars (IAS), sehingga mengubah PAI menjadi Standar Akuntansi Keuangan
(SAK) yang mengadopsi penuh Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan
Keuangan (Framework for The Preparation and Presentation of Financial Statements) dari
IASC, sehingga meninggalkan US-GAAP.
Akrual berbasis akuntansi adalah salah satu pelaku utama dari standar akuntansi Singapura.
Laporan keuangan disusun atas dasar akrual. Di bawah dasar ini, pengaruh transaksi dan
peristiwa lainnya diakui ketika mereka terjadi (dan bukan sebagai kas atau setara kas diterima
atau dibayar) dan mereka dicatat dalam catatan akuntansi dan dilaporkan dalam laporan
keuangan periode yang mereka berhubungan . Laporan keuangan yang disusun atas dasar
akrual menginformasikan pengguna tidak hanya transaksi masa lalu yang melibatkan
pembayaran dan penerimaan kas tetapi juga kewajiban untuk membayar tunai di masa depan
dan sumber daya yang merupakan kas yang akan diterima di masa depan.
Set keseluruhan standar akuntansi di Singapura mengandung sekitar 39 standar yang berbeda
dengan masing-masing dinamakan sebagai standar FRS X misalnya FRS 1. Setiap standar
mencakup topik tertentu seperti penyajian laporan keuangan, pengakuan pendapatan,
akuntansi untuk persediaan, dan sebagainya.
Di Singapura adopsi penuh Standar Akuntansi Internasional tidaklah menjadi masalah.
Regulator di negara ini telah meminta perusahaan di Singapura untuk mengikuti Singapore
Reporting Standards (FRS) mulai 1 Januari 2003 dan FRS sendiri diadopsi dari AIS. Sampai
April 2005 Singapura telah mengadopsi semua Standar Akuntansi Keuangan yang
dikeluarkan oleh IASB, kecuali AIS No.40 tentang Investment Property, yang direvisi oleh
IASB dan berlaku pada 1 Januari 2005, sehingga untuk hal tersebut Dewan Standar
Singapura memberlakukan secara efektif pada 1 Januari 2007.
Singapore Standar Pelaporan Keuangan (FRSs) adalah standar akuntansi yang diatur dalam
Singapore Companies Act. Para FRSs yang dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi
(ASC), yang dibentuk oleh Departemen Keuangan. Perusahaan asing tercatat di bursa efek
Singapura mungkin menyiapkan laporan keuangan sesuai dengan standar akuntansi tertentu
yang diakui secara internasional seperti SAK. The FRSs erat model setelah SAK, dengan
modifikasi tertentu untuk tanggal efektif dan ketentuan transisi, persyaratan pengukuran
terhadap sifat kembali sebelum suatu tanggal tertentu, dan kriteria pengecualian untuk
konsolidasi, akuntansi ekuitas atau konsolidasi proporsional.
b. Pihak Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) sebagai wadah bagi profesi akuntansi Indonesia
melakukan kodifikasi prinsip dan standar akuntansi yaitu Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI)
yang berlaku di Indonesi pada tahun 1973. Perkembangan berikutnya pada tahun 1984 pihak
komite PA melakukan revisi mendasar terhadap PAI 1973 yang diterbitlkan dalam PAI 1984
agar ketentuan akuntansi mengikuti perkembangan dunia usaha.
Demikian halnya pada tahun 1994 sebagai kelanjutannya melakukan revisi kembali dan
mengodifikasikan dalam Standar Akuntansi Keuangan dan berganti dengan nama Standar
Akuntansi Keuangan serta pihak IAI mulai melangkah lebih jauh melakukan harmonisas
dengan standar akuntansi internasional. Tidak terbatas pada harmonisasi tetap menjadi
adaptasi dan adopsi dalam rangka konvergensi dengan International Financil Reporting
Standard (IFRS). ). Indonesia sebagai anggota dari International Federation of Accountant
(IFAC) berkewajihan untuk mengadopsi IFRS sebagai standar akuntant yang berlaku di
Indonesia. Sesuai yang ditetapkan Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) bahwa
tahun 2012 Indonesia mengadopsi seluruh IFRS dan lahirlah PSAK. PSAK berjumlah 73 dari
PSAK No.1 Penyajian Laporan Keuangan sampai PSAK No.73 Sewa.
c. SAK ETAP yang merupakan kepanjangan dari Standar akuntansi keuangan untuk Entitas
Tanpa Akuntabilitas Publik ditetapkan oleh ikatan akuntansi indonesia untuk Usaha
Mikro,Kecil dan Menengah (UMKM). SAK ETAP ini dimaksudkan agar semua unit usaha
menyusun laporan keuangan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Standar ETAP ini
cukup sederhana dan pasti tidak akan menyulitkan bagi penggunanya. Pembentukan Standar
Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) sebenarnya
bertujuan untuk digunakan entitas tanpa akuntabilitas publik, yaitu entitas yang:
1).Tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan; dan
2). Menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial stalement)
bagi pengguna eksternal. Sebagai contoh pengguna eksternal yaitu pemilik yang tidak terlihat
langsung dalam pengelolaan usaha, kreditur, dar lembaga pemeringkat kredit.
Terhadap entitas yang memiliki akuntabilitas signifikan, yaitu:
1). Entitas telah mengajukan pernyataan pendaftaran, atau dalam proses pengajuan
pernyataan pendaftaran pada otoritas pasar modal atau regulator lain untuk tujuan penerbitan
efek di pasar modal; atau
2). Entitas menguasai dalam kapasitas sebagai fidusia untuk sekelompok besar masyarakat
seperti bank, entitas asuransi, pialang dan/atau pedagang efek, dana pensiun, reksa dana, dan
bank investasi.
Akuntabilitas publik yang signifikan yaitu akuntabilitas terhadap pihak kini atau potensial
yang menyediakan sumber daya dan pihak eksternal lain yang membuat keputusan ckonomi.
Namun tidaklah diposisikan meminta laporan keuangan secara khusus untuk memenuhi
kebutuhan informasi tertentu mereka. Dengan demikian bila entitas mempunyai
pertanggungjawaban terhadap publik diperlukan syarat sebagaimana telah dijelaskan
sebelumnya.
Sesuai SAK ETAP sebagai tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi posisi
keuangan, kinerja keuangan, dan laporan arus kas suatu entitas yang bermanfaat bagi
sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi oleh siapa pun yang tidak
dalam posisi dapat meminta laporan keuangan khusus untuk memenuhi kebutuhan informasi
tertentu, Dalam memenuhi tujuannya, laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah
dilakukan manajemen atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang
dipercayakan kepadanya.
Dengan diberlakukannya SAK ETAP yang efektif sejak 1 Januari 2011, perentuan kebijakan
SAK menjadi sangat strategis karena mempunyai dampak berjangka panjang yang dapat arah
di masa yang akan datang. Perusahaan sebagai entitas tanpa akuntabilitas publik didominasi
oleh perusahaan berskala menengah ke bawah yang dikenali sebagai usalia kecil menegah
(UKM). Perusahaan sedemikian tidak memiliki eksposur kepada pengguna pihak eksternal.
Terhadap entitas tanpa akuntabiliras publik ini menyelenggarakan bisnis cukup sederhana
saja, maka Lidak diperlukan lagi menerapkan PSAK Besar Mengingat dalam UKM
mempunyai karakteristik yang berbeda yaitu adanya keterbatasan sumber daya manusia dan
sumber daya kenangan.
Implementasi SAK ETAP pada UMKM (Kasus Primer Koperasi Kartika Jaya
Bersama)
Primer Koperasi Kartika Jaya Bersama telah menyelenggarakan penyusunan laporan
keuangan sebagai bagian dari laporan pertanggungjawaban pengurus kepada anggota dan
Pusat koperasi secara rutin setiap bulan, triwulan, dan akhir tahun.
Komponen Laporan keuangan yang telah disusun oleh Primkop Kartika Jaya Bersama adalah
terdiri dari Neraca dan Laporan laba rugi. Hal ini belum sesuai dengan yang distandarkan
oleh SAK ETAP. Di dalam SAK ETAP disebutkan bahwa laporan keuangan suatu entitas
terdiri dari Neraca, Laporan laba rugi, Laporan Perubahan Ekuitas, Laporan Arus Kas, dan
Catatan Atas Laporan Keuangan.
Konsep Penyajian pada laporan keuangan Primer Koperasi Kartika Jaya Bersama belum
sesuai dengan SAK ETAP. Dari hasil analisis penyajian laporan Keuangan Primkop Kartika
Jaya Bersama berdasarkan 13 kriteria penyajian laporan keuangan menurut SAK ETAP,
hanya terdapat 3 kriteria penyajian yang diterapkan pada penyajian laporan keuangan
Primkop Kartika Jaya Bersama, yaitu Penyajian Wajar, frekuensi pelaporan serta klasifikasi
aset dan kewajiban.
3). Laporan Perubahan Ekuitas dan Laporan Laba Rugi dan Saldo Laba
Untuk laporan perubahan ekuitas dimaksudkan untuk menyajikan laba atau rugi entitas suatu
periode atas pos pendapatan dan beban yang diakui secara langsung dalam ekuitas untuk
periode tersebut, pengaruh perubahan kebijakan akuntansi dan koreksi kesalahan yang diakui
dalam periode tersebut, dan jumlah investasi dan dividen serta distribusi lain ke pemilik
ekuitas selama periode tersebut (Bab 6 paragraf 6.2 SAK ETAP).
d. Jika wajib pajak merupakan entitas berakuntabilitas publik, maka wajib pajak tersebut akan
menggunakan PSAK. Oleh karena itu, pemeriksa pajak harus memahami PSAK untuk
pelakuan akuntansi atas hal-hal yang tidak diatur dalam peraturan pajak. Namun, jika wajib
pajak merupakan entitas tanpa akuntabilitas publik, maka wajib pajak tersebut akan
menggunakan SAK ETAP (kecuali jika regulator menyatakan lain). Oleh karena itu,
pemeriksa pajak harus memahami SAK ETAP untuk perlakuan akuntansi atas hal-hal yang
tidak diatur dalam peraturan pajak.
Oleh karena adanya kemungkinan terjadi perbedaan pengaturan antara SAK ETAP – PSAK –
Peraturan Perpajakan, maka regulator pajak perlu mengatasi perbedaan penafsiran yang
sangat mungkin terjadi di lapangan. Sehingga, pemeriksa pajak yang satu dan yang lain tidak
akan memiliki penafsiran yang berbeda cukup signifikan atas suatu hal/item (item bisa
digunakan dalam standar untuk menggantikan pos, unsur, atau hal-hal lain terkait
transaksi/laporan keuangan) tertentu.
Soal 3
a. Kriteria kesiapan wajib pajak dalam melakukan pembukuan diukur dari jumlah peredaran
usahanya. Karena peredaran usaha ini menunjukkan skala aktivitas perusahaan yang
dianggap merupakan ukuran yang paling dapat diterima untuk menentukan kesiapan Wajib
pajak tersebut dalam melakukan pembukuan.
Khusus untuk Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha yang memenuhi
syarat tertentu dikecualikan dari kewajiban pembukuan. Wajib Pajak ini adalah Wajib Pajak
orang pribadi yang omsetnya dalam satu tahun kurang dari Rp 4,8 Milyar sesuai Pasal 14 ayat
(1) Undang-undang Pajak Penghasilan. Sedangkan Wajib Pajak badan tidak diberikan
pengecualian. Artinya seluruh Wajib Pajak badan (dalam negeri dan BUT) wajib untuk
menyelenggarakan pembukuan.
Persayaratan dan Kewajiban Wajib Pajak dalam Menyelenggarakan Pembukuan
1).Harus dilandasi itikad baik
Pembukuan harus diselenggarakan oleh Wajib Pajak dengan memperhatikan itikad baik dan
mencerminkan keadaan atau kegiatan usaha yang sebenarnya. Perhatikan bahwa pembukuan
harus dibuat berdasarkan prinsip kejujuran dan tidak diniatkan untuk memanipulasi data atau
merekayasa pembukuan untuk menghindari pajak atau bahkan untuk menggelapkan pajak.
Tidak ada data yang disembunyikan dan juga tidak ada pencatatan yang tanpa didukung
fakta.
2). Konten Pembukuan
Isi atau kandungan dari pembukuan sekurang-kurangnya terdiri atas catatan mengenai harta,
kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta penjualan dan pembelian sehingga dapat
dihitung besarnya pajak yang terutang. Pengaturan ini dimaksudkan agar berdasarkan
pembukuan tersebut dapat dihitung besarnya pajak yang terutang.
3). Tempat, Huruf, Angka,Mata Uang,Bahasa
Pembukuan harus diselenggarakan di Indonesia dengan menggunakan huruf Latin, angka
Arab, satuan mata uang Rupiah, dan disusun dalam bahasa Indonesia atau dalam bahasa asing
yang diizinkan oleh Menteri Keuangan.Pembukuan dengan menggunakan bahasa asing dan
mata uang selain Rupiah dapat diselenggarakan oleh Wajib Pajak setelah mendapat izin
Menteri Keuangan. Ketentuan teknis tentang pembukuan dengan menggunakan bahasa asing
dan mata uang selain rupiah diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor
196/PMK.03/2007 tentang Tata Cara Penyelenggaraan Pembukuan Dengan Menggunakan
Bahasa Asing Dan Satuan Mata Uang Selain Rupiah Serta Kewajiban Penyampaian Surat
Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan.
4). Waktu dan Tempat Penyimpanan Dokumen
Pembukuan harus diselenggarakan di Indonesia. Buku, catatan, dan dokumen yang menjadi
dasar pembukuan dan dokumen lain termasuk hasil pengolahan data dari pembukuan yang
dikelola secara elektronik atau secara program aplikasi on-line wajib disimpan selama 10
(sepuluh) tahun di Indonesia, yaitu di tempat kegiatan atau tempat tinggal Wajib Pajak orang
pribadi, atau di tempat kedudukan Wajib Pajak badan.
Dalam hal Wajib Pajak melakukan transaksi dengan para pihak yang mempunyai hubungan
istimewa dengan Wajib Pajak, kewajiban menyimpan dokumen lain meliputi dokumen
dan/atau informasi tambahan untuk mendukung bahwa transaksi yang dilakukan dengan
pihak yang mempunyai hubungan istimewa telah sesuai dengan prinsip kewajaran
dan kelaziman usaha.
5). Prinsip Taat Asas
Pembukuan wajib diselenggarakan dengan prinsip taat asas. Prinsip taat asas adalah prinsip
yang sama digunakan dalam metode pembukuan dengan tahun-tahun sebelumnya untuk
mencegah penggeseran laba atau rugi. Prinsip taat asas dalam metode pembukuan misalnya
dalam penerapan stelsel pengakuan penghasilan, tahun buku, metode penilaian persediaan,
atau metode penyusutan dan amortisasi.
Wajib Pajak juga harus taat asas dalam menerapkan stelsel akrual atau stelsel kas. Stelsel
akrual adalah suatu metode penghitungan penghasilan dan biaya dalam arti penghasilan
diakui pada waktu diperoleh dan biaya diakui pada waktu terutang. Jadi, tidak tergantung
kapan penghasilan itu diterima dan kapan biaya itu dibayar secara tunai.
Sebaliknya, Stelsel kas adalah suatu metode yang penghitungannya didasarkan atas
penghasilan yang diterima dan biaya yang dibayar secara tunai. Menurut stelsel ini,
penghasilan baru dianggap sebagai penghasilan apabila benar-benar telah diterima secara
tunai dalam suatu periode tertentu serta biaya baru dianggap sebagai biaya apabila benar-
benar telah dibayar secara tunai dalam suatu periode tertentu. Stelsel kas biasanya digunakan
oleh perusahaan kecil orang pribadi atau perusahaan jasa, misalnya transportasi, hiburan, dan
restoran yang tenggang waktu antara penyerahan jasa dan penerimaan pembayarannya tidak
berlangsung lama.
d. Dalam beberapa aturan perpajakan, hubungan istimewa didefinisikan antara wajib pajak
dengan pihak lain sebagaimana dimaksud dalam pasal 18 ayat (4) Undang-Undang Pajak
Penghasilan (PPh) dan perubahannya, atau pasal 2 ayat (2) Undang-undang Pajak
Pertambahan Nilai (PPN) dan perubahannya. Surat edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor
SE-18/PJ.53/1995 secara eksplisit memberikan judul Pengertian Hubungan Istimewa (SERI
PPN 16-95). Dari surat edaran tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa hubungan istimewa
adalah hubungan antara Pengusaha Kena Pajak (PKP) dengan pihak lain yang akan dapat
mempengaruhi harga (transfer pricing).
Pengertian lain dari hubungan istimewa yaitu adanya transaksi bisnis yang dilakukan di
antara para Wajib Pajak tidak sesuai dengan kewajaran dan kelaziman usaha yang
kemungkinannya sebagai akibat hubungan istimewa untuk itulah selanjutnya atas
kewenangan Direktur Jenderal Pajak untuk menentukan kembali besarnya penghasilan dan
pengurangan serta menentukan utang sebagai modal untuk menghitung besarnya Penghasilan
Kena Pajak dalam rangka penilaian kewajaran transaksi. Pengaturan sebagaimana diatur
dalam Pasal 18 Undang-Undang Pajak Penghasilan meliputi:
1). Kewenangan yang diberikan kepada Menteri Keuangan untuk memberi keputusan tentang
besarnya perbandingan antara utang dan modal perusahaan yang dapat dibenarkan untuk
keperluan penghitungan pajak. Dalam dunia usaha terdapat tingkat perbandingan tertentu
yang wajar mengenai besarnya perbandingan antara utang dan modal (debt to equity ratio).
Bila perbandingan antara utang sangat besar melebihi batas-batas kewajaran, maka pada
umumnya perusahaan tersebut dalam keadaan tidak sehat. Dalam hal demikian, untuk
penghitungan Penghasilan Kena Pajak, undang-undang Pajak Penghasilan menentukan
adanya modal terselubung.
Istilah modal menunjuk pada istilah atau pengertian ekuitas menurut standar akuntansi,
sedangkan yang dimaksud dengan "kewajaran atau kelaziman usaha” adalah adat kebiasaan
atau praktik menjalankan usaha atau melakukan kegiatan yang sehat dalam dunia usaha.
2). Kewenangan Menteri Keuangan untuk menetapkan saat diperolehnya dividen oleh Wajib
Pajak dalam negeri atas penyertaan modalnya pada badan usaha di luar negeri selain badan
usaha yang menjual sahamnya di bursa efek, dengan ketentuan:
Besarnya penyertaan modal Wajib Pajak dalam negeri tersebut paling rendah 50% (lima
puluh persen) dari jumlah saham yang disetor; atau
Secara bersama-sama dengan Wajib Pajak dalam negeri lainnya memiliki penyertaan modal
paling rendah 50% (lima puluh persen) dari jumlah saham yang disetor.
4). Kewenangan Direktur Jenderal Pajak untuk melakukan perjanjian dengan Wajib Pajak
dan bekerja sama dengan Pihak Otoritas Pajak negara lain untuk menentukan harga transaksi
antarpihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa yang berlaku selama suatu periode
tertentu dan mengawasi pelaksanaannya serta melakukan renegosiasi setelah periode tertentu
tersebut berakhir.
Pengertian kesepakatan harga transfer (Advance Pricing Agreement) yang dikenal dengan
APA yaitu kesepakatan antara Wajib Pajak dengan Direktur Jenderal Pajak mengenai harga
jual wajar produk yang dihasilkannya kepada pihak-pihak yang mempunyai hubungan
istimewa (related parties) dengannya. Tujuan diadakannya APA yaitu untuk mengurangi
terjadinya praktik penyalahgunaan transfer pricing oleh perusahaan multinasional.
Persetujuan antara Wajib Pajak dan Direktur Jenderal Pajak dapat mencakup beberapa hal,
antara lain, harga jual produk yang dihasilkan, dan jumlah royalti, tergantung pada
kesepakatan. Keuntungan dari APA selain memberikan kepastian hukum dan kemudahan
penghitungan pajak, Fiskus tidak perlu melakukan koreksi dengan harga jual dan keuntungan
produk yang dijual Wajib Pajak kepada perusahaan dalam grup yang sama. APA dapat
bersifat unilateral, yaitu merupakan kesepakatan antara Direktur Jenderal Pajak dengan Wajib
Pajak atau bilateral, yaitu kesepakatan antara Direktur Jenderal Pajak dan otoritas perpajakan
negara lain yang menyangkut Wajib Pajak yang berada di wilayah yurisdiksinya.
5). Bila terjadi penjualan atau pengalihan saham perusahaan antara (conduit atau special
purpose company) yang didirikannya atau berkedudukan di tax heaven country yang
mempunyai hubungan istimewa dapat ditetapkan sebagai penjualan atau pengalihan saham
badan di Indonesia atau Bentuk Usaha Tetap di Indonesia.
Sebagai contoh X Ltd. yang didirikan dan berkedudukan di negara Uni Emirat Arab dan
perusahaan dibidang perminyakan serta negara bebas pajak (Tax Haven Country), memiliki
100% saham PT A yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia, X Ltd. ini adalah
suatu perusahaan antara (conduit company) yang didirikan dan dimiliki sepenuhnya oleh B
Co, sebuah perusahaan negara Brunei, dengan tujuan sebagai perusahaan antara dalam
kepemilikannya atas seluruh saham PT A. Tetapi bila B Co., menjual seluruh kepemilikannya
atas saham X Ltd. Kepada PT C yang merupakan Wajib Pajak dalam negeri, secara legal
formal,transaksi di atas merupakan pengalihan saham perusahaan luar negeri oleh Wajib
Pajak luar negeri. Namun, pada hakikatnya transaksi ini merupakan pengalihan kepemilikan
(saham) perseroan Wajib Pajak dalam negeri oleh Wajib Pajak luar negeri, sehingga atas
penghasilan dari pengalihan ini terutang Pajak Penghasilan.
Soal 4
a. Pengertian Laporan Keuangan Komersial
Laporan keuangan merupakan sarana untuk menyajikan informasi keuangan secara periodik
yang utamanya ditujukan kepada pemilik/pemegang saham dan kreditur. Rumusan itu
mengisyaratkan juga bahwa terdapat pihak lain, selain yang disebutkan di atas, yang
berkepentingan dengan informasi keuangan yang disajikan.Tujuan Laporan Keuangan adalah
menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi
keuangan keputusan ekonomi.Namun demikian, Laporan Keuangan tidak menyediakan
semua informasi yang mungkin dibutuhkan pemakai untuk pengambilan keputusan.ekonomi
karena secara umum menggambarkan pengaruh kejadian di masa lalu dan tidak menyediakan
informasi non-keuangan.
Laporan Keuangan yang lengkap meliputi neraca, laporan laba-rugi, laporan perubahan
modal, laporan arus kas dan catatan atas Laporan Keuangan. Setiap komponen dalam
Laporan Keuangan merupakan satu kesatuan yang utuh dan terkait satu dengan lainnya,
sehingga dalam menggunakan perlu dilihat sebagai suatu keseluruhan bagi pemakainya,
untuk tidak terjadi kesalahpahaman. Informasi tentang posisi keuangan perusahaan pada saat
tertentu terutama disajikan dalam neraca. Sedangkan informasi yang memperlihatkan
perubahan posisi keuangan perusahaan. pada suatu periode tertentu disajikan dalam laporan
laba-rugi, laporan laba ditahan dan laporan arus kas.
Informasi keuangan yang disajikan dalam Laporan Keuangan haruslah memiliki karakteristik
kualitatif agar berguna bagi para pemakai Laporan Keuangan. IAI merumuskan terdapat
empat karakteristik pokok, yaitu : dapat dipahami, relevan kaitannya dengan maksud
penggunaan informasi tersebut, keandalan informasi tersebut bebas dari pengertian yang
menyesatkan, kesalahan material, dan terakhir dapat diperbandingkan antar periode.
Disamping karakteristik kualitatif informasi keuangan, terdapat kendala penting yang
menggarisbawahi kualitas informasi, yaitu : keefektifan biaya, materialitas, dan
konseruatisme. Kendala informasi ini menentukan berguna tidaknya suatu informasi
keuangan bagi para pemakainya.
Laporan Keuangan yang diuraikan tersebut adalah Laporan Keuangan yang disusun
berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku umum yang dimaksudkan untuk keperluan
berbagai pihak (general purposes financial statement). Artinya, Laporan Keuangan yang
disusun berdasarkan akuntansi bersifat netral atau tidak memihak. Sering Laporan Keuangan
ini dinamakan Laporan Keuangan komersial.
Pendekatan penyusunan laporan keuangan fiscal sebagai solusi antara ketentuan akuntansi
dan pajak yaitu :
1). Ketentuan pajak secara dominan mewarnai praktek akuntansi, Dalam pendekatan ini
laporan keuangan fiscal murni disusun atas dasar perpajakan. Dengan demikian dalam
melakukan pembukuan perusahaan menyusun laporan harus menurut ketentuan perpajakan
dan menurut praktek pembukuan.
2). Ketentuan pajakuntuk tujuan penyusunan laporan keuangan merupakan standar indepensi
dari prinsip akuntansi, dalam pendekatan ini perusahaan bebas untuk menyelenggarakan
pembukuan berdasarkan prinsif dan metode akuntansi.
3). Ketentuan pajak merupakan sisipan terhadap standar akuntansi, pendekatan ini laporan
keuangan atas dasar standar akuntansi. Tetapi preferensi di berikan kepada ketentuan pajak
apabila tidak sesuai dan sejalan dengan standar akuntansi.
Buku Besar
Penjualan Rp 60.000.000
Gaji Rp 15.000.000
Administrasi Rp 750.000
Office Supplies
O Rp 500.000
Telepon Rp 1.050.000
Listrik Rp 800.000
Sumbangan Rp 500.000
Laporan Laba Rugi
PENDAPATAN
Penjualan Rp 60.000.000
Pendapatan lain-lain
BIAYA OPERASIONAL