Kelompok 3
Introduction
CSP sangat bergantung pada kualitas GCG karena GCG yang efektif
implementasi akan menjaga kepercayaan pemangku kepentingan. Ada dua Sistem GCG
yang dianut oleh negara-negara di dunia yaitu one-tier sistem dan sistem dua tingkat.
Dalam sistem satu tingkat, dewan direksi bertindak sebagai pengawas dan pelaksana. Di
Indonesia yang menganut sistem dua lapis, peran pengawasan adalah dilakukan oleh
Dewan Komisaris (BoC) sedangkan Dewan Direksi (BoD) atau TMT mengelola
perusahaan sebagai pelaksana. Pemisahan peran antara Dewan Komisaris dan Direksi
dalam sistem dua tingkat akan meningkatkan kualitas pengawasan dan meningkatkan
transparansi dalam pengambilan keputusan membuat. Dewan Komisaris bertanggung
jawab untuk mengawasi dan memberikan nasihat kepada Direksi mengenai strategi dan
proses pengambilan keputusan. Penerapan GCG yang kuat akan mengurangi agensi
masalah di perusahaan.Dari literatur penelitian-penelitian terdahulu menunjukkan
asimetri informasi antara perusahaan dan penyedia modal dari luar dapat menyebabkan
inefisiensi investasi seperti investasi menurun dan investasi berlebih. Di bagian
selanjutnya, kita akan membahas bagaimana peningkatan pengungkapan dapat
mengurangi asimetri informasi ini dan dapat meningkatkan efisiensi investasi.
Dalam teori keagenan, Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa ada
benturan kepentingan antara prinsipal (pemegang saham) dan agen (pengelolaan).
Masalah keagenan muncul ketika prinsipal yang memiliki kepemilikan perusahaan
dipisahkan dari agen yang mengelolanya perusahaan sesuai dengan kepentingan
prinsipal. Di dalam kenyataannya, pemegang saham tidak tahu apakah agen telah
mengelola perusahaan atas nama kepentingan mereka atau tidak. Munculnya masalah
keagenan membutuhkan GCG. Dalam hal ini, peran Direksi sangat penting dalam upaya
melindungi kepentingan para pemegang saham. Kehadiran dari Direksi akan
memaksimalkan nilai perusahaan dan mengurangi biaya keagenan sehingga kinerja
perusahaan juga akan menjadi lebih baik. Dengan demikian, teori keagenan mendasari
pentingnya Dewan Komisaris dan TMT dalam menerapkan GCG untuk meningkatkan
CSP.Dari literatur penelitian-penelitian terdahulu menunjukkan asimetri informasi antara
perusahaan dan penyedia modal dari luar dapat menyebabkan inefisiensi investasi seperti
investasi menurun dan investasi berlebih. Di bagian selanjutnya, kita akan membahas
bagaimana peningkatan pengungkapan dapat mengurangi asimetri informasi ini dan dapat
meningkatkan efisiensi investasi.
Dalam teori eselon atas, Hambrick dan Mason (1984) menjelaskan bahwa kinerja
perusahaan dinilai dari pengambilan keputusan para eksekutif puncak perusahaan.
Beberapa penelitian sebelumnya telah menggunakan karakter-karakteristik eksekutif
puncak seperti usia, etnis, pengalaman, pendidikan dan latar belakang fungsional sebagai
proxy untuk diamati. Teori ini mulai mempertimbangkan pentingnya kondisi
psikologistim manajemen puncak dan mempengaruhi pengambilan keputusan. Teori ini
digunakan untuk menjelaskan respon perusahaan terhadap masalah keberlanjutan karena
masalah telah muncul dan berkembang dengan cepat.
Methods
Hasil dari pengaruh karakteristik Dewan Komisaris dan CEO pada kinerja
kelestarian lingkungan dalam model 2. H2 menyatakan bahwa ukuran Dewan Komisaris
berpengaruh positif terhadap kinerja kelestarian lingkungan. Namun, hasil empiris
menunjukkan bahwa ukuran Dewan Komisaris tidak berpengaruh terhadap kinerja
kelestarian lingkungan. H2 dengan demikian tidak mendukung. H5 menyatakan bahwa
pendidikan presiden Dewan Komisaris berpengaruh positif terhadap kinerja kelestarian
lingkungan. Hasil empiris mengungkapkan bahwa pendidikan presiden Dewan Komisaris
berpengaruh negatif terhadap kinerja kelestarian lingkungan (koefisien: -0,02939; p-
nilai<0,01). Meskipun hasilnya menunjukkan pengaruh yang signifikan secara statistik,
namun arah pengaruhnya tidak seperti yang diharapkan. H5 dengan demikian tidak
didukung.
Hasil karakteristik Dewan Komisaris dan TMT pada kinerja keberlanjutan sosial
dalam model 3. Hal ini menunjukkan bahwa ukuran Dewan Komisaris memiliki
berpengaruh negatif signifikan terhadap kinerja keberlanjutan sosial (koefisien: -0,03074;
p-value<0,10). Sedangkan hasil menunjukkan secara statistic pengaruh yang signifikan,
arah pengaruhnya tidak seperti yang diharapkan. Karena itu H3 tidak didukung.
pendidikan presiden Dewan Komisaris, pendidikan CEO dan ukuran TMT tidak memiliki
pengaruh yang signifikan pada kinerja keberlanjutan sosial. H5, H9 dan H12 dengan
demikian tidak didukung.
Recommendations
Untuk penelitian selanjutnya yang mengambil topik sama seperti penelitian ini perlu
mempertimbangkan periode studi yang lebih lama dan menggunakan pengukuran lain.
Akhirnya, ini studi hanya mempertimbangkan ukuran Dewan Komisaris, pendidikan
presiden Dewan Komisaris, pendidikan CEO dan ukuran TMT sebagai proxy dari tata
kelola perusahaan yang baik. Peneliti selanjutnya harus mempertimbangkan proksi lain
dari tata kelola perusahaan yang baik seperti komposisi gender dewan, keragaman usia,
usia rata-rata dan pengalaman keseluruhan.