Anda di halaman 1dari 14

1.

Pendahuluan
Akuntansi syariah berlandaskan nilai Al-Qur’an dan Al-Hadis membantu
manusia untuk menyelenggarakan praktik ekonomi yang berhubungan dengan
pengakuan, pengukuran dan pencatatan transaksi dan pengungkapan hak-hak dan
kewajiban-kewajiban secara adil (Wiroso, 2011). Hak dan kewajiban itu timbul karena
manusia ditugaskan oleh Allah SWT untuk mengelola bumi secara amanah. Sehingga
akuntansi sesungguhnya adalah alat pertanggungjawaban kepada Sang Pencipta dan
sesama makhluk, yang digunakan oleh manusia untuk mencapai kodratnya sebagai
khalifah.

Masyarakat di negara maju dan berkembang sangat membutuhkan bank sebagai


tempat untuk melakukan transaksi keuangannya. Undang-undang Perbankan Indonesia,
yakni Undang-undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, membedakan
bank berdasarkan kegiatan usahanya menjadi dua, yaitu bank yang melaksanakan
kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah dan bank yang melaksanakan kegiatan
usaha secara konvensional.

Demi mendukung perekonomian negara yang halal dan barakah, penggunaan


jasa perbakan berbasis syariah sangat dianjurkan. Seiring perkembangan zaman,
Menghimpun Dana pun mengalami perkembangan dan modifikasi sebagaimana terlihat
dalam aktifitas ekonomi modern bersangkut paut dengan penerapannya dalam
masyarakat secara langsung maupun melalui dunia perbankan dalam rangka memenuhi
kebutuhan dengan tetap berada dalam bingkai syari’ah. Dalam bank syariah
penghimpunan dana dari masyarakat dilakukan tidak membedakan nama produk tetapi
melihat pada prinsip yaitu prinsip wadiah dan prinsip mudharabah.

Dalam penghimpunan dana dengan prinsip mudharabah, maka proses akuntansi


dalam mencatat setiap yang terjadi dalam kegiatan tersbut menjadi sangatlah penting
dilakukan. Ini mengingat akuntansi yang digunakan dalam pencatatan tersebut memliki
perbedaan yang cukup signifikan dengan transaksi pada umumnya.

2. Tinjauan Pustaka
a. Sumber : Beberapa artikel dan buku yang saya ambil sebagai referensi untuk
membuat tugas paper ini, yaitu:
1). Khadaffi, Muammar dkk.. Akuntansi Syariah: Meletakkan Nilai-nilai Syariah Islam
dalam Ilmu Akuntansi. 2014
2). Sofyan Safri Harahap dkk.. Akuntansi Perbankan Syariah. 2010

b. Peraturan
1). Al-Qur’an
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu’amalah tidak secara tunai
untuk waktu yang ditentukan, hendaknya kamu menuliskannya dengan
benar….” (Q.S 2:282)
“Hai orang-orang yang beriman penuhilah akad-akad itu….(Q.S 5:1)

2). Hadits

3). Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/24/PBI/2004 tentang Bamk Umum yang
Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah
Dalam Pasal 36 disebutkan: Bank wajib menerapkan prinsip syariah dan prinsip
kehati hatian dalam melakukan kegiatan usahanya, yakni meliputi Melakukan
penghimpunan dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan investasi, antara
lain: Giro berdasarkan prinsip wadi’ah, tabungan berdasarkan prinsip wadiah atau
mudharabah dan deposito berjangka berdasarkan prinsip mudharabah.
Selain itu juga terdapat peraturan pada Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN)
Nomor 1 tentang Giro, Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) Nomor 2 tentang
Tabungan, dan Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) Nomor 3 tentang Deposito.

3. Pembahasan
Overview Dana Pihak Ketiga
Pengertian penghimpunan dana adalah suatu kegiatan usaha yang dilakukan
bank untuk mencari dana kepada pihak deposan yang nantinya akan disalurkan kepada
pihak kreditur dalam rangka menjalankan fungsinya sebagai intermediasi antara pihak
deposn dengan pihak kreditur. Penghimpunan dana masyarakat di perbankan syariah
menggunakan instrumen yang sama dengan instrumen penghimpunan dana pada
perbankan konvensional, yaitu:
A. Giro, adalah simpanan masyarakat pada bank yang penarikannya dapat dilakukan setiap
saat selama saldo simpanan masih ada dengan menggunakan cek, surat perintah
pembayaran lainnya dan bilyet giro atau surat perintah pemindah bukuan.
B. Tabungan, adalah simpanan pihak ketiga kepada bank yang penarikannya dapat
dilakukan setiap saat sesuai dengan syarat-syarat tertentu.
C. Deposito, adalah salah satu jenis tabungan yang dibuka oleh bank untuk para nasabah
atau masyarakat, yang jangka waktu penarikannya mempunyai periode tertentu (1
bulan, 3 bulan, 12 bulan dan seterusnya).
Ketiga instrumen ini biasa disebut dengan istilah Dana Pihak Ketiga (DPK).
Meskipun menggunakan instrumen yang sama, mekanisme kerja pada masing-masing
instrumen penghimpunan pada bank syariah berbeda dengan instrumen penghimpunan
pada bank konvensional. Perbedaan mendasar mekanisme kerja instrumen
penghimpunan syariah terletak pada tidak adanya bunga yang lazim digunakan di bank
konvensional. Pada bank syariah, klasifikasi penghimpunan dana tidak didasarkan pada
nama instrumen, melainkan berdasaran prinsip yang digunakan. Berdasarkan fatwa
Dewan Syariah Nasional prinsip penghimpunan dana yang digunakan dalam bank
syariah ada dua, yaitu prinsip wadiah dan prinsip mudharabah. Prinsip wadiah tidak
menggunakan bagi hasil tapi menggunakan sistem bonus dengan Produknya giro dan
tabungan, sedangkan prinsip mudharabah menggunakan sistem bagi hasil dengan
produknya tabungandan deposito. Penghimpunan dana pada perbankan syariah dapat
dilihat dari skema dibawah ini.

Penghimpunan Dana Prinsip Mudharabah


Dalam mengaplikasikan prinsip mudharabah, penyimpan atau deposan betindak
sebagai shahibul maal (pemilik modal) dan bank sebagai mudharib (pengelola). Dana
tersebut digunakan bank untuk melakukan murabahah atau ijarah dapat pula dana tersebut
digunakan bank unuk melakukan mudharabah ke dua. Hasil usaha ini akan dibagi hasilkan
berdasarkn nisbah yang disepakati. Dalam hal bank menggunakan nya untuk melakukan
mydharabah kedua, maka bank bertanggung jawab penuh atas kerugian yang terjadi.
Jenis Penghimpunan Dana Prinsip Mudharabah
Berdasarkan kewenangan yang diberikan oleh pihak penyimpan dana, prinsip
mudharabah terbagi menjadi dua yaitu :
1. Mudharabah Mutlaqah ( investasi tidak terikat )
Mudharabah Mutlaqah merupakan salah satu produk dari Musyarakah,
dimana dana merupakan 100 % milik bank. dana ini dapat digunakan untuk
kegiatan usaha nasabah sesuai kehendak nasabah. Bank yang memiliki produk
seperti ini harus betul-betul selektif dalam memilik calon debitur/nasabah, karena
resiko yang ditanggung bank adalah 100% dari dana yang disalurkan. Oleh karena
itu biasanya Produk Mudharabah terkait dengan Projek-projek singkat yang
berasalah dari pemerintah atau perusahaan yang kredible dan nasabah yang
kompeten dan terpercaya dalam mengerjakannya.
2. Mudharabah Muqayadah (Investasi Terikat)
Perbedaan Mudharabah Muqayadah dengan Mutlaqah adalah disisi
penggunaan dana yang diterima nasabah. penggunaannya terikat syarat-syarat
dari pemilik dana. Waktu dan jenis usaha sudah ditentukan sebelumnya. Bank
mempertemukan pemilik dana dan calon debitur/nasabah dan memfasilitasi
pencairan dana dan penerimaan angsuran modal dan bagi hasil dari nasabah. Bank
akan mendapatkan jasa/fee dari kegiatan ini.
Tabungan Mudharabah
Tabungan adalah simpanan yang penrikannya hanya dapat dilakukan menurut
syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek atau alat yang
dipersamakan dengan itu.
Akuntansi untuk tabungan mudharabah dan penghimpunan dana bentuk lainnya
menggunakan akad mudharabah pada dasarnya mengacu pada PSAK 105 tentang
Akuntansi Mudharabah, khususnya yang terkait dengan akuntansi untuk pengelola
dana. Berdasarkan PSAK 105 paragraf 25, dinyatakan bahwa dana yang diterima dari
pemilik dana (nasabah penabung) dalam akad mudharabah diakui sebagai dana
syirkah temporer sebesar jumlah kas atau nilai wajar aset non-kas yang diterima. Pada
akhir periode akuntansi, dana syirkah temporer diukur sebesar nilai tercatatnya.
Ketentuan Tabungan Mudharabah sesuai  Fatwa Dewan Syariah Nasional adalah:
a. Dalam transaksi nasabah bertindak sebagai shahibul mal/pemilik dana dan bank
bertindak sebagai mudharib atau pengelola dana.
b.  Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank dapat melakukan berbagai macam
usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan mengembangkannya,
termasuk mudharabah dengan pihak lain.
c. Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya, dalam bentuk tunai bukan piutang.
d. Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan dituangkan
dalam akad pembukaan rekening.
e. Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional tabungan dengan
menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya.
f. Bank tidak diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan nasabah tanpa
persetujuan yang bersangkutan.

Deposito Mudharabah
Depisito adalah investasi dana berdasarkan akad mudharabah yang tidak
bertentangan dengan prinsip syariah yang penarikannya hanya dapat dilakukan hanya
pada waktu tertentu berdasarkan akad antara nasabah (penyimpan) dengan bank
syariah (Unit Usaha Syariah). Perbedaannya dengan deposito konvensional adalah
terlihat pada akad dan sistem bagi hasil yang ditawarkan.
Dalam fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 3 Tahun 2000, tentang deposito
mudharabah yaitu :
1. Di sini nasabah disebut sebagai  pemilik dana atau shahibul maal dan bank
disebut sebagai pengelola dana atau mudharib.
2. Modal deposito yang diberikan shahibul maal harus dalam bentuk tunai.
3. Bank sebagai mudharib berhak lakukan berbagai usaha asalkan tidak melenceng
pada prinsip syariah dan mnembangkannya, rmasuk didalamnya mudharabah
dengan pihak lain.
4. Bank menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya untuk menutupi
biaya operasional deposito.
5. Bank tidak boleh mengurangi nisbah keuntungan tanpa persetujuan nasabah.
6. Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan dituangkan
dalam akad pembukaan rekening.
Ketentuan Deposito Mudharabah sesuai  Fatwa Dewan Syariah Nasional adalah:
1. Dalam transaksi ini nasabah beritndak sebagai shahibul maal atau pemilik dana
dan bank bertindak sebagai mudharib atau pengelola dana.
2. Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank dapat melakukan berbagai macam
usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan mengembangkannya
termasuk didalamnya mudharabah dengan pihak lain.
3. Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya dalam bentuk tunai bukan piutang.
4. Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan dituangkan
dalam akad pembukaan rekening.
5. Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional tabungan dan deposito dengan
menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya.
6. Bank tidak diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan nasabah tanpa
persetujuan yang bersangkutan
Giro Mudharabah
Giro mudharabah merupakan instrumen penghimpunan dana melalui produk giro yang
menggunakan akad mudharabah. Giro mudharabah harus mengikuti fatwa DSN tentang
mudharabah. Akad mudharabah adalah akad yang digunakan dalam perjanjian antara pihak
penanam dan dan pengelola dana untuk melakukan kegiatan usaha tertentu, dengan
pembagian keuntungan antara kedua belah pihak berdasarkan nisbah yang telah disepakati
sebelumnya.
Akuntnasi giro mudharabah pada prinsipnya sama sama dengan akuntansi giro wadia.
Pembeda nya adalah dalam hal insentif yang diterima oleh nasabah. Dalam giro wadiah
insentif berbentuk bonus giro yang bersifat sukarela sedangkan giro mudharabah adalah
dengan sistem bagi hasil yang harus di bayar oleh bank secara periodik.
Transaksi Tabungan dan Deposito Mudarabah
A. Transaksi terkait tabungan mudharabah
Transaksi tabungan mudarabah dibagi menadi dua, yaitu transaksi
penambahan tabungan mudharabah dah transaksi pengurangan tabungan
mudharabah.
1. Transaksi penambahan tabungan mudharabah
Beberapa transaksi terkait tabungan mudharabah dapat mengakibatkan
bertambahnya saldo tabungan mudharabah. Transaksi tersebut antara lain adalah
setoran tunai nasabah, transfer dari kantor cabang lain ke rekening nasabah,
transfer dari bank lain ke rekening nasabah, dan penerimaan bagihasil
mudharabah ke rekening nasabah.
 Bank menerima setoran tunai dari nasabah untuk pembukaan tabungan
mudharabah sebesar Rp xx
Kas                                                      Rp xx
Tabungan mudharabah                                    Rp xx
 Nasabah menerima transer dari nasabah lain dari bank  cabang kota
A  (bank yang sama) sebesar Rp xx
RAK cabang kota A                                       Rp xx
Tabungan mudharabah                                    Rp xx
 Nasabah menerima transer dari nasabah dari bank lain  (bank yang berbeda)
sebesar Rp xx
Giro pada bank Indonesia                                           Rp xx
Tabungan mudharabah                                                Rp xx
 Nasabah menerima bagi hasil atas tabungan mudharabah sebesar Rp xx
Hak pihak ketiga atas bagi hasil                                  Rp xx
Tabungan mudharabah                                                Rp xx
2. Transaksi pengurangan tabungan mudharabah
Beberapa transaksi yang dapat mengakibatkan berkurangnya saldo tabungan
mudharabah adalah penarikan tunai oleh nasabah, transfer ke rekening lain pada
bank yang sama, transfer kepada nasabah bank lain,serta penarikan biaya
administrasi tabungan, pajak, dan lainnya oleh bank.

 Nasabah menarik tabungan mudharabahnya sebesar Rp xx


Tabungan mudharabah                                    Rp xx
Kas                                                                              Rp xx
 Nasabah mentransfer dari rekeningnya ke rekening tabungan nasabah bank
cabang kota A (bank yang sama) sebesar Rp xx
Tabungan mudharabah                                    Rp xx
RAK cabang kota A                                                   Rp xx
 Nasabah mentransfer dari rekeningnya ke rekening nasabah dari bank
lain  (bank yang berbeda) sebesar Rp xx
Tabungan mudharabah                                    Rp xx
Giro pada bank Indonesia                                           Rp xx
 Potongan tabungan mudharabah nasabah untuk untuk administrasi sebesar
Rp xx dan pajak sebesar Rp yy (20% dari bagi hasil yang diterima nasabah)
Tabungan mudharabah                        Rp xx
Pendapatan administrasi tabungan mudharabah         Rp xx
Tabungan mudharabah                        Rp yy
Titipan kas negara                                                       Rp yy

B. Transaksi terkait deposito mudharabah


Beberapa transaksi yang pada saat itu, antara nasabah dan bank sudah menyepakati
nisbah bagi hasil dasar dan jangka waktu deposito. Selama jangka waktu deposito,
saldo deposito bersifat tetap, karena pengambilan atau penarikan hanya dilakukan
pada saaat jatuh tempo.
 Bank menerima setoran tunai dari nasabah sebagai investasi deposito
mudharabah sebesar Rp xx untuk jangka watu 1bulan dengan nisba bagi hasi
60% untuk nasabah 40%  untuk bank
Kas                                                      Rp xx
Deposito mudharabah                                                 Rp xx
 Berdasarkan pengitungan distribusi pendapatan, bagi hasil yang akan
dibayar untuk kelompok deposito mudharabah adalah sebesar Rp xx
Hak pihak ketiga atas bagi hasil          Rp xx
Bagi hasil belum dibagikan                                         Rp xx
 Dibayarkan bagi hasi deposito mudharabah kepada nasabah sebesar Rp xx
dan atas pembayaran tersebut dikenakan dipotong pajak sebesar Rpyy (20%
dari bagi hasil yang diterima nasabah) pebagian bagi hasil dilakukan ke
rekenimg tabungan mudharabah atas namam pemiik yang sama. Atau bagi
hasi deposito mudharabah dabat dibayaran keberbagai  rekening sesuai
permintaan pemilik deposito.
Bagi hasil belum dibagikan                 Rp xx
Tabungan mudharabah                                     Rp xx – Rp yy
Titipan kas negara                                           Rp yy
 Nasabah mencairkan deposito mudharabah secara tunai sebesar Rp xx
Deposito mudharabah                         Rp xx
Kas                                                                  Rp xx

Penghimpun Dana Prinsip Wadiah


Wadiah dapat diartikan sebagai titipan dari satu pihak ke pihak lain, baik
individu maupun badan hukum yang harus dijaga dan dikembalikan kapan sja
spenyimpan menghendakinya. Tujuan dari perjanjian tersebut adalah untukmenjaga
keselamatan barang itu dari kehilangan, kemusnahan, kecurian dan sebagainya. Yang
dimaksud dengan “barang” disini adalah suatu yang berharga seperti uang, dokumen,
surat berharga dan barang lain yangberhara disisi islam.
Rukun yang harus dipenuhi dalam transaksi dengan prinsip wadiah:
a. Barang yang dititipkan
b. Orang yang menitipkan/ penitip
c. Orang yang menrima titipan/ penerima titipan, dan
d.  Ijab Qabul

Jenis Penghimpunan Dana Prinsip Wadiah


Wadiah terdiri dari dua jenis, yaitu:
1. Wadiah Yad Al Amanah, merupakan titipan murni, barang yang dititipkan tidak
boleh digunakan (diambil manfaatnya) oleh penitip, sewaktu titipan dikembalikan
harus dalam keadaan utuh baik nilai maupun fisik barangnya, jika selama dalam
penitipan terjadi kerusakan maka pihak yang menerima titipan tidak dibebani
tanggung jawab, sebagai kompensasi atas tanggung jawab pemeliharaan dapat
dikenakan biaya penitipan.
2. Wadiah Yad Ad Dhamanah, merupakan pengembangan dari Wadiah Yad Al
Amanah yang disesuaikan dengan aktifitas perekonomian. Penerima titipan diberi
izin untuk menggunakan dan mengambil manfaat dari titipan tersebut. Penyimpan
mempunyai kewajiban untuk bertanggung jawab terhadap kehilangan/ kerusakan
barang tersebut. Semua keuntungan yang diperoleh dari titipan tersebut menjadi
hak penerima titipan. Sebagai imbalan kepada pemilik barang/ dana dapat
diberikan semacam insentif berupa bonus, yang tidak disyaratkan sebelumnya.

Tabungan Wadiah
Tabungan wadiah adalah titipan pihak ketiga pada bank syariah yang
penarikannya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati dengan kuitansi,
kartu ATM, sarana perintah pembayaran lainnya atau dengan cara pemindah bukuan.
Simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu
yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek atau alat yang dapat
dipersamakan dengan itu. Dalam fatwa Dewan Syariah Nasional ditetapkan, ketentuan
Tabungan Wadiah sebagai berikut:
1. Bersifat simpanan
2. Simpanan bisa diambil kapan saja (on call) atau berdasarkan kesepakatan.
3. Tidak ada imbalan yang disyaratkan, kecuali dalam bentuk pemberian yang
bersifat sukarela dari pihak bank.
Giro Wadiah
Giro wadiah adalah titipan pihak ketiga pada bank syariah yang penarikannya
dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, kartu ATM, sarana
perintah pembayaran lainnya atau dengan cara pemindah bukuan. Termasuk di
dalamnya giro wadiah yang diblokir untuk tujuan tertentu misalnya dalam rangka
escrow account, giro yang diblokir oleh yang berwajib karena suatu perkara. Dalam
Fatwa Dewan Syariah Nasional ditetapkan, ketentuan tentang Giro Wadiah sebagai
berikut:
1. Bersifat titipan
2. Titipan bisa diambil kapan saja (on call)
3. Tidak ada imbalan yang disyaratkan, kecuali dalam bentuk pemberian (athaya)
yang bersifat sukarela dari pihak bank.
Transaksi Tabungan dan Giro Wadiah
A. Transaksi terkait tabungan wadiah
Transaksi tabungan wadiah dibagi menjadi dua, yaitu transaksi penambahan
tabungan wadiah dah transaksi pengurangan tabungan wadiah.
1. Transaksi penambahan tabungan wadiah
 Bank menerima setoran tunai dari nasabah untuk pembukaan tabungan
wadiah sebesar Rp xx
Kas                                                      Rp xx
Tabungan wadiah                                            Rp xx
 Nasabah menerima transer dari nasabah lain dari bank  cabang kota
A  (bank yang sama) sebesar Rp xx
RAK cabang kota A                           Rp xx
Tabungan wadiah                                            Rp xx

 Nasabah menerima transer dari nasabah dari bank lain  (bank yang


berbeda) sebesar Rp xx
Giro pada bank Indonesia                   Rp xx
Tabungan wadiah                                            Rp xx

 Nasabah menerima bonus wadiah sebesar Rp xx


Beban bonus tabungan wadiah           Rp xx
Tabungan wadiah                                            Rp xx
2. Transaksi pengurangan tabungan wadiah
 Nasabah menarik tabungan wadiah nya sebesar Rp xx
Tabungan wadiah                                Rp xx
Kas                                                                  Rp xx

 Nasabah mentransfer dari rekeningnya ke rekening tabungan nasabah


bank cabang kota A (bank yang sama) sebesar Rp xx
Tabungan wadiah                                Rp xx
RAK cabang kota A                                       Rp xx

 Nasabah mentransfer dari rekeningnya ke rekening nasabah dari bank


lain  (bank yang berbeda) sebesar Rp xx
Tabungan wadiah                                Rp xx
Giro pada bank Indonesia                               Rp xx
Transaksi terkait giro wadiah
Transaksi tabungan wadiah dibagi menjadi dua, yaitu transaksi penambahan
tabungan wadiah dah transaksi pengurangan tabungan wadiah.

1. Transaksi penambahan giro wadiah


rekening giro wadiah dapat bertambah melalui transaksi penyetoran tunai,
transfer dari tabungan maupun giro cabang lain dari bank yang sama,
penerimaan cek dari nasabah bank lain yang diuangkan oleh nasabah suatu
bank, dan penerimaan bonus giro wadiah dari bank syariah.
 Bank menerima setoran tunai dari nasabah untuk pembukaan giro
wadiah sebesar Rp xx
Kas                                                      Rp xx
Tabungan giro                                                 Rp xx
 Nasabah menerima transer dari nasabah lain dari bank  cabang kota
A  (bank yang sama) sebesar Rp xx
RAK cabang kota A                           Rp xx
Giro wadiah                                                    Rp xx
 Nasabah menerima bilyet giro senilai Rp xx dari nasabah bank lain.
Bilyet tersebut kemudian dicairkan untuk dimasukkan ke rekening giro
nasabah.
Giro pada bank Indonesia                   Rp xx
Giro wadiah                                                    Rp xx
 Nasabah menerima bonus giro wadiah sebesar Rp xx
Beban bonus giro wadiah                   Rp xx
Giro wadiah                                                    Rp xx
2. Transaksi pengurangan giro wadiah
Beberapa transaksi yang dapat menyebabkan berkurangnya saldo giro wadiah
adalah penarikan cek oleh nasabah giro wadiah untuk ditukar secara tunai,
penarikan bilyet giro untuk ditransfer ke cabang lain bank yang sama atau ke
nasabah bank lain, serta potongan administrasi dan pajak tabungan.
 Nasabah menggunakan cek untuk mencairkan dana di rekening
giro wadiah nya sebesar Rp xx
Giro wadiah                            Rp xx
Kas                                                                  Rp xx
 Nasabah menggunakan bilyet giro untuk menstranser dana kepada
nasabah giro wadiah bank cabang kota A (bank yang sama) sebesar Rp
xx
Giro wadiah                            Rp xx
RAK cabang kota A                                       Rp xx
 Nasabah menggunakan bilyet giro untuk menstranser dana kepada
nasabah giro  dari bank lain (bank yang berbeda) sebesar Rp xx
Giro wadiah                            Rp xx
Giro pada bank Indonesia                               Rp xx
 Dipotong giro wadiah nasabah untuk untuk administrasi sebesar Rp xx
dan untuk pajak sebesar Rp yy (20% dari bonus yang diterima nasabah)
Giro wadiah                            Rp xx
Pendapatan administrasi giro wadiah             Rp xx
Giro wadiah                            Rp yy
Titipan kas negara                                           Rp yy
Transaksi Hawalah
Al-Hawalah atau al-Hiwalah merupakan pemindahan kewajiban membayar utang
dari orang yang berutang kepada orang yang berutang lainnya. Al-Hawalah juga
diartikan pengalihan kewajiban membayar utang dari beban pihak pertama kepada
pihak lain yang berutang kepadanya atas dasar saling mempercayai. Dalam istilah
Islam merupakan pemindahan beban hutang dari muhil (orang yang berutang)
menjadi tanggungan muhal ‘alaih atau orang yang berkewajian membayar hutang.
Hiwalah dibedakan menjadi beberapa jenis. Menurut Hanafi Ial-Hawalah
dibedakan menjadi dua jenis:
1) Hiwalah mutlaqah, yaitu seseorang memindahkan hutangnya kepada orang
lain dan tidak mengaitkan dengan hutang yang ada pada orang lain dan tidak
mengaitkan dengan hutang yang ada pada orang lain.
2) Hiwalah muqayyadah, yaitu seseorang memindahkan utang dan mengaitkan
dengan piutang yang ada padanya.

Implementasi dalam Perbankan Syariah

Keterangan:
1) Muhil menyuplai barang kepada muhal (pembeli).
2) Setelah muhil mengirim barang kepada muhal, namun muhal tidak mampu
melakukan pembayaran, oleh karena itu muhil menyerahkaninvoice kepada muhal
alaih.
3) Muhal alaih membeli tagihan dari muhil dan melaksanakan pembayaran.
4) Muhal alaih melakukan penagihan kepada muhal yang didukung oleh invoice
dan muhil.
5) Hasil penagihan berasal dari muhal diserahkan kepada muhal alaih.
Dalam praktik bisnis yang dilaksanakan adalah pemindahan hutang secara
terikat atau Hiwalah muqayyadah (pemindahan hutang atas hutang yang dimiliki
sebagai gantinya) karena kejelasannya dan resiko yang dapat dipagari.22 Akad
Hiwalah di Perbankan Syariah dipraktikan dalam beberapa produk sebagai berikut:
1) Factoring atau anjak piutang, para nasabah yang memiliki piutang kepada pihak
ketiga memindahkan piutang itu kepada bank. Kemudian bank membayar piutang
tersebut dan bank menagih dari pihak ketiga. 2) Post-dated check, bank bertindak
sebagai juru tagih , tanpa membayarkan dulu piutang tersebut. 3) Bill Discounting,
secara prinsip bill discounting sama dengan akad Hiwalah. Dalam bill discounting
nasabah harus membayar fee, sedangkan dalam kontrak hiwalah tidak ada fee.

Transaksi Kafalah
Dalam kontek Islam penanggungan hutang dikenal dengan istilah kafalah, yaitu
orang yang diperbolehkan bertindak (berakal sehat) berjanji menunaikan hak yang
wajib ditunaikan orang lain atau berjanji menghadirkan hak tersebut di Pengadilan.
Dengan demikian dalam perjanjian pertanggungan utang disyaratkan adanya kafil,
ashiil, makfullaahu dan makfulbihi. Kafiil adalah orang yang wajib melakukan
penanggungan, sedangkan ashiil adalah orang yang berhutang dan membutuhkan
seorang penanggung. Makfullaahu yaitu orang yang memberikan hutang,
sedangkan makfulfihi adalah sesuatu yang dijadikan jaminan atau tanggungan,
baik berupa jaminan kebendaan ataupun jaminan perorangan. Persyaratan tersebut
harus terpenuhi semua.
Implementasi dalam Perbankan Syariah
Dalam praktiknya implementasi akad kafalah ini dalam bank syariah adalah dalam
bentuk bank garansi. Bank garansi yaitu tindakan dari garantor dalam hal ini bank
untuk menjamin bahwa jika seseorang tidak menunaikan kewajibannya, misalnya
tidak membayar hutanghutangnya, si garantor tersebutlah yang akan
melaksanakan/ mengambil alih kewajiban tersebut. Di dalam kegiatan pemberian
jasa-jasa perbankan kepada nasabah, bank dapat memberikan jasa-jasa pemberian
bank garansi, sepanjang tidak bertentangan/melanggar dari peraturan
perundangundangan termasuk Peraturan Bank Indonesia. Pemberian bank garansi
ini sudah merupakan produk berupa jasa yang ditawarkan dalam rangka
mendapatkan pendapatan. Lebih lanjut dapat disampaikan beberapa hal terkait
denagn produk berupa bank garansi ini, yaitu:
1) Dalam suatu pemberian fasilitas bank garansi, setidaknya terdapat 3 pihak
yaitu:Pihak pemberi garansi dalam hal ini bank; Pihak yang digaransi dalam hal ini
nasabah bank; Pihak penerima garansi dalam hal ini adalah pihak ketiga
(bouwheer).
2) Pihak-pihak yang dijamin (nasabah bank) memiliki kewajiban (pekerjaan atau
hutang) kepada pihak ketiga atau bouwheer.
3) Timbulnya garansi, biasanya karena diminta oleh bouwheer kepada nasabah
bank dan menerbitkannya dengan pertimbangan bisnis (opportunity income)
Transaksi Sharf
Sharf menurut bahasa adalah akad penukarn atau transaksi jual-beli. Akad
Sharf adalah transaksi jual beli valuta dengan valuta lainnya. Transaksi jual
beli atau pertukaran mata uang dapat dilakukan baik dengan mata uang yang
sejenis maupun mata uang yang tidak sejenis.

Transaksi Valas yang Sesuai Syariah


1) Transaksi “spot” yaitu transaksi pembelian dan penjualan valas dan
penyerahannya pada saat transaksi dilakukan atau penyelesaiannya maksimal
dalam jangka waktu 2 hari setelah akad dilakukan, transaksi diperbolehkan
secara syariah karena dianggap tunai.

2) Transaksi “foward” yaitu transaksi pembelian dan penjualan valuta asing yang
nilainya ditetapkan pada saat sekarang dan diberlakukan untuk waktu yang
akan datang.Transaksi ini dilarang dan tidak sesuai dengan ketentuan syariah
dikarenakan tidak dilakukan secara langsung dan mengandung unsur judi.Hal
ini dikarenakan nilai mata uang yang dipertukarkan dapat berubah dan
menyebabkan salah satu pihak mengalami kerugian.

3) Transaksi “swap” yaitu suatu kontrak pembelian atau penjualan valuta asing
yang memiliki kesamaan dengan transaksi foward, hukum transaksi ini haram
karena memiliki unsur spekulasi/judi..

4) Transaksi “option” yaitu kontrak untuk memperoleh hak dalam rangka


membeli call option) atau hak untuk menjual put option) yang tidak harus
dilakukan atas sejumlah unit valas pada harga dan jangka waktu atau tanggal
tertentu, hukumnya haram karena ada unsur spekulasi/judi/maisir.
Transaksi Rahn
Rahn adalah menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan atau
pinjaman yang diterimanya. Secara sederhana atau singkat rahm adalah
jaminan atau gadai. Tujuan rahn adalah untuk memberi jaminan pembayaran
kembali kepada bank dalam memberi pembiayaan

Contoh Transaksi Rahn


Sulis sebagai ibu rumah tangga memerlukan biaya mendesak untuk membayar
biaya sekolah untuk anaknya. Untuk itu Sulis bersedia untuk menggadaikan
Kalung emasnya. Sulis meminta fasilitas pada cabang Bank Syariah Amanah.
kalung yang akan digadaikan berkadar 18 karat dengan berat 12 gram. Oleh
petugas Bank Syariah dinilai seharga Rp 8.400.000 Bank Syariah bersedia
memberikan pinjaman senilai Rp 6.900.000. Pinjaman itu berlaku 12 bulan
dengan biaya penyimpanan Rp 10.000,- dan biaya asuransi Rp 5.000.
sekirannya sampai tanggal jatuh tempo Sulis tidak bisa melunasi, maka dengan
seizin Sulis Bank Syariah akan menjual jaminan barang tersebut. Jika harga
jualnya melebihi pinjaman maka akan dikembalikan kepada Sulis.

Pada saat mencairkan dana rahn

Piutang Rahn 6.900.000


Kas 6.900.000

Pada saat menerima biaya penyimpanan

Kas 10.000
Pendapatan Rahn 10.000

Peada saat menerima biaya asuransi


Kas 5.000
Rekening Asuransi 5.000

Pada saat pelunasan pinjaman

Kas 6.900.000
Piutang Hiwalah 6.900.000

4. Kesimpulan
Dalam menghimpun dana dari masyarakat atau nasabah, Lembaga Keuangan Syariah
(LKS) khususnya bank syariah biasanya menawarkan produk berupa tabungan, deposito,
ataupun giro yang menggunakan akad mudharabah.Mudharabah merupakan akad
kerjasama dimana pihak pengelola usaha (mudharib) menjalankan usaha dengan
menggunakan modal dari pemilik dana (shahibul mal). Dalam hal penghimpunan dana ini,
bank syariah bertindak sebagai mudharib sedangkan nasabah bertindak sebagai shahibul
mal.Produk-produk yang ditawarkan oleh bank syariah dalam menghimpun dana dari
nasabah dengan menggunakan prinsip mudharabah biasanya berupa tabungan
mudharabah, deposito mudharabah, dan giro mudharabah.
Pengakuan dan pengukuran akuntansi dalam sistem perbankan syariah dalam menghimpun
dana yang menggunakan prinsip mudharabahumumnya terbagi dalam dua poin utama.
Pertama, pengakuan dan pengukuran untuk pemilik modal (nasabah). Kedua, pengakuan
dan pengukuran yang diperuntukkan bagi pengelola dana (bank syariah). Dalam contoh
akuntansi penghimpunan dana dengan prinsip mudharabah, terdapat perbedaan yang cukup
signifikan dengan akuntansi pada umumnya, terutama dalam hal pencatatan bagi hasil.

Lembaga keuangan syariah khususnya perbankan syariah juga mempunyai akad-akad


pelengkap lainnya, akad akad ini berbasis jasa yang biasanya digunakan untuk
memfasilitasi kebutuhan nasabah diantaranya, transfer, pembayaran listrik, jasa gadai,
jasa titipan barang, jasa penukaran mata uang asing dan jasa lainnya yang merupakan
sumber pendapatan lembaga keuangan selain kegiatan operasi utama.

Seperti yang kita ketahui bahwa transaksi syariah di Indonesia sudah banyak diminati oleh
masyarakat tetapi masih ada challenge-challenge yang harus dihadapi untuk perkembangan
akad syariah ini seperti masalah kepercayaan (Trust), sebagai sebuah lembaga keuangan
atau non keuangan syariah memberikan kepercayaan kepada masyarakat bahwa akad
syariah ini aman,nyaman, tidak ada bunga, tidak memberatkan, dan lain-lain.Jadi tinggal
dibenahi saja untuk masalah kepercayaan kepada masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai