Anda di halaman 1dari 15

LPD & PERBANKAN

BAB 16 dan 17

Oleh:
Kelompok7
1. I Gusti Agung Gde Adhi Raditya 1607532002
2. Ida Bagus Putu Julio Swastika 1607532005
3. Gede Eka Yasa 1607632016
4. Anak Agung Ngurah Indra Bhagaskara 1607532114
5. Gede Dikha Waisna Putra 1607532030

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2018/2019
BAB 16
BATAS MAKSIMUM PEMBERIAN KREDIT

A. Cakupan dan Dasar Perhitungan BMPK


Pos-pos yang diperhitungkan dalam menentukan Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK)
atau Legal Lending Limit (LLL) adalah :
1. Kredit yang diberikan
Pelanggaran BMPK dihitung berdasarkan baki debit. Pengertian baki debit tidak termasuk
bunga akrual pada pos rupa-rupa aktiva dan tunggakan bunga (bunga dalam penyelesaian)
pada rekening administrative. Bunga akrual adalah pendapatan bunga dari kredit lancer
dalam pengertian khusus. Dalam pengertian kredit disini termasuk giro bersaldo debit
(overdraft), kartu kredit (baki debit), transaksi yang berasal dari off balance sheet yang
wan prestasi.
2. Surat Berharga
Perhitungan BMPK dengan surat berharga dengan node purchase agreement (NPA) dan
pengambil alihan dalam rangka anjak piutang didasarkan pada harga perolehan, yaitu
harga nominal dikurangi diskonto yang diterima (seperti SBPU). Yang dimaksud dengan
surat berharga NPA adalah pembelian surat berharga yang disertai dengan penyertaan
kesediaan bank untuk membeli surat berharga tersebut dalam jumlah, jangka waktu, dan
tingkat diskonto tertentu.
Dasar perhitungan pelanggaran atau pelampauan BMPK adalah didasarkan pada harha
perolehan saat membeli atau didasarkan nilai pasar untuk surat berharga yang tercantum
di bank. Surat berharga dimaksud adalah surat berharga yang lazim diperdagangkan di
pasar uang. Surat berharga ini termasuk promes, SPBU, CPs dan MTNs, wesel oligasi,
sekuritas kredit dan termasuk sertifikat resadana.
3. Penempatan Pada Bank Lain
Perhitungan pelangggaran BMPK penempatan pada bank atau pada bank lain didasarkan
pada nilai nominal, kecuali srtifikat deposito dan surat berharga yang dililai berdasarkan
harga perolehan. Penempatan ini dapat berupa giro, deposito call money, kredit, sertifikat
deposito, surat berharga.
4. Penyertaan
Pelanggaran pelampauan BMPK utuk pos ini didasarkan pada jumlah dana yang
ditanamkan oleh bank dan didasarkan pada nilai penyertaaan yang tercatat di neraca (tanpa
adanya penyedian dana berupa cash outflow). Pernyertaan dalam hal ini hanya pada
lembaga keuangan hanya diperkenankan dalam rangka penyertaan modal sementara
dalam rangka rekontruksi kredit dikecualikan dalam perhitungan BMPK.
5. Transaksi Rekening Administratif
Untuk pos ini terdiri dari garansi yang diberikan dan resiko kredit dari transaksi derivative.
Garansi yang diberikan berupa warkat penerbitan jaminan, akseptasi atau endosemen,
irrevocable L/C atau SKBDN, akseptasi wesel impor, penjualan surat berharga dengan
syarat repo, standbay L/C dan garansi lainya. Sedangkan resiko kredit dari transaksi
derivative didasarkan pada nilai resiko kreditnya. Perhitungan resiko kredit dari transaksi
derivatif didasarkan atas unrealizedgain yang dimungkinkan tidak jadi diterima
counterparty melakukan wan prestasi. Gain dimaksud adalah selisih nilai pasar (mark to
market value) terhadap nilai kontrak. Marking to market untuk memperoleh nilai resiko
kredit dilakukan bank pada akhir hari. Mengingat timbulnya resiko kredit tersebut akibat
perubahan kurs, maka kelebihan BMPK hanya akan menyebabkan pelampauan BMPK.

B. Pos-Pos Pengecualian dalam Perhitungan Batas Maksimum Pemberian Kredit


(BMPK)
Dalam memperhitungkan BMPK suatu bank, harus dicermati beberapa pos yang tidak perlu
diperhitungkan yaitu :
a. Penanaman dana pada Sertifikasi Bank Indonesia (SBI) dan surat hutang pemerintah
Indonesia.
b. Penanaman dana yang diterbitkan atau dijamin oleh pemerintah Indonesia atau dijamin
oleh Bank Indonesia, misalnya skimp penempatan dana BI, dan lain-lain.
c. Penyertaan modal sementara pada perusahaan debitur untuk mengatasi kegagalan kredit
(restrukturisasi kredit).
d. Penyediaan dana yang dijamin oleh cash collateral. Penyediaan dana ini yang dijamin
dengan SBLC yang dianggap cash collateral dikecualikan dalam BMPK namun harus
memenuhi persyaratan:
 Bank telah melaporkan mengenai aktiva produktif yang dijamin SBLC dan realisasi
pencairan SBLC.
 SBLC harus diterbitkan atau dijamin oleh prime banks yang memiliki peringkat
minimal A dari lembaga pemeringkat internasional.
 Jangka waktunya harus meng-cover jangka waktu aktiva produktif plus 90 hari.
 SBLC harus dicairkan selambat-lambatnya 90 hari setelah debitur tidak memenuhi
kewajibannya kepada bank atau pada saat kredit bermasalah.
 Bila SBLC tidak bisa dicairkan, maka penyediaan dana ini menjadi diperhitungkan
dalam BMPK.
 Khusus tagihan kepada prime banks yang berperingkat A diecualikan dari perhitungan
BMPK sebab dianggap tidak beresiko.
e. Penempatan dana antar bank yang dijamin oleh pemerintah (selama masih berlaku)
sepanjang bank tempat penempatan memenuhi syarat penjaminan. Penjaminan pemerintah
diberikan kepada kewajiban bank, bukan aset bank. Kewaiban tersebut bagi setiap bank
berbadan hukum Indonesia.
f. Pengambilalihan (negosiasi) wesel ekspor berjangka yang diterbitkan atas dasar L/C
berjangka (Usance L/C) yang masih berlaku dan diaksep oleh prime banks di luar negeri.

C. Penentuan BMPK
Penentuan BMPK dilakukan untuk mengatur portofolio kredit perbankan agar tidak
terakumulasi pada satu kelompok atau individual dalam pemeberian kredit. Jika terkonsentrasi
dalam satu kelompok atau individual saja akan memberikan resiko yang besar bagi bank.
BMPK merupakan penerapan dari konsep diversifikasi investasi untuk menurunkan resiko.
Bank Indonesia mengatur pemberian kredit kepada nasabah harus dibedakan antara pihak
terkait dengan bank dan pihak lain yang tak terkait, yaitu:
1. Pihak terkait
a. Pemegang saham bank perseorangan sebesar 10% atau lebih
b. Pemegang saham bank berbentuk perusahaan/badan sebesar 10% atau lebih
c. Anggota dewan komisaris
d. Anggota direksi
e. Keluarga sampai derajat kedua dalam garis lurus maupun ke samping dari pihak a, c,
dan d. Yang dimaksud keluarga adalah termasuk mertua, menantu dan ipar sehingga
meliputi orang tua kandung/tiri/angkat; saudara kandung/tiri/angkat; suami/istri; anak
kandung/tiri/angkat; cucu kandung/tiri.angkat; dll.
f. Perorangan sebagai pemegang saham perusahaan sebagaimana dimaksud dalam poin b
yang memiliki saham lebih dari 25% dan/atau mempengaruhi (menegendalikan
operasional, pengawasan, atau pengambil keputusan) perusahaan tersebut.
g. Pejabat bank, yaitu pejabat yang memiliki fungsi eksekutif (punya pengaruh terhadap
operasional bank dan/atau bertanggungjawab langsung kepada direksi)
h. Perusahaan yang dimiliki oleh pihak-pihak a s.d. g sebesar 10%
i. Perusahaan yang secara operasional, pengawasan, san dalam pengambilan keputusan
dipengaruhi oleh pihak-pihak a s.d. g. Hal ini dapat diketahui jika timbul permasalahan.
Otoritas moneter harus jeli untuk menemukan pembuktian bukti-bukti tertulis dalam
pemeriksaan.
j. Anak perusahaan bank dengan kepemilikan bank lebih dari 25% modal perusahaan
dan/atau apabila bank mempengaruhi perusahaan tersebut.
Penentuan BMPK atas pihak terkait adalah:
a. Untuk peminjam (individual) dan/atau kelompok peminjam ditetapkan maksimum sebesar
10% dari modal
b. Untuk keseluruhan pihak terkait ditetapkan maksimum sebesar 10% dari modal

2. Pihak tidak terkait adalah peminjam atau kelompok peminjam di luar pihak terkait.
Peminjam individual adalah nasabah perorangan atau perusahaan/badan yang memperoleh
satu atau lebih penyediaan dana. Kelompok peminjam adalah sejumlah peminjam yang
satu sama lain memiliki keterkaitan dalam hal:
a. Kepemilikan yaitu induk perusahaan memiliki saham anak perusahaan sebesar 25%
atau lebih
b. Kepengurusan yaitu direksi, komisaris, atau pejabat eksekutif suatu perusahaan atau
merupakan komisaris, direksi, dan/atau pejebat eksekutif perusahaan lain
c. Hubungan keuangan yaitu suatu perusahaan bertindak sebagai penjamin penyediaan
dana yang diterima perusahaan lain, atau yang memberikan bantuan keuangan kepada
perusahaan lain sehingga mengakibatkan adanya pengendalian usaha oleh salah satu
perusahaan tersebut
Pengaturan BMPK untuk pihak tidak terkait adalah:
a. 30% dari modal sejak 31 Desember 2001
b. 25% dari modal selama tahun 2002
c. 20% dari modal sejak Januari 2003
Bagi debitur yang terkena pelanggaran pelampauan BMPK , perhitungan BMPK haya
dikenakan atas pelanggaran secara kelompok.

D. Pelampauan BMPK
Pelampauan BMPK pada bank umum adalah selisih lebih antara persentase BMPK yang
diperkenankan dengan persentase Penyediaan Dana terhadap Modal Bank pada saat tanggal
laporan dan tidak termasuk Pelanggaran BMPK.
Pelampauan BMPK pada bank perkreditan rakyat (BPR) adalah selisih lebih antara persentase
Penyediaan Dana yang telah direalisasikan terhadap Modal BPR pada saat tanggal laporan
dengan BMPK yang diperkenankan dan tidak termasuk Pelanggaran BMPK
Formulasi pelampauan BMPK :

Penyediaan Dana Pada Tanggal Pelaporan BMPK


( 𝑥 100 %) − 𝐵𝑀𝑃𝐾
Modal Pada Tanggal Laporan BMPK

Bank dianggap melampau BMPK apabila bank melakukan penyediaan dana melebihi
persentase maksimum karena perubahan-perubahan yang terjadi setelah penyediaan dana
realisasi. Pelampauan BMPK yang terjadi akibat gejolak kurs dan/atau penurunan modal bank
atas penyediaan dana yang telah diberikan, tidak dikategorikan sebagai pelanggaran BMPK.
Kurs yang menjadi dasar adalah kurs neraca bank pada akhir bulan.

E. Pelanggaran BMPK
Pelanggaran BMPK pada bank umum adalah selisih lebih antara persentase BMPK yang
diperkenankan dengan persentase Penyediaan Dana terhadap Modal Bank. Pelanggaran BMPK
dapat dilihat pada saat bank melakukan realisasi penyediaan dana telah melebihi dari
persentase maksimum.
Pelanggaran BMPK pada bank perkreditan rakyat (BPR) adalah selisih lebih antara persentase
Penyediaan Dana pada saat direalisasikan terhadap Modal BPR dengan BMPK yang
diperkenankan.
Formulasi pelanggaran BMPK:
Penyediaan Dana Pada Saat Pemberiannya
( x 100% ) - BMPK
Modal Pada Saat Pemberian Penyediaan Dana

Bank harus menolak realisasi dana yang dilakukan debiturnya apabila berdasarkan
perhitungan dengan formula diatas akan mengakibatkan terjadinya pelanggaran BMPK.
Penolakan ini bisa dilakukan bila dalam perjanjian sebelumnya memberikan pernyataan
tentang klausal ini.
Dengan memperhatikan ketentuan di atas, maka dapat dikatakan bahwa bank-bank yang tidak
memiliki modal atau bahkan CAR (Capital Adequacy Ratio)-nya negatif secara otomatis
melakukan pelampauan dan pelanggaran BMPK. Bank yang memiliki CAR sebesar 0 atau
minus dilarang untuk memberikan kredit/penempatan dana pada umumnya. Kecuali telah
mendapat persetujuan pemerintah untuk mengikuti program rekapitulasi perbankan

F. Pelaporan Akuntansi Pelanggaran BMPK


Pelaporan mengenai posisi BMPK harus dilakukan bank komersial kepada bank sentral,
pihak terkait, pihak tak terkait. Laporan tersebut menyangkut pelampauan BMPK maupun
Pelaporan pelanggaran BMPK. Laporan-laporan tersebut antara lain :
a. Laporan Pelanggaran BMPK kepada Pihak Terkait
b. Laporan Pelanggaran BMPK kepada Pihak Tidak Terkait
c. Laporan Pelampauan BMPK kepada Pihak Tidak Terkait
d. Laporan Penyediaan Dana dan Pelampauan BMPK kepada Pihak Terkait
Contoh:
a. Laporan Pelanggaran BMPK Pihak Terkait
PT Bank ABC memiliki modal Rp 150.000.000.000 per 31 April 1999. Modal tersebut
sebesar 40% sahamnya dimiliki oleh Sdr. Sudibyo. Pada tanggal 10 Januari 1999 Bank ABC
telah menyetujui permohonan kredit Sdr. Sudibyo sebesar Rp 24.000.000.000 dengan jangka
waktu 5 tahun, grace period 1 tahun, tingkat bunga 18%. Komitmen kredit ini dicairkan secara
bertahap sebagai berikut ;
Pencairan tahap 1 tanggal 15 Januari 1999
Pencairan tahap 2 tanggal 15 Maret 1999
Pencairan tahap 3 tanggal 15 Mei 1999
Pencairan tahap 4 tanggal 15 Juli 1999
Dana yang dicairkan setiap tahap adalah Rp 6.000.000.000
Pembahasan kasus:
Sudibyo adalah pemilik 40% saham Bank ABC, artinya memiliki lebih besar dari 10% modal
disetor ke bank. Dengan demikian Sudibyo digolongkan dengan pihak terkait sebab itu BMPK
yang harus ditaati oleh bank adalah 10%. Pada tanggal 15 Mei 1999, PT Bank ABC telah
melakukan pelanggaran BMPK bagi pihak terkait. Pelaporannya adalah sebagai berikut:
LAPORAN PELANGGARAN BMPK PIHAK TERKAIT
PT BANK ABC
Per 31 Mei 1999
Hubungan Pada Saat Pemberian/ realisasi Penyediaan dana
Nama
No Keterkaitan Penyediaan Dana Dalam Pelanggaran BMPK Kualitas Keterangan
Peminjam Tanggal Kurs Modal KPMM
Dengan Bank Rupiah Valas Rupiah %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)

Pemilik 40%
1 Sudibyo 15-Mei-99 18.000.000.000 - - 150.000.000.000 3.000.000.000 2 L -
Saham

Anggota Dewan Komisaris Anggota Direksi Pejabat Bank

........................... .......................... .....................


(nama) (nama) (nama)

b. Laporan Pelampauan BMPK


Bank ABC memiliki modal Rp 150.000.000.000 telah memberikan komitmen untuk memenuhi
permintaan kredit PT Aneka Rasa sebesar Rp 40.000.000.000 dengan jangka waktu 1 tahun.
Akad kredit ditandatangani tanggal 10 Januari 1999. Permasalahn timbul pada bulan januari
1999 debitur yang bersangkutan telah melakukan penarikan seluruh plafond yang diberikan,
sedangkan modal bank untuk posisi akhir Mei 1999 ternyata menurun menjadi Rp
140.000.000.000. Bagaimana posisi BMPK dan pelaporannya.
Pembahasan kasus :
PT Aneka Rasa adalah pihak tidak terkait dengan bank. Dalam hal ini BMPK untuk pihak tidak
terkait dengan bank sampai dengan 31 Desember 1999 adalah 30% dari modal bank. Kemudian
pada akhir Mei 1999 ternyata terjadi penurunan modal bank yang menyebabkan pemberian
kredit kepada PT Aneka Rasa mengalami pelampauan BMPK. Laporan untuk peristiwa ini
adalah sebagai berikut :

PT BANK ABC
Laporan Pelampauan BMPK Pihak tidak Terkait
Per 31 Mei 1999
Pada Tanggal Laporan
No Nama Peminjam Penyediaan Dana Dalam Pelampauan BMPK Keterangan
Kurs
Rupiah Valas Rupiah %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

1 PT Aneka Rasa 40.000.000.000 - - 2.000.000.000 1,43 -

Mengetahui,
Ttd, Ttd, Ttd,
Anggota Dewan Komisaris Anggaran Direksi Pejabat Bank
......................... .......................... ..........................
(nama) (nama) (nama)

G. Action Plan dan Pelaksanaannya


Bila bank melakukan pelanggaran BMPK atau pelampauan BMPK, maka bank wajib
memberikan menyusun action plan. Action plan ini memuat upaya-upaya untuk menyelesaikan
pelanggaran dan pelampauan BMPK dengan target waktu penyelesaiannya. Target waktu
penyelesaian pelanggaran BMPK dalam waktu satu bulan, sedangkan pelampauan BMPK
diselesaiakn dalam waktu sembilan bulan. Action plan ini wajib mendapat persetujuan Bank
Indonesia. Setelah memberikan laporan action plan, bank juga wajib memberikan laporan
pelaksanaanya.
BAB 17
PENYERTAAN SAHAM

Penempatan dana perbankan dapat dilakukan pada aset jangka pendek misalnya pada
Sertifikat Bank Indonesia (SBI), commercial paper, kredit jangka pendek atau pada aset jangka
panjang. Penempatan dana pada aset jangka pendek umumnya mempunyai tujuan yang sangat
sederhana yaitu untuk memperoleh pendapatan dan memelihara likuiditas bank. Sedangkan
penempatan jangka panjang tidak sekedar untuk memperoleh pendapatan tapi bisa jadi untuk
menyisihkan atau membentuk dana khusus, untuk mengendalikan perusahaan lain yang
sahamnya dibeli, untuk mengurangi persaingan diantara perusahaan-perusahaan yang sejenis,
untuk menguasai pangsa pasar produk atau jasa perbankan tertentu atau mempunyai tujuan
untuk menyelamatkan dana perbankan yang telah tertanam dalam bentuk kredit di perusahaan
lain.

Definisi Penyertaan
Penyertaan merupakan penanaman dana bank dalam bentuk saham perusahaan lain untuk
tujuan investasi jangka panjang, ikut serta dalam perusahaan lain, penyelamatan kredit,
mengendalikan perusahaan lain, menguasai pangsa pasar dan sebagainya. Namun penyertaan
bank pada perusahaan-perusahaan ini sudah tidak boleh dilakukan kecuali pada lembaga
keuangan dan penyertaan yang berasal dari penyelamatan kredit.
Penyertaan dapat dilakukan pada perusahaan baru, artinya perusahaan yang akan
beroperasi maupun perusahaan yang sedang atau sudah berjalan. Penyertaan saham oleh bank
terhadap perusahaan lain menimbulkan hubungan antara bank yang menguasai atau membeli
saham dengan perusahaan yang dibeli sahamnya. Hubungan ini sering diterjemahkan antara
perusahaan induk mengendalikan manajemen perusahaan anak. Perusahaan anak ini dari segi
yuridis terlepas dari perusahaan induk, artinya perusahaan anak tersebut sebagai unit bisnis
yang berdiri sendiri, namun dari segi ekonomis perusahaan anak dibawah pengelolaan satu
manajemen perusahaan induk. Perspektif akuntansi untuk penyertaan lebih menitikberatkan
pada aspek ekonomis.
Pada prinsipnya penyertaan saham dicatat sebesar harga perolehannya. Harga perolehan
adalah harga yang dibutuhkan untuk mendapatkan saham. Harga perolehan diperhitungkan dari
harga beli ditambah biaya-biaya lain untuk memperoleh saham tersebut.
Pencatatan penanaman dalam bentuk penyertaan ini dilakukan dengan dua cara: (1) equity
method, dan (2) cost method. Kedua pencatatan ini akan berbeda satu sama lain. Pemilihan cara
pencatatan ini akan dipengaruhi oleh besarnya investasi atau penyertaan yang dilakukan.

A. Pencatatan Penyertaan Dengan Metode Harga Perolehan (Cost Method)


Dengan cost method, investasi dicatat sebesar harga perolehannya, sedangkan dividen
yang diperoleh dicatat sebagai pendapatan lain-lain. Perkiraan investasi jangka panjang akan
dikredit dalam hal terdapat penerimaan dividen yang merupakan pembagian keuntungan yang
berasal dari laba yang ditahan dari periode sebelum penyertaan tersebut dilakukan atau jika
perusahaan anak menderita kerugian yang sangat material yang menyebabkan penurunan aset
dan rentabilitas investee.
Dalam hal dividen yang diterima dalam bentuk saham (dividen saham) tidak boleh dicatat
sebagai penambah harga perolehan penyertaan dan tidak diakui sebagai pendapatan.
Penyertaan bank pada lembaga keuangan lain dengan pangsa sampai dengan 20% akan dicatat
dengan cost method.

Contoh 1:

Tgl 1 Januari 2013 Bank Bintang Buana membeli saham PT. PSP Multifinance sebanyak
450.000 lembar @Rp10.000,00 harga kurs 103% tunai. Kepemilikan ini menjadikan Bank
Bintang Buana memiliki 15% dari jumlah saham PT. PSP Multifinance yang beredar. Biaya
pembelian tunai saham berjumlah Rp5.000.000,00.

Informasi tambahan :

tanggal 31 Desember 2013, PT. PSP mendapat laba sebesar Rp 8,6 milyar.
Tanggal 31 Januari 2014 PT. PSP mengumumkan akan membagikan deviden 70% tunai.

Tanggal 1 Februari 2014 PT. PSP membagikan deviden tunai kepada pemegang saham.

Pencatatan transaksi dengan menggunakan cost method di Bank Bintang Buana adalah sebagai
berikut :

Tanggal Rekening Debit Kredit


Penyertaan saham-PT. PSP
1/1/13 4,64 Milyar
(450.000 lb x 10.000 x 103%)

Kas 4,64 Milyar

31/12/13 -

31/1/14 Piutang deviden 903 Juta

Pendapatan lainnya 903 Juta

(8,6M x 70% x 15%)

1/2/14 Kas 903 Juta

Piutang deviden 903 Juta

 Deviden dapat juga diberikan dalam bentuk saham.


 Misal dari contoh 1, PT. PSP Multifinance membagi 1 lembar saham deviden untuk
tiap kepemilikan 5 lembar saham biasa. Dengan demikian, maka :
 Bank Bintang Buana akan menerima saham deviden =450.000 /5 lembar =90.000
lembar.
 Bank Bintang Buana memegang saham sebanyak 540.000 lembar.
-Harga perolehan saham=4,64M/540.000=Rp.8.593

Dalam hal ini Bank Bintang Buana hanya mencatat banyaknya lembar saham yang
bertambah atas PT. PSP Multifinance, tetapi tidak menjurnal atas dividen saham yang
diterima.

B. Pencatatan Penyertaan Dengan Equity Method


Apabila suatu perusahaan mempunyai investasi dalam saham dengan hak suara pada
perusahaan lain dalam jumlah yang memungkinkan perusahaan pemodal menguasai atau
mempengaruhi perusahaan lain tersebut, maka equity method akan lebih mencerminkan
hubungan ekonomis antara kedua perusahaan tersebut dibandingkan dengan cost method.
Dengan equity method, investasi dicatat sebesar harga perolehannya untuk kemudian
didebet atau dikredit dengan bagian laba atau rugi perusahaan anak secara proposional. Dividen
yang diterima dicatat mengurangi perkiraan investasi yang bersangkutan. Penyertaan bank
pada lembaga keuangan lain dengan pangsa lebih dari 20% serta penyertaan yang berasal dari
pengalihan kredit dicatat dengan equity method.
Contoh:
Misalkan pada contoh 1, kepemilikan saham Bank Bintang Buana sebanyak 450.000 lembar
merupakan kepemilikan 40% saham PT. PSP Multifinance . Buat pencatatan dengan metode
ekuitas di Bank Bintang Buana yakni :

Tanggal Rekening Debet Kredit

1/1-13 Penyertaan saham-PT.PSP 4,64 milyar

Kas 4,64 milyar

31/12-13 Penyertaan saham-PT. PSP 3,44 milyar

Pendapatan Penyertaan 3,44 milyar

31/1-14 Piutang deviden 2,408 milyar


Penyertaan saham-PTPSP 2,408 milyar

1/2-14 Kas 2,408 milyar

Piutang deviden 2,408 milyar

Saham beredar PT. PSP = 100/40 x 4,64 m =11,6 M


Pendapatan deviden 31 des 11= 40% x 8,6 m =3,44 M
31 jan 14, kas dari deviden =8,6 M x 70%x40%=2,408M
Informasi tambahan, untuk penerimaan dividen berupa saham, pengaruhnya akan memperkecil
nilai saham perlembar, Penerimaan dividen saham ini tidak akan dijurnal tetapi hanya dicatatat
secara administrative.
Bila PT. PSP Multifinance mengalami kerugian, maka Bank Bintang Buana ikut menanggung
juga, misal rugi Rp.100 juta. Maka bank akan menjurnal :
Rugi Penyertaan-PT. PSP Rp40 juta
Penyertaan PT.PSP Rp40 juta

C. Masalah Khusus : Penyertaan dari Pengalihan Kredit

Kredit macet yang terjadi di pihak debitur, harus diselamatkan oleh bank kreditur.
Penyelamatan kredit dilakukan dengan cara mengalihkan ke penyertaan, berarti akan terjadi
hubungan kepemilikan. Pengalihan kredit menjadi penyertaan dicatat menggunakan metode
ekuitas, sebesar nilai wajar dari saham yang diterima. Selisihnya dengan nilai kredit dicatat
laba atau rugi pengalihan kredit.

Contoh:

Tanggal 1 Mei 2013 PT. ASF Multifinance tidak dapat melunasi kreditnya pada Bank Bintang
Buana dan menjadi kredit bermasalah. Berdasarkan kesepakatan, jumlah kredit bermasalah
dialihkan menjadi penyertaan dengan nilai wajar Rp.10.200,-/lbr saham dengan jumlah
500.000 lembar saham. Kredit yang bermasalah Rp.5 milyar dengan bunga Rp.300 juta.

Jurnal yang dibuat Bank Bintang Buana adalah :

Penyertaan – saham PT. ASF 5,1 milyar

Rugi pengalihan kredit 200 juta


Kredit yg diberikan 5,3 milyar

Daftar Pustaka

Taswan. 2008. Akuntansi Perbankan Transaksi dalam Valuta Rupiah. UPP STIM YKPN:
Yogyakarta.

Suhardjono, Indra. Akuntansi Perbankan. Salemba Empat: Jakarta.

Peraturan Bank Indonesia Nomor: 7/3/PBI/2005 tentang Batas Maksimum Pemberian Kredit
Bank Umum
www. bi. go . id

Anda mungkin juga menyukai