BAB 16 dan 17
Oleh:
Kelompok7
1. I Gusti Agung Gde Adhi Raditya 1607532002
2. Ida Bagus Putu Julio Swastika 1607532005
3. Gede Eka Yasa 1607632016
4. Anak Agung Ngurah Indra Bhagaskara 1607532114
5. Gede Dikha Waisna Putra 1607532030
C. Penentuan BMPK
Penentuan BMPK dilakukan untuk mengatur portofolio kredit perbankan agar tidak
terakumulasi pada satu kelompok atau individual dalam pemeberian kredit. Jika terkonsentrasi
dalam satu kelompok atau individual saja akan memberikan resiko yang besar bagi bank.
BMPK merupakan penerapan dari konsep diversifikasi investasi untuk menurunkan resiko.
Bank Indonesia mengatur pemberian kredit kepada nasabah harus dibedakan antara pihak
terkait dengan bank dan pihak lain yang tak terkait, yaitu:
1. Pihak terkait
a. Pemegang saham bank perseorangan sebesar 10% atau lebih
b. Pemegang saham bank berbentuk perusahaan/badan sebesar 10% atau lebih
c. Anggota dewan komisaris
d. Anggota direksi
e. Keluarga sampai derajat kedua dalam garis lurus maupun ke samping dari pihak a, c,
dan d. Yang dimaksud keluarga adalah termasuk mertua, menantu dan ipar sehingga
meliputi orang tua kandung/tiri/angkat; saudara kandung/tiri/angkat; suami/istri; anak
kandung/tiri/angkat; cucu kandung/tiri.angkat; dll.
f. Perorangan sebagai pemegang saham perusahaan sebagaimana dimaksud dalam poin b
yang memiliki saham lebih dari 25% dan/atau mempengaruhi (menegendalikan
operasional, pengawasan, atau pengambil keputusan) perusahaan tersebut.
g. Pejabat bank, yaitu pejabat yang memiliki fungsi eksekutif (punya pengaruh terhadap
operasional bank dan/atau bertanggungjawab langsung kepada direksi)
h. Perusahaan yang dimiliki oleh pihak-pihak a s.d. g sebesar 10%
i. Perusahaan yang secara operasional, pengawasan, san dalam pengambilan keputusan
dipengaruhi oleh pihak-pihak a s.d. g. Hal ini dapat diketahui jika timbul permasalahan.
Otoritas moneter harus jeli untuk menemukan pembuktian bukti-bukti tertulis dalam
pemeriksaan.
j. Anak perusahaan bank dengan kepemilikan bank lebih dari 25% modal perusahaan
dan/atau apabila bank mempengaruhi perusahaan tersebut.
Penentuan BMPK atas pihak terkait adalah:
a. Untuk peminjam (individual) dan/atau kelompok peminjam ditetapkan maksimum sebesar
10% dari modal
b. Untuk keseluruhan pihak terkait ditetapkan maksimum sebesar 10% dari modal
2. Pihak tidak terkait adalah peminjam atau kelompok peminjam di luar pihak terkait.
Peminjam individual adalah nasabah perorangan atau perusahaan/badan yang memperoleh
satu atau lebih penyediaan dana. Kelompok peminjam adalah sejumlah peminjam yang
satu sama lain memiliki keterkaitan dalam hal:
a. Kepemilikan yaitu induk perusahaan memiliki saham anak perusahaan sebesar 25%
atau lebih
b. Kepengurusan yaitu direksi, komisaris, atau pejabat eksekutif suatu perusahaan atau
merupakan komisaris, direksi, dan/atau pejebat eksekutif perusahaan lain
c. Hubungan keuangan yaitu suatu perusahaan bertindak sebagai penjamin penyediaan
dana yang diterima perusahaan lain, atau yang memberikan bantuan keuangan kepada
perusahaan lain sehingga mengakibatkan adanya pengendalian usaha oleh salah satu
perusahaan tersebut
Pengaturan BMPK untuk pihak tidak terkait adalah:
a. 30% dari modal sejak 31 Desember 2001
b. 25% dari modal selama tahun 2002
c. 20% dari modal sejak Januari 2003
Bagi debitur yang terkena pelanggaran pelampauan BMPK , perhitungan BMPK haya
dikenakan atas pelanggaran secara kelompok.
D. Pelampauan BMPK
Pelampauan BMPK pada bank umum adalah selisih lebih antara persentase BMPK yang
diperkenankan dengan persentase Penyediaan Dana terhadap Modal Bank pada saat tanggal
laporan dan tidak termasuk Pelanggaran BMPK.
Pelampauan BMPK pada bank perkreditan rakyat (BPR) adalah selisih lebih antara persentase
Penyediaan Dana yang telah direalisasikan terhadap Modal BPR pada saat tanggal laporan
dengan BMPK yang diperkenankan dan tidak termasuk Pelanggaran BMPK
Formulasi pelampauan BMPK :
Bank dianggap melampau BMPK apabila bank melakukan penyediaan dana melebihi
persentase maksimum karena perubahan-perubahan yang terjadi setelah penyediaan dana
realisasi. Pelampauan BMPK yang terjadi akibat gejolak kurs dan/atau penurunan modal bank
atas penyediaan dana yang telah diberikan, tidak dikategorikan sebagai pelanggaran BMPK.
Kurs yang menjadi dasar adalah kurs neraca bank pada akhir bulan.
E. Pelanggaran BMPK
Pelanggaran BMPK pada bank umum adalah selisih lebih antara persentase BMPK yang
diperkenankan dengan persentase Penyediaan Dana terhadap Modal Bank. Pelanggaran BMPK
dapat dilihat pada saat bank melakukan realisasi penyediaan dana telah melebihi dari
persentase maksimum.
Pelanggaran BMPK pada bank perkreditan rakyat (BPR) adalah selisih lebih antara persentase
Penyediaan Dana pada saat direalisasikan terhadap Modal BPR dengan BMPK yang
diperkenankan.
Formulasi pelanggaran BMPK:
Penyediaan Dana Pada Saat Pemberiannya
( x 100% ) - BMPK
Modal Pada Saat Pemberian Penyediaan Dana
Bank harus menolak realisasi dana yang dilakukan debiturnya apabila berdasarkan
perhitungan dengan formula diatas akan mengakibatkan terjadinya pelanggaran BMPK.
Penolakan ini bisa dilakukan bila dalam perjanjian sebelumnya memberikan pernyataan
tentang klausal ini.
Dengan memperhatikan ketentuan di atas, maka dapat dikatakan bahwa bank-bank yang tidak
memiliki modal atau bahkan CAR (Capital Adequacy Ratio)-nya negatif secara otomatis
melakukan pelampauan dan pelanggaran BMPK. Bank yang memiliki CAR sebesar 0 atau
minus dilarang untuk memberikan kredit/penempatan dana pada umumnya. Kecuali telah
mendapat persetujuan pemerintah untuk mengikuti program rekapitulasi perbankan
Pemilik 40%
1 Sudibyo 15-Mei-99 18.000.000.000 - - 150.000.000.000 3.000.000.000 2 L -
Saham
PT BANK ABC
Laporan Pelampauan BMPK Pihak tidak Terkait
Per 31 Mei 1999
Pada Tanggal Laporan
No Nama Peminjam Penyediaan Dana Dalam Pelampauan BMPK Keterangan
Kurs
Rupiah Valas Rupiah %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
Mengetahui,
Ttd, Ttd, Ttd,
Anggota Dewan Komisaris Anggaran Direksi Pejabat Bank
......................... .......................... ..........................
(nama) (nama) (nama)
Penempatan dana perbankan dapat dilakukan pada aset jangka pendek misalnya pada
Sertifikat Bank Indonesia (SBI), commercial paper, kredit jangka pendek atau pada aset jangka
panjang. Penempatan dana pada aset jangka pendek umumnya mempunyai tujuan yang sangat
sederhana yaitu untuk memperoleh pendapatan dan memelihara likuiditas bank. Sedangkan
penempatan jangka panjang tidak sekedar untuk memperoleh pendapatan tapi bisa jadi untuk
menyisihkan atau membentuk dana khusus, untuk mengendalikan perusahaan lain yang
sahamnya dibeli, untuk mengurangi persaingan diantara perusahaan-perusahaan yang sejenis,
untuk menguasai pangsa pasar produk atau jasa perbankan tertentu atau mempunyai tujuan
untuk menyelamatkan dana perbankan yang telah tertanam dalam bentuk kredit di perusahaan
lain.
Definisi Penyertaan
Penyertaan merupakan penanaman dana bank dalam bentuk saham perusahaan lain untuk
tujuan investasi jangka panjang, ikut serta dalam perusahaan lain, penyelamatan kredit,
mengendalikan perusahaan lain, menguasai pangsa pasar dan sebagainya. Namun penyertaan
bank pada perusahaan-perusahaan ini sudah tidak boleh dilakukan kecuali pada lembaga
keuangan dan penyertaan yang berasal dari penyelamatan kredit.
Penyertaan dapat dilakukan pada perusahaan baru, artinya perusahaan yang akan
beroperasi maupun perusahaan yang sedang atau sudah berjalan. Penyertaan saham oleh bank
terhadap perusahaan lain menimbulkan hubungan antara bank yang menguasai atau membeli
saham dengan perusahaan yang dibeli sahamnya. Hubungan ini sering diterjemahkan antara
perusahaan induk mengendalikan manajemen perusahaan anak. Perusahaan anak ini dari segi
yuridis terlepas dari perusahaan induk, artinya perusahaan anak tersebut sebagai unit bisnis
yang berdiri sendiri, namun dari segi ekonomis perusahaan anak dibawah pengelolaan satu
manajemen perusahaan induk. Perspektif akuntansi untuk penyertaan lebih menitikberatkan
pada aspek ekonomis.
Pada prinsipnya penyertaan saham dicatat sebesar harga perolehannya. Harga perolehan
adalah harga yang dibutuhkan untuk mendapatkan saham. Harga perolehan diperhitungkan dari
harga beli ditambah biaya-biaya lain untuk memperoleh saham tersebut.
Pencatatan penanaman dalam bentuk penyertaan ini dilakukan dengan dua cara: (1) equity
method, dan (2) cost method. Kedua pencatatan ini akan berbeda satu sama lain. Pemilihan cara
pencatatan ini akan dipengaruhi oleh besarnya investasi atau penyertaan yang dilakukan.
Contoh 1:
Tgl 1 Januari 2013 Bank Bintang Buana membeli saham PT. PSP Multifinance sebanyak
450.000 lembar @Rp10.000,00 harga kurs 103% tunai. Kepemilikan ini menjadikan Bank
Bintang Buana memiliki 15% dari jumlah saham PT. PSP Multifinance yang beredar. Biaya
pembelian tunai saham berjumlah Rp5.000.000,00.
Informasi tambahan :
tanggal 31 Desember 2013, PT. PSP mendapat laba sebesar Rp 8,6 milyar.
Tanggal 31 Januari 2014 PT. PSP mengumumkan akan membagikan deviden 70% tunai.
Tanggal 1 Februari 2014 PT. PSP membagikan deviden tunai kepada pemegang saham.
Pencatatan transaksi dengan menggunakan cost method di Bank Bintang Buana adalah sebagai
berikut :
31/12/13 -
Dalam hal ini Bank Bintang Buana hanya mencatat banyaknya lembar saham yang
bertambah atas PT. PSP Multifinance, tetapi tidak menjurnal atas dividen saham yang
diterima.
Kredit macet yang terjadi di pihak debitur, harus diselamatkan oleh bank kreditur.
Penyelamatan kredit dilakukan dengan cara mengalihkan ke penyertaan, berarti akan terjadi
hubungan kepemilikan. Pengalihan kredit menjadi penyertaan dicatat menggunakan metode
ekuitas, sebesar nilai wajar dari saham yang diterima. Selisihnya dengan nilai kredit dicatat
laba atau rugi pengalihan kredit.
Contoh:
Tanggal 1 Mei 2013 PT. ASF Multifinance tidak dapat melunasi kreditnya pada Bank Bintang
Buana dan menjadi kredit bermasalah. Berdasarkan kesepakatan, jumlah kredit bermasalah
dialihkan menjadi penyertaan dengan nilai wajar Rp.10.200,-/lbr saham dengan jumlah
500.000 lembar saham. Kredit yang bermasalah Rp.5 milyar dengan bunga Rp.300 juta.
Daftar Pustaka
Taswan. 2008. Akuntansi Perbankan Transaksi dalam Valuta Rupiah. UPP STIM YKPN:
Yogyakarta.
Peraturan Bank Indonesia Nomor: 7/3/PBI/2005 tentang Batas Maksimum Pemberian Kredit
Bank Umum
www. bi. go . id