Disusun oleh:
Kelompok 5
UNIVERSITAS DIPONEGORO
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, karunia, dan anugerah-Nya
kepada kita semua. Sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan ini dengan tepat waktu. Shalawat
serta salam juga tidak lupa tercurah kepada Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarga dan
sahabatnya.
Laporan yang berjudul “Properti Investasi, Sewa, dan Penurunan Nilai” ini disusun untuk
memenuhi mata kuliah Pelaporan Korporat yang diampu oleh Bapak Puji Harto, S.E., M.Si., Akt, Ph.D.
Semoga laporan ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya. Penyusun juga menyadari
bahwa dalam pembuatan laporan ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penyusun menerima saran dan
kritik yang bersifat membangun demi perbaikan kearah kesempurnaan.
Akhir kata, penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang turut
membantu dan menyelesaikan laporan ini.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................3
2.1 Definisi Properti Investasi.......................................................................3
2.2 Perbedaan Properti Investasi dan Aset Tetap...........................................5
2.2.1 Kas yang Dihasilkan dari Pendapatan Rental...............................5
2.2.2 Nilai Jasa Pendukung yang Disediakan........................................6
2.3 Pengakuan dan Dasar Pengukuran Properti Investasi.............................8
2.3.1 Penentuan Biaya Perolehan Awal.................................................9
2.4 Sewa Properti Investasi.........................................................................11
2.4.1 Sewa Pembiayaan.......................................................................12
2.4.2 Sewa Operasi..............................................................................12
2.5 Penurunan Nilai Properti Investasi........................................................12
BAB III PENUTUP.....................................................................................................16
3.1 Kesimpulan............................................................................................16
3.1 Keterbatasan..........................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................18
3
BAB I
PENDAHULUAN
Semua aset memiliki potensi mengalami penurunan nilai, namun ada yang
diatur sendiri dalam standar aset terkait atau diatur umum dalam PSAK 48 tentang
Penurunan Nilai.
Penurunan nilai atau impairment menjadi bahasa yang semakin populer
dalam akuntansi saat ini ketika PSAK mengadopsi IFRS. Istilah impairment sudah
lama dikenal dalam akuntansi khususnya aset tetap. PSAK berbasis IFRS
menggunakan istilah penurunan nilai tak hanya untuk aset tetap tetapi juga untuk
aset tak berwujud, goodwill, aset keuangan dan investasi.
PSAK 16 tentang Aset tetap menjelaskan bahwa aset tetap dinilai sebesar
harga perolehan atau nilai revaluasi terakhir dikurangi dengan akumulasi
penyusutan dan penurunan nilai. Impairment diatur khusus dalam PSAK 48
Penurunan Nilai. PSAK 48 diterapkan untuk semua aset kecuali untuk persediaan,
aset keuangan, kontrak konstruksi, kontrak asuransi, properti investasi yang
diukur dengan nilai wajar.
PSAK memiliki banyak komponen seperti PSAK 13 tentang Investasi
Properti, PSAK 30 tentang Sewa dan PSAK 48 tentang Penurunan Nilai Aset.
Investasi properti dalam PSAK 13 menjelaskan bahwa properti (tanah atau
bangunan, atau bagian dari bangunan, atau keduanya) yang dikuasai (oleh pemilik
atau lessee melalui sewa pembiayaan) untuk menghasilkan rental atau untuk
kenaikan nilai, PSAK 30 tentang Sewa adalah suatu perjanjian dimana lessor
memberikan kepada lessee hak untuk menggunakan suatu aset selama periode
waktu yang disepakati. Sebagai imbalannya, lessee melakukan pembayaran atau
serangkaian pembayaran kepada lessor. Selanjutnya PSAK 48 tentang penurunan
nilai dari aset merupakan suatu kondisi di mana nilai tercatat dari aset (carrying
amount) melebihi jumlah terpulihkan (recoverable amount). PSAK 48
menyatakan bahwa pada setiap akhir periode pelaporan, suatu entitas harus
menilai apakah terdapat indikasi suatu aset mengalami penurunan nilai.
Untuk penjelasan lebih lanjut terkait dengan PSAK 13, PSAK 30, dan
PSAK 48 maka makalah ini akan membahas penerapan PSAK 13 tentang
Investasi Properti, PSAK 30 tentang Sewa, dan PSAK 48 tentang Penurunan
Nilai. Tiap-tiap pembahasan dari PSAK tersebut akan disajikan secara sistematis,
diawali dari definisi, pengakuan dan pengukuran, serta penyajian dan
pengungkapan.
PEMBAHASAN
a. digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa atau untuk
tujuan administratif; atau
Agar dapat dikelompokkan sebagai properti investasi dua kriteria ini harus
dipenuhi:
2. Status kepemilikan:
4. Gedung yang saat ini kosong namun akan disewakan ke pihak lain melalui
sewa operasi.
Menurut PSAK 13, berikut adalah contoh aset yang bukan merupakan
properti investasi dan oleh karena itu tidak termasuk dalam ruang lingkup
pernyataan ini:
Oleh karena itu, sekilas properti investasi dan aset tetap memiliki
kemiripan definisi, yaitu “untuk menghasilkan rental” (properti investasi) dan
“dimiliki .... untuk direntalkan kepada pihak lain” (aset tetap). Meskipun
demikian, perbedaan keduanya terletak pada dua aspek berikut:
Contoh:
PT. A adalah pemilik gedung yang dijadikan sebagai hotel. Hotel pertama dikelola
sendiri oleh PT. A, sedangkan hotel kedua disewakan kepada PT. B yang
mengelola hotel sepenuhnya melalui perjanjian sewa operasi dengan PT. A, PT. B
menyediakan sendiri perabotan dan peralatan yang dibutuhkan untuk menjalankan
hotel tersebut.
Kesimpulan:
1. Gedung yang dimiliki dan dikelola sendiri sebagai hotel oleh PT. A
merupakan aset tetap karena pendapatan menginap (sewa kamar) bukan
hanya berasal dari penggunaan properti (tanah dan bangunan) semata,
namun harus didukung oleh aset seperti perabotan kamar, peralatan dapur
hotel, dan sarana lainnya.
Contoh:
PT. C adalah pemilik dari dua gedung kembar yang digunakan untuk
menghasilkan rental. Gedung pertama digunakan sebagai perkantoran sedangkan
gedung kedua sebagai hotel bintang tiga. PT. C menyediakan jasa keamanan dan
perawatan/kebersihan untuk area umum lantai perkantoran. Para penyewa
umumnya menyewa untuk periode 1-3 tahun. Setiap lessee bertanggung jawab
atas area kantor yang mereka sewa sehingga bebas mempekerjakan tenaga
tambahan untuk menjaga keamanan dan kebersihan kantornya masing-masing.
Lessee menyediakan sendiri perabotan dan interior kantornya namun saat kontrak
sewa habis, kantor harus dikembalikan ke PT. C dalam kondisi kosong dan bersih
seperti semula.
Gedung yang digunakan sebagai hotel bintang tiga dikelola sendiri oleh PT. C. PT.
C menyediakan semua perabotan dan peralatan kamar berikut jasa pendukung
yang diperlukan, meliputi makan pagi, pembersihan kamar harian, binatu, layanan
kamar untuk pemesanan makanan, dan jaringan internet di setiap kamar.
Kesimpulan:
2. Gedung yang digunakan sebagai hotel merupakan aset tetap karena jasa
pendukung yang disediakan nilainya signifikan terhadap paket rental
keseluruhan.
Jika suatu properti terdiri atas bagian yang memiliki karakteristik properti
investasi dan bagian lain yang memiliki karakteristik aset tetap, maka:
1. Jika bagian properti tersebut dapat dijual secara terpisah, maka entitas
harus mencatatnya masing-masing sebagai “properti investasi” dan “aset
tetap” secara terpisah;
2. Jika bagian tersebut tidak dapat dijual secara terpisah, maka properti
diklasifikasikan sesuai bagian yang memiliki proporsi paling besar di
antara keduanya.
3. Properti investasi yang nilai wajarnya tidak dapat ditentukan secara andal atas
dasar berkelanjutan, entitas harus dicatat sesuai dengan PSAK tersebut.
Yes
Properties Properties
under PSAK 13 under PSAK 13
No
Choose to use
cost model ?
1. Model Biaya
Jika setelah pengakuan awal entitas memilih model biaya, maka seluruh
properti investasi harus diukur dengan biaya perolehan sesuai dengan PSAK 16:
Aset Tetap. Dengan demikian, properti investasi akan disusutkan dan menjadi
subjek uji penurunan nilai (impairment test) sesuai dengan ketentuan PSAK 48:
Penurunan Nilai Aset.
$200,000 $180,000
Carriying Compared to Recoverable
Amount Amount
Higher of
$180,000 $175,000
Penentuan Nilai Tercatat dan Nilai Terpulihkan dalam Perjanjian Sewa
Properti Investasi
PSAK 48 tidak mengatur cara menghitung nilai pakai dalam perjanjian sewa
properti investasi. Namun kita dapat mengacu pada prinsip umum bahwa
komponen pembiayaan (financing item) tidak digunakan dalam perhitungan uji
penurunan nilai. Tabel berikut ini merangkum penentuan nilai tercatat dan nilai
pakai (value in use) dari properti investasi yang disewakan dari sisi lessee dan
lessor.
LESSEE LESSOR
Sewa Sewa Operasi Sewa Sewa
Pembiayaan Pembiayaan Operasi
Nilai Tercatat
Aset Sewaan Nilai aset sewaan N/A Aset sewaan Aset sewa
digunakan dalam Tidak ada aset berupa aset diakui sebesar
menghitung nilai yang diakui keuangan nilai
tercatat dalam laporan (piutang tercatatnya
posisi keuangan sewa).Uji
penurunan nilai
dicakup dalam
PSAK 55.
Liabilitas Nilai tercatat N/A N/A N/A
(Utang) Sewa utang sewa di
laporan posisi Tidak ada utang
keuangan hanya sewa yang
mencakup pokok diakui dalam
utang dan tidak laporan posisi
termasuk beban keuangan
bunga.
Nilai Pakai untuk Penentuan Nilai Terpulihkan
Pembayaran/pener Komponen beban Pembayaran Aset Penerimaan
imaan sewa bunga tidak berkala adalah sewaan berkala adalah
berkala untuk masuk dalam murni beban berupa aset murni
menghitung nilai proyeksi arus kas sewa (tidak ada keuangan pendapatan sewa
pakai, dibagi keluar komponen (piutang (tidak ada
menjadi dua: beban bunga) sewa). Uji komponen
(1) Pelunasan sehingga penurunan pendapatan
pokok, dan digunakan nilai bunga) sehingga
(2) Beban/pendap seluruhnya dicakup digunakan
atan bunga dalam proyeksi dalam seluruhnya
arus kas keluar PSAK 55. dalam proyeksi
arus kas masuk.
Properti investasi yang menggunakan model nilai wajar tidak menjadi subjek uji
penurunan nilai karena jumlah tercatat aset akan selalu disesuaikan dengan nilai
wajarnya pada tanggal pelaporan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
PSAK 13 mendefinisikan properti investasi sebagai tanah atau bangunan
atau bagian dari suatu bangunan atau keduanya, yang dikuasai untuk
menghasilkan rental atau untuk kenaikan nilai atau kedunya, dan tidak digunakan
dalam bisnis atau untuk dijual dalam kegiatan usaha sehari-hari. Perbedaan antara
properti investasi dan aset tetap terletak pada aspek: 1) kas yang dihasilkan dari
pendapatan rental, dan 2) nilai jasa pendukung yang disediakan.
PSAK 13 menetapkan pada awalnya properti investasi diukur sebesar
biaya perolehan, setelah pengakuan awal, entitas harus memilih salah satu dari
dua model: (1) model biaya; atau (2) model nilai wajar sebagai kebijakan
akuntansinya. Dan harus menetapkan kebijakan tersebut untuk seluruh properti
investasi yang dimiliki, kecuali: 1) property held under operating lease classified
as investment properties, entitas harus menggunakan nilai wajar, 2) investment
property backing liabilities that pay a return linked directly to the fair value of, or
returns from specific assets including that investment property, entitas dapat
memilih model biaya atau model nilai wajar, 3) investment property with a fair
value that cannot be realibly determinable on a continuing basis (i.e. inability to
determine fair value reliably), entitas harus dicatat sesuai dengan PSAK tersebut.
Untuk sewa properti investasi terdiri dari: 1) sewa Pembiayaan, dalam
sewa pembiayaan properti investasi, prosedur akuntansi adalah sebagai berikut:
aset sewaan diperlakukan seolah-olah aset itu telah dijual kepada lessee. Aset
tersebut dicatat sebagai aset di pembukuan lessee, fasilitas pembiayaan terkait
dicatat sebagai liabilitas (utang sewa) di pembukuan lessee dan sebagai aset
(piutang sewa) di pembukuan lessor, 2) sewa operasi adalah sewa selain sewa
pembiayaan. Perusahaan harus mencatat suatu sewa sebagai sewa operasi apabila
sewa tersebut tidak memenuhi klasifikasi sebagai sewa pembiayaan.
Uji penurunan nilai aset untuk properti investasi diukur menggunakan
model biaya mengikuti PSAK 48: Penurunan Nilai Aset dengan ketentuan: 1)ika
jumlah terpulihkan (recoverable amount) aset lebih kecil dari nilai tercatat
(carrying amount) – nya, maka nilai terccatat aset harus diturunkan menjadi
sebesar nilai terpulihkan, dan kerugian penurunan nilai harus segera diakui
(paragraf 59), 2) jumlah terpulihkan adalah jumlah yang lebih tinggi antara “nilai
wajar dikurangi biaya pelepasan” (fair value less cost of disposal dengan ‘nilai
pakai’ (value in use), 3) nilai wajar dikurangi biaya pelepasan adalah harga yang
akan diterima untuk menjual suatu aset atau harga yang akan dibayar untuk
mengalihkan suatu liabilitas dalam transaksi teratur antara pelaku pasar pada
tanggal pengukuran, dikurangi biaya pelepasan aset, 4) nilai pakai adalah nilai
kini dari taksiran arus kas yang diharapkan akan diterima dari aset atau unit
penghasil kas, 5) Setelah kerugian penurunan nilai diakui, beban penyusutan aset
untuk periode yang akan datang dihitung berdasarkan nilai tercatat yang telah
direvisi.
3.1 Keterbatasan
Adapun keterbatasan dari makalah ini adalah dari segi sumber dan referensi yang
digunakan, di mana bahan yang digunakan dalam penyusunan makalah ini masih
didominasi oleh text book dan informasi dari dunia maya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Dari pilihan dibawah ini, manakah yang SALAH terkait properti investasi?
a. Properti investasi adalah properti yang dapat berupa tanah atau bangunan
yang dikuasai oleh lessee melalui sewa pembiayaan
c. Properti investasi adalah properti yang tidak dijual dalam kegiatan usaha
sehari-hari
Jawaban: D
PSAK 13 mendefinisikan properti investasi adalah properti (tanah atau
bangunan atau bagian dari suatu bangunan atau kedua-duanya) yang dikuasai
(oleh pemilik atau lessee melalui sewa pembiayaan) untuk menghasilkan
rental atau untuk kenaikan nilai atau keduanya, dan tidak untuk:
digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa atau
untuk tujuan administratif; atau
dijual dalam kegiatan usaha sehari-hari.
c. Semua salah
d. Semua benar
Jawaban: A
Agar dapat dikelompokkan sebagai properti investasi dua kriteria ini harus
dipenuhi:
Tujuan kepemilikan: untuk menghasilkan rental dan/atau kenaikan nilai,
dan
Status kepemilikan: Properti dimiliki oleh entitas. Jika entitas adalah
pemilik properti (lessor), maka aset sewa akan dicatat sebagai properti
investasi oleh lessor jika disewakan kepada penyewa (lessee) melalui sewa
operasi;
b. Gedung yang saat ini kosong namun akan disewakan ke pihak lain melalui
sewa operasi.
Jawaban: C
Menurut PSAK 13, salah satu contoh aset yang bukan merupakan properti
investasi dan oleh karena itu tidak termasuk dalam ruang lingkup properti
investasi adalah properti yang disewakan kepada entitas lain dengan cara sewa
pembiayaan.
4. PT. Kian Indah memiliki dua gedung yang dijadikan sebagai hotel. Adapun
PT. Kian Indah mengelola sendiri hotel pertama. Sedangkan, hotel kedua
disewakan kepada PT. Permata Bahtera yang mengelola hotel sepenuhnya
melalui perjanjian sewa operasi. PT. Permata Bahtera menyediakan sendiri
perabotan dan peralatan yang dibutuhkan untuk menjalankan hotel tersebut.
Berdasarkan kasus tersebut, kesimpulan manakah yang paling tepat?
Jawaban: A
Gedung yang dimiliki dan dikelola sendiri sebagai hotel oleh PT. Kian Indah
(hotel pertama) merupakan aset tetap, karena pendapatan menginap (sewa
kamar) bukan hanya berasal dari penggunaan properti (tanah dan bangunan),
namun harus didukung oleh aset seperti perabotan kamar, peralatan dapur
hotel, dan sarana lainnya. Gedung yang disewakan kepada PT. Permata
Bahtera merupakan properti investasi, karena aliran kas yang dihasilkan dari
rental gedung tersebut tidak membutuhkan penggunaan aset-aset lainnya.
5. PT. Cinta Sejati memiliki dua gedung yang digunakan untuk menghasilkan
rental. Adapun gedung pertama digunakan sebagai hotel yang dikelola sendiri
oleh perusahaan dengan menyediakan semua perabotan dan peralatan kamar
berikut jasa pendukung yang diperlukan, meliputi makan pagi, pembersihan
kamar harian, binatu, layanan kamar untuk pemesanan makanan, dan jaringan
internet di setiap kamar.
Pada saat kontrak sewa habis, kantor harus dikembalikan dalam kondisi
kosong dan bersih seperti semula.
Jawaban: B
Gedung yang digunakan sebagai hotel (gedung pertama) merupakan aset tetap,
karena jasa pendukung yang disediakan nilainya signifikan terhadap paket
rental keseluruhan. Sedangkan, gedung yang digunakan sebagai perkantoran
(gedung kedua) merupakan properti investasi, karena jasa pendukung yang
disediakan nilainya tidak signifikan terhadap paket rental keseluruhan. Jasa
keamanan dan perawatan gedung disediakan untuk area umum bagi seluruh
penyewa.
6. Pada tanggal 1 Januari 2010, entitas D membeli gedung yang diniatkan untuk
investasi. Harga perolehan gedung Rp1 Milyar dengan biaya transaksi Rp10
juta. Jumlah yang dapat disusutkan sampai tanggal ini 31 Desember 2010
sebesar Rp. 30 juta. Properti tersebut memiliki umur manfaat 20 tahun. Pada
akhir tahun pertama nilai wajar dari properti investasi tersebut naik menjadi
Rp1,3 Milyar.
Diminta :
Tunjukkan jumlah yang seharusnya dimasukkan dalam laporan keuangan
entitas D pada tanggal 31 Desember 2010, jika menggunakan cost model:
a. Cost Model
b. Fair Value Model
Jawaban :
a) Cost Model
31 Des 2011
Properti investasi Rp. 959.500.000,-
Akumulasi penyusutan (Rp. 50.500.000,-)
Nilai tercatat Rp. 909.000.000,-
Diminta :
a) Tentukan jenis sewa pada kontrak diatas. Jelaskan alasannya !
b) Buatlah jurnal yang dibutuhkan mulai dari awal sewa hingga pembayaran
sewa ke-2 !