PENGERTIAN LEASING
Leasing pertama kali muncul di Amerika, yaitu dari kata lease yang berarti sewa
menyewa. Istilah ini mungkin sering kita dengan dari sekitar kita, tentang peruntukan
bagi orang yang ingin menyewakan rumahnya atau gedung. Atau kita sering melihatnya
di koran-koran harian yang dipakai untuk menyewakan dengan kata “for lease”. Pada
dasarnya leasing dalam hal ini adalah sebuah penyewaan, tetapi ketika kita telah masuk
pada ranah bisnis usaha leasing, yang akan dibicarakan dalam leasing adalah hal yang ada
dan mempunyai unsur sewa, namun karena didalam usaha leasing ini terdapat beberapa
persyaratan tersendiri, maka leasing disini tidak bisa disamakan dengan sewa-menyewa
pada umumnya. Dalam perkembangannya ternyata pengertian leasing tidak hanya sewa
sekedar sewa – menyewa biasa yang tidak ada pemindahan hak untuk memiliki barang
yang di sewa, akan tetapi lebih difokuskan sebagai sewa – menyewa yang didukung
dengan adanya pemindahan hak milik dari yang menyewa ke penyewa.
6. Menurut Surat Keputusan (SK) Bersama Menkeu, Menteri Perindustrian dan Menteri
Perdagangan Nomor N.KEP122/MK/ IV/2/1974, Nomor 32/M/SK/2/1974, Nomor
30/Kpb/l/1974 Tentang Perizinan Usaha Leasing
Pengertian Leasing adalah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk
penyediaan barang-barang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan untuk suatu
jangka waktu tertentu, berdasarkan pembayaranpembayaran secara berkala disertai
dengan hak pilih (opsi) dari perusahaan tersebut untuk membeli barang-barang modal
yang bersangkutan atau memperpanjang jangka waktu leasing berdasarkan nilai sisa
yang telah disepakati bersama.
Sedangkan pihak lessee adalah pihak yang menerima barang produksi dan membayar
uang sewa sesuai kesepakatan bersama. Ia memiliki hak opsi untuk membeli ataupun
memperpanjang sewa.
20. Menurut Amin Widjaja Tunggal dan Arif Djohan dalam bukunya yang berjudul
“Aspek Yuridis dalam Leasing”
Leasing itu adalah “Pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barang-barang
modal dengan pembayaran secara berkala oleh perusahaan yang menggunakan
barang-barang modal tersebut, dan dapat membeli atau memperpanjang jangka waktu
berdasarkan nilai sisa.”
Berdasarkan beberapa definisi leasing diatas, bisa kita ketahui Leasing merupakan salah
satu bentuk pendanaan berupa penyewaan barang modal maupun barang produksi.
Leasing dapat diartikan sebagai setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk
penyediaan barang-barang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan untuk jangka
waktu tertentu.
Kegiatan Sewa Guna Usaha atau yang lebih dikenal Leasing adalah suatu penetapan yang
memberikan kepada suatu perusahaan untuk menggunakan dan mengendalikan aktiva-
aktiva tanpa menerima hak atas aktiva-aktiva tersebut. Aktiva tersebut merupakan barang
modal. Leasing juga dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan pembiayaan dalam
bentuk penyediaan barang modal, baik secara sewa guna usaha dengan hak opsi maupun
sewa guna usaha tanpa hak opsi. Pengertian leasing juga secara umum dapat
didefinisikan sebagai perjanjian antara lessor (perusahaan leasing) dengan lessee
(nasabah) dimana pihak lessor menyediakan barang dengan hak penggunaan oleh lessee
dengan imbalan pembayaran sewa untuk jangka waktu tertentu.
Leasing adalah suatu kegiatan pembiayaan kepada perusahan (badan hukum) atau
perorangan dalam bentuk pembiayaan barang modal. Pembayaran kembali oleh
peminjam dilakukan oleh peminjam dilakukan secara berkala, dan dalam jangka waktu
menengah atau panjang. Perusahaan yang menyelenggarakan leasing disebut lessor,
sedangkan perusahaan yang mengajukan leasing disebut dengan lessee.
Menyangkut pengertian leasing dapat dikemukakan definisi yang dapat dijadikan sebagai
landasan dalam membicarakan leasing dan jenis usaha yang berkaitan dengannya.
Leasing adalah perusahaan yang memberikan jasa dalam bentuk penyewaan. Penyewaan
barang-barang modal atau alat-alat produksi dalam jangka waktu menengah atau jangka
panjang dimana pihak penyewa (lessee) harus membayar uang secara berkala terdiri dari
nilai penyusutan suatu objek leasing ditambah bunga, biaya-biaya lain serta profit yang
diharapkan lessor. Dari definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa sewa guna usaha
merupakan suatu kontrak atau persetujuan antara lessor dan lessee, objek-objek sewa
guna usaha adalah barang modal, dan pihak lessee memiliki hak opsi dengan harga
berdasarkan nilai sisa dan sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati berdasarkan
kesepakatan bersama.
Leasing adalah metode pembiayaan yang dilakukan melalui pengadaan barang modal
maupun aset untuk diberikan kepada perusahaan maupun individu. Biasanya, para
penerima leasing merupakan pengusaha yang menjalankan suatu kegiatan bisnis sehingga
modal tersebut dibutuhkan guna melancarkan aktivitas usaha.Selain itu, leasing
merupakan metode pembiayaan yang diberikan oleh suatu perusahaan dalam kurun waktu
tertentu. Cara pembayarannya yakni melalui cicilan sejumlah uang sesuai keputusan
bersama. Ketika debitur berhasil melunasinya, maka ia punya pilihan untuk membelinya
menggunakan nilai yang tersisa. Dengan sistem tersebut, leasing adalah pembiayaan yang
membantu masyarakat guna memperoleh modal usaha maupun membeli barang-barang
mahal tanpa harus mengeluarkan banyak uang sekaligus.
Perusahaan sewa guna usaha di Indonesia lebih dikenal dengan nama leasing. Kegiatan
utama perusahaan sewa guna usaha adalah bergerak di bidang pembiayaan untuk
keperluan barang – barang modal yang diinginkan oleh nasabah. Pembiayaan di sini
maksud jika seorang nasabah membutuhkan barang – barang modal seperti peralatan
kantor atau mobil dengan cara disewa atau dibeli secara kerdit dapat diperoleh di
perusahaan leasing. Pihak leasing dapat membiayai keinginan nasabah sesuai dengan
perjanjian yg telah disepakati kedua belah pihak.
Selain itu, ada lagi definisi dari istilah leasing, yaitu perjanjian yang telah disepakati oleh
pemilik modal dengan pihak lain yang biasanya disebut dengan nasabah yang
bekerjasama dengan mereka. Setelah adanya perjanjian tersebut, barulah pihak nasabah
akan menerima modal atau barang dan mulai membayar cicilan hingga waktu yang sudah
disepakati.
Leasing adalah salah satu cara yang seringkali diandalkan oleh masyarakat Indonesia.
Sebab, kehadiran leasing sangat membantu masyarakat untuk bisa lebih mudah membeli
barang maupun mendapatkan modal yang dibutuhkan. Misalnya saja, saat membeli
barang-barang elektronik, kendaraan, modal untuk membangun sebuah usaha, dan
lainnya.
Contoh leasing adalah ketika seseorang ingin membeli motor atau mobil namun belum
mampu melunasinya, sehingga mereka akan menggunakannya sembari membayar cicilan
kepada lessor.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka terdapat beberapa unsur mengenai sewa
guna usaha, yaitu:
Leasing adalah suatu bangunan hukum yang tidak lain merupakan improvisasi dari
pranata hukum konvensional yang disebut "sewamenyewa”, dikatakan konvensional,
karena sewa menyewa merupakan bangunan tua dan sudah lama sekali ada dalam sejarah
peradaban umat manusia. Pranata hukum sewa menyewa sudah ada sejak 4.500 tahun
sebelum Masehi, yaitu sewa menyewa yang dipraktekkan dan dikembangkan oleh orang-
orang bangsa Sumeria. Karena leasing ini dikembangkan dari sewa-menyewa dalam arti
modern, pertama kali berkembang di Amerika Serikat, pada tahun 1850, yaitu telah
tercatat adanya perusahaan leasing di bidang kereta api. Selanjutnya, pada tahun 1877,
The Bell Telephone Company memperkenalkan leasing di bidang pelayanan telepon
kepada para pelanggannya. Dan agak lama setelah itu, yaitu dalam tahun 1952,
perusahaan leasing di San Fransisco (USA) telah juga memperkenalkan leasing terhadap
produk-produk tertentu. Selanjutnya pranata hukum leasing ini berkembang ke seluruh
antero dunia seiring dengan arus globalisasi.
Di Amerika Serikat, perkembangan pranata hukum leasing ini cukup pesat. Selama
dasawarsa 1980-an, volume leasing bertambah ratarata 15% tiap tahunnya. Dan
menjelang dasawarsa 1980-an tersebut, lebih kurang sepertiga dari pengadaan peralatan
bisnis baru di sana dilakukan dalam bentuk leasing.
Demikianlah di USA, maka bank-bank dan perusahaan leasing hidup subur sebagai
lessor. Di samping itu, bahkan perusahaan pemegang trademark terkenal juga ikut
menjadi lessor. Tercatat misalnya, sejak dasawarsa 1980-an, perusahaan GATX
merupakan lessor terbesar untuk leasing railcars. Sementara IBM merupakan lessor
terbesar untuk leasing komputer. Dan, Xerox merupakan lessor terbesar pula untuk
leasing mesin fotocopy.
C. JENIS-JENIS LEASING
Dalam Pengumuman Direktur Jenderal Moneter No. Peng.307/DJM/III. 1/7.1974 tanggal
8 Juli 1974, ruas 8. 2. Yang menyebutkan bahwa untuk kepentingan pengawasan dan
pembinaan, para pengusaha leasing diharuskan menyampaikan kepada Direktur Jenderal
Moneter, Departemen Keuangan, antara lain "copy kontrak leasing ….. dan sebagainya",
dapat ditarik kesimpulan bahwa perjanjian leasing harus dibuat secara tertulis. Akan
tetapi tidak ditentukan atau diwajibkan apakah perjanjian leasing harus berbentuk Akta
Otentik/Akta Notaris atau Akta di Bawah Tangan. Jadi terserah pada pihak-pihak yang
bersangkutan untuk menentukan apakah akan membuat perjanjian itu dengan Akta
Notaris atau tidak. Namun ditinjau dari sudut hukum pembuktian yang berlaku di
Indonesia, pasal 1870 Kitab Undang-undang Hukum Perdata, menyatakan bahwa bukti
yang paling kuat adalah bukti dalam bentuk akta otentik. Pasal 1870 KUH Perdata
menentukan bahwa " :
"Suatu akta otentik memberikan di antara para pihak beserta ahliwaris-ahliwarisnya atau
orang-orang yang mendapat hak dari mereka, suatu bukti yang sempurna tentang apa
yang dimuat di dalamnya."
Jadi oleh karenanya, orang yang membantah kebenaran akta otentik, harus membuktikan
bahwa apakah akta itu dibuat dengan paksaan, keliru atau dibuat dengan penipuan.
Sehingga dapat dikatakan bahwa beban pembuktian ada pada orang/pihak yang
menyangkal kebenaran akta otentik tersebut. Sedangkan akta di bawah tangan baru
mempunyai kekuatan pembuktian jika pihak yang menanda-tangani akta tersebut
mengakui tanda tangannya dalam akta tersebut. Mengenai tanggalnya, tidaklah
mempunyai kekuatan bukti terhadap pihak ketiga yang menyangkalnya.
Jikalau ada orang/pihak yang membantah kebenaran isi dan tanggalnya, maka beban
pembuktian ada pada orang yang menandatangani akta di bawah tangan tersebut, atau
pihak yang memakai akta di bawah tangan itu sebagai bukti untuk membuktikan bahwa
isi dan tanggal akta itu benar.
Banyak perusahaan leasing yang telah menyadari mengenai ini, maka banyak di antara
mereka yang membuat perjanjian leasing secara notariil/otentik, hal ini gunanya untuk
menjaga hal-hal yang akan timbul di kemudian hari.
Menurut Sunaryo dalam bukunya yang berjudul Hukum Lembaga Pembiayaan dilihat
dari teknik bertransaksi antara lessor dan lessee, leasing dapat dibedakan menjadi 2 (dua)
jenis, yaitu finance lease dan operating lease.
1. Finance Lease
Finance lease sering juga disebut full pay out lease atau capital lease merupakan jenis
sewa guna usaha yang lebih sering diterapkan di dalam praktik. Pada jenis financial lease
ini, lessee menghubungi lessor untuk memilih, memesan, memeriksa, dan memelihara
barang modal yang dibutuhkan. Selama masa sewa lessee membayar sewa secara berkala
dari jumlah seluruhnya ditambah dengan pembayaran nilai sisa (residual value). Pada
masa akhir kontrak lessee ada hak opsi atas barang modalnya untuk mengembalikan,
membeli, atau memperpanjang masa kontraknya.
Dengan demikian, karakteristik dari finance lease adalah:
a. barang modal bisa dalam bentuk barang bergerak atau tidak bergerak yang berumur
maksimum sama dengan masa kegunaan ekonomis barang tersebut;
b. barang modal tetap milik lessor sampai berlakunya hak opsi;
c. jumlah sewa yang dibayar secara angsuran perbulan meliputi biaya perolehan barang
ditambah biaya-biaya lain dan keuntungan (spread) yang diharapkan lessor;
d. besarnya harga sewa dan hak opsi harus menutupi harga barang ditambah keuntungan
yang diharapkan lessor;
e. jangka waktu berlakunya kontrak leasing relatif panjang;
f. risiko biaya pemeliharaan, kerusakan, pajak, dan asuransi ditanggung oleh lessee;
g. kontrak sewa guna usaha tidak dapat dibatalkan sepihak oleh lessor (non cancellable);
h. pada masa akhir kontrak lessee diberi hak opsi untuk mengembalikan atau membeli
barang modal tersebut atau memperpanjang masa kontraknya.
2. Operating Lease
Operating lease disebut juga service lease merupakan jenis sewa guna usaha di mana
lessor hanya menyediakan barang modal untuk disewa oleh lessee dengan tanpa adanya
hak opsi di akhir masa kontrak. Oleh karena itu, dalam menghitung jumlah seluruh
pembayaran sewa secara angsuran tidak termasuk jumlah biaya yang dikeluarkan untuk
memperoleh barang modal tersebut. Dengan demikian dapat diketahui bahwa karakteristik
dari Operating lease adalah sebagai berikut.
a. Operating lease biasanya dilakukan oleh pabrikan atau leveransir, karena biasanya
mereka mempunyai keahlian terhadap barang modal tersebut
b. Barang modal dalam operating lease biasanya berupa barang yang mudah terjual
setelah kontrak sewa guna usaha berakhir.
c. Besarnya harga sewa lebih kecil daripada harga barang ditambah keuntungan yang
diharapkan lessor (non full pay out).
d. Harga sewa setiap bulannya pada umumnya dibayar dengan jumlah yang tetap.
e. Segala risiko ekonomi atas barang modal (asuransi, pajak, kerusakan, pemeliharaan)
ditanggung oleh lessor.
f. Jangka waktu kontrak sewa guna usaha relatif lebih pendek jika dibandingkan dengan
umur ekonomis barang modal.
g. Kontrak sewa guna usaha dapat dibatalkan sepihak oleh lessee dengan mengembalikan
barang modal kepada lessor.
h. Pada masa akhir kontrak sewa guna usaha, lesee tidak diberikan hak opsi sehingga
wajib mengembalikan barang modal kepada lessor.
Selanjutnya, finance lease dapat dibagi dalam beberapa bentuk transaksi sebagai
berikut :
Keterangan :
1) Jual beli barang modal dari pihak lessee ke pihak lessor
2) Penutupan kontrak asuransi
3) Lessor melakukan pembayaran kepada lessee, sesuai dengan kontrak jual beli
4) Penandatangan kontrak leasing antara lessor dengan lessee
5) Lessee melakukan pembayaran pertama, yang berupa :
Security Deposit
Uang lease pertama, jika in advance
Biaya administrasi
Premi asuransi tahun pertama
Pembayaran pertama lainnya, jika ada.
6) Pembayaran premi asuransi
7) Pmbayaran lease bulanan dari lessee kepada lessor
c. Leveraged Lease
Pada prinsipnya leveraged lease merupakan salah satu teknik pembiayaan dalam
finance lease yang digunakan lessor. Menurut teknik ini, disamping melibatkan
lessor dan lessee juga melibatkan kreditor jangka panjang dalam membiayai
suatu objek leasing. Pihak kreditor jangka panjang inilah yang memiliki porsi
terbesar dalam membiayai transaksi leasing ini. Sedangkan porsi pembiayaan
pihak lessor biasanya berkisar 20%-40% dari keseluruhan pembiayaan, sisanya
disediakan oleh kreditor. Kreditor tersebut dapat berupa bank atau lembaga
keuangan lainnya. Status kreditor di sini hanya sebagai penyedia dana kepada
lessor, sedangkan jaminannya biasanya adalah objek leasing itu sendiri.
Perbedaannya dengan teknik direct lease adalah terletak pada jumlah pembiayaan
yang diberikan oleh lessor 100%. Oleh karena itu, lessor bertanggung jawab
langsung kepada kreditor sesuai dengan jumlah pembiayaannya.
d. Syndicated Lease
Syndicated lease adalah pembiayaan leasing yang dilakukan oleh lebih dari satu
lessor atas suatu objek leasing. Syndicated lease terjadi apabila lessor karena
alasan-alasan risiko tidak bersedia, atau karean alasan tidak memiliki kemampuan
pendanaan untuk menutup sendiri suatu transaksi leasing yang nilainya cukup
besar yang dibutuhkan oleh lessee. Untuk memenuhi permintaan atau kebutuhan
lessee tersebut, maka beberapa perusahaan leasing melakukan perjanjian kerja
sama untuk membiayai objek leasing dimaksud.
Selanjutnya, dalam pelaksanaannya dari kelompok lessor, berdasarkan
persetujuan ditunjuk salah satu lessor untuk bertindak sebagai koordinator dalam
melaksanakan perjanjian leasing dengan pihak lessee termasuk dengan pihak
supplier.
f. Vendor Program
Vendor program atau disebut juga vendor lease adalah suatu metode penjualan
yang dilakukan oleh produsen atau dealer di mana perusahaan leasing
memberikan atau menyediakan fasilitas leasing kepada pembeli barang. Dalam
mekanisme transaksi vendor program ini, lessor membayar kepada vendor sesuai
dengan harga barang yang dipilih atau ditentukan oleh pembeli (lessee).
Selanjutnya pembayaran sewa atau angsuran oleh lessee dapat dilakukan
langsung kepada lessor, atau dapat dibayarkan melalui vendor yang
bersangkutan. Cara pembayaran tersebut dapat dilakukan sesuai perjanjian.
2. Operating Lease.
Dalam leasing bentuk ini, lessor sengaja membeli barang modal dan selanjutnya di-
lease-kan. Berbeda dengan finance lease, dalam operating lease jumlah seluruh
pembayaran berkala tidak mencakup jumlah biaya yang dikeluarkan untuk
memperoleh barang modal tersebut berikut dengan bunganya.
Operating lease atau kadang-kadang juga disebut dengan sewa guna usaha biasa
adalah suatu perjanjian kontrak antara lessor dengan lessee di mana:
a. Lessor sebagai pemilik objek leasing kemudian menyerahkan kepada pihak lessee
untuk digunakan dengan jangka waktu relatif lebih pendek dari pada umur
ekonomis barang modal tersebut.
b. Lessor atau pengguna barang modal tersebut membayar sejumlah sewa secara
berkala kepada lessor yang jumlahnya tidak meliputi jumlah keseluruhan biaya
perolehan barang tersebut beserta bunganya.
c. Lessor menanggung segala risiko ekonomis dan pemeliharaan atas barang-barang
tersebut.
d. Lessee pada akhir kontrak harus mengembalikan objek lease pada lessor.
e. Lease biasanya dapat membatalkan perjanjian kontrak leasing sewaktu-waktu.
1. Bagi masyarakat : fungsi lembaga pembiayaan yang paling utama adalah membantu
masyarakat dengan ekonomi lemah agar terbebas dari jeratan rentenir yang
memberikan pinjaman dengan bunga yang bisa dibilang tidak wajar atau sangat
tinggi. Dengan adanya lembaga pembiayaan, pengusaha kecil dengan modal terbatas
bisa mendapatkan kredit dengan syarat mudah dan bunga yang ringan, contohnya
seperti leasing.
2. Bagi pembangunan infrastruktur : fungsi pembiayaan tidak hanya berguna untuk
masyarakat dengan ekonomi lemah, dalam dunia bisnis termasuk pengembangan
infrastruktur, keberadaan lembaga pembiayaan juga sangat diperlukan. Hal ini
dikarenakan tidak semua pengembang infrastruktur dan pelaku bisnis juga memiliki
biaya besar untuk tujuan mereka. Melalui lembaga pembiayaan, mereka bisa
mendapatkan berbagai dana pinjaman seperti pinjaman dana talangan, dana proyek,
dan lain-lain. Sehingga ketersediaan dana bagi para pelaku bisnis sudah bukan
menjadi masalah lagi. Karena fungsinya yang menyediakan dana, lembaga
pembiayaan memiliki fungsi yang hampir mirip dengan bank umum.
Munculnya leasing merupakan alternatif yang menarik bagi para pengusaha, karena saat
ini mereka cenderung menggunakan dana rupiah atau tunai untuk kegiatan operasional
perusahaan. Melalui leasing inilah mereka bisa memperoleh dana untuk membiayai
pembelian barang-barang modal dengan jangka waktu pengembalian antara tiga tahun
hingga lima tahun atau lebih.
H. TUJUAN LEASING
Tujuan leasing umumnya adalah guna memberikan kemudahan untuk masyarakat dalam
memiliki barang modal, walaupun barang tersebut memiliki nilai harga yang tinggi.
Selain itu, perusahaan leasing yang menjalankan bisnis ini tentunya akan mendapatkan
keuntungan dari bunga kredit. Jadi, jika harga sepeda motor yang Anda inginkan
normalnya adalah Rp 17 juta, Anda mungkin harus membayar sepeda motor tersebut
dengan harga yang lebih besar dari harga normalnya kepada pihak leasing karena di
dalamnya terdapat bunga kredit.
Biasanya, suatu pihak akan melakukan leasing karena didasari oleh tujuan-tujuan berikut
ini.
1. Mendapatkan barang-barang kebutuhan yang harganya mahal dalam waktu cukup
cepat, sehingga Anda dapat langsung menggunakannya sembari mengangsur.
2. Menghemat biaya produksi karena pembelian alat tidak dilakukan dalam satu waktu.
3. Pihak pemberi leasing biasanya menjalankan pembiayaan ini guna mendapat
penghasilan dari bunga pinjaman.
Leasing memiliki beberapa tujuan. Pertama, mengurangi pajak yang harus kedua belah
pihak bayar. Lessor sebagai penyedia aset dapat mengklaim depresiasi, sedangkan lessee
dapat mengklaim master limited partnership (MLP), yaitu bisnis dalam bentuk kemitraan
terbatas yang diperdagangkan secara publik, lalu mendapatkan pengurangan pajak
dengan cara yang mirip. Kedua, menghindari kepemilikan beserta risikonya untuk
mencegah investasi uang ke dalam aset. Secara tidak langsung, hal ini menjaga leverage,
atau utang untuk membeli suatu aset, tetap rendah sehingga kesempatan untuk meminjam
uang tetap terbuka. Dengan leasing, suatu entitas dapat menyewa aset dengan mudah,
meskipun harganya sangat tinggi. Sementara itu, lease melindungi lessor dari segala
kerusakan atau perubahan yang mungkin dilakukan terhadap asetnya. Lease juga penting
bagi lessee agar lessor tidak seenaknya menaikkan harga sewa, kecuali jika kontraknya
berakhir atau diperpanjang. Lease berguna untuk mencegah perselisihan yang mungkin
terjadi antara penyedia dan penyewa.
Untuk tujuan dari perusahaan leasing adalah memberikan kemudahan dan pelayanan
yang cepat serta membiayai atau membeli barang yang dibutuhkan oleh nasabah atau
pihak yang bersangkutan untuk kemudian menyewakan kepada nasabah ataupun dibeli
oleh nasabah atau pihak yang bersangkutan.
Sedangkan tujuan leasing bagi nasabah atau pihak yang akan melakukan perjanjian
leasing adalah untuk mendapatkan kemudahan dalam bertransaksi karena dalam kegiatan
leasing tidak memerlukan jaminan yang besar sehingga fleksibel dan cepat dalam
pelayanannya.
Tujuan leasing lainnya adalah untuk menghemat biaya dimana penggunaan barang atau
peralatan melalui metode lessing pada prinsipnya jauh lebih murah dibandingkan dengan
kredit Bank berdasarkan perhitungan value.
Kemudian, tujuan leasing bagi nasabah yang merupakan sebuah perusahaan adalah
membantu perusahaan untuk melindungi aset dari inflasi dan sebagai capital saving
karena Lessor akan membiayai secara penuh barang modal yang dibutuhkan oleh
perusahaan.
Hal tersebut tidak bisa didapatkan apabila suatu perusahaan mengajukan kredit kepada
Bank karena kredit Bank memiliki persyaratan yang cukup rumit dan membutuhkan
jaminan yang besar agar pengajuan kredit dapat disetujui oleh pihak Bank.
Selain itu, leasing dinilai lebih fleksibel jika dibandingkan dengan kredit Bank karena
besar pembayaran dan jangka waktu pembayaran dapat disesuaikan dengan kondisi
perusahaan itu sendiri.
I. PERUSAHAAN LEASING DI INDONESIA
Perusahaan leasing dalam menjalankan kegiatan usahanya dapat digolongkan ke dalam 3
(tiga) kelompok, yaitu :
1. Independent Leasing Company
Perusahaan leasing jenis ini mewakili sebagian besar dari industri leasing. Perusahaan
tipe ini berdiri sendiri atau independent dari supplier yang mungkin dapat sekaligus
sebagai pihak produsen barang dan dalam memenuhi kebutuhan barang modal
nasabahnya (lessee). Perusahaan dapat membelinya dari berbagai supplier atau
produsen kemudian di-lease kepada pemakai. Untuk memperoleh gambaran jelas
mengenai mekanisme leasing jenis ini dapat dilihat pada Gambar dibawah ini.
Lembaga keuangan yang terlibat dalam kegiatan usaha leasing, misalnya bank-bank,
dapat pula disebut sebagai lessor independent. Banyak lembaga keuangan yang
bertindak sebagai lessor tidak hanya memberikan pembiayaan leasing kepada lessee
tetapi juga memberikan pendanaan kepada perusahaan leasing. Di samping itu lessor
independen dapat pula memberikan pembiayaan kepada supplier (manufacturer) yang
sering disebut dengan vendor program.
Ada begitu banyak contoh perusahaan leasing di Indonesia yang memiliki beragam
tawaran layanan dan sudah cukup populer. Adapun beberapa contoh leasing adalah
sebagai berikut.
a. PT BCA Finance
b. PT Adira Dinamika Multi Finance, Tbk.
c. PT Federal International Finance (FIF)
d. PT Oto Multi Artha
e. PT Astra Credit Companies (ACC)
f. PT Summit Oto Finance
g. PT Bussan Auto Finance (BAF)
h. PT Wahana Ottomitra Multiartha (WOM)
2. Kewajiban
Kewajiban ini timbul sebagai akibat dari penyerahan aset kepada lessee.
Dikarenakan hutang leasing merupakan hutang jangka panjang dimana
pembayarannya menggunakan metode cicilan, maka hutang leasing juga harus
dilakukan reklasifikasi. Walter T. Harrison yang dialihbahasakan oleh Gina Gania
dan Danti Pujiati (2012: 471) menjelaskan mengenai reklasifikasi hutang jangka
panjang sebagai berikut:
“Beberapa utang jangka panjang harus dibayar dengan cicilan, bagian lancar dari
utang jangka panjang (current portion of longterm debt), atau juga disebut current
maturity atau current installment, adalah jumlah pokok yang terutang dalma satu
tahun. Pada akhir setiap tahun, perusahaan mereklasifikasi (dari utang jangka
panjang menjadi kewajiban lancar) jumlah utang jangka panjangnya yang harus
dibayar pada tahun berikutnya.”
Hal yang sama juga dijelaskan dalam PSAK No. 09 tentang Penyajian Aktiva
Lancar dan Kewajiban Jangka Pendek par. 11 bahwa bagian kewajiban jangka
panjang yang akan jatuh tempo dalam waktu satu tahun setelah tanggal neraca
disajikan dicatat dalam neraca sebagai bagian dari kewajiban jangka pendek,
kecuali jika perusahaan bermaksud melunasinya dengan cara menimbulkan
kewajiban jangka panjang baru. Berdasarkan penjelasan para ahli tersebut, jurnal
untuk pencatatan hutang leasing adalah sebagai berikut:
3. Beban
Menurut Walter T. Harrison yang dialihbahasakan oleh Gina Gania dan Danti
Pujiati (2012: 494), dalam transaksi leasing beban yang timbul yaitu biaya yang
ditimbulkan mulai dari perolehan, pembayaran hingga beban tak langsung
lainnya, seperti beban administrasi, beban bunga, beban depresiasi dan beban
lainnya. Ketika pembayaran sewa dilakukan, pembayaran yang pertama adalah
terhadap beban bunga lease dan saldo pokok pengurang hutang leasing. Adapun
jurnal untuk pencatatan pembayaran angsuran hutang leasing adalah sebagai
berikut:
L. PENYELESAIAN WANPRESTASI
Wanprestasi pada prinsipnya merupakan salah satu keadaan dari tidak dilakukan atau
tidak mampu melaksanakan perjanjian, disamping keadaan lain yaitu alpa atau lalai atau
ingkar janji atau juga melanggar perjanjian, bila ia melakukan atau berbuat sesuatu yang
tidak boleh dilakukannya. Dalam perjanjian sewa guna usaha, wanprestasi dapat saja
terjadi jika:
1. Lessee lalai membayar sejumlah uang angsuran yang telah ditetapkan dalam
perjanjian;
2. Lessee tidak melaksanakan kewajiban pembayaran biayabiaya serta ongkos-ongkos
lain atau denda keterlambatan dalam tenggang waktu yang telah ditetapkan;
3. Lessee telah melakukan sesuatu yang dilarang dalam perjanjian, misalnya
mengalihkan hak pada orang lain, menyewagunausahakan ulang, menggadaikan
barang objek perjanjian.
Dalam hal lessee melakukan wanprestasi seperti tersebut di atas, maka tindakan yang
dilakukan oleh lessor adalah dengan mengirim somasi (surat pemberitahuan) bahwa
lessee harus memenuhi prestasi atau kewajiban yang tertunda pada tanggal yang telah
ditetapkan dalam surat somasi tersebut. Jika setelah diberi somasi, pihak lessee tidak juga
melaksanakan kewajibannya atau tetap lalai untuk memenuhi prestasi, maka tindakan
selanjutnya adalah menarik kembali barang modal yang menjadi objek sewa guna usaha
dengan membebankan biaya penarikan kepada lessee dan dengan cara percepatan
pengakhiran perjanjian sewa guna usaha yang mengakibatkan lessee harus memenuhi
semua kewajiban atas ongkos-ongkos dan biaya lain yang dikenakan kepadanya.
Akibatnya lessee kehilangan hak untuk menggunakan barang modal tersebut, bahkan
pihak lessor dapat mengakhiri perjanjian secara sepihak dan segala biaya yang timbul
akibat dari hal tersebut merupakan beban pihak lessee. Bila terjadi perselisihan antara
lessee dan lessor biasanya diselesaikan melalui jalur musyawarah dan jalur hukum.
Tetapi jalur hukum jarang digunakan oleh pihak-pihak.