Anda di halaman 1dari 36

A.

PENGERTIAN LEASING
Leasing pertama kali muncul di Amerika, yaitu dari kata lease yang berarti sewa
menyewa. Istilah ini mungkin sering kita dengan dari sekitar kita, tentang peruntukan
bagi orang yang ingin menyewakan rumahnya atau gedung. Atau kita sering melihatnya
di koran-koran harian yang dipakai untuk menyewakan dengan kata “for lease”. Pada
dasarnya leasing dalam hal ini adalah sebuah penyewaan, tetapi ketika kita telah masuk
pada ranah bisnis usaha leasing, yang akan dibicarakan dalam leasing adalah hal yang ada
dan mempunyai unsur sewa, namun karena didalam usaha leasing ini terdapat beberapa
persyaratan tersendiri, maka leasing disini tidak bisa disamakan dengan sewa-menyewa
pada umumnya. Dalam perkembangannya ternyata pengertian leasing tidak hanya sewa
sekedar sewa – menyewa biasa yang tidak ada pemindahan hak untuk memiliki barang
yang di sewa, akan tetapi lebih difokuskan sebagai sewa – menyewa yang didukung
dengan adanya pemindahan hak milik dari yang menyewa ke penyewa.

Beberapa definisi mengenai leasing, yaitu :


1. Menurut Zaki Baridwan
Yang dimaksud dengan lease adalah suatu perjanjian yang memberikan hak untuk
menggunakan harta, pabrik, atau alat-alat (tanah atau aktiva yang didepresiasi atau
kedua-duanya) yang umumnya mempunyai jangka waktu tertentu.

2. Menurut Sri Suyatmi, S.E. dan J Sadiarto


Kata “Leasing” mempunyai arti yang sangat komplek yang bisa mewakili pinjam
meminjam, sewa menyewa, jual beli kredit dan hampir mewakili keseluruhan
transaksi perdagangan. Bukan saja terbatas pada perusahaan saja melainkan pada
individu-individu yang membutuhkan pembiayaan.

3. Menurut Kieso dan Weygandt


“A lease is a contractual agreement between a lessor and a lessee that conveys to the
lessee the right to use specific property (real or personal), owned by lessor, for a
specific period of time in return for stipulated, and generally periodic, cash
payments(rents)”
Yang artinya : “Lease adalah suatu kesepakatan kontrak antara lessor dan lease.
Perjanjian ini memberikan penyewa hak untuk menggunakan properti tertentu, yang
dimiliki oleh lessor untuk jangka waktu tertentu. Dalam return untuk penggunaan
property, penyewa membuat pembayaran sewa selama jangka waktu sewa kepada
lessor.

4. Menurut SK. Menteri Keuangan Republik Indonesia No: 1169/KMK.01/1991 tentang


kegiatan sewa guna usaha
Leasing adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal baik
secara sewa guna usaha dengan hak opsi (Finance Lease) maupun tanpa hak opsi
(Operating lease) untuk digunakan oleh lessee selama jangka waktu tertentu
berdasarkan pembayaran berkala.
Selanjutnya yang dimaksud dengan finance lease adalah kegiatan sewa guna usaha
dimana lessee pada akhir masa kontrak mempunyai hak opsi untuk membeli objek
sewa guna usaha berdasarkan nilai sisa yang disepakati. Sebaliknya operating lease
tidak mempunyai hak opsi untuk membeli objek sewa guna usaha.
Dari defenisi tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa sewa guna usaha
merupakan suatu kontrak atau persetujuan sewa-menyewa. Objek sewa guna usaha
adalah barang modal dan pihak lessee memiliki hak opsi dengan harga berdasarkan
nilai sisa.

5. Menurut Komar Andasasmita


Mendefinisikan bahwa leasing adalah menyangkut perjanjian-perjanjian yang dalam
mengadakan kontrak bertitik pangkal dari hubungan tertentu diantara lamanya suatu
kontrak dengan lamanya pemakaian (ekonomis) dari barang yang merupakan objek
kontrak dan disepakati bahwa pihak yang satu (lessor) tanpa melepaskan hak
miliknya menurut hukum berkewajiban menyerahkan hak nikmat dari barang itu
kepada pihak lainnya (lessee) sedangkan lessee berkewajiban membayar ganti rugi
yang memadai untuk menikmati barang tersebut tanpa bertujuan untuk memilikinya
(juruduchie eigendom).

6. Menurut Surat Keputusan (SK) Bersama Menkeu, Menteri Perindustrian dan Menteri
Perdagangan Nomor N.KEP122/MK/ IV/2/1974, Nomor 32/M/SK/2/1974, Nomor
30/Kpb/l/1974 Tentang Perizinan Usaha Leasing
Pengertian Leasing adalah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk
penyediaan barang-barang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan untuk suatu
jangka waktu tertentu, berdasarkan pembayaranpembayaran secara berkala disertai
dengan hak pilih (opsi) dari perusahaan tersebut untuk membeli barang-barang modal
yang bersangkutan atau memperpanjang jangka waktu leasing berdasarkan nilai sisa
yang telah disepakati bersama.

7. Menurut Prof.R.Subekti, S.H.


Didalam bukunya ‘Aneka Perjanjian’ adalah tidak lain dari pada perjanjian sewa -
menyewa yang telah berkembang di kalangan para pengusaha, dimana “lessor”
menyewakan suatu perangkat alat perusahaan (mesin – mesin) termasuk servis,
pemeliharaan dan lain – lain kepada “lessee” untuk suatu jangka waktu tertentu.
Berdasarkan pengertian leasing di atas, Subekti menginstruksikan leasing tersebut
sebagai berikut:
1. Leasing sama dengan sewa-menyewa;
2. Subjek hukum yang terkait dalam perjanjian tersebut adalah pihak lessor dan
lessee;
3. Objeknya perangkat perusahaan termasuk pemeliharaan dan lain- lain;
4. Adanya jangka waktu sewa.

8. Menurut Financial Accounting Standard Board (FASB 13)


A lease as an agreement conveying the right to use property, plant, or equipment
(land and/or depreciable assets) usually for a stated period of time.
Yang artinya : Leasing adalah suatu perjanjian penyediaan barang modal yang
digunakan untuk suatu jangka waktu tertentu.

9. Menurut The International Accounting Standard (IAS 17)


A lease as an agreement where by the lessor conveys to the lessee in return of rent
the right to use an asset for an agreed period of time.
Yang artinya : Leasing adalah suatu perjanjian di mana pemilik aset atau perusahaan
sewa guna usaha (lessor) menyediakan barang atau aset dengan hak penggunaan
kepada penyewa guna usaha (lessee) dengan imbalan pembayaran sewa untuk jangka
waktu tertentu.

10. Menurut Equipment Leasing Association (ELA-UK)


A lease is a contract between a lessor and a lessee for the hire of a specific assets
selected from a manufacturer or vendor of such assets by the lessee. The lessor
retains ownership of the asset. The lessee has possession and use of the asset on
paymant of spesified rentals over a period.
Yang artinya : Leasing adalah perjanjian antara lessor dan lessee untuk menyewa
suatu jenis barang modal tertentu yang dipilih oleh lessee. Hak kepemilikan atas
barang modal tersebut ada pada lessor sedangkan lessee hanya menggunakan barang
modal tersebut berdasarkan pembayaran uang sewa yang telah ditentukan dalam
jangka waktu tertentu.
Secara umum sewa guna usaha merupakan suatu equipment funding, yaitu suatu
kegiatan pembiayaan dalam bentuk peralatan atau barang modal pada perusahaan
untuk digunakan dalam proses produksi.

11. Menurut Latumerissa


Sewa guna usaha – leasing adalah perjanjian antara lessor (perusahaan leasing)
dengan lessee (nasabah) dimana pihak lessor menyediakan barang dengan hak
penggunaan oleh lessee dengan imbalan pembiyaan sewa untuk jangka waktu
tertentu.

12. Menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor 84/PMK.012/2006 tentang perusahaan


pembiayaan
Sewa guna usaha adalah kegiatan pembiyaan dalam bentuk penyediaan barang modal
baik secara sewa guna usaha dengan jak opsi (finance lease) maupun sewa guna usaha
tanpa hak opsi (operating lease) selama jangka waktu tertentu berdasarkan
pembayaran secara berkala.

13. Menurut Stice (2005, p294)


Sewa guna usaha (lease) adalah sebuah kontrak yang merinci persyaratan-persyaratan
di mana pemilik properti, yaitu lessor (yang menyewakan) mentransfer hak
penggunaan properti kepada lessee (penyewa).

14. Menurut Salim H.S


Leasing yakni sebuah kontrak sewa antara pihak lessor dan pihak lessee. Pihak lessor
merupakan pihak yang menyewakan barang produksi pada pihak lessee.

Sedangkan pihak lessee adalah pihak yang menerima barang produksi dan membayar
uang sewa sesuai kesepakatan bersama. Ia memiliki hak opsi untuk membeli ataupun
memperpanjang sewa.

15. Menurut Peraturan Presiden No. 9 Tahun 2009 Pasal 1


Leasing adalah salah satu kegiatan pembiayaan dengan menyediakan barang modal,
baik itu sewa guna usaha dengan hak opsi ataupun tanpa hak opsi, untuk digunakan
oleh pihak penyewa (lessee) dalam jangka waktu tertentu dan mendapat pembayaran
secara angsuran.

16. Menurut Sri Soedewi Masjchoen Sofwan


Mengatakan bahwa leasing adalah “suatu perjanjian dimana si penyewa barang modal
(lessee) menyewakan barang modal untuk usaha tertentu, untuk jangka waktu tertentu
dan jumlah angsuran tertentu.
Defenisi yang dikemukakan oleh Sri Soedewi Masjchoen Sofwan memandang bahwa
institusi leasing merupakan suatu kontrak atau perjanjian antara pihak lesse dan pihak
lessor. Oleh kerena itu antara pihak lessor dan lesse terdapat hubungan hukum sewa
menyewa. Objek yang disewa adalah barang modal. Jangka waktu dan jumlah
angsuran ditentukan oleh para pihak.

17. Menurut Pasal 1 angka (9) Keppres No.61 Tahun 1988


Tentang lembaga pembiyaan ditentukan, bahwa perusahaan sewa guna usaha (leasing
company) adalah badan usaha yang melakukan usaha pembiayaan dalam bentuk
penyediaan barang modal, baik secara finance lease maupun operating lease untuk
digunakan oleh penyewa guna usaha selama jangka waktu tertentu berdasrkan
pembayaran secara berkala.

18. Menurut Walter T. Harrison


Yang dialihbahasakan oleh Gina Gania dan Danti Pujiati (2012: 493), memberikan
definisi tentang Sewa Guna Usaha sebagai berikut :
“Lease adalah kesepakatan sewa dimana penyewa (lessee) sepakat untuk membayar
sewa kepada pemilik property (lessor) atas penggunaan aset. Leasing akan
memungkinkan lessee untuk menggunakan aset yang diperlukan tanpa harus
membayar di muka dalam jumlah besar seperti yang diwajibkan pada kesepakatan
pembelian”

19. Menurut Marpaung, 1985


Perusahaan sewa guna usaha (leasing) adalah perusahaan yang memberikan jasa
dalam bentuk penyewaan barang-barang modal atau alat-alat produksi dalam jangka
waktu menengah atau jangka panjang dimana pihak penyewa (lessee) harus
membayar sejumlah uang secara berkala yang terdiri dari nilai penyusutan suatu lease
ditambah dengan bunga, biaya-biaya lain serta profit yang diharapkan oleh lessor.

20. Menurut Amin Widjaja Tunggal dan Arif Djohan dalam bukunya yang berjudul
“Aspek Yuridis dalam Leasing”
Leasing itu adalah “Pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barang-barang
modal dengan pembayaran secara berkala oleh perusahaan yang menggunakan
barang-barang modal tersebut, dan dapat membeli atau memperpanjang jangka waktu
berdasarkan nilai sisa.”

21. Menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK)


Leasing adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal, baik
secara sewa guna usaha dengan hak opsi (finance lease) maupun sewa guna usaha
tanpa hak opsi (operating lease).

Berdasarkan beberapa definisi leasing diatas, bisa kita ketahui Leasing merupakan salah
satu bentuk pendanaan berupa penyewaan barang modal maupun barang produksi.
Leasing dapat diartikan sebagai setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk
penyediaan barang-barang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan untuk jangka
waktu tertentu.

Kegiatan Sewa Guna Usaha atau yang lebih dikenal Leasing adalah suatu penetapan yang
memberikan kepada suatu perusahaan untuk menggunakan dan mengendalikan aktiva-
aktiva tanpa menerima hak atas aktiva-aktiva tersebut. Aktiva tersebut merupakan barang
modal. Leasing juga dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan pembiayaan dalam
bentuk penyediaan barang modal, baik secara sewa guna usaha dengan hak opsi maupun
sewa guna usaha tanpa hak opsi. Pengertian leasing juga secara umum dapat
didefinisikan sebagai perjanjian antara lessor (perusahaan leasing) dengan lessee
(nasabah) dimana pihak lessor menyediakan barang dengan hak penggunaan oleh lessee
dengan imbalan pembayaran sewa untuk jangka waktu tertentu.

Leasing adalah suatu kegiatan pembiayaan kepada perusahan (badan hukum) atau
perorangan dalam bentuk pembiayaan barang modal. Pembayaran kembali oleh
peminjam dilakukan oleh peminjam dilakukan secara berkala, dan dalam jangka waktu
menengah atau panjang. Perusahaan yang menyelenggarakan leasing disebut lessor,
sedangkan perusahaan yang mengajukan leasing disebut dengan lessee.

Menyangkut pengertian leasing dapat dikemukakan definisi yang dapat dijadikan sebagai
landasan dalam membicarakan leasing dan jenis usaha yang berkaitan dengannya.
Leasing adalah perusahaan yang memberikan jasa dalam bentuk penyewaan. Penyewaan
barang-barang modal atau alat-alat produksi dalam jangka waktu menengah atau jangka
panjang dimana pihak penyewa (lessee) harus membayar uang secara berkala terdiri dari
nilai penyusutan suatu objek leasing ditambah bunga, biaya-biaya lain serta profit yang
diharapkan lessor. Dari definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa sewa guna usaha
merupakan suatu kontrak atau persetujuan antara lessor dan lessee, objek-objek sewa
guna usaha adalah barang modal, dan pihak lessee memiliki hak opsi dengan harga
berdasarkan nilai sisa dan sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati berdasarkan
kesepakatan bersama.

Leasing adalah metode pembiayaan yang dilakukan melalui pengadaan barang modal
maupun aset untuk diberikan kepada perusahaan maupun individu. Biasanya, para
penerima leasing merupakan pengusaha yang menjalankan suatu kegiatan bisnis sehingga
modal tersebut dibutuhkan guna melancarkan aktivitas usaha.Selain itu, leasing
merupakan metode pembiayaan yang diberikan oleh suatu perusahaan dalam kurun waktu
tertentu. Cara pembayarannya yakni melalui cicilan sejumlah uang sesuai keputusan
bersama. Ketika debitur berhasil melunasinya, maka ia punya pilihan untuk membelinya
menggunakan nilai yang tersisa. Dengan sistem tersebut, leasing adalah pembiayaan yang
membantu masyarakat guna memperoleh modal usaha maupun membeli barang-barang
mahal tanpa harus mengeluarkan banyak uang sekaligus.

Perusahaan sewa guna usaha di Indonesia lebih dikenal dengan nama leasing. Kegiatan
utama perusahaan sewa guna usaha adalah bergerak di bidang pembiayaan untuk
keperluan barang – barang modal yang diinginkan oleh nasabah. Pembiayaan di sini
maksud jika seorang nasabah membutuhkan barang – barang modal seperti peralatan
kantor atau mobil dengan cara disewa atau dibeli secara kerdit dapat diperoleh di
perusahaan leasing. Pihak leasing dapat membiayai keinginan nasabah sesuai dengan
perjanjian yg telah disepakati kedua belah pihak.

Leasing berasal dari bahasa Inggris “to lease” yang berarti menyewakan.


Namun leasing mempunyai persyaratan tertentu, sehingga tidak bisa disamakan dengan
sewa-menyewa biasa. Leasing atau yang lebih sering disebut dengan sewa guna usaha
adalah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barang modal
untuk digunakan oleh suatu perusahaan selama jangka waktu tertentu berdasarkan
pembayaran-pembayaran secara berkala disertai hak pilih (opsi) bagi perusahaan tersebut
untuk membeli barang modal yang bersangkutan atau memperpanjang jangka
waktu leasing berdasarkan nilai sisa yang telah disepakati bersama.

Selain itu, ada lagi definisi dari istilah leasing, yaitu perjanjian yang telah disepakati oleh
pemilik modal dengan pihak lain yang biasanya disebut dengan nasabah yang
bekerjasama dengan mereka. Setelah adanya perjanjian tersebut, barulah pihak nasabah
akan menerima modal atau barang dan mulai membayar cicilan hingga waktu yang sudah
disepakati.

Leasing adalah salah satu cara yang seringkali diandalkan oleh masyarakat Indonesia.
Sebab, kehadiran leasing sangat membantu masyarakat untuk bisa lebih mudah membeli
barang maupun mendapatkan modal yang dibutuhkan. Misalnya saja, saat membeli
barang-barang elektronik, kendaraan, modal untuk membangun sebuah usaha, dan
lainnya.

Contoh leasing adalah ketika seseorang ingin membeli motor atau mobil namun belum
mampu melunasinya, sehingga mereka akan menggunakannya sembari membayar cicilan
kepada lessor.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka terdapat beberapa unsur mengenai sewa
guna usaha, yaitu:

a. Adanya suatu perusahaan pembiayaan (lessor);


b. Adanya calon penyewa guna usaha (lessee);
c. Penyediaan barang modal;
d. Pembiyaan Perusahaan;
e. Keterbatasan jangka waktu;
f. Pembayaran secara berkala;
g. Hak opsi bagi lessee;
h. Ada nilai sisa (residu).
B. SEJARAH LEASING
1. Sejarah Leasing Jaman Kuno
Kegiatan leasing sebenarnya sudah dimulai sejak tahun 2000 SM oleh bangsa Sumeria.
Kala itu, dokumen leasing dibuat manual dari tanah liat untuk mencatat berbagai bukti
leasing yang meliput peralatan tanah, hak guna tanah dan air, serta hewan ternak.
Lalu, bangsa Nippur yang berada di wilayah tenggara Babylonia mulai mengembangkan
lembaga perbankan dan leasing pada tahun 400 SM. Bangsa tersebut menyediakan
berbagai jasa keuangan yang merepresentasikan kondisi ekonomi dan sosial bangsa
Persia, dan mengutamakan usaha leasing tanah, alat pertanian dan memberikan pinjaman
berupa benih tanaman.
Selanjutnya, peradaban Roma, Mesir, dan Yunani kuno mengenalkan leasing sebagai
bentuk usaha yang menarik dan sebagai suatu cara pembiayaan alat, tanah dan ternak.

2. Sejarah leasing jaman modern


Dalam perkembangannya di zaman modern, leasing diperkenalkan oleh Tom M. Clark di
Amerika pada tahun 1850, yaitu ketika pertama kali ia menyewa kereta api. Lalu, The
Bell Telephone Company di tahun 1887 mulai menyewakan telepon pada tiap
pelanggannya dengan menggunakan sistem pembiayaan secara angsuran.
Selanjutnya, perusahaan leasing asal San Fransisco di tahun 1952 mendatangi beberapa
perusahaan yang memproduksi barang untuk menawarkan jasa leasing. Lalu, usaha
leasing ini berkembang pesat ke negara lainnya seperti Jerman, Jepang dan Inggris.

Leasing adalah suatu bangunan hukum yang tidak lain merupakan improvisasi dari
pranata hukum konvensional yang disebut "sewamenyewa”, dikatakan konvensional,
karena sewa menyewa merupakan bangunan tua dan sudah lama sekali ada dalam sejarah
peradaban umat manusia. Pranata hukum sewa menyewa sudah ada sejak 4.500 tahun
sebelum Masehi, yaitu sewa menyewa yang dipraktekkan dan dikembangkan oleh orang-
orang bangsa Sumeria. Karena leasing ini dikembangkan dari sewa-menyewa dalam arti
modern, pertama kali berkembang di Amerika Serikat, pada tahun 1850, yaitu telah
tercatat adanya perusahaan leasing di bidang kereta api. Selanjutnya, pada tahun 1877,
The Bell Telephone Company memperkenalkan leasing di bidang pelayanan telepon
kepada para pelanggannya. Dan agak lama setelah itu, yaitu dalam tahun 1952,
perusahaan leasing di San Fransisco (USA) telah juga memperkenalkan leasing terhadap
produk-produk tertentu. Selanjutnya pranata hukum leasing ini berkembang ke seluruh
antero dunia seiring dengan arus globalisasi.

Di Amerika Serikat, perkembangan pranata hukum leasing ini cukup pesat. Selama
dasawarsa 1980-an, volume leasing bertambah ratarata 15% tiap tahunnya. Dan
menjelang dasawarsa 1980-an tersebut, lebih kurang sepertiga dari pengadaan peralatan
bisnis baru di sana dilakukan dalam bentuk leasing.
Demikianlah di USA, maka bank-bank dan perusahaan leasing hidup subur sebagai
lessor. Di samping itu, bahkan perusahaan pemegang trademark terkenal juga ikut
menjadi lessor. Tercatat misalnya, sejak dasawarsa 1980-an, perusahaan GATX
merupakan lessor terbesar untuk leasing railcars. Sementara IBM merupakan lessor
terbesar untuk leasing komputer. Dan, Xerox merupakan lessor terbesar pula untuk
leasing mesin fotocopy.

C. JENIS-JENIS LEASING
Dalam Pengumuman Direktur Jenderal Moneter No. Peng.307/DJM/III. 1/7.1974 tanggal
8 Juli 1974, ruas 8. 2. Yang menyebutkan bahwa untuk kepentingan pengawasan dan
pembinaan, para pengusaha leasing diharuskan menyampaikan kepada Direktur Jenderal
Moneter, Departemen Keuangan, antara lain "copy kontrak leasing ….. dan sebagainya",
dapat ditarik kesimpulan bahwa perjanjian leasing harus dibuat secara tertulis. Akan
tetapi tidak ditentukan atau diwajibkan apakah perjanjian leasing harus berbentuk Akta
Otentik/Akta Notaris atau Akta di Bawah Tangan. Jadi terserah pada pihak-pihak yang
bersangkutan untuk menentukan apakah akan membuat perjanjian itu dengan Akta
Notaris atau tidak. Namun ditinjau dari sudut hukum pembuktian yang berlaku di
Indonesia, pasal 1870 Kitab Undang-undang Hukum Perdata, menyatakan bahwa bukti
yang paling kuat adalah bukti dalam bentuk akta otentik. Pasal 1870 KUH Perdata
menentukan bahwa " :
"Suatu akta otentik memberikan di antara para pihak beserta ahliwaris-ahliwarisnya atau
orang-orang yang mendapat hak dari mereka, suatu bukti yang sempurna tentang apa
yang dimuat di dalamnya."
Jadi oleh karenanya, orang yang membantah kebenaran akta otentik, harus membuktikan
bahwa apakah akta itu dibuat dengan paksaan, keliru atau dibuat dengan penipuan.
Sehingga dapat dikatakan bahwa beban pembuktian ada pada orang/pihak yang
menyangkal kebenaran akta otentik tersebut. Sedangkan akta di bawah tangan baru
mempunyai kekuatan pembuktian jika pihak yang menanda-tangani akta tersebut
mengakui tanda tangannya dalam akta tersebut. Mengenai tanggalnya, tidaklah
mempunyai kekuatan bukti terhadap pihak ketiga yang menyangkalnya.
Jikalau ada orang/pihak yang membantah kebenaran isi dan tanggalnya, maka beban
pembuktian ada pada orang yang menandatangani akta di bawah tangan tersebut, atau
pihak yang memakai akta di bawah tangan itu sebagai bukti untuk membuktikan bahwa
isi dan tanggal akta itu benar.
Banyak perusahaan leasing yang telah menyadari mengenai ini, maka banyak di antara
mereka yang membuat perjanjian leasing secara notariil/otentik, hal ini gunanya untuk
menjaga hal-hal yang akan timbul di kemudian hari.
Menurut Sunaryo dalam bukunya yang berjudul Hukum Lembaga Pembiayaan dilihat
dari teknik bertransaksi antara lessor dan lessee, leasing dapat dibedakan menjadi 2 (dua)
jenis, yaitu finance lease dan operating lease.

1. Finance Lease
Finance lease sering juga disebut full pay out lease atau capital lease merupakan jenis
sewa guna usaha yang lebih sering diterapkan di dalam praktik. Pada jenis financial lease
ini, lessee menghubungi lessor untuk memilih, memesan, memeriksa, dan memelihara
barang modal yang dibutuhkan. Selama masa sewa lessee membayar sewa secara berkala
dari jumlah seluruhnya ditambah dengan pembayaran nilai sisa (residual value). Pada
masa akhir kontrak lessee ada hak opsi atas barang modalnya untuk mengembalikan,
membeli, atau memperpanjang masa kontraknya.
Dengan demikian, karakteristik dari finance lease adalah:
a. barang modal bisa dalam bentuk barang bergerak atau tidak bergerak yang berumur
maksimum sama dengan masa kegunaan ekonomis barang tersebut;
b. barang modal tetap milik lessor sampai berlakunya hak opsi;
c. jumlah sewa yang dibayar secara angsuran perbulan meliputi biaya perolehan barang
ditambah biaya-biaya lain dan keuntungan (spread) yang diharapkan lessor;
d. besarnya harga sewa dan hak opsi harus menutupi harga barang ditambah keuntungan
yang diharapkan lessor;
e. jangka waktu berlakunya kontrak leasing relatif panjang;
f. risiko biaya pemeliharaan, kerusakan, pajak, dan asuransi ditanggung oleh lessee;
g. kontrak sewa guna usaha tidak dapat dibatalkan sepihak oleh lessor (non cancellable);
h. pada masa akhir kontrak lessee diberi hak opsi untuk mengembalikan atau membeli
barang modal tersebut atau memperpanjang masa kontraknya.

2. Operating Lease
Operating lease disebut juga service lease merupakan jenis sewa guna usaha di mana
lessor hanya menyediakan barang modal untuk disewa oleh lessee dengan tanpa adanya
hak opsi di akhir masa kontrak. Oleh karena itu, dalam menghitung jumlah seluruh
pembayaran sewa secara angsuran tidak termasuk jumlah biaya yang dikeluarkan untuk
memperoleh barang modal tersebut. Dengan demikian dapat diketahui bahwa karakteristik
dari Operating lease adalah sebagai berikut.
a. Operating lease biasanya dilakukan oleh pabrikan atau leveransir, karena biasanya
mereka mempunyai keahlian terhadap barang modal tersebut
b. Barang modal dalam operating lease biasanya berupa barang yang mudah terjual
setelah kontrak sewa guna usaha berakhir.
c. Besarnya harga sewa lebih kecil daripada harga barang ditambah keuntungan yang
diharapkan lessor (non full pay out).
d. Harga sewa setiap bulannya pada umumnya dibayar dengan jumlah yang tetap.
e. Segala risiko ekonomi atas barang modal (asuransi, pajak, kerusakan, pemeliharaan)
ditanggung oleh lessor.
f. Jangka waktu kontrak sewa guna usaha relatif lebih pendek jika dibandingkan dengan
umur ekonomis barang modal.
g. Kontrak sewa guna usaha dapat dibatalkan sepihak oleh lessee dengan mengembalikan
barang modal kepada lessor.
h. Pada masa akhir kontrak sewa guna usaha, lesee tidak diberikan hak opsi sehingga
wajib mengembalikan barang modal kepada lessor.

D. TEKNIK PEMBIAYAAN LEASING


Leasing merupakan salah satu sumber dana bagi para pengusaha yang membutuhkan
barang modal, selama jangka waktu tertentu dengan membayar sewa. Dengan cara ini
pengusaha yang tidak mempunyai modal atau mempunyai modal terbatas, tetapi ingin
mempunyai pabrik dapat memperolehnya dengan cara leasing.
Teknik pembiayaan leasing dapat dilihat dari jenis transaksi leasing yang secara garis
besar dapat dibagi dua kategori pembiayaan yaitu finance lease dan operating lease.
1. Finance Lease
Teknik pembiayaan menurut finance lease ini, perusahaan leasing sebagai lessor
adalah pihak yang membiayai penyediaan barang modal. Penyewa guna usaha
(lessee) biasanya memilih barang modal yang dibutuhkan dan atas nama perusahaan
leasing, sebagai pemilik barang modal tersebut, melakukan pemesanan, pemeriksaan
serta pemeliharaan barang modal yang menjadi objek transaksi leasing. Selama masa
leasing, lessee melakukan pembayaran nilai sisa (residual value). Kalau ada, akan
mencakup pengembalian harga perolehan barang modal yang dibiayai serta
bunganya, yang merupakan pendapatan perusahaan leasing.
Dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa finace lease atau kadang-
kadang pula disebut full-pay out leasing adalah suatu bentuk pembiayaan dengan cara
kontrak antara lessor dengan lessee di mana :
a. Lessor sebagai pemilik barang atau objek leasing yang dapat berupa barang
bergerak ataupun benda tidak bergerak memiliki umur maksimum sama dengan
masa kegunaan ekonomis barang tersebut.
b. Lessee berkewajiban membayar kepada lessor secara berkala sesuai dengan
jumlah dan jangka waktu yang disetujui. Jumlah tersebut merupakan angsuran
atau lease payment yang terdiri dari biaya perolehan barang ditambah dengan
semua biaya lainnya yang dikeluarkan lessor dan tingkat keuntungan.
c. Lessor dalam jangka waktu pengembalian yang disetujui tidak dapat secara
sepihak mengakhiri masa kontrak atau pemakaian barang tersebut. Risiko
ekonomis termasuk biaya pemeliharaan dan biaya lainnya yang berhubungan
dengan barang yang di-lease ditanggung oleh lessee.
d. Lessee pada akhir periode kontrak memiliki hak opsi untuk membeli barang
tersebut sesuai dengan nilai sisa yang disepakati untuk menggembalikan pada
lessor atau memperpanjang masa lesse sesuai dengan syarat-syarat yang disetujui
bersama.

Ciri-ciri finance lease antara lain :

 Objek leasing tetap milik lessor sampai dilakukannya hak opsi


 Barang modal bisa dalam bentuk barang bergerak / tidak bergerak
 Masa sewa barang modal sama dengan umur ekonomisnya
 Jumlah lease payment = jumlah biaya perolehan + biaya-biaya lainnya + spread
 Lessor tidak dapat secara sepihak mengakhiri masa kontrak (non-cancellablea),
atau akan dikenakan denda
 Risiko ekonomis misalnya biaya pemeliharaan ditanggung lessee
 Transaksi keuangan
 Full pay out
 Disertai hak opsi beli sesuai dengan residual value
 Lessor tidak boleh menyusutkan barang modal.

Selanjutnya, finance lease dapat dibagi dalam beberapa bentuk transaksi sebagai
berikut :

a. Direct Financial Lease


Transaksi leasing dalam bentuk direct financial lease, sering pula disebut
truelease, atau disingkat direct lease aja ; merupakan suatu bentuk transaksi
leasing di mana lessor membeli suatu barang atas permintaan pihak lessee dan
sekaligus menyewagunausahakan barang tersebut kepada lessee yang
bersangkuatan. Spesifikasi barang yang akan di-lease tersebut termasuk
penentuan harga dan penentuan supplier dapat dilakukan oleh lessee. Tujuan
utama lessee pada dasarnya adalah semata-mata untuk mendapatkan pembiayaan
dengan cara leasing, guna memperoleh barang modal yang dapat digunakan
dalam proses produksi dan atau meningkatkan kapasitas produksi. Sedangkan
proses pembelian mulai dari order pembelian dilakukan pihak lessor dan semata-
mata untuk kebutuhan lessee. Mekanisme transaksi bentuk direct lease dapat
dilihat pada gambar berikut.
Keterangan :
1) Penandatangan kontrak antara lessor dengan lessee
2) Penerimaan pembayaran pertama dari lessee, yang berupa :
 Security Deposit
 Uang lease pertama, jika in advance
 Biaya administrasi
 Premi asuransi tahun pertama
 Pembayaran pertama lainnya, jika ada
3) Pemesanan barang modal kepada supplier / dealer
4) Pengiriman barang modal ke alamat lease
5) Lessor akan melaksanakan pembayaran kepada supplier/dealer
6) Kontrak penutupan asuransi
7) Pembayaran premi asuransi
8) Pembayaran lease bulanan dari lessee kepada lessor

Ciri-ciri direct financial lease antara lain :

a. Lessee sebelumnya tidak memiliki barang modal (kebalikan dengan sale


and lease back)
b. Pembelian barang oleh lessor semata-mata untuk kebutuhan lessee
c. Penentuan spesifikasi barang, harga dan supplier dapat dilakukan oleh
lessee
d. Tujuan utama lessee semata-mata untuk mendapatkan financing untuk
tujuan proses produksi atau peningkatan kapasitas produksi.

b. Sale and Lease Back


Transaksi leasing dalam bentuk sale and lease back ini pada prisipnya adalah
pihak lessee sengaja menjual barang modalnya kepada lessor untuk kemudian
dilakukan kontrak sewa guna usaha atas barang tersebut. Lessee dalam hal ini
berperan sebagai pihak yang menjual barang untuk digunakan selama masa lease
yang disetujui kedua pihak. Metode leasing ini dimaksudkan untuk memperoleh
tambahan dana untuk modal kerja. Jadi transaksi leasing di sini bersifat
refinancing. Transaksi leasing seperti ini banyak dilakukan di Indonesia akibat
adanya masalah impor barang modal, perizinan serta pengoperasian, maupun
pembiayaan kembali terhadap pinjaman yang telah diperoleh lessee untuk
memperoleh barang modal ini terutama dalam hal pengenaan bea masuk atau
pajak dalam rangka pengadaan suatu barang modal, umunya pihak lessee akan
membeli lebih dahulu atas nama sendiri barang impor atau eks-impor, termasuk
membayar bea masuk dan bea impor lainnya.
Selanjutnya barang tersebut dijual kepada lessor untuk selanjutnya diserahkan
kembali kepada lessee untuk digunakan sesuai dengan jangka waktu yang
disetujui dalam kontrak leasing. Transaksi leasing seperti di atas sering disebut
technical sale and lease back, seperti gamber berikut ini.

Keterangan :
1) Jual beli barang modal dari pihak lessee ke pihak lessor
2) Penutupan kontrak asuransi
3) Lessor melakukan pembayaran kepada lessee, sesuai dengan kontrak jual beli
4) Penandatangan kontrak leasing antara lessor dengan lessee
5) Lessee melakukan pembayaran pertama, yang berupa :
 Security Deposit
 Uang lease pertama, jika in advance
 Biaya administrasi
 Premi asuransi tahun pertama
 Pembayaran pertama lainnya, jika ada.
6) Pembayaran premi asuransi
7) Pmbayaran lease bulanan dari lessee kepada lessor

c. Leveraged Lease
Pada prinsipnya leveraged lease merupakan salah satu teknik pembiayaan dalam
finance lease yang digunakan lessor. Menurut teknik ini, disamping melibatkan
lessor dan lessee juga melibatkan kreditor jangka panjang dalam membiayai
suatu objek leasing. Pihak kreditor jangka panjang inilah yang memiliki porsi
terbesar dalam membiayai transaksi leasing ini. Sedangkan porsi pembiayaan
pihak lessor biasanya berkisar 20%-40% dari keseluruhan pembiayaan, sisanya
disediakan oleh kreditor. Kreditor tersebut dapat berupa bank atau lembaga
keuangan lainnya. Status kreditor di sini hanya sebagai penyedia dana kepada
lessor, sedangkan jaminannya biasanya adalah objek leasing itu sendiri.
Perbedaannya dengan teknik direct lease adalah terletak pada jumlah pembiayaan
yang diberikan oleh lessor 100%. Oleh karena itu, lessor bertanggung jawab
langsung kepada kreditor sesuai dengan jumlah pembiayaannya.

d. Syndicated Lease
Syndicated lease adalah pembiayaan leasing yang dilakukan oleh lebih dari satu
lessor atas suatu objek leasing. Syndicated lease terjadi apabila lessor karena
alasan-alasan risiko tidak bersedia, atau karean alasan tidak memiliki kemampuan
pendanaan untuk menutup sendiri suatu transaksi leasing yang nilainya cukup
besar yang dibutuhkan oleh lessee. Untuk memenuhi permintaan atau kebutuhan
lessee tersebut, maka beberapa perusahaan leasing melakukan perjanjian kerja
sama untuk membiayai objek leasing dimaksud.
Selanjutnya, dalam pelaksanaannya dari kelompok lessor, berdasarkan
persetujuan ditunjuk salah satu lessor untuk bertindak sebagai koordinator dalam
melaksanakan perjanjian leasing dengan pihak lessee termasuk dengan pihak
supplier.

e. Cross Border Lease


Cross border lease adalah transaksi leasing yang dilakukan di luar batas suatu
negara, di mana lessor berkedudukan di negara berbeda dengan negara lessee.
Jenis transaksi leasing ini kadang-kadang disebut pula sebagai leasing lintas
negara atau transaksi leasing internasional karena yang dilakukan melibatkan dua
negara yang berbeda. Metode pembiayaan ini merupakan hal yang kompleks dan
bersifat khusus. Transaksi leasing ini mengandung banyak risiko bagi lessor
karena bagaimanapun juga akan melibatkan mekanisme hukum, perpajakan dan
masalah-masalah lainnya dari masing-masing negara yang bersangkutan. Untuk
mengatasi kendala-kendala tersebut biasanya transaksi leasing antara negara
dilakukan oleh afiliasinya atau subsidiary perusahaan leasing yang bersangkutan.
Transaksi leasing biasanya dilakukan dengan cara perjanjian penjualan bersyarat
yaitu pihak lessee diwajibkan membeli barang yang di-lease-nya pada akhir
kontrak. Cara ini pada dasarnya hanya untuk melindungi lessor dari kompleksitas
peraturan dan ketentuan-ketentuan negara asing. Mekanisme cross border lease
pada gambar di bawah ini. Kompleksitas dalam transaksi leasing internasional
bagi lessor ini meliputi beberapa masalah antara lain:
o Pertimbangan politis yaitu menyangkut stabilitas negara lessee
o Peraturan mengenai pemilikan oleh pihak asing
o Perpajakan yaitu menyangkut ketentuan pajak ganda (double taxation)
o Ketentuan repatriasi penghasilan termasuk masalah pengaturan penggunaan
valuta asing negara lesse
o Peraturan penyusutan
o Bea masuk barang dan ketentuan impor lainnya

f. Vendor Program
Vendor program atau disebut juga vendor lease adalah suatu metode penjualan
yang dilakukan oleh produsen atau dealer di mana perusahaan leasing
memberikan atau menyediakan fasilitas leasing kepada pembeli barang. Dalam
mekanisme transaksi vendor program ini, lessor membayar kepada vendor sesuai
dengan harga barang yang dipilih atau ditentukan oleh pembeli (lessee).
Selanjutnya pembayaran sewa atau angsuran oleh lessee dapat dilakukan
langsung kepada lessor, atau dapat dibayarkan melalui vendor yang
bersangkutan. Cara pembayaran tersebut dapat dilakukan sesuai perjanjian.
2. Operating Lease.
Dalam leasing bentuk ini, lessor sengaja membeli barang modal dan selanjutnya di-
lease-kan. Berbeda dengan finance lease, dalam operating lease jumlah seluruh
pembayaran berkala tidak mencakup jumlah biaya yang dikeluarkan untuk
memperoleh barang modal tersebut berikut dengan bunganya.
Operating lease atau kadang-kadang juga disebut dengan sewa guna usaha biasa
adalah suatu perjanjian kontrak antara lessor dengan lessee di mana:
a. Lessor sebagai pemilik objek leasing kemudian menyerahkan kepada pihak lessee
untuk digunakan dengan jangka waktu relatif lebih pendek dari pada umur
ekonomis barang modal tersebut.
b. Lessor atau pengguna barang modal tersebut membayar sejumlah sewa secara
berkala kepada lessor yang jumlahnya tidak meliputi jumlah keseluruhan biaya
perolehan barang tersebut beserta bunganya.
c. Lessor menanggung segala risiko ekonomis dan pemeliharaan atas barang-barang
tersebut.
d. Lessee pada akhir kontrak harus mengembalikan objek lease pada lessor.
e. Lease biasanya dapat membatalkan perjanjian kontrak leasing sewaktu-waktu.

Operating lease dalam pelaksanaannya membutuhkan suatu keahlian khusus terutama


untuk pemeliharaannya dan pemasaran kembali barang modal yang dilease-kan
tersebut. Oleh karena itu berbeda dengan finance lease objek leasing di akhir masa
kontrak merupakan hak milik lessor untuk kemudian dilakukan pemasaran kembali
barang modal tersebut. Lessor dalam operating lease bertanggung jawab atas segala
biaya pelaksanaan lease antara lain misalnya, biaya asuransi, pembayaran pajak dan
pemeliharaan barang modal. Perbedaan lain dengan finance lease adalah angsuran
operating lease tidak menggambarkan keseluruhan biaya perolehan barang. Hal ini
disebabkan lessor mengharapkan keuntungan dari kontrak leasing berikutnya.

Selanjutnya menurut Keputusan Menteri Keuangan No. 1169/KMK.01/1991 tanggal


27 Nopember 1991 kegiatan leasing dapat dilakukan dengan cara berikut:

a. Sewa guna usaha dengan hak opsi (finance lease)


b. Sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating lease)

Penggolongan suatu transaksi leasing menurut ketentuan Menteri Keuangan tersebut di


atas dapat dijelaskan sebagai berikut :

1) Leasing digolongkan sebagai finance lease apabila memenuhi semua criteria


berikut :
a. Jumlah pembayaran sewa guna usaha selama masa sewa guna usaha pertama
ditambah dengan nilai sisa barang modal, harus dapat menutup harga perolehan
barang modal dan keuntungan lessor.
b. Masa sewa guna usaha untuk barang modal ditetapkan sekurang-kurangnya :
o 2 tahun untuk Golongan I
o 3 tahun untuk Golongan II dan III
o 7 tahun untuk Golongan bangunan
c. Perjanjian sewa guna usaha memuat ketentuan, mengenai hak opsi

2) Leasing digolongkan sebagai operating lease apabila memenuhi kriteria berikut :


a. Jumlah pembayaran leasing selama masa leasing pertama tidak dapat menutupi
harga perolehan barang modal yang di-lease-kan ditambah keuntungan yang
diperhitungkan oleh lessor
b. Perjanjian leasing tidak memuat ketentuan mengenai hak opsi bagi lessor
E. KELEBIHAN DAN MANFAAT LEASING
Leasing sebagai alternatif sumber pembiayaan memiliki beberapa kelebihan
dibandingkan dengan sumber-sumber pembiayaan lainnya antara lain sebagai berikut:
1. Pembiayaan Penuh
Transaksi leasing sering dilakukan tanpa perlu uang muka dan pembiayaannya dapat
diberikan sampai 100% (full pay out). Hal ini akan membantu cash flow terutama
bagi perusahaan (lessee) yang beru berdiri atau beroperasi dan perusahaan yang mulai
berkembang.
2. Lebih Fleksibel
Dipandang dari segi perjanjiannya, leasing lebih luwes karena leasing lebih mudah
menyesuaikan keadaan keuangan lessee dibandingkan dengan perbankan.
Pembayaran angsuran secara berkala akan ditetapkan berdasarkan pendapatan yang
dihasilkan lessee sehingga pengaturan pembayaran angsuran secara berkala dapat
disesuaikan dengan pendapatan yang dihasilkan objek yang di-lease.
Artinya pembayaran sewa baru dilakukan setelah barang modal yang di-lease tersebut
telah mulai produktif. Selain itu perusahaan leasing dapat melakukan pengaturan
pembayaran yang menggelembung (baloon payment) pada awal atau akhir masa
lease, pembayaran musiman (khusus apabila lessee bergerak dalam bidang pertanian,
perkebunan atau peternakan) bahkan mungkin pula suatu tenggang waktu
pembayaran yang sesuai dengan keadaan keuangan lessee.
3. Sumber Pembiayaan Alternatif
Leasing merupakan sumber pembiayaan lain bagi perusahaan tanpa mengganggu
fasilitas kredit (credit line) yang telah dimiliki. Dari segi jaminan leasing tidak terlalu
menuntut adanya jaminan tambahan yang lebih banyak dibandingkan apabila lessee
memperoleh pinjaman dari pihak lainnya. Karena hak kepemilikan sah atas objek
lease serta pengaturan pembayaran lease sesuai dengan pendapatan yang dihasilkan
oleh objek lease sehingga merupakan jaminan bagi leasing itu sendiri. Dengan
demikian harta yang telah dijaminkan untuk kredit tetap dapat menjamin kredit yang
sudah ada.
4. Off Balance Sheet
Tidak adanya ketentuan keharusan mencantumkan transaksi leasing dalam neraca
memberi daya tarik tersendiri kepada lessee karena tanpa mencantumkan sebagai
aktiva berarti prosedur pembelian barang tidak perlu dipenuhi secara terperinci karena
mungkin masih dalam batas kewenangan direksi (seringkali kewenangan pembelian
barang modal baru sah apabila disetujui Dewan Komisaris atau bahkan Rapat
Pemegang Saham). Dengan demikian keputusan secara cepat dan tepat dapat lebih
mudah dilakukan oleh direksi. Di pihak lain, tanpa mencantumkan sebagai aktiva
berarti tidak ada keharusan mencantumkannya sebagai kewajiban. Hal ini mempunyai
dampak positif terhadap kondisi rasio keuangan perusahaan lessee karena transaksi
leasing tersebut tidak akan terlihat dalam neraca lessee sebagai komponen utang.
Kondisi ini disebut off balance sheet financing.
5. Arus Dana
Keluwesan pengaturan pembayaran sewa sangatlah penting dalam perencanaan arus
dana karena pengaturan ini akan mempunyai dampak yang berarti terhadap
pendapatan lessee. Di samping itu, persyaratan pembayaran di muka yang relatif lebih
kecil akan sangat berpengaruh pada arus dana terlebih apabila ada pertimbangan
kelambatan menghasilkan laba dalam investasi.
6. Proteksi Inflasi
Leasing dapat merupakan pelindung terhadap inflasi meskipun dalam beberapa
keadaan sering dikatakan hal ini kurang relevan. Dalam tahun-tahun berikutnya
setelah kontrak leasing dilakukan, khususnya apabila leasing berdasarkan tarif suku
bunga tetap,maka lessee akan membayar dengan jumlah tetap atas sisa kewajibannya
yang berasal dari pelunasan pembelian yang dilakukan di masa lalu.
7. Perlindungan Akibat Kemajuan Teknologi
Dengan memanfaatkan leasing, lessee dapat terhindar dari kerugian akibat barang
yang disewa tersebut mengalami ketinggalan model dan teknologi disebabkan oleh
pesatnya perkembangan teknologi.
Dalam suatu kontrak leasing objek leasing sering dimasukkan sebagai perjanjian
bahwa barang yang sedang disewa tersebut dapat ditukarkan dengan barang yang
serupa yang lebih canggih apabila di kemudian hari terdapat penemuan-penemuan
baru yang lebih unggul daripada produk barang yang sama.
8. Sumber Pelunasan Kewajiban
Pembatasan pembelanjaan dalam perjanjian kredit dapat diatasi melalui leasing
karena pada umumnya pelunasan atau pembayaran angsuran hampir selalu
diperkirakan berasal dari modal kerja yang dihasilkan oleh adanya barang yang di
lease. Sehingga kekhawatiran para kreditor terhadap gangguan penggunaan modal
kerja yang akan mempengaruhi pelunasan kredit yang telah diberikan dapat diatasi.
9. Kapitalisasi Biaya
Adanya biaya-biaya tambahan selain harga perolehan seperti biaya penyerahan,
instalasi, pemeriksaan, konsultan, percobaan dan sebagainya dapat dipertimbangkan
sebagai biaya modal yang dapat dibiayai dalam leasing dan dapat disusutkan
berdasarkan lamanya leasing.
10. Risiko Keusangan
Dalam keadaan yang serba tidak menentu, operating lease yang berjangka waktu
relatif singkat dapat mengatasi kekhawatiran lessee terhadap risiko keusangan
(obsolescence) sehingga lessee tidak perlu mempertimbangkan risiko pada tahap dini
yang mungkin terjadi.
11. Kemudahan Penyusutan Anggaran
Adanya pembayaran sewa secara berkala yang jumlahnya relatif tetap akan
merupakan kemudahan dalam penyusunan anggaran tahunan lessee.
12. Pembiayaan Proyek Skala Besar
Adanya keengganan untuk memikul risiko investasi dalam pembiayaan proyek yang
seringkali menjadi masalah di antara pemberi dana, masalah tersebut biasanya dapat
diatasi melalui perusahaan leasing sepanjang tersedianya suatu jaminan penuh yang
dapat diterima dan / serta kemudahan untuk menguasai barang yang dibiayai apabila
terjadi suatu kelalaian.
13. Meningkatkan Debt Capacity
Perolehan barang modal melalui leasing tidak otomatis manaikkan debt equity ratio
yang mempengaruhi bankability dari lessee yang bersangkutan.
14. Tidak memerlukan jaminan
Karena hak kepemilikan atas barang modal yang di lease (sewa) dan pengaturan
pembayaran lease (sewa) sesuai dengan pendapatan yang dihasilkan oleh barang
modal yang di lease (sewa), hal itu sudah merupakan jaminan bagi lease (sewa) itu
sendiri.
15. Capital saving
Karena tidak menyediakan dana yang besar, maksimal hanya menyediakan down
payment (pembayaran dimuka) yang jumlahnya tidak terlalu besar, jadi dapat
menghemat modal bagi lessee, sehingga lessee dapat menggunakan dananya untuk
keperluan lain. Karena leasing pada umumnya membiayai 100% barang modal yang
dibutuhkan oleh lessee.
16. Kecepatan dalam pelayanan
Yaitu secara prosedur leasing lebih sederhana dan cepat dalam merealisasikan
pembiayaan jika dibandingkan mengajukan kredit kepada bank.
17. Pembayaran angsuran lease (sewa) dihitung sebagai biaya operasional
Dimana pembayaran lease langsung dihitung sebagai biaya dalam menentukan laba
rugi perusahaan, jadi pembayarannya dihitung dari pendapatan sebelum pajak.
18. Adanya hak pilihan bagi lessee (penyewa) pada waktu akhir masa lease yang dapat
membeli barang modal dari pihak penyedia (lessor).
19. Adanya kepastian hukum
Karena perjanjian leasing tidak dapat dibatalkan meskipun dalam keadaan keuangan
yang sangat sulit, perjanjian leasing tetap berlaku.
20. Menghindari resiko pemilikan (avoids risks of ownership)
Banyak resiko dalam pemilikan harga seperti kerugian karena bencana, keausan,
kondisi perekonomian. Lesse boleh menghentikan lease meskipun dikenakan denda,
dan dengan demikan menghindarkan penanggungan risiko dari kejadian tersebut.
21. Meningkatkan Penjualan (increased sales)
Penawaran produk melalui leasing kepada pelanggan potensial, dapat meningkatkan
penjualan dalam jumlah besar. Alasannya kemungkinan para pelanggan tidak mau
atau ada yang tidak mampu membeli harta tersebut secara tunai.
22. Kelangsungan hubungan dengan lesse (ongoing business relationship with lessee)
Jika harga dijual, pembeli terkadang tidak mengadakan transaksi lagi dengan
penjualnya. Tapi dalam leasing, lessor dan lesse tetap berhubungan selama periode
tertentu, dan hubungan bisnis jangka panjang dapat selalu di bina.
23. Nilai sisa dipertahankan (residual value retained)
Dalam banyak perjanjian lease, hak atas harta yang dilease tidak pernah beralih
kepada lesse. Lessor beruntung dari kondisi ekonomi yang membuat nilai residu yang
besar pada akhir periode lease. Lessor dapat me-lease kembali aktiva itu kepada lesse
lain atau menjualnya dan memperoleh keuntungan pada saat itu juga

F. ISTILAH DALAM LEASING


Terdapat beberapa istilah dalam leasing. Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan
Republik Indonesia NOMOR: 1169/KMK.01/1991, berikut beberapa istilah dalam
leasing.
a. Lessee ialah pembiayaan dari pihak perusahaan leasing untuk pihak pemakai yang
akan di perorangan atau perusahaan dengan memakai modal
b. Lessor adalah perusahaan pembiayaan atau perusahaan sewa guna usaha yang telah
memperoleh izin usaha dari Menteri Keuangan dan melakukan kegiatan sewa guna
usaha.
c. Lessee adalah perusahaan atau perorangan yang menggunakan barang modal dengan
pembiayaan dari Lessor.
d. Masa sewa guna usaha (Lease Term) adalah jangka waktu sewa guna usaha yang
dimulai sejak diterimanya barang modal yang disewa guna usaha oleh Lessee sampai
dengan perjanjian sewa guna usaha berakhir.
Lease term, yakni jangka waktu lease memiliki sifat mutlak artinya tidak bisa
dibatalkan antara lain:
 Peridoe saat dimana lessor memiliki hak untuk memperbarui atau
memperpanjang
 Periode yang mencakup hak opsi pembaruan dan pihak lessee yang biasa
memberikan jaminan atas utang lessoe yang kemungkinan terjadi
 Periode mencakup sebuah hak opsi untuk memperbarui kontrak
 Periode ketika lessor memiliki hak untuk mencakup di pakainya hak opsi
membeli aktiva yang di lease
 Periode ketika lessor dikenai denda dengan alasan tidak bisa memperbarui lease
dan jumlah denda tersebut dijamin pada awal permulaan
e. Nilai Sisa (Residual Value) adalah nilai barang modal pada akhir masa sewa guna
usaha yang telah disepakati oleh Lessor dengan Lessee pada awal masa sewa guna
usah
G. FUNGSI LEASING
Pada dasarnya, fungsi leasing sebenarnya hampir sama dengan fungsi bank, yaitu
menyediakan pembiayaan produk dengan jangka menengah. Bedanya, bank konvensional
akan memberikan pinjamannya dalam bentuk uang, sedangkan leasing memberikan
pinjaman dalam bentuk barang yang selanjutnya barang tersebut harus dicicil atau
diangsur.
Contohnya saja dalam pembelian sepeda motor. Tanpa ada pihak leasing, Anda harus
membeli sepeda motor tersebut secara tunai, dan tentunya memberatkan. Terlebih lagi
jika Anda hanya karyawan pabrik atau kantoran biasa, pasti butuh bertahun-tahun untuk
bisa membelinya.
Untuk itulah leasing hadir, yaitu dengan memberikan kesempatan pada Anda untuk bisa
mempunyai sepeda motor tanpa harus membayar uang tunai 100%. Umumnya, Anda
hanya harus mengeluarkan uang muka untuk kesepakatan awal. Besarnya uang muka bisa
berbeda-beda. Nantinya, sisa kekurangan tersebut bisa Anda angsur atau cicil selama
kurun waktu yang sudah disepakati.
Pada dasarnya fungsi dari leasing hampir sama dengan Bank, takni sebagai sumber untuk
pembiayaan jangka menengah (dari satu tahun sampai lima tahun).
Dilihat dari segi perekonomian nasional, saat ini leasing sudah memperkenalkan sebuah
metode terbaru untuk mendaopatkan modal dan menambah modal kerja.
Menurut pendapat dari Subekti bahwa leasing merupakan “Suatu perjanjian sew
menyewa yang saat ini sudah berkembang di kalangan pengusaha, dimana pihak yang
menyewakan, (Lessor) menyewakan sebuah perangkat alat perusahaan (mesin-mesin)
termasuk service, kemudian pemeliharaan dan lainya kepada penyewa (lesse) dalam
jangka waktu tertentu.
Apabila ditinjau dari pengertian diatas tadi, menurut Subekti mengontruksi leasing
tersebut antara lain :
1. leasing sama saja dengan sewa-menyewa
2. subjek hukum yang berhubungan dalam perjanjian tersebut ialah pihak lessor dan
lesse
3. objek perangkat perusahaan termasuk pemeliharaan dan lain-lain.
4. adanya jangka waktu sewa

Sebagaimana lembaga pembiayaan, leasing memiliki beberapa fungsi. Lembaga


pembiayaan mempunyai tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan juga
kesempatan kerja. Oleh karena itu, pembiayaan yang tersedia harus dimanfaatkan sebaik-
baiknya oleh para pengusaha diberbagai bidang. Lembaga pembiayaan juga mempunyai
fungsi penting dalam perekonomian. Berikut ini adalah beberapa fungsi lembaga
pembiayaan :

1. Bagi masyarakat : fungsi lembaga pembiayaan yang paling utama adalah membantu
masyarakat dengan ekonomi lemah agar terbebas dari jeratan rentenir yang
memberikan pinjaman dengan bunga yang bisa dibilang tidak wajar atau sangat
tinggi. Dengan adanya lembaga pembiayaan, pengusaha kecil dengan modal terbatas
bisa mendapatkan kredit dengan syarat mudah dan bunga yang ringan, contohnya
seperti leasing.
2. Bagi pembangunan infrastruktur : fungsi pembiayaan tidak hanya berguna untuk
masyarakat dengan ekonomi lemah, dalam dunia bisnis termasuk pengembangan
infrastruktur, keberadaan lembaga pembiayaan juga sangat diperlukan. Hal ini
dikarenakan tidak semua pengembang infrastruktur dan pelaku bisnis juga memiliki
biaya besar untuk tujuan mereka. Melalui lembaga pembiayaan, mereka bisa
mendapatkan berbagai dana pinjaman seperti pinjaman dana talangan, dana proyek,
dan lain-lain. Sehingga ketersediaan dana bagi para pelaku bisnis sudah bukan
menjadi masalah lagi. Karena fungsinya yang menyediakan dana, lembaga
pembiayaan memiliki fungsi yang hampir mirip dengan bank umum.

Munculnya leasing merupakan alternatif yang menarik bagi para pengusaha, karena saat
ini mereka cenderung menggunakan dana rupiah atau tunai untuk kegiatan operasional
perusahaan. Melalui leasing inilah mereka bisa memperoleh dana untuk membiayai
pembelian barang-barang modal dengan jangka waktu pengembalian antara tiga tahun
hingga lima tahun atau lebih.

H. TUJUAN LEASING
Tujuan leasing umumnya adalah guna memberikan kemudahan untuk masyarakat dalam
memiliki barang modal, walaupun barang tersebut memiliki nilai harga yang tinggi.
Selain itu, perusahaan leasing yang menjalankan bisnis ini tentunya akan mendapatkan
keuntungan dari bunga kredit. Jadi, jika harga sepeda motor yang Anda inginkan
normalnya adalah Rp 17 juta, Anda mungkin harus membayar sepeda motor tersebut
dengan harga yang lebih besar dari harga normalnya kepada pihak leasing karena di
dalamnya terdapat bunga kredit.
Biasanya, suatu pihak akan melakukan leasing karena didasari oleh tujuan-tujuan berikut
ini.
1. Mendapatkan barang-barang kebutuhan yang harganya mahal dalam waktu cukup
cepat, sehingga Anda dapat langsung menggunakannya sembari mengangsur.
2. Menghemat biaya produksi karena pembelian alat tidak dilakukan dalam satu waktu.
3. Pihak pemberi leasing biasanya menjalankan pembiayaan ini guna mendapat
penghasilan dari bunga pinjaman.

Leasing memiliki beberapa tujuan. Pertama, mengurangi pajak yang harus kedua belah
pihak bayar. Lessor sebagai penyedia aset dapat mengklaim depresiasi, sedangkan lessee
dapat mengklaim master limited partnership (MLP), yaitu bisnis dalam bentuk kemitraan
terbatas yang diperdagangkan secara publik, lalu mendapatkan pengurangan pajak
dengan cara yang mirip. Kedua, menghindari kepemilikan beserta risikonya untuk
mencegah investasi uang ke dalam aset. Secara tidak langsung, hal ini menjaga leverage,
atau utang untuk membeli suatu aset, tetap rendah sehingga kesempatan untuk meminjam
uang tetap terbuka. Dengan leasing, suatu entitas dapat menyewa aset dengan mudah,
meskipun harganya sangat tinggi. Sementara itu, lease melindungi lessor dari segala
kerusakan atau perubahan yang mungkin dilakukan terhadap asetnya. Lease juga penting
bagi lessee agar lessor tidak seenaknya menaikkan harga sewa, kecuali jika kontraknya
berakhir atau diperpanjang. Lease berguna untuk mencegah perselisihan yang mungkin
terjadi antara penyedia dan penyewa.

Tujuan Perusahaan Leasing

Untuk tujuan dari perusahaan leasing adalah memberikan kemudahan dan pelayanan
yang cepat serta membiayai atau membeli barang yang dibutuhkan oleh nasabah atau
pihak yang bersangkutan untuk kemudian menyewakan kepada nasabah ataupun dibeli
oleh nasabah atau pihak yang bersangkutan.

Tujuan leasing bagi nasabah

Sedangkan tujuan leasing bagi nasabah atau pihak yang akan melakukan perjanjian
leasing adalah untuk mendapatkan kemudahan dalam bertransaksi karena dalam kegiatan
leasing tidak memerlukan jaminan yang besar sehingga fleksibel dan cepat dalam
pelayanannya.

Tujuan leasing lainnya adalah untuk menghemat biaya dimana penggunaan barang atau
peralatan melalui metode lessing pada prinsipnya jauh lebih murah dibandingkan dengan
kredit Bank berdasarkan perhitungan value.

Tujuan Leasing bagi Perusahaan

Kemudian, tujuan leasing bagi nasabah yang merupakan sebuah perusahaan adalah
membantu perusahaan untuk melindungi aset dari inflasi dan sebagai capital saving
karena Lessor akan membiayai secara penuh barang modal yang dibutuhkan oleh
perusahaan.

Hal tersebut tidak bisa didapatkan apabila suatu perusahaan mengajukan kredit kepada
Bank karena kredit Bank memiliki persyaratan yang cukup rumit dan membutuhkan
jaminan yang besar agar pengajuan kredit dapat disetujui oleh pihak Bank.

Selain itu, leasing dinilai lebih fleksibel jika dibandingkan dengan kredit Bank karena
besar pembayaran dan jangka waktu pembayaran dapat disesuaikan dengan kondisi
perusahaan itu sendiri.
I. PERUSAHAAN LEASING DI INDONESIA
Perusahaan leasing dalam menjalankan kegiatan usahanya dapat digolongkan ke dalam 3
(tiga) kelompok, yaitu :
1. Independent Leasing Company
Perusahaan leasing jenis ini mewakili sebagian besar dari industri leasing. Perusahaan
tipe ini berdiri sendiri atau independent dari supplier yang mungkin dapat sekaligus
sebagai pihak produsen barang dan dalam memenuhi kebutuhan barang modal
nasabahnya (lessee). Perusahaan dapat membelinya dari berbagai supplier atau
produsen kemudian di-lease kepada pemakai. Untuk memperoleh gambaran jelas
mengenai mekanisme leasing jenis ini dapat dilihat pada Gambar dibawah ini.
Lembaga keuangan yang terlibat dalam kegiatan usaha leasing, misalnya bank-bank,
dapat pula disebut sebagai lessor independent. Banyak lembaga keuangan yang
bertindak sebagai lessor tidak hanya memberikan pembiayaan leasing kepada lessee
tetapi juga memberikan pendanaan kepada perusahaan leasing. Di samping itu lessor
independen dapat pula memberikan pembiayaan kepada supplier (manufacturer) yang
sering disebut dengan vendor program.

2. Non Independent Leasing Company


Perusahaan sewa guna usaha ini merupakan suatu perusahan yang mempunyai
hubungan langsung dengan produsen barang modal, dimana pendirian perusahaan
sewa guna usaha untuk meningkatkan penjualan barang modal yang diproduksi oleh
produsen yang bersangkutan. Contohnya Kredit Plus.
3. Captive Lessor
Captive lessor akan tercipta apabila supplier atau produsen mendirikan perusahaan
leasing sendiri untuk membiayai produk-produknya. Hal ini dapat terjadi apabila
pihak supplier berpendapat bahwa dengan menyediakan pembiayaan leasing sendiri
akan dapat meningkatkan kemampuan penjualan melebihi tingkat penjualan dengan
menggunakan pembiayaan trasdisional.
Captive lessor ini sering pula disebut dengan twoparty lessor. Pihak pertama terdiri
atas perusahaan induk dan anak perusahaan leasing (subsidiary) dan pihak kedua
adalah lessee atau pemakai barang. Untuk jelasnya perhatikan gambar berikut ini.

4. Lease Broker atau Packager


Bentuk akhir dari perusahaan leasing adalah leasebroker atau packager. Broker
leasing berfungsi mempertemukan calon lessee denngan pihak lessor yang
membutuhkan suatu barang modal dengan cara leasing. Broker leasing beasanya tidak
memiliki barang atau peralatan untuk menangani transaksi leasing untuk atas
namanya. Disamping itu perusahaan broker leasing memberikan satu atau lebih jasa-
jasa dalam usaha leasing tergantung apa yang dibutuhkan dalam suatu transaksi
leasing. Mekanisme lease broker atau packager dapat dilihat pada gambar berikut.

Kegiatan utama perusahaan leasing di Indonesia adalah bergerak dibidang


pembiayaan untuk keperluan barang-barang modal yang diinginkan oleh nasabah.
Pihak leasing membiayai keinginan nasabah sesuai dengan kesepakatan.
Barang modal seperti mesin pabrik atau peralatan kantor yang dibutuhkan oleh
nasabah dapat diperoleh dengan cara sewa atau kredit pada perusahaan leasing.

Ada begitu banyak contoh perusahaan leasing di Indonesia yang memiliki beragam
tawaran layanan dan sudah cukup populer. Adapun beberapa contoh leasing adalah
sebagai berikut.
a. PT BCA Finance
b. PT Adira Dinamika Multi Finance, Tbk.
c. PT Federal International Finance (FIF)
d. PT Oto Multi Artha
e. PT Astra Credit Companies (ACC)
f. PT Summit Oto Finance
g. PT Bussan Auto Finance (BAF)
h. PT Wahana Ottomitra Multiartha (WOM)

J. HAMBATAN-HAMBATAN DALAM PERJANJIAN LEASING


Pada prinsipnya ada tiga macam penghambat dan putusnya perjanjian leasing yaitu :
1.Konsensus, 2.Wanprestasi, 3.Force Majeure
1. Putusnya Kontrak Leasing Karena Konsensus
Dalam praktek, pemutusan kontrak leasing secara konsensus ini sangat jarang terjadi.
Hal ini dikarenakan karakteristik dari kontrak leasing dimana salah satu pihak
berprestasi tunggal, dalam hal ini dari pihak lessor. Artinya, pihak lessor cukup sekali
berprestasi, yaitu menyerahkan dana untuk pembelian barang leasing. Sekali dana di
cairkan maka pada prinsipnya selesailah tugas substansial dari lessor, tinggal pihak
supplier berkewajiban menyerahkan barang kepada lessee dan selanjutnya pihak
lessee harus mengembalikan uang cicilan kepada lessor. Setelah mencairkan dana,
selesailah tugas substansial dari lessor, oleh karena itu sangat sulit bagi lessor untuk
ikut setuju jika pihak lessee ingin memutuskan kontrak di tengah jalan. Karena kalau
kontrak putus, lalu bagaimana dengan nasib dana yang telah di cairkan itu.
Kadang-kadang terdapat juga kontrak dimana kedua belah pihak dapat bebas
memutuskannya di tengah jalan dengan atau tanpa sebab sama sekali. Model kontrak
seperti ini jarang di praktekkan dan tidak sesuai dengan karakteristik kontrak leasing
sebagai kontrak prestasi tunggal dari pihak lessor. Sebab, sekali lessor sudah
berprastasi maka tidak mungkin kontrak di putus di tengah jalan. Kecuali terhadap
transaksi leasing dimana lessor belum sempat memberikan prestasinya dalam bentuk
apapun, ataupun dalam leasing dengan mana lessor dengan mudah dapat menjual
barang modal dengan harga yang mencukupi.

2. Putusnya Kontrak Leasing Karena Wanprestasi


Wanprestasi atau breach of contract merupakan salah satu sebab hingga berjalannya
kontrak menjadi terhenti. Dalam hal ini yang di maksud dengan wanprestasi adalah
salah satu pihak atau lebih tidak melaksanakan prestasinya sesuai
dengan kontrak.
Pasal 2139 BW menentukan bahwa dalam hal suatu pihak melakukan wanprestasi,
maka pihak lain dapat menuntut diberikan ganti rugi berupa biaya, rugi dan bunga.
Alternatif selain dari tuntutan hanya ganti rugi oleh pihak tang dirugikan, maka dapat
juga dituntut pelaksanaan perjanjian itu sendiri dengan atau tanpa ganti rugi. Khusus
terhadap kontrak leasing, maka sebagai kemungkinan wanprestasi dapat terjadi
dengan konsekuensi yuridis yang berbeda-beda pula.

3. Putusnya Kontrak Leasing Karena Force Majeure


Walaupun hak milik belum beralih kepada lessee sebelum hak opsi beli dilaksanakan
oleh pembeli, tetapi karena lessor memang dari semula bertujuan hanya sebagai
penyandang dana, bukan pemilik, maka sudah selayaknya jika beban resiko dari suatu
leasing yang dalam keadaan force majeure dibebankan kepada lessee. Dalam kontrak-
kontrak leasing, memang jelas kelihatan bahwa lessor tidak ingin mengambil resiko.
Jadi, pengaturan resiko pada transaksi leasing lebih condong ke resiko yang ada pada
transaksi jual beli ketimbang sewa menyewa.
Hanya saja dalam praktek, isu resiko ini tidak begitu menjadi persoalan, berhubung
biasanya barang leasing yang bersangkutan telah diasuransikan. Bahkan sering juga
dalam bentuk asuransi “all risk” dimana hak untuk menerima ganti kerugian dari
asuransi ini telah dialihkan kepada lessor.
Namun demikian pengaturan tentang resiko ini tetap penting mengingat jika terjadi
sesuatu dan lain hal yang menyebabkan pihak asuransi tidak dapat atau tidak mau
membayar seluruhnya atau sebagian dari ganti kerugian jika terjadi force majeure,
misalnya dengan alasan bahwa asuransi buka untuk “all risk” atau perusahaan
asuransi jatuh pailit ataupun karena ada “dispute” dengan melihat sebabnya terjadi
peristiwa force majeure tersebut, oleh karena itu dalam hal seperti ini pihak lessee-lah
yang akhirnya menjadi pihak yang harus menanggung resiko. Dalam praktek,
hal ini diikuti sepenuhnya.

K. AKUNTANSI UNTUK LEASE


Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2012) Lease yaitu suatu perjanjian kontrak yang
mengalihkan hak untuk menggunakan aktiva dalam periode waktu yang ditentukan.
2 pihak dalam kontrak lease:
1. Lessor (penjual sewa)
2. Lessee (pembeli sewa)
Akuntansi leasing dibagi menjadi dua kelompok besar – Capital Lease (Lease Modal) dan
Operating Lease (Lease Operasi). Jika kontrak lease mensinyalir adanya perpindahan aset
dari lessor ke lessee dianggap sebagai Capital Lease. Dianggap sebagai operating lease
apabila perjanjian digolongkan sebagai perjanjian sewa, tidak ada perubahan
kepemilikan. Pendapatan sewa lease diakui setiap tahun saat pembayaran lease ditagih.

Pelaporan Dan Pengungkapan Transaksi Leasing Menurut IAI


 Finance leasse – lessor:
1. Aktiva dilaporkan berdasarkan urutan likuiditasnya, kewajiban diurutkan
berdasarkan jatuh temponya tanpa mengelompokkan kedalam unsur lancar dan tidak
lancar.
2. Penanaman neto dalam aktiva yang disewagunausahakan harus dilaporkan dalam
neraca dengan rincian sebagai berikut:
Piutang sewa guna usaha xxx
Nilai sisa yang terjamin xxx
Pendapatan sewa guna usaha yang belum diakui xxx
Simpanan jaminan xxx
Penanaman neto sewa guna usaha xxx
Penyisihan piutang sewa guna usaha yang diragukan xxx
Jumlah penanaman neto xxx
1) Laporan laba rugi disajikan sedemikian rupa sehingga seluruh pendapatan
silaporkan dalam kelompok yang terpisah darikelompok biaya.
2) Jumlah penanaman netodan pendapatan sewa guna usaha dalam sewa guna
usaha sindikasi dan leveraged leasees harus dilaporkan oleh masing-masing
pihak secara proporsional sesuaii dengan penyertaanya
3) Pengungkapan yang layak harus dicantumkan dalam catatan atas laporan
keuangan mengenai hal-hal sebagai berikut :
a. Kebijakan penting akuntansi yang diugnakan sehubungan transaksi sewa
guna usaha
b. Jumlah pembayarann sewa guna usaha paling tidak untuk 2 tahun
berikutnya.
c. Sifat dari simpanan jaminan yang merupakan kewajiban perusahaan sewa
guna usaha kepada sewa guna usaha
d. Piutnag sewa guna usaha yang dijaminkan kepada pihak ketiga
e. Sewa guna usaha sindikasi dan leveraged leases
 Operating lease – lessor
1. Barang modal yang disea guna usahakan dilaporkan berdasarkan harga perolehan
setelah dikuirangi akumulasi penyusutannya.
2. Aktiva yang disewa guna usahakan dilaporkan secara terpisah dari aktiva tetap yang
tidak disewa guna usahakan.
3. Perhitungan rugi laba harus disusun sedemikian rupa sehingga seluruh pendapatan
dilaporkan dalam kelompok yang terpisah dari kelompok biaya.
4. Penyusutan aktiva yang disewa guna usaha harus dilaporkan secara terpisah dari
aktiva yang tidak disewa guna usahakan.
5. Pengungkapan yang layak harus dicantumkan dalam catatan atas laporan keuangan
mengenai hal-hal sebagai berikut:
a. Kebijakan akuntansi penting yang digunakan dalam sewa guna usaha
b. Jumlah pembayaran sewa guan usaha paling tidak untuk 2 tahun berikutnya
c. Sifat dari simpanan jaminan
d. Aktiva yang disewaguna usahakan yang dijaminkan kepada pihak ketiga
e. Sewa gunan usaha sindikasi dan leveraged leases

 Capital lease – lessee


1. Aktiva yang disewa guna usahakan dilaporkan sebagai bagian aktiva tetap dalam
kelompok sendiri. Kewajjiban sewa guna usaha harus disajikan terpisah dari
kewajiban lainnya.
2. Pengungkapan yang layak harus dicantumkan dalam catatan atas laporan keuangan
mengenai hal-hal berikut :
Jumlah pembayaran untuk sewa guna usaha paling tidak untuk 2 tahun berikutnya:
a. Penyusutan yang dibebankan untuk laba tahun berjalan.
b. Jaminan yang diberikan sehubungan dengan tansaksi sewa guna usaha
c. Keuntungan dan kerugian yang ditangguhkan beserta amortisasinya sehubungan
dengan transaksi sale dan leaseback.
d. Ikatan-ikatan penting yang dipersyaratkan dalam perjanjian sewa guna usaha.

 Pelaporan Dan Pengungkapan Transaksi Capital Lease


Pelaporan akuntansi capital lease oleh penyewa guna usaha menurut PSAK No. 30
adalah:Aktiva yang disewa guna usahakan dilaporkan sebagai bagian aktiva tetap
dalam kelompok tersendiri.
Pengungkapan yang layak harus dicantumkan dalam catatan atas laporan keuangan
mengenai hal-hal sebagai berikut:
1. Jumlah pembayaran sewa guna usahakan yang paling tidak untuk dua tahun
berikutnya.
2. Penyusutan aktiva yang disewa guna usahakan yang dibebankan dalam tahun
berjalan.
3. Jaminan yang diberikan sehubungan dengan transaksi sewa guna usaha.
4. Keuntungan atau kerugian yang ditangguhkan beserta amortisasinya sehubungan
dengan transaksi penjualan dan penyewaan kembali (sale and leaseback). Ikatan-
ikatan penting yang dipersyaratkan dalam perjanjian sewa guna usaha.

 Pelaporan dan pengungkapan transaksi operating lease


Menurut PSAK No.30 bahwa pengungkapan yang layak harus dicantumkan atas
laporan keuangan mengenai:
1. Jumlah pembayaran sewa guna selama tahun berjalan yang dibebankan sebagai
biaya sewa.
2. Jumlah pembayaran sewa guna usaha yang harus dilakukan paling tidak 2 tahun
berikutnya.
3. Jaminan yang diberikan sehubungan dengan transaksi sewa guna usaha.
4. Keuntungan atau kerugian yang ditangguhkan beserta amortisasinya sehubungan
dengan transaksi sale and leaseback.
5. Ikatan-ikatan penting yang dipersyaratkan dalam perjanjian sewa guna usaha
(major covenants).

 Pencatatan Transaksi Sewa Guna Usaha oleh Lessee


Pencatatan untuk transaksi sewa pembiayaan oleh lessee melibatkan tiga perkiraan,
yaitu aset, kewajiban dan beban. Adapun pencatatan untuk masingmasing perkiraan
adalah sebagai berikut
1. Aset.
Jenis aset yang timbul akibat adanya transaksi leasing yaitu aset lancar dan aset
tak lancar. Aset lancar yaitu beban yang dibayar dimuka, seperti asuransi dibayar
dimuka, sedangkan aset tak lancar yaitu aset leasing. Nelson Lam dan Peter Lau
yang dilaihbahasakan oleh Taufik Arifin (2014: 89) menjelaskan mengenai
pencatatan uang muka dan pengakuan sewa aset untuk lessee dengan jenis lease
yaitu lease pembiayaan sebagai berikut:
“Pada awal sewa, AJS membuat pembayaran tahunan awal tetapi aset sewa belum
dikirim dan diinstal. Pembayaran tahunan awal diakui sebagai deposit pada awal
sebagai berikut:
Dr Deposit untuk sewa aset xxx
Cr Kas xxx
Pada pemberlakuan masa sewa, aset sewa dikirim dan diinstal, AJS
mengakui sewa sebagai aset tetap dan liabilitas sebagai berikut:
Dr Aset Tetap xxx
Cr Deposit untuk sewa peralatan xxx
Kewajiban selama sewa pembiayaan xxx
Walter T. Harrison yang dialihbahasakan oleh Gina Gania dan Danti Pujiati
(2012: 494) menjelaskan bahwa ketika sewa pembiayaan telah ditandatangani,
lessee akan mencatat jurnal awal adalah dengan mendebet aset lease dan
mengkredit kewajiban lease sebesar nilai sekarang dari pembayaran lease pada
pembukuannya, sebagai berikut:

2. Kewajiban
Kewajiban ini timbul sebagai akibat dari penyerahan aset kepada lessee.
Dikarenakan hutang leasing merupakan hutang jangka panjang dimana
pembayarannya menggunakan metode cicilan, maka hutang leasing juga harus
dilakukan reklasifikasi. Walter T. Harrison yang dialihbahasakan oleh Gina Gania
dan Danti Pujiati (2012: 471) menjelaskan mengenai reklasifikasi hutang jangka
panjang sebagai berikut:
“Beberapa utang jangka panjang harus dibayar dengan cicilan, bagian lancar dari
utang jangka panjang (current portion of longterm debt), atau juga disebut current
maturity atau current installment, adalah jumlah pokok yang terutang dalma satu
tahun. Pada akhir setiap tahun, perusahaan mereklasifikasi (dari utang jangka
panjang menjadi kewajiban lancar) jumlah utang jangka panjangnya yang harus
dibayar pada tahun berikutnya.”
Hal yang sama juga dijelaskan dalam PSAK No. 09 tentang Penyajian Aktiva
Lancar dan Kewajiban Jangka Pendek par. 11 bahwa bagian kewajiban jangka
panjang yang akan jatuh tempo dalam waktu satu tahun setelah tanggal neraca
disajikan dicatat dalam neraca sebagai bagian dari kewajiban jangka pendek,
kecuali jika perusahaan bermaksud melunasinya dengan cara menimbulkan
kewajiban jangka panjang baru. Berdasarkan penjelasan para ahli tersebut, jurnal
untuk pencatatan hutang leasing adalah sebagai berikut:
3. Beban
Menurut Walter T. Harrison yang dialihbahasakan oleh Gina Gania dan Danti
Pujiati (2012: 494), dalam transaksi leasing beban yang timbul yaitu biaya yang
ditimbulkan mulai dari perolehan, pembayaran hingga beban tak langsung
lainnya, seperti beban administrasi, beban bunga, beban depresiasi dan beban
lainnya. Ketika pembayaran sewa dilakukan, pembayaran yang pertama adalah
terhadap beban bunga lease dan saldo pokok pengurang hutang leasing. Adapun
jurnal untuk pencatatan pembayaran angsuran hutang leasing adalah sebagai
berikut:

L. PENYELESAIAN WANPRESTASI
Wanprestasi pada prinsipnya merupakan salah satu keadaan dari tidak dilakukan atau
tidak mampu melaksanakan perjanjian, disamping keadaan lain yaitu alpa atau lalai atau
ingkar janji atau juga melanggar perjanjian, bila ia melakukan atau berbuat sesuatu yang
tidak boleh dilakukannya. Dalam perjanjian sewa guna usaha, wanprestasi dapat saja
terjadi jika:
1. Lessee lalai membayar sejumlah uang angsuran yang telah ditetapkan dalam
perjanjian;
2. Lessee tidak melaksanakan kewajiban pembayaran biayabiaya serta ongkos-ongkos
lain atau denda keterlambatan dalam tenggang waktu yang telah ditetapkan;
3. Lessee telah melakukan sesuatu yang dilarang dalam perjanjian, misalnya
mengalihkan hak pada orang lain, menyewagunausahakan ulang, menggadaikan
barang objek perjanjian.
Dalam hal lessee melakukan wanprestasi seperti tersebut di atas, maka tindakan yang
dilakukan oleh lessor adalah dengan mengirim somasi (surat pemberitahuan) bahwa
lessee harus memenuhi prestasi atau kewajiban yang tertunda pada tanggal yang telah
ditetapkan dalam surat somasi tersebut. Jika setelah diberi somasi, pihak lessee tidak juga
melaksanakan kewajibannya atau tetap lalai untuk memenuhi prestasi, maka tindakan
selanjutnya adalah menarik kembali barang modal yang menjadi objek sewa guna usaha
dengan membebankan biaya penarikan kepada lessee dan dengan cara percepatan
pengakhiran perjanjian sewa guna usaha yang mengakibatkan lessee harus memenuhi
semua kewajiban atas ongkos-ongkos dan biaya lain yang dikenakan kepadanya.
Akibatnya lessee kehilangan hak untuk menggunakan barang modal tersebut, bahkan
pihak lessor dapat mengakhiri perjanjian secara sepihak dan segala biaya yang timbul
akibat dari hal tersebut merupakan beban pihak lessee. Bila terjadi perselisihan antara
lessee dan lessor biasanya diselesaikan melalui jalur musyawarah dan jalur hukum.
Tetapi jalur hukum jarang digunakan oleh pihak-pihak.

M. BERAKHIRNYA PERJANJIAN SEWA GUNA USAHA


Pada perjanjian sewa guna usaha dapat berakhir karena 3 (tiga) hal, yaitu:
1. Kesepakatan, perjanjian dapat diakhiri kapan saja apabila para pihak telah sepakat
Jika lessee menggunakan hak opsinya yaitu mengembalikan barang modal kepada
lessor atau lessee membeli barang modal tersebut;
2. Telah terjadi wanprestasi (breanch of contract) salah satu pihak tidak melaksanakan
prestasinya sesuai dengan kontrak;
3. Force Majeure, timbul suatu keadaan diluar kesalahan para pihak, sehingga perjanjian
berakhir.
Sumber :
 Perkembangan leasing di Indonesia oleh Neni Meidawati
 http://repository.upi-yai.ac.id/639/1/Diktat%20MK%202_Achmad
%20Ramadhoni%202020_Telah%20di%20TTD%20Kaprodi%20dan
%20Dekan.pdf
 Sri Susilo, Bank dan Lembaga Keuangan Lain, Salemba, Jakarta, 2001, hlm
221
 https://media.neliti.com/media/publications/225079-mekanisme-pemanfaatan-
leasing-dalam-prak-7175ff03.pdf
 file:///C:/Users/ASUS%20K413FQ/Downloads/340-Article%20Text-1047-1-
10-20151022.pdf
 https://id.scribd.com/document/374173027/Makalah-Tentang-Leasing
 https://www.slideshare.net/katadoni/makalah-manajemen-keuangan-leasing
 https://ardra.biz/ekonomi/ekonomi-lembaga-keuangan/jenis-perusahaan-
leasing-sewa-guna-usaha/
 http://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-1-00289-SI%20BAB
%20%202.pdf
 https://sarjanaekonomi.co.id/pengertian-leasing-menurut-para-ahli/
 Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, Hukum Perjanjian, Gadjah Mada,
Yogyakarta, 1988, h. 28.
 Subekti, Aspek-Aspek Hukum Perikatan Nasional, Bandung, Alumni, 1985, h.
55
 https://repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11655/2/
T2_322014010_BAB%20II.pdf
 https://elibrary.unikom.ac.id/id/eprint/300/8/UNIKOM_ANNISA%20NUR
%20FARIDA_14.BAB%20II%20Tinjauan%20Pustaka.pdf
 file:///C:/Users/ASUS%20K413FQ/Downloads/33251-69829-1-SM.pdf
 Sunaryo, 2013, Hukum Lembaga Pembiayaan, Edisi I, Cet. III, Sinar Grafika,
Jakarta, Hal. 46.
 Amin Widjaja Tunggal dan Arif Djohan Tunggal, 1994, Aspek Yuridis Dalam
Leasing, Cet. I, PT Rineka Cipta, Jakarta, Hal. 1
 http://repository.unpkediri.ac.id/4170/1/B.8%20BUKU%20Manajemen
%20Keuangan.pdf
 http://repository.gunadarma.ac.id/1627/1/Modul%20MK.pdf
 https://repository.unimal.ac.id/1941/1/Modul%20Akuntansi%20Keuangan
%202%20by%20Dy%20Ilham%20Satria.pdf
 http://repository.radenintan.ac.id/1275/3/BAB_II.pdf
 https://accurate.id/akuntansi/pengertian-leasing/
 https://www.ocbcnisp.com/en/article/2022/03/11/leasing-adalah
 https://money.kompas.com/read/2021/05/15/072652826/apa-itu-leasing-dan-
contohnya?page=all
 https://www.gramedia.com/literasi/apa-itu-leasing/
 https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/
94df49226da95108d0d14cc01d48cf18.pdf
 http://staffnew.uny.ac.id/upload/132318570/pendidikan/sewa-guna-usaha.pdf
 AminWidjaja Tunggal dan Arif Djohan Tunggal, 1994, Aspek Yuridis Dalam
Leasing, Cet. I, PT Rineka Cipta, Jakarta
 Sunaryo, 2013, Hukum Lembaga Pembiayaan, Edisi I, Cet. III, Sinar Grafika,
Jakarta.
 file:///C:/Users/ASUS%20K413FQ/Downloads/13701-27353-1-SM.pdf
 https://www.merdeka.com/trending/leasing-adalah-sewa-guna-usaha-ketahui-
jenis-dan-manfaatnya.html
 https://khanfarkhan.com/pengertian-dan-manfaat-leasing/
 https://www.ocbcnisp.com/en/article/2022/03/11/leasing-adalah
 http://eprints.perbanas.ac.id/4768/8/BAB%20II.pdf
 https://jokowarinoblog.com/pengertian-leasing/
 https://prospeku.com/artikel/leasing-adalah---3925
 Mashudi dan Moch.Chidir Ali, Pengertian-Pengertian Elementer Hukum
Perjanjian Perdata, Cetakan Kedua, Mandar Maju, Bandung, 2001.
 https://media.neliti.com/media/publications/151339-ID-none.pdf
 https://elibrary.unikom.ac.id/id/eprint/300/8/UNIKOM_ANNISA%20NUR
%20FARIDA_14.BAB%20II%20Tinjauan%20Pustaka.pdf
 file:///C:/Users/ASUS%20K413FQ/Downloads/340-Article%20Text-1047-1-
10-20151022.pdf

Anda mungkin juga menyukai