Anda di halaman 1dari 10

Nama : Ni Wayan Yantiari

Nim/Absen : 1607532029/
Kelas : E1 (EKA447)

PERLAKUAN AKUNTANSI LEASING

Perkembangan dan Pengertian Leasing


Penelitian dari Samudra (2008) menyatakan bahwa leasing pertama kali muncul dan
berkembang sebagai alat pembelajaran atau pembiayaan perusahaan pada tahun 1049 dengan
dikeluarkannya Accounting Research Bulletin No.38 tentang Disclosure of Long Term Lease
on Financial Statement of Lessees. Namun, kesepakatan mengenai akuntansinya dapat tercapai
pada tahun 1964,1966,1972,1976 dengan terbitnya Accounting Principle Board Opinion (APB)
No. 5, APB No.27 dan APB No.31, dan Financial Accounting Standard No.13 yang memiliki
tujuan untuk menggambarkan keadaan yang sebenarnya mengenai ekonomi dari sewa guna
usaha, dengan syarat bahwa sewa guna usaha dalam jangka panjang dianggap sebagai tindakan
pengadaan modal oleh penyewa dan sebagai penjualan oleh yang menyewakan. Pernyataan
akuntansi yang membahas mengenai sewa guna usaha ini kemudian diamandemen dengan
FASB No. 17 tahun 1977, FASB No. 23 tahun 1978 dan FASB No. 26 tahun 1979, No. 28
tahun 1979.
Kegiatan sewa guna (leasing) diperkenalkan untuk pertama kalinya di Indonesia pada
tahun 1974 dengan dikeluarkannya surat keputusan bersama menteri keuangan, menteri
perdagangan dan menteri perindustrian No. Kep-122/MK/2/1974, No. 32/M/SK/2/1974, dan
No.30/Kpb/I/74 tanggal 7 Pebruari 1974 tentang “Perijinan Usaha Leasing”. Sejak saaat itu
dan khususnya sejak tahun 1980 jumlah perusahaan leasing bertambah dan meningkat dari
tahun ke tahun untuk membiayai penyediaan barang-barang modal dunia usaha. Akuntansi
Leasing diatur pada PSAK 30. PSAK 30 sudah mengalami revisi beberapa kali revisi dan revisi
yang terakhir yaitu pada tahun 2011.
Financial Accounting Standard Board (FASB) No.13 mendefinisikan leasing sebagai
“perjanjian kontraktual antara lessor dengan seorang lessee yang memberikan hak kepada lesse
untuk menggunakan property tertentu, yang dimiliki oleh lessor, selama periode waktu tertentu
dengan membayar sejumlah uang (sewa) yang sudah ditentukan yang dilakukan secara
periodik. Kemudian berdasarkan PSAK 30 Revisi tahun 2011, Sewa merupakan suatu
perjanjian dimana lessor memberikan keada lessee hak untuk menggunakan asset selama
periode waktu yang disepakati. Sebagai imbalannya, lessee melakukan pembayaran atau
serangkaian pembayaran kepada lessor. International Accounting Standard Committee No.17
menambahkan definisi terhadap leasing, penambahan terebut yaitu terdapat hak opsi bagi nilai
Nama : Ni Wayan Yantiari
Nim/Absen : 1607532029/
Kelas : E1 (EKA447)
yang disepakati bersama. Berdasarkan definisi yang dijabarkan tersebut, maka disebutkan
beberapa unsur-unsur yang harus terdapat pada leasing yaitu:
1. Lessor, adalah pihak yang menyewakan aktivia atau barang-barang modal
2. Lessee, adalah pihak penyewa aktiva atau pihak yang membutuhkan/memakai barang
modal
3. Objek leasing, adalah barang-barang yang menjadi objek perjanjian leasing
4. Pembayaran uang sewa, adalah secara berkala dalam jangka waktu tertentu
5. Nilai sisa yang ditentukan sebelum kontrak dimulai
6. Adanya hak opsi bagi lesse pada akhir masa leasing dimana lessee mempunyai hak
menentukan apakah ingin membeli barang tersebut dengan harga sebesar nilai sisa atau
mengembalikan pada lessor
7. Lease term, adalah periode kontrak atas sewa

Jenis-jenis leasing ditetapkan oleh PSAK No.30 yaitu sebagai berikut:


a. Financial Lease atau Capital Lease (Sewa Guna Usaha Pembiayaan)
Dalam sewa guna ini, perusahaan sewa guna usaha (Lessor) adalah pihak yang
membiayai biaya penyediaan barang modal. Penyewa guna usaha (Lessee) biasanya
memilih barang modal yang dibuthkan, dan atas nama perusahan sewa guna usaha, sebagi
pemilik barang modal tersebut, melakukan pemesanan, pemeriksaan serta pemeliharaan
barang modal yang menjadi objek transaksi sewa guna usaha. Selama masa sewa guna
usaha, penye guna usaha melakukan pembayaran sewa guna usaha secara berkala di
mana jumlah seluruhnya ditambah dengan pembayaran nilai sisa (nilai residual), kalua
ada akan mencangkup pengembalian harga perolehan barang modal yang dibiayai serta
bunganya, yang merupakan pendapatan perusahaan sewa guna usaha.
b. Operating lease (sewa-menyewa biasa)
Dalam sewa guna usaha ini, perusahaan sewa guna usaha membeli barang modal dan
selanjutnya disewagunakan kepada penyewa guna usaha. Jumlah seluruh pembayaran
sewa guna usaha berkala dalam operating lease tidak mencakup jumlah biaya yang
dikeluarkan untuk memperoleh barang modal tersebut berikut dengan bunganya.
Perbedaan ini disebabkan karena perusahaan sewa guna usaha mengharapkan
keuntungan justru dari penjualan barang modal yang disewagunakan, atau melalui
beberapa kontrak sewa guna usaha lainnya. selain itu, dalam operating lease biasanya
Nama : Ni Wayan Yantiari
Nim/Absen : 1607532029/
Kelas : E1 (EKA447)
bertanggungjawab atas biaya-biaya pelaksanaan sewa guna usaha seperti ansuransi,
pajak maupun pemeliharaan barang modal yang bersangkutan.
c. Sales-Type Lease (Sewa Guna Usaha Penjualan)
Sewa guna usaha jenis ini merupakan transaksi pembiayaan sewa guna usaha secara
langsung dimana dalam jumlah transaksi termasuk lama yang diperhitugkan oleh pabrika
atau penyalur yang merupakan perusahaan sewa guna usaha.
d. Leveraged Lease
Transaksi sewa guna usaha jenis ini melibatkan setidaknya tiga pihak, yakni penyewa
guna usaha, perusahaan usaha guna ausaha dan kreditor jangka panjang yang membiayai
bagian terbesar dari transaksi sewa guna usaha.

Pelaksanaan Transaksi Sewa Guna Usaha


Ditinjau dari teknis pelaksanaanya, transaksi sewa guna usaha dapat dilaksanaan
sebagai barikut:
1. Sewa guna usaha langsung (Direct Lease)
Dalam trasaksi jenis ini penyewa guna usaha belum pernah memiliki barang modal yang
menjadi objek sewa guna usaha sehingga atas permintaana perusahaan sewa guna usaha
membeli barang modal tersebut. Tujuan utama penyewa guna usaha adalah mendapatkan
pembiayaan melalui sewa guna usaha untuk memperoleh barang modal yang dapat
digunakan dalam proses produksi.
2. Penjualan dan penyewaan kembali
Dalam transaksi ini, penyewa guna usaha terlebih dahulu menjual barang modal yang
sudah dimilikinya kepada perusahaan sewa gua usaha dan atas barang modal yang sama
ini kemudian dilakukan kontrak sewa guna usaha antara penyewa guna usaha (pemilik
semula) dengan perusahaan sewa guna usaha.

Klasifikasi Sewa dan Sewa dalam Laporan Kuangan


PSAK No.30 (Revisi 2011) mengklasifikasikan sewa yang digunakan dalam pernyataan
standar ini didasarkan atas sejumlah mana risiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan
asset sewaan berada pada lessor atau lessee. Suatu sewa diklasifikasikan sebagai sewa
pembiayaan jika sewa tersebut mengalihkan secara substansial seluruh risiko dan manfaat yang
berkaitan dengan kepemilikan asset. Suatu sewa diklasifikasikan sebagai sewa operasi jika
Nama : Ni Wayan Yantiari
Nim/Absen : 1607532029/
Kelas : E1 (EKA447)
sewa tidak mengalihkan secara substansial seluruh risiko dan manfaat yang terkait dengan
kepemilikan asset.
Sewa dalam Laporan Keuangan Lessee
1. Sewa pembaiayaan
Pengakuan awal. Pada awal masa sewa, lessee mengakui sewa pembiayaan
sebagai asset dan liabilitas dalam laporan posisi keuangan sebesar nilai wajar asset sewaan
atau sebesar nilai kini dari pembayaran sewa minimum, jika nilai kini lebih rendah dari
nilai wajar. Penilaian ditentukan pada awal kontrak sewa. Tingkat diskonto yang
digunakan dalam perhitungan nilai kini dari pembayaran sewa minimum adalah tingkat
suku bunga implisit dalam sewa, jika dapat ditentukan secara praktis, jika tidak digunakan
tingkat suku bunga pinjaman inkremental lessee. Biaya langsung awal yang dikeluarkan
lessee ditamabhkan ke dalam jumlah yang diakui sebagai asset.
Pengukuran setelah Pengakuan Awal. Pembayaran sewa minimum dipisahkan
antara bagian yang merupakan beban keuangan dan bagian yang merupaakn pelunasan
liabilitas. Beban keuangan dialokasikan ke setiap periode selama masa sewa sedemikian
rupa sehingga menghasilkan suatu tingkat suku Bungan periodic yang konstan atas saldo
liabilitas. Rental kontijensi dibebankan pada periode terjadinya.
Suatu sewa pembiayaan menimbulkan beban penysusutan untuk aste yang dapat
disusutkan dan dibebankan keuangan dalam setiap periode akuntansi. kebijakan
penyusutan untuk asset sewaan konsisten dengan asset yang dimiliki sendiri dan
penghitungan penyusustan yang diakui berdasarkan PSAK 16 (Revisi 2011), asset tetap
dan PSAK 19 (Revisi 2010) Aset tak berwujud. Jika tidak ada kepastian yang memadai
bahwa lessee akan mendapatkan hak memiliki pada akhir masa sewa, asset sewaan
disusutkan secara penuh selama jangka waktu yang lebih pendek antara periode masa sewa
dan umur manfaatnya.
Pengungkapan Sewa. Selain memenuhi ketentuan PSAK 60 Instrumen
Keuangan. Pengungkapan, lessee juha mengungkapkan hal-hal berikut berkaitan dengan
sewa pembiayaan:
a. Jumlah neto jumlah tercatat untuk setiap kelompok asset pada tanggal pelaporan
b. Rekonsiliasi antara total pembayaran sewa minimum di masa depan pada tanggal
pelaporan, dengan nilai kininya. Selain itu, entitas mengungkapkan total pembayaran
sewa minimum di masa depan pada tanggal pelaporan, dan nilai kininya, untuk setiap
periode berikut:
Nama : Ni Wayan Yantiari
Nim/Absen : 1607532029/
Kelas : E1 (EKA447)
- Sampai dengan satu tahun
- Lebih dari satu tahun sampai dengan lima tahun
- Lebih dari lima tahun
c. Rental kontijensi yang diakui sebagai beban pada periode tersebut
d. Total perkiraan penerimaan pembayaran minimum sewa-lanjut di masa depan dari
kontrak sewa lanjut yang tidak dapat dibatalkan pada tanggal pelaporan.
e. Penjelasan umum isi perjanjian sewa yang material yang meliputi tetapi tidak terbatas
pada hal berikut:
- Dasar penentuan utang rental kontijensi
- Ada tidaknya klausal-klausal yang berkiatan dengan opsi perpanjangan atau
pembelian dan eskalasi beserta syarat-syaratnya
- Pembatasan-pembatasan yang ditetapkan dalam perjanjian sewa misalnya yang
terkait dengan dividen, tambahan utang, dan sewa lanjut.
2. Sewa operasi
Pengakuan. Pembayaran sewa dalam sewa operasi diakui sebagai beban dengan
dasar garis lurus selama masa sewa kecuali terdapat dasar sistematis lain yang dapat lebih
mencerminkan pola waktu dari manfaat asset yag dinikmati pengguna.
Pengungkapan Sewa. Selain mengungkapkan hal yang dipersyaratkan dalam
PSAK 60 Instrumen Keuangan. Pengungkapan lessee juga mengungkapkan hal berikut
untuk sewa operasi:
a. Total pembayaran sewa minimum di masa depan dalam sewa operasi yang tidak dapat
dibatalkan untuk setiap periode berikut:
- Sampai dengan satu tahun
- Lebih dari satu tahun sampai dengan lima tahun
- Lebih dari lima tahun
b. Total perkiraan penerimaan pembayaran minimum sewa-lanjut di masa depan dari
kontrak sewa-lanjut yang tidak dapat dibatalkan paada tanggal pelaporan
c. Pembayaran sewa dan sewa-lanjut yang diakui sebagai beban periode berjalan, dengan
pengungkapan terpisah untuk masing-masing jumlah pembayaran minimum sewa,
rental kontijensi, dan pembayaran sewa lanjut
d. Penjelasan umum perjanjian sewa lessee yang signifikan, yang meliputi namun tidak
terbatas pada:
- Dasar penentuan untang rental kontijensi
Nama : Ni Wayan Yantiari
Nim/Absen : 1607532029/
Kelas : E1 (EKA447)
- Ekstensi dan persyaratan untuk memperbarui kembali perjanjia sewa atau adanya
opsi pembelian dan klausal eskalasi.
- Pembatasan yang ada dalam perjanjian sewa, seperti pembatasan dividen, utang
tambahan, dan sewa lanjutan.

Sewa dalam Laporan Keuangan Lessor


1. Sewa pembiayaan
Pengakuan awal. Dalam sewa pembiayaan, lessor mengakui asset berupa piutang sewa
pembiayaan di laporan posisi keuangan sevesar jumlah yang sama dengan investasi sewa neto
tersebut.
Pengukuran setelah pengauan awal. Pengakuan penghasilan pembiayaan didasarkan
pada suatu pola yang mencerminkan suatu tingkat pengembalian periodik yang konstan atas
investasi bersih lessor dalam sewa pembiayaan. Lessor pabrika atau dealer mengakui laba atau
rugi atas penjualan pada suatu periode sesuai kebijakan entitas atas penjualan biasa. Jika tingkat
bunga ditentukan secara artifisial terlalu rendah, laba penjualan dibatasi sebesar laba apabila
menggunakan tingkat suku bunga pasar. Biaya yang dikeluarkan oleh lessor pabrika atau dealer
sehubungan dengan negosiasi dan pengaturan sewa diakui sehingga beban ketika laba
penjualan diakui.
Pengungkapan. Selain pengngkapan halyang dipersyaratkan dalam PSAK 60,
Instrumen Keuangan. Pengungkapan lessor mengungkapkan hal berikut untuk sewa
pembiayaan:
a. Rekonsiliasi antara investasi sewa bruto dan nilai kini piutang pembayaran sewa minimum
pada tanggal pelaporan. Disamping itu, lessor mengungkapkan investasi sewa bruto dan
nilai kini piutang pembayaran sewa minimum pada tanggal pelaporan , untuk setiap
periode berikut:
- Sampai dengan satu tahun
- Lebih dari satu tahun sampai dengan lima tahun
- Lebih dari lima tahun
b. Penghasilan pembiayaan tangguhan
c. Nilai residu tidak dijamin yang diakui sebagai manfaat lessor
d. Akumulasi penyisihan piutang tidak tertagih atas pembayaran sewa minimum
e. Rental kontijensi yang diakui ebagai penghasilan dalam periode berjalan
f. Penjelasan umum isi perjajian sewa lessor yang material
Nama : Ni Wayan Yantiari
Nim/Absen : 1607532029/
Kelas : E1 (EKA447)

2. Sewa Operasi
Pengakuan. Lessor menyajikan aset untuk sewa operasi di laporan posisi keuangan
sesuai sifat aset tersebut. Pendapatan sewa dari sewa operasi diakui sebagai pendapatan dengan
dasar garis lurus selama masa sewa, kecuali terdapat dasar sistematis lain yang lebih
mencerminkan pola waktu dimana manfaat penggunaan aset sewaan menurun.
Pengukuran. Biaya langsung awal yang dikeluarkan oleh lessor dalam proses
negosiasi dan pengaturan sewa operasi ditambahkan ke jumlah tercatat aset sewaan dan diakui
sebagai beban selama masa sewa dengan dasar yang sama dengan pendapatan sewa. Kebijakan
penyusutan untuk aset sewaan harus konsisten dengan kebijakan penyusutan normal untuk aset
sejenis, dan penyusutan tersebut dihitung sesuai PSAK 16 (revisi 2011): Aset Tetap dan PSAK
19 (revisi 2010): Aset Takberwujud.
Pengungkapan. Selain mengungkapkan hal yang dipersyaratkan dalam PSAK 60:
Instrumen Keuangan: Pengungkapan, lessor mengungkapkan hal berikut untuk sewa operasi:
a. Jumlah agregat pembayaran sewa minimum di masa depan dalam sewa operasi yang tidak
dapat dibatalkan untuk setiap periode berikut:
- Sampai dengan satu tahun
- lebih dari satu tahun sampai lima tahun
- lebih dari lima tahun.
b. Total rental kontinjen yang diakui sebagai penghasilan dalam periode berjalan; dan
c. Penjelasan umum isi perjanjian sewa lessor.

Perlakuan Akuntansi
Transaksi di atas adalah transaksi yang disebut direct lease, karena lessor membiayai
langsung pembelian aktiva tetap yang dilakukan oleh lessee. Untuk menentukan perlakuan
akuntansinya, pertama-tama kontrak tersebut harus diteliti untuk melihat apakah ada kriteria
kapitalisasi yang terpenuhi:
a. Kriteria I
Dalam kontrak tidak terdapat ketentuan yang menyatakan bahwa hak atas peralatan
yang dilease berpindah ke tangan lessee pada akhir masa lease. Dengan demikian kriteria I
tidak terpenuhi.
b. Kriteria II
Nama : Ni Wayan Yantiari
Nim/Absen : 1607532029/
Kelas : E1 (EKA447)
Dalam kontrak disebutkan bahwa pada akhir masa lease, lessee berhak membeli
peralatan tersebut, dengan harga Rp 41.831.000 sedangkan pada saat itu ditaksir harganya
adalah sebesar Rp. 167.325.100,- (25 % dari harga beli). Berarti lessee berhak membeli
peralatan yang bersangkutan dengan harga yang sangat murah, sehingga hampir dapat
dipastikan bahwa lessee tidak perlu mengeluarkan uang lagi karena harga belinya adalah
tepat sebesar security deposit yang telah dibayarnya. Dengan demikian kriteria II terpenuhi.
c. Kriteria III
Taksiran umur ekonomis aktiva yang bersangkutan adalah 5 tahun, sedangkan masa
lease 3 tahun. Jadi masa lease adalah 60 % dari umur ekonomis aktiva (kurang dari 70 %),
sehingga kriteria III tidak terpenuhi.
d. Kriteria IV
Untuk menguji kriteria IV ini perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Menghitung lessor's implicit interest rate;
2) Membandingkannya dengan lessee's incremental borrowing rate. Yang lebih rendah
digunakan untuk mendiskontokan semua pengeluaran yang dilakukan lessee selama
masa lease.
3) Nilai sekarang dari pengeluaran lessee tersebut kemudian dibandingkan dengan
harga pasar aktiva (harga jual dari dealer). Implicit interest rate adalah tingkat
keuntungan lessor, atau tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang dari semua
penerimaan lessor dengan pengeluarannya. Pengeluaran lessor adalah Rp
418.312.750,- sedangkan penerimaan Rp 41.813.000,- dan Rp 14.847.000,- diterima
pada awal masa lease, Rp 14.847.000,- selama 35 bulan berikutnya.
Perhitungan:
413312.750 = 41.813.000 + 14.847.000 + 35\ 14.847.000. / (1+i)n
n=1
Dari persamaan di atas didapati i = 2,1667%, yang berarti implicit interest rate lebih
tinggi dari pada incremental borrowing rate (1,7 %), sehingga yang terakhir ini
digunakan untuk mencari nilai sekarang dari semua pengeluaran yang dilakukan lessee
Rp 445.906.952,-
NSpl = 41.831.750 + 14.847.000 + 14.847.000 35
1

(1 + 1.7 %)
Nama : Ni Wayan Yantiari
Nim/Absen : 1607532029/
Kelas : E1 (EKA447)
n=1
= Rp 445.906.952,-
Jumlah ini merupakan 107 % dari harga pasar aktiva pada awal masa lease, sehingga
kriteria IV terpenuhi. Karena ada dua kriteria yang terpenuhi, maka transaksi leasing
tersebut harus diperlakukan sebagai capital lease.

Perlakuan Akuntansi Pada Awal Kontrak


Karena harga aktiva lebih rendah dari pada NSpl, maka yang dicantumkan sebagai aktiva
adalah sebesar harga pasar aktiva, sehingga pada awal masa lease dibuat jurnal sebagai berikut:
Peralatan -leasing Rp 418.312.750,-
Hutang jangka panjang-leasing Rp 418.312.750,-

Untuk mencatat pembayaran security deposit dibuat jurnal:


Security Deposit Rp 41.831.000,-
Kas / Bank Rp 41.831.000,-

Perlakuan Akuntansi Pembayaran


Pembayaran lease dianggap sebagai angsuran hutang lease dan pembayaran bunga, dan
dipecah dengan metode bunga majemuk. Jurnal yang dibuat pada saat pembayaran lease adalah
sebagai berikut:
Pembayaran pertama (pada awal masa lease) :
Hutang Jangka Panjang-Leasing Rp 7.446.401.-
Biaya Bunga -Leasing Rp 7.244.016,-
Kas/Bank Rp Rp 14.847.000
Pembayaran ke-tiga
Hutang Jangka Panjang-Leasing Rp 7.602.984,-
Biaya Bunga-Leasing Rp 7.244.016,-
Kas/Bank Rp 14.847.000

Jurnal seperti ini dibuat setiap bulan pada saat pembayaran lease sebesar Rp 41.841.000,- setiap
pembayaran lease dipecah menjadi dua, yaitu sebagai pelunasan hutang lease dan sebagai biaya
bunga. Bagian yang merupakan biaya bunga makin lama makin kecil karena saldo hutang lease
juga semakin kecil.
Nama : Ni Wayan Yantiari
Nim/Absen : 1607532029/
Kelas : E1 (EKA447)
Perlakuan Akuntansi Beban Depresi
Karena PT. KK biasa mendepresiasi peralatan seperti ini dengan metode declining balance
dengan tarif 25 %, maka metode tersebut juga harus diterapkan pada aktiva leasing.
Depresiasi tahun pertama :
25 % x Rp 418.312.750 = Rp 104.578.188,-
Depresiasi Peralatan-Leasing Rp 104.578.188
Akumulasi Depr. Peralatan -Leasing Rp 104.578.188

Depresiasi tahun ke-Dua :

25 % x (Rp 418.312.750 -Rp 104.578.188) = Rp 78.433.640,-


Depresiasi Peralatan-Leasing Rp 78.433.460,-
Akumulasi Depr. Peralatan-Leasing Rp 78.433.460,-

Jurnal untuk tahun-tahun selanjutnya dibuat sama dengan cara di atas, yaitu 25 % x Nilai Buku
Peralatan Leasing.

REFRENSI:

Mihrani, Siti.2003.Akuntansi Aktiva Leasing.Jurnal Akuntansi Fakultas Ekonomi


Universitas Sumatra Utara.USU Digital Library

Ikatan Akuntansi Indonesia, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan PSAK No.30, Jakarta
2011. (Online). Alamat: https://staff.blog.ui.ac.id/martani/files/2011/04/ED-PSAK-30.pdf
Diakses tanggal 25 Februari 2019
Ikatan Akuntansi Indonesia, Standar Akuntansi Keuangan, PSAK No. 30, Jakarta 1994.
(Online). Alamat: https://hsmco.webs.com/download/psak/PSAK30Leasing.pdf Diakses
tanggal 25 Februari 2019
Nurhadianto,Toni. 2016. Perlakuan Akuntansi Sewa Guna Usaha (Leasing) Aktiva Tetap.
(Online). Alamat: http://tonynurhadianto.blogspot.com/2016/12/perlakuan-akuntansi-
sewa-guna-usaha.html. Diakses tanggal 25 Februari 2019Sumber:

Anda mungkin juga menyukai