Oleh:
Kelompok 14
UNIVERSITAS UDAYANA
2018
SAP 8
Langkah 3. Identifikasi Biaya dan manfaat yang Berkaitan dengan Setiap Alternatif
yang Layak
Pada langkah 3, biaya dan manfaat yang terkait dengan setiap alternatif yang layak telah
diidentifikasi. Pada tahap ini, berbagai biaya yang benar-benar tidak relevan dapat
dieliminasi dari pertimbangan.
Langkah 4. Hitung Total Biaya dan Manfaat yang Relevan untuk Setiap Alternatif
yang Layak.
Dapat kita ketahui bahwa alternatif 4 “terus memproduksi secara internal dan menyewa
tambahan” membutuhkan biaya sebesar $480.000. sementara alternatif 5 “membeli dari
luar dan memanfaatkan ruangan sendiri” membutuhkan biaya sebesar $460.000. Perbedaan
biaya adalah $20.000 untuk keunggulan alternatif 5.
Pada tahap ini Tidwell memilih untuk terus memproduksi komponen secara internal.
Keputusan dapat dibuat setelah semua biaya dan manfaat yang relevan untuk setiap
alternatif selesai dinilai, dan faktor-fator kualitatif dipertimbangkan. Berdasarkan selisih
biaya dari kedua alternatif yang relatif kecil dan beban Tidwell Products dalam menjamin
kualitas serta pembekerjaan secara penuh, maka diputuskan untuk membuat batang dan alat
pengukur secara internal serta menyewa gedung.
Biaya relevan merupakan biaya masa depan yang berbeda pada setiap alternatif. Semua
keputusan berhubungan dengan masa depan sehingga hanya biaya masa depan yang dapat
menjadi relevan dengan keputusan. Namun untuk menjadi relevan, suatu biaya tidak hanya
merupakan biaya masa depan, tetapi juga harus berbeda dari satu alternatif dengan alternatif
lainnya. Relevant cost atau biasa disebut juga biaya sesungguhnya adalah semua biaya-
biaya yang sesungguhnya dikeluarkan untuk menghasilkan sebuah produk. Yang termasuk ke
dalam relevancost yaitu biaya produksi (biaya bahan baku, tenaga kerja langsung, dan overhead
pabrik) dan biaya non-produksi (biaya pemasaran atau penjualan dan biaya administrasi).Biaya
relevan (relevant cost ) adalah biaya yang berbeda diantara beberapa alternatif. Relevant cost
identik dengan avoidable cost. Biaya yang dapat dihindari (avoidable cost ), yaitu biaya yang
dalam analisisnya dapat dikeluarkan dalam jumlah keseluruhan (total) maupun dalam bagian-
bagian yang dianalisis dengan diambilnya suatu alternatif. Lawan dari biaya yang dapat
dihindari (avoidable cost ) adalah biaya yang tidak dapat dihindari (unavoidable cost ).
Ada 2 jenis biaya yang dalam praktiknya tidak dapat dikategorikan sebagai biaya relevan,
yaitu:
Sebagian besar keputusan taktis membutuhkan analisis yang lebih rumit, khusunya
keputusan yang membutuhkan pertimbangan lebih ekstensif mengenai perilaku biaya.
Perhitungan biaya relevan pada awalnya menekankan pentingnya biaya relevan versus biaya
tetap. Biaya variabel biasanya relevan, sedangkan biaya tetap tidak. Namun, perhitungan
biaya berdasarkan aktivitas (ABC) memungkinkan kita bergerak lebih jauh ketika
mempertimbangkan biaya variabel yang berhubungan dengan pengerak biaya berdasarkan
unit dan non unit.
Luncinya adalah perubahan pada penawaran dan permintaan sumber daya aktivitas harus
dipertimbangkan ketika relevansi. Jika perubahan permintaan dan penawaran sumber daya di
antara alternative menciptakan perubahan pengeluaran atau belanja sumber daya, maka
perubahan belanja sumber daya merupakan biaya relevan yang harus digunakan dalam
menilai keunggulan relatif dari kedua alternatif.
Sumber daya yang dapat dibeli seperlunya dengan mudah dan saat dibutuhkan disebut
sumber daya fleksibel. Contoh, listrik. Untuk kategori sumber daya ini, jika permintaan
suatu aktivitas berubah di antara alternative, maka belanja sumber daya akan berubah dan
biaya aktivitas tersebut adalah relevan terhadap keputusan yang dimaksud. Jenis
pengeluaran atau belanja sumber daya ini biasanya disebut biaya variabel. Kuncinya
adalah sumber daya yang dibutuhkan oleh perusahaan sama dengan jumlah sumber daya
yang ditawarkan.
Sumber daya terikat dibeli sebelum digunakan. Oleh karena itu, mungkin ada
kapasitas yang tidak digunakan yang akan mempengaruhi pembuatan keputusan taktis.
Berikut akan dipertimbangkan dua tipe sumber daya terikat :
1. Sumber Daya Terikat untuk Jangka Pendek
Sumber daya kerap diperoleh di muka untuk kebutuhan produksi selama beberapa
periode, sebelum tingkat kebutuhan sumber daya diketahui. Contohnya adalah
menyewa atau membeli gedung. Pembelian kapasitas aktivitas untuk beberapa periode
sering dilakukan melalui pembayaran tunai di muka. Pengeluaran sumber daya
periodic, seperti menyewa, pada dasarnya tidak tergantung pada penggunaan sumber
daya. Bahkan, jika pengurangan permanen atas penggunaan aktivitas terjadi,
mengurangi pengeluaran sumber daya karena komitmen kontraktual formal bukanlah
hal mudah.
Perhitungan biaya relevan merupakan nilai dalam pemecahan berbagai jenis masalah.
Secara tradisional, aplikasi ini mencakup keputusan untuk membuat atau membeli komponen,
meneruskan atau menghentikan segmen atau lini produk, menerima pesanan khusus di bawah
harga normal, dan proses produk gabungan lebih jauh atau menjualnya pada titik pemisah.
Keputusan-keputusan di atas tentu masih dapat ditambah lagi. Namun, sebagian besar prinsip
pengambilan keputusan serupa berlaku untuk berbagai masalah.
Produk gabungan (joint products) memiliki proses yang umum dan biaya
produksi sampai pada titik pemisahan (split off point). Pada titik tersebut, produk-
produk tersebut dapat dibedakan. Seringkali produk gabungan dijual pada titik
pemisahan. Namun terkadang lebih menguntungkan memproses lebih lanjut suatu
produk gabungan sebelum menjualnya. Keputusan penting harus dibuat manajer
mengenai apakah akan menjual atau memproses lebih lanjut produk gabungan
setelah titik pemisahan. Dalam membuat keputusan, biaya yang dikeluarkan
sebelum titik pemisahan (joint costs) tidaklah relevan. Biaya yang relevan adalah
pendapatan yang akan diterima dan biaya yang harus dikeluarkan jika produk
diproses lebih lanjut.( http://kepinginlagi.blogspot.co.id/2014/09/modul-akuntansi-
manajemen-bab-11.html, 30 Maret 2018)
SAP 9
INVENTORY MANAGEMENT
Jika persediaan berupa bahan baku atau barang yang dibeli dari sumber luar, maka
biaya yang terkait dengan persediaan tersebut disebut biaya pemesanan dan biaya
penyimpanan, jika bahan baku atau barang diproduksi secara internal, maka biayanya disebut
biaya persiapan dan biaya penyimpanan.
Biaya persiapan atau penyetelan adalah biaya-biaya untuk menyiapkan peralatan dan
fasilitas sehingga dapat digunakan untuk memproduksi produk atau komponen tertentu.
Contohnya adalah upah pekerja bagian produksi yang tidak terpakai, biaya fasilitas produksi
yang tidak terpakai (penghasilan yang hilang), dan biaya uji coba produksi (tenaga kerja, bahan
baku dan overhead).
Biaya pemesanan dan persiapan mempunyai sifat yang sama, keduanya mewakili biaya
yang harus dikeluarkan untuk memperoleh persediaan. Satu-satunya perbedaan terletak pada
sifat aktivitas sebelum perolehan (mengisi formulir dan menempatkan pesanan versus
menyiapkan peralatan dan fasilitas).
1.2 Alasan Tradisional Untuk Memiliki Persediaan
Kuantitas pesanan dan total biaya pemesanan dan penyimpanan asumsikan permintaan
diketahui. Dalam menentukan kuantitas pesanan atau ukuran lot produksi, manajer hanya perlu
memperhatikan biaya pemesanan (persiapan) dan penyimpanan. Total biaya pemesanan
(persiapan) dan penyimpanan dapat digambarkan melalui persamaan berikut:
Dimana:
Q = Jumlah unit yang dipesan setiap kali pesanan dilakukan (atau ukuran lot produksi)
Biaya penyimpanan persediaan dapat dihitung untuk setiap organisasi yang memiliki
persediaan, termasuk perusahaan eceran, jasa, dan manufaktur. Tentu saja, model biaya
persediaan yang menggunakan biaya persediaan dan ukuran lot sebagai input hanya berklaku
untuk perusahaan yang memproduksi sendiri persediannya (komponen atau barang jadi). Agar
dapat mengilustrasikan aplikasinya bagi organisasi jasa, asumsikan nilai-nilai berikut
diterapkan untuk sebuah komponen yang digunakan dalam reparasi lemari es (komponen itu
dibeli dari pemasok eksternal).
D = 10.000 unit
Q = 1.000 unit
P = $ 25 per pesanan
C = $ 2 per unit
Pembagian antara D dan Q menghasilkan jumlah pesanan per tahun, yaitu sebesar 10
(10.000/1.000).mengalihkan jumlah pesanan per tahun dengan biaya pemesana dan
penerimaan pesanan (D/QxP) menghasilkan total biaya pemesanan sebesar $250 (10x$25).
Total biaya penyimpanan selama 1 tahun adalah CQ/2;persamaan ini ekuivalen dengan
perkalian persediaan rata-rata yang dimiliki (Q/2) dengan biaya penyimpanan per unit (C untuk
pesanan sebnayak 1.000 unit dengan biaya penyimpanan sebesar $2 per unit, persediaan rata-
rata adalah 500 (1.000/2) dan biaya penyimpanan untuk tahun tersebut adalah $1.000 (500x$2).
(mengasumsikan persediaan rata-rata adalah Q/2 sama dengan mengasumsikan persediaan di
konsumsi secara merata)
Dengan menerapkan persamaan 4.1 total biaya adalah $1.250 ($250 + $1000) namun, kuantitas
pesanan sebanyak 1000 dengan total biaya $1.250 mungkin bukan merupakan pilihan terbaik.
Karena EOQ adalah kuantitas yang minimalkan persamaan 1 rumus untuk menghitung
kuantitas ini dapat diturunkan dengan mudah.
Dengan menggunakan data dari contoh sebelumnya, EOQ dapat di hitung dengan
menggunakan persamaan 2
EOQ =√(2𝑥$25𝑥10.000)/$2
=√250.000
=500
Memasukkan 500 sebagai nilai Q ke persamaan 1 menghasilkan total biaya sebesar $1.000
Jumlah pesanan yang akan di lakukan menjadi 20(10.000/500) jadi,total biaya
pemesanan adalah $500 (20x$25). Persediaan rata-rata adalah 250 (500/2) dengan total biaya
penyimpanan sebesar $500 (250x$2). Perhatikan bahwa biaya penyimpanan sama dengan
biaya pemesanan. Hal ini selalu berlaku untuk model EOQ yang sederhana, seperti yang di
uraikan pada persamaan 2
Perhatikan pula bahwa kuantitas pesanan sebesar 500 lebih murah dari pada kuantitas
pesanan sebesar 1000 ($1000 dibandingkan $1.250.
Adalah titik waktu dimana sebuah pesanan hal baru harus dilakukan (atau persiapan
dimulai. HalIni merupakan fungsi EOQ, waktu tunggu, dan tingkat dimana persediaan hamper
habis. Waktu tunggu adalah waktu yang di perlukan untuk menerima kuantitas pesanan
ekonomis setelah pesanan dilakukan atau pesiapan di mulai. Mengetahui tingkat penggunaan
dan waktu tunggu akan memungkinkan kita untuk menghitung titik pemesanan kembali yang
memenuhi tujuan berikut.
Asumsikan produsen menggunakan 50 komponen per hari dan waktu tunggunya adalah
per hari. Jika demikian, sebuah pesanan harus ditempatkan ketika tingkat persdiaan komponen
lemari es turun hingga 200 unit (4x500).
Pendekatan tradisional untuk mengelola persediaan telah dikenal sebagai system just in
case.Pada beberapa situasi, sistem persediaan just in case benar-benar sangat tepat.Sebagai
contoh, rumah sakit memerlukan persediaan obat resep, obat-obatan, dan perlengkapan penting
lainnya sepanjang waktu untuk menangani situasi darurat.Model EOQ berguna untuk
mengatasi masalah yang berkaitan dengan ketidakpastian melalui penggunaan persediaan
pengaman.Pentingnya model EOQ bagi banyak perusahaan industry di AS dari jaman dulu
dapat di apresiasikan secara lebih baik dengan memahami sifat lingkungan manufaktur
tradisional.
2. MANAJEMEN PERSEDIAAN JIT
Manufaktur JIT (Just in itme manufacturing) adalah suatu system berdasarkan tarikan
permintaan yang membutuhkan barang untuk ditarik melalui system oleh permintaan yang
membutuhkan barang untuk ditarik melalui system oleh permintaan yang ada, bukan didorong
kedalam system pada waktu tertentu berdasarkan permintaan yang diantisipasi. Jit adalah
pendekatan manufaktur yang memproduksi barang berdasarkan permintaan yang
sesungguhnya ada, bukannya berproduksi dengan jadwal tetap berdasarkan pada proyeksi
permintaan. Dalam pull system, permintaan pelanggan menarik bahan baku untuk masuk
proses produksi. Prinsip yang sama digunakan dalam proses. Setiap aktivitas produksi hanya
dilakukan jika diperlukan untuk memenuhi permintaan aktivitas berikutnya. Bahan baku atau
suku cadang tersedia hanya pada waktu dibutuhkan untuk aktivitas produksi sehingga
permintaan tetap dapat dipenuhi.
Hansen & Mowen (2005:479) menyatakan ada beberapa karakteristik dasar Just In
Time (JIT):
Just In Time (JIT) mengganti tata letak pabrik tradisional ini dengan suatu pola sel
manufaktur. Sel manufaktur terdiri dari mesin-mesin yang dikelompokkan dalam kumpulan,
biasanya dalam bentuk setengah lingkaran.Mesin-mesin diatur sehingga mereka dapat
digunakan untuk melakukan berbagai operasi secara berurutan.Tiap sel dipersiapkan untuk
menghasilkan produk atau kumpulan produk tertentu.Produk dipindah dari satu mesin ke yang
lainnya dari awal hingga selesai.Para pekerja ditugaskan pada sel-sel dan dilatih untuk
mengoperasikan semua mesin dalam sel.
e. Pengaruh Persediaan
Just In Time (JIT) umumnya menurunkan persediaan hingga tingkat yang sangat
rendah. Pencapaian terhadap tingkat yang tidak signifikan dari persediaan adalah vital bagi
kesuksesan Just In Time.Just In Time (JIT) menolak untuk menggunakan persediaan sebagai
solusi dari masalah-masalah ini. Bahkan, persediaan tidak hanya dipandang sebagai
pemborosan namun sebagai sesuatu yang langsung berhubungan dengan kemampuan
perusahaan untuk bersaing.
JIT merupkan pendekatan untuk meminimalkan total biaya penyimpanan dan biaya
persiapan yang sangat berbeda dari pendekatan tradisional. Pendekatan tradisional mengakui
keberadaan biaya persiapan, kemudian menentukan kuantitas pesanan yang merupakan
perimbangan terbaik dari dua kategori biaya. Di lain pihak, JIT tidak menerima biaya persiapan
(atau pemesanan). Justru sebaliknya, JIT mencoba menekan biaya-biaya ini sampai nol. Jika
biaya persiapan dan biaya pemesanan menjadi tidak signifikan, maka biaya yang tersisa untuk
dikurangi adalah biaya penyimpanan yang dicapai dengan mengurangi persediaan sampai
ketigkat yang sangat rendah.Pendekatan ini yang menjelaskan dorongan untuk persediaan nol
dalam system JIT.
Produktivitas dari satu input tunggal biasanya diukur dengan menghitung rasio output
terhadap input.
Rasio produktivitas = output/input
Karena hanya produksitivitas dari satu input yang sedang diukur, maka ukuran itu disebut
pengukuran produktivitas parsial. Jika output dan input diukur dalam kuantitas fisik, maka kita
memperoleh ukuran produksitivitas operasional (operational productivity measure). Jika
output dan input dinyatakan dalam dolar, maka kita memperoleh ukuran produktivitas
keuangan (financial productivity measure). Sebagai contoh, misalkan pada tahun 2005, Kankul
Company memproduksi 120.000 mesin untuk AC window kecil dan menggunakan 40.000 jam
tenaga kerja. Rasio produktivitas tenaga kerja adalah 3 mesin per jam (120.000/40.000).ini
adalah ukuran operasional karena unit-unit dinyatakan dalam bentuk fisik. Jika harga jual untuk
setiap mesin adalah $50 dan biaya tenaga kerja adalah $12 per jam, maka output dan input apat
dinyatakan dalam dolar. Rasio produktivitas tenaga kerja, yang dinyatakan dalam bentuk
keuangan, adalah $12,50 dari pendapatan per dolar biaya tenaga kerja ($6.000.000/$480.000).
Rasio Produktivitas tenaga kerja sebesar tiga mesin per jam adalah ukuran produktivitas
Ladd Lighting pada tahun 2007, rasio tersebut menunjukkan sedikit informasi mengenai
efesiensi produktif atau apakah produktivitas perusahaan telah meningkat atau menurun. Namun,
dapat juga dibuat laporan mengenai peningkatan atau penurunan. Efesiensi produktivitas
melalui pengukuran perubahan dalam produktivitas. Untuk mengukur perubahan dalam
produktivitas, ukuran prroduktivitas yang aktual berjalan dibandingkan dengan ukuran
produktivitas periode sebelumnya. Periode sebelumnya ini disebut periode dasar (base period)
dan menjadi acuan atau standar bagi pengukuran perubahan efesiensi produktif. Periode
sebelumnya dapat ditentukan secara bebas. Misalnya, tahun sebelumnya, minggu sebelumnya,
atau bahkan periode di mana batch produk terakhir diproduksi. Untuk evaluasi strategis, periode
dasar yang biasanya dipilih adalah tahun sebelumnya. Untuk pengendalian operasional, periode
dasar cenderung mendekati periode berjalan-seperti batch produk terakhir atau minggu
sebelumnya.
2007 2008
Profil tahun 2007 adalah (3, 0,100) dan profil tahun 2008 adalah (4, 0,105). Dengan
membandingakan profil kedua tahun tersebut, dapat dilihat bahwa produktivitas tenaga kerja
dan bahan meningkat (dari 3 menjadi 4 untuk tenaga kerja dan dari 0,100 menjadi 0,105 untuk
bahan). Perbandingan profil ini menyediakan cukup informasi sehingga manajer dapat
menyimpulkan proses perakitan baru secara nyata telah memperbaiki produktivitas secara
keseluruhan. Namun nilai peningkatan produktivitas ini tidak diungkapkan oleh rasio-rasio.
Pada beberapa kasus, analisis profil tidak mampu memberikan indikasi yang jelas
mengenai apakah perubahan produktivitas membawa hasil yang baik atau buruk. Data Ladd
Lighting diubah untuk memungkinkan terjadinya trade-off diantara dua input. Seluruh data
sama, kecuali untuk bahan yang digunakan pada tahun 2008. Misalkan, bahan yang digunakan
pada tahun 2008 adalah 1.700.000 pon.
Rasio Produktivitas Parsial
a
Tenaga kerja: 120.000/40.000; bahan baku: 120.000/1.200.000
b
Tenaga kerja: 150.000/37.500; bahan baku: 150.000/1.428.571
- Untuk mengukur produktivitas gabungan dari semua faktor operasi, sehingga dalam
evaluasi kinerja menurunkan kemungkinan terjadinya manipulasi beberapa faktor
produksi untuk memperbaiki ukuran produktivitas dari faktor-faktor produksi lainnya.
- Untuk dasar untuk menilai perubahan produktivitas bisa berubah dari waktu ke waktu.
1. KEUNGGULAN KOMPETITIF
Keunggulan Kompetitif sebagai kunci untuk memenangkan dan mempertahankan
pelanggan di seluruh area bahkan kalau bisa seluruh dunia serperti Sony menciptakan
Consumer Electronics : TV, Audio, Game bahkan merambat ke handphone dan
kamera. Keunggulan Kompetitif memahami kebutuhan – kebutuhan (needs) dari pelanggan
dan merupakan proses pembelian yang lebih baik dari pelanggan dan memberikan value yang
lebih besar melalui harga yang lebuh rendah atau memberikan keuntungan (benefit) yang lain.
Ketika suatu perusahaan menopang keuntungan yang melebihi rata-rata industri,
perusahaan dikatakan memiliki keunggulan kompetitif atas pesaingnya. Tujuan dari banyak
strategi bisnis adalah untuk mencapai keunggulan kompetitif yang berkelanjutan.
Michael Porter mengidentifikasi dua jenis dasar keunggulan kompetitif:
a. keuntungan biaya
b. diferensiasi keunggulan
Sebuah keunggulan kompetitif ada ketika perusahaan dapat memberikan manfaat yang
sama sebagai kompetitor tetapi dengan biaya yang lebih rendah (keunggulan biaya), atau
memberikan manfaat yang melebihi orang-orang produk yang bersaing (keunggulan
diferensiasi). Dengan demikian, keunggulan kompetitif memungkinkan perusahaan untuk
menciptakan nilai yang superior bagi pelanggan dan keuntungan superior untuk dirinya sendiri.
Biaya dan diferensiasi keuntungan yang dikenal sebagai keuntungan posisionalkarena
mereka menggambarkan posisi perusahaan di industri sebagai pemimpin baik dalam biaya atau
diferensiasi.
Sebuah pandangan berbasis sumber daya menekankan bahwa perusahaan
memanfaatkan sumber daya dan kemampuan untuk menciptakan keunggulan kompetitif yang
pada akhirnya menghasilkan penciptaan nilai unggul.
1.1. Model Keunggulan Kompetitive
Untuk mencapai tujuan tersebut, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
penerapan Just In Time,diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Aliran Material yang lancar – Sederhanakan pola aliran material. Untuk itu dibutuhkan
pengaturan total pada lini produksi. Ini juga membutuhkan akses langsung dengan dan
dari bagian penerimaan dan pengiriman. Tujuannya adalah untuk mendapatkan aliran
material yang tidak terputus dari bagian penerimaan dan kemudian antar tiap tingkat
produksi yang saling berhubungan secara langsung, samapi pada bagian pengiriman.
Apapun yang menghalangi aliran yang merupakan target yang haru diselidiki dan
dieliminasi.
b. Pengurangan waktu set-up – Sesuai dengan JIT, terdapat beberapa bagian produksi
diskret yang memilki waktu set-up mesin yang kadang-kadang membutuhkan waktu
beberapa jam. Hal ini tidak dapat ditoleransi dalam sistem JIT. Pengurangan waktu
setup yang dramatis telah dapat dicapai oleh berbagai perusahaan, kadang dari 4-7 jam
menjadi 3-7 menit. Ini membuat ukuran batch dapat dikurangi menjadi jumlah yang
sangta kecil, yang mengijinkan perusahaan menjadi sangat fleksibel dan responsif
dalam menghadapi perubahan permintaan konsumen.
c. Pengurangan lead time vendor – Sebagai pengganti dari pengiriman yang sangat besar
dari komponen-komponen yang harus dibeli setiap 2/3 bulan, dengan sistem JIT kita
ingin menerima komponen tepat pada saat operasi produksi membutuhkan. Untuk itu
perusahaan kadang-kadang harus membuat kontrak jangka panjang dengan vendor
untuk mendapatkan kondisi seperti ini.
d. Komponen zero defect – Sistem JIT tidak dapat mentolelir komponen yang cacat, baik
itu yang diproduksi maupun yang dibeli. Untuk komponen yang diproduksi, teknis
kontrol statistik harus digunakan untuk menjamin bahwa semua proses sedang
memproses komponen dalam toleransi setiap waktu. Untuk komponen yang dibeli,
vendor diminta untuk menjamin bahwa semua produk yang mereka sediakan telah
diproduksi dalam sistem produksi yang diawasi secara satistik. Perusahaan kan selalu
memiliki program sertifikasi vendor untuk menjamin terlaksananya hal ini.
e. Kontrol lantai produksi yang disiplin – Dalam system pengawasan lantai produksi
tradisional, penekanan diberikan pada utilitas mesin, waktu produksi yang panjang
yang dapat mengurangi biaya set up dan juga pengurangan waktu pekerja. Untuk itu,
order produksi dikeluarkan dengan memperhatikan faktorfaktor ini. Dalam JIT,
perhitungan performansi tradisional ini sangat jauh dari keinginan untuk membentuk
persediaan yang rendah dan menghilangkan halhal yang menghalangi operasi yang
responsif. Hal ini membuat waktu awal pelepasan order yang tepat harus dilakukan
setiap saat. Ini juga berarti, kadangkadang mesin dan operator mesin dapat saja
menganggur. Banyak manajer produksi yang telah menghabiskan sebagian besar
waktunya untuk menjaga agar mesin dan tenaga kerja tetap sibuk, mendapat kesulitan
membuat penyesuaian-penyesuaian yang dibutuhkan agar berhasil menggunakan
operasi JIT. Perusahaan yang telah berhasil mengimplementasikan filosofi JIT akan
mendapatkan manfaat yang besar.
3.1. Penerapan JIT dalam berbagai bidang fungsional perusahaan
a. Pembelian JIT
Pembelian JIT adalah sistem penjadwalan pengadaan barang dengan cara sedemikian
rupa sehingga dapat dilakukan penyerahan segera untuk memenuhi permintaan atau
penggunaan. Pembelian JIT dapat mengurangi waktu dan biaya yang berhubungan dengan
aktivitas pembelian dengan cara:
a. Mengurangi jumlah pemasok sehingga perusahaan dapat mengurangi sumber-sumber
yang dicurahkan dalam negosiasi dengan pamasoknya.
b. Mengurangi atau mengeliminasi waktu dan biaya negosiasi dengan pemasok.
c. Memiliki pembeli atau pelanggan dengan program pembelian yang mapan.
d. Mengeliminasi atau mengurangi kegiatan dan biaya yang tidak bernilai tambah.
e. Mengurangi waktu dan biaya untuk program-program pemeriksaan mutu.
Penerapan pembelian JIT dapat mempunyai pengaruh pada sistem akuntansi biaya dan
manajemen dalam beberapa cara sebagai berikut:
a. Ketertelusuran langsung sejumlah biaya dapat ditingkatkan.
b. Perubahan “cost pools” yang digunakan untuk mengumpulkan biaya.
c. Mengubah dasar yang digunakan untuk mengalokasikan biaya sehingga banyak biaya
tidak langsung dapat diubah menjadi biaya langsung.
d. Mengurangi perhitungan dan penyajian informasi mengenai selisih harga beli secara
individual
e. Mengurangi biaya administrasi penyelenggaraan sistem akuntansi.
3.2. Produksi JIT
Produksi JIT adalah sistem penjadwalan produksi komponen atau produk yang tepat
waktu, mutu, dan jumlahnya sesuai dengan yang diperlukan oleh tahap produksi berikutnya
atau sesuai dengan memenuhi permintaan pelanggan. Produksi JIT dapat mengurangi waktu
dan biaya produksi dengan cara:
a. Mengurangi atau meniadakan barang dalam proses dalam setiap workstation (stasiun
kerja) atau tahapan pengolahan produk (konsep persediaan nol).
b. Mengurangi atau meniadakan “Lead Time” (waktu tunggu) produksi (konsep waktu
tunggu nol).
c. Secara berkesinambungan berusaha sekeras-kerasnya untuk mengurangi biaya setup
mesin-mesin pada setiap tahapan pengolahan produk (workstation).
d. Menekankan pada penyederhanaan pengolahan produk sehingga aktivitas produksi
yang tidak bernilai tambah dapat dieliminasi.
Perusahaan yang menggunakan produksi JIT dapat meningkatkan efisiensi dalam
bidang:
a. Lead time (waktu tunggu) pemanufakturan
b. Persediaan bahan, barang dalam proses, dan produk selesai
c. Waktu perpindahan
d. Tenaga kerja langsung dan tidak langsung
e. Ruangan pabrik
f. Biaya mutu
g. Pembelian bahan
Penerapan produksi JIT dapat mempunyai pengaruh pada sistem akuntansi biaya dan
manajemen dalam beberapa cara sebagai berikut:
a. Ketertelusuran langsung sejumlah biaya dapat ditingkatkan
b. Mengeliminasi atau mengurangi kelompok biaya (cost pools) untuk aktivitas tidak
langsung
c. Mengurangi frekuensi perhitungan dan pelaporan informasi selisih biaya tenaga kerja
dan overhead pabrik secara individual
d. Mengurangi keterincian informasi yang dicatat dalam “work tickets”
JIT TRADISIONAL
Sistem Pull-through Sistem Push-through
Persediaan tidak signifikan Persediaan signifikan
Sel-sel pemanufakturan Berstruktur departemen
Tenaga kerja terinterdisipliner Tenaga kerja terspesialisasi
Pengendalian mutu (TQC) Level mutu akseptabel (AQL)
Dsentralisasi jasa Sentralisasi jasa
Visi dan
Strategi
Tujuan
Ukuran
Target
Inisiatif
Pemilihan segmen pasar dan pelanggan yang unit bisnis akan layani,
pengindentifikasian proses internal dan bisnis yang penting di mana unit harus unggul dalam
hal penyampaian proporsisi nilai kepada pelanggan dalam segmen pasar sasaran, serta memilih
kemampuan individual dan organisasional yang dibutuhkan untuk tujuan internal, pelanggan,
dan keuangan.
1) Ukuran lag adalah ukuran output, ukuran hasil dari usaha di masa lalu (contoh:
protabilitas pelanggan). Sedangkang ukuran lead (perggerak kinerja) adalah faktor-
faktor yang menggerakkan kinera masa depan (contoh: jumlah jam pelatihan
karyawan).
2) Ukuran objektif adalah ukuran yang bisa langsung dihitung dan diverifikasi (contoh:
pangsa pasar). Sedangkan ukuran subjektif lebih sulit dihitung dan lebih bersifat
praduga (contoh: kemampuan karyawan).
3) Ukuran Keuangan adalah ukuran yang dinyatakan dalam istilah moneter, sedangkan
non keuangan menggunakan unit-unit moneter (contoh: biaya per unit dan jumlah
pelanggan yang tidak puas).
4) Ukuran eksternal berkaitan dengan pelanggan dan pemegang saham (contoh:
kepuasaan pelanggan dan pengembalian atas investasi). Sedangkan ukuran internal
adalah ukuran yang berkaitan dengan proses dan kemampuan yang menciptakan nilai
bagi pelanggan dan pemengang saham (contoh: efisiensi proses dan kepuasan
karyawan).
Keuangan
Peningkatan
Peningkatan Laba
Penjualan
Pelanggan Peningkatan
Peningkatan Kepuasan
Pangsa Pasar Pelanggan
Proses Perancangan
Ulang Produk Penurunan unit
yang cacat
Sistem pengukuran kinerja harus dapat memotivasi para manajer dan karyawan untuk
mengimplementasikan strategi unit bisnisnya. Perusahaan yang dapat menerjemahkan
strateginya ke dalam sistem pengukuran akan memiliki kemampuan yang lebih baik dalam
menjalankan strategi tersebut, sebab mereka telah mengkomunikasikan tujuan dan targetnya
kepada para pegawai. Komunikasi ini akan memfokuskan mereka pada pemicu-pemicu kritis,
memungkinkan mereka untuk mengarahkan investasi, inisiatif, dan tindakan-tindakan dengan
menyempurnakan tujuan-tujuan strategis. Kaplan dan Norton menyatakan pentingnya
penciptaan suatu scorecard yang mengkomunikasikan suatu strategi unit bisnis sebagai berikut:
1) kartu skor menggambarkan visi organisasi tentang masa depan ke seluruh organisasi.
Ini menciptakan pemahaman bersama.
2) scorecard menciptakan model strategi holistik yang memungkinkan semua karyawan
untuk melihat bagaimana mereka berkontribusi terhadap kesuksesan organisasi. Tanpa
hubungan semacam itu, individu dan departemen dapat mengoptimalkan kinerja lokal
mereka tetapi tidak berkontribusi untuk mencapai tujuan strategis.
3) scorecard memfokuskan upaya perubahan. Jika tujuan dan ukuran yang tepat
diidentifikasi, implementasi yang sukses kemungkinan akan terjadi. Jika tidak,
investasi dan inisiatif akan sia-sia
Selanjutnya Kaplan dan Norton juga mengemukakan tiga prinsip yang memungkinkan
Balanced Scorecard organisasi terhubung dengan strategi, yaitu: cause-and-effect
relationships, performance drivers dan linkage to financial.
a) Cause-and effect (Hubungan sebab-akibat)
Prinsip ini sangat penting bagi Balanced Scorecard karena prinsip inilah yang
membedakan Balanced Scorecard dengan konsep-konsep yang lain. Dengan prinsip ini,
Balanced Scorecard mampu menjabarkan tujuan dan pengukuran masing-masing
perspektif dengan baik dalam satu kesatuan yang padu. Menurut Kaplan dan Norton,
sebuah strategi adalah seperangkat hipotesis dalam model hubungan cause and effect,
yaitu suatu hubungan yang dapat diekspresikan melalui kaitan antara pernyataan if-
then. Pengembangan Balanced Scorecard yang baik harus dapat menjelaskan rangkaian
cerita dari seluruh Strategic Business Unit (SBU) dalam hubungan cause dan effect.
Melalui model hubungan cause and effect ini pula, suatu strategi dapat dianimasikan
dan dikritisi bersama, baik sebelum, selama, dan sesudah dieksekusi. Pengujian
terhadap sekumpulan scorecard dapat dilakukan dengan mudah karena tiap relasi dan
hubungan kausalitas dapat diuji secara rinci.
b) Performance Drivers
Sebuah Balanced Scorecard yang baik harus memiliki bauran hasil (lagging indicators)
yang memadai dan pemicu kinerja (leading indicators) yang digunakan oleh SBU.
Outcomes (lagging indicators) mencerminkan tujuan umum dari berbagai strategi yang
dimiliki oleh kebanyakan perusahaan, seperti profitability, market share, customer
satisfaction, customer retention, dan employee skills. Sedangkan performance drivers
(leading indicators) mencerminkan keunikan strategi unit bisnis. Identifikasi
performance drivers membantu mengatasi kelemahan dari outcome measures.
Pemahaman mengenai pertumbuhan segmen pasar (outcome measures) akan lebih
bermanfaat jika diketahui faktor-faktor yang menyebabkan pergerakannya.
c) Linkage to Financials (keterkaitan dengan keuangan)
Adanya kritik terhadap pengukuran kinerja berbasis laporan keuangan tidak lantas
menghasilkan rekomendasi untuk membuang tolak ukur keuangan. Keberhasilan
perusahaan dalam pencapaian berbagai tujuan seperti kualitas, kepuasan pelanggan,
inovasi dan pemberdayaan karyawan tidak akan memberikan perbaikan terhadap
perusahaan apabila hal tersebut hanya dianggap sebagai tujuan akhir. Semua
pengukuran yang berkaitan dengan pencapaian tujuan perusahaan harus dikaitkan
dengan tujuan keuangan sebagai tujuan akhir. Hal ini seperti dikatakan Kaplan dan
Norton: “Ultimately, causal paths from all the measures on a scorecard should be linked
to financial objectives.” Dengan demikian, tolak ukur keuangan dapat digunakan untuk
menguji hasil dari performance driver, dalam hal, sejauh mana efektivitasnya dalam
memberikan hasil. Sebagai ilustrasi sederhana adalah dalam suatu pertandingan
sepakbola, kedua tim yang bertanding bebas mengembangkan strategi dan taktik
permainan yang terbaik. Namun, pemenang pertandingan bukanlah mereka yang telah
mengembangkan permainan dengan cantik. Apapun strategi yang digunakan,
pemenang pertandingan adalah mereka yang lebih banyak mencetak gol. Mencetak gol
seumpama outcome measures. Sedangkan strategi permainan itulah yang dikenal dalam
Balanced Scorecard sebagai Performance Driver. Definisi Pengertian. (2015).
Hubungan Balanced Scorecard Visi Misi Strategi.(online). (28 April 2018)
(Balance Scorecard)
I. Judul
Maximizing Strategy with an Effective Balanced Scorecard
II. Jurnal
International Journal of Economic and Business
III. Volume and Halaman
Volume (17) and halaman 19-27
IV. Tahun
2016
V. Penulis
Wendy Endrianto
VI. Reviewer
Ni Wayan Yantiari, Gede Dhika Waisna Putra, Ade Surya Indrawan
VII. Tanggal
7 Mei 2018
VIII. Abstrak
Jurnal yang berjudul “Maximizing Strategy with an Effective Balanced Scorecard”
berisi tentang memaksimalkan strategi dengan balance scorecard yang effektif.
Abstrak atau bagian Pendahuluan yang disajikan penulis hanya menggunakan
Bahasa Inggris (Bahasa International). Secara keseluruhan isi dari abstrak ini sudah baik
yang dalam pemaparannya diawali dengan penyajian yang baik hingga menuju topik
bahsan yang dibahasa dalam jurnal ini, sehingga pembaca mudah untuk memahami isi dan
tujuan dari jurnal ini.
IX. Pengantar
Pada paragraf 1 s.d 3 penulis menjelaskan tentang visi dan misi dalam perencanaan
strategi. Dalam hal ini penulis memaparkan bahwa Visi dan misi adalah titik awal untuk
perencanaan strategis dan tujuan perusahaan. Indikator kinerja utama (KPI) dari bisnis
akan mengukur sejauh mana kemajuan yang dibuat dalam mencapai tujuan yang mengalir
dari visi. Dalam pengembangan dan perumusan visi dan misi, perlu ditekankan bahwa
formulasi visi dan misi yang baik tidak hanya disusun dan diformulasikan sendiri sejak
mulai tetapi harus dikomunikasikan dan dibagikan dengan anggota lain. Visi dan misi
dikomunikasikan dan berbagi ide utama sehingga perusahaan dapat terus tumbuh dan
memasuki dimensi baru. Visi bersama adalah kontribusi yang memberi kekuatan pada
makna kerja. Jadi kepemilikan visi dan misi dari seluruh anggota organisasi adalah
penting.
Paragraf selanjutnya menjelasakan terkait kesalahan yang sering dijumpai
perusahaan, yang dipaparkan bahwa Kesalahan yang sering terjadi di perusahaan adalah
di mana struktur organisasi selalu datang lebih awal daripada strategi itu sendiri.
Pengembangan strategi harus menjadi hal pertama yang harus dilakukan, dan kemudian
untuk menerapkan strategi ini, struktur yang tepat dapat disusun.
Paragraf Selanjutnya membahas tentang bagaimana kinerja dalam suatu
perusahaan yang nantinya akan memperlihatkan keberhasilan seseorang. Rivai & Basri
(2005) telah mendefinisikan kinerja sebagai hasil atau tingkat keberhasilan seseorang
secara keseluruhan selama periode tertentu dalam melaksanakan tugas dibandingkan
dengan kemungkinan-kemungkinan itu, seperti pekerjaan standar, target atau kriteria yang
telah ditentukan sebelumnya telah disepakati. Sedangkan Mathis & Jackson (2006)
menyatakan bahwa kinerja pada dasarnya apa yang dilakukan atau tidak dilakukan oleh
karyawan. Manajemen kinerja adalah keseluruhan kegiatan yang dilakukan untuk
meningkatkan kinerja perusahaan atau organisasi, termasuk kinerja setiap individu dan
kerja kelompok di perusahaan.
Pada paragraf terakhir memaparkan terkait penilaian kinerja perusahaan dengan
menggunakan balanced scorecard yang sering dianggap tidak efektif, sehingga perlu dikaji
lagi terkait memaksimalkan strategi dengan balanced scorecard yang lebih efektif.
X. Metode
Metode yang digunakan di dalam jurna ini dengan mempelajari literatur tentang
topik yang dibahas. Ada dua kata kunci yang dibahas dalam artikel ini, strategi dan
Balanced Scorecard, bagaimana bersinergi untuk mencapai tujuan perusahaan secara
efektif dan efisien.
XI. Pembahasan
Pada bagian pembahasan penulis menyajikan dalam pembatasan yang tidak
langsung tersirat secara tersirat.
Pada paragraf 1 s.d 4 memaparkan terkait pentingnya membangun manajemen
strategis dalam suatu perusahaan. Disini juga dijelaskan bahwa perencanaan strategi terdiri
dari perencaan jangka pendek dan jangka panjang yang dibuat dengan baik untuk
mencapai tujuan perusahaan. Terdapat tiga alasan penting dari perencanaan strategis
adalah: (1) kerangka perencanaan strategis menyediakan dasar untuk perencanaan lain; (2)
perencanaan strategis akan memfasilitasi pemahaman tentang bentuk-bentuk perencanaan
lain; (3) perencanaan strategis adalah titik awal untuk penilaian manajer dan kegiatan
organisasi. Kemudian pada pragaraf ketiga ini dijelaskan bahwa terdapat faktor-faktor
penghambat keberhasilan penerapan strategi menurut Hrebiniak (2005) yaitu: (1) Manajer
dilatih untuk membuat rencana tetapi tidak terlatih untuk melaksanakan rencana. (2) Para
manajer puncak perusahaan memiliki keyakinan bahwa penerapan strategi akan dilakukan
oleh sumber daya manusia perusahaan pada tingkat di bawah mereka. (3) Ada pemisahan
antara mereka yang membuat rencana untuk melaksanakan strategi sebagai bagian dari
perencanaan. selanjutnya pada paragraf ke-4 ini menegaskan kembali bahwa perencanaan
strategis untuk perusahaan sangat penting, karena, tanpa strategi dalam mengelola
perusahaan, seorang manajer tampak seolah melangkah ke ketidakpastian. Perencanaan
strategis merupakan faktor internal yang penting untuk dipertimbangkan dalam
perencanaan dan pengambilan keputusan.
Pada paragraf 7 penulis menjelaskan terkait Balanced Scorecard yang merupakan
hasil penelitian Robert S. Kaplan dan David P. Norton pada tahun 1992 yang melaporkan
hasil proyek penelitian tentang multi-perusahaan dan memperkenalkan metodologi
penilaian kinerja yang berorientasi pada pandangan strategis ke masa depan. Mulyadi
(2007) telah membagi dua kata “Balance Scorecard” menjadi “Balance” dan “Scorecard”.
“Saldo” berarti tidak memihak, sedangkan "Kartu Skor" adalah kartu nilai yang akan
digunakan untuk memplot nilai yang akan direalisasikan di masa depan. Balanced
scorecard adalah niat untuk mengukur kinerja dalam eksekutif yang seimbang dari
berbagai dimensi, yaitu keuangan dan non-keuangan, baik jangka pendek maupun jangka
panjang.
Kemudia pada paragraph 9 dijelaskan bahwa hasil penelitian dari Malina dan Selto
(2001) telah menemukan beberapa perusahaan yang memperkenalkan balanced scorecard
untuk memajukan strategi. Scorecard telah sangat memengaruhi pandangan dan tindakan
perusahaan, baik menguntungkan maupun merugikan. Ketika elemen-elemen dari
balanced scorecard dirancang dengan baik dan dikomunikasikan secara efektif, tampaknya
memotivasi dan mempengaruhi manajer tingkat bawah untuk menyesuaikan tindakan
mereka dengan strategi. Lebih lanjut, manajer percaya bahwa perubahan ini menghasilkan
peningkatan kinerja sub-unit. Namun, ada juga bukti yang konsisten bahwa cacat desain
dan kekurangan dalam komunikasi strategis balanced scorecard telah mempengaruhi
hubungan antara beberapa manajer top dan manajer menengah. Ketegangan ada karena
desain balanced scorecard memperburuk perbedaan kuat antara pandangan mereka tentang
peluang masa depan. Kekurangan dalam komunikasi menghasilkan ketidakpercayaan dan
keengganan untuk berubah. Sementara kelemahan dan kekurangan tertentu mungkin unik
untuk perusahaan yang diteliti, temuan ini tampaknya mencerminkan secara umum tentang
masalah desain dan kegunaan BSC.
Pada pembasan terakhir penulis menegaskan kembali hasil dari tulisannya dengan
pendapat para ahli terkait penggunaan strategi dengan Balanced Scorecard. Figge,
Schaltegger, dan Wagner (2002) menyatakan bahwa balance scorecard dapat diterapkan
untuk mengintegrasikan aspek lingkungan dan sosial ke dalam keberhasilan penerapan
kedua strategi korporasi konvensional dan strategi keberlanjutan perusahaan yang
eksplisit. Jelas bahwa dalam kasus perusahaan yang telah mengadopsi strategi
keberlanjutan yang eksplisit, aspek lingkungan dan sosial akan memainkan peran yang
lebih menonjol dalam kartu skor keseimbangan keberlanjutan. Namun, keterbukaan
pendekatan juga termasuk perusahaan konvensional memperluas penerapan balanced
scorecard dari pemain niche yang berkelanjutan ke perusahaan mainstream yang lebih luas
dan membantu mereka untuk bergerak menuju kinerja yang lebih berkelanjutan. Jelas
bahwa balance scorecard tidak membuat pernyataan tentang strategi apa yang harus
dipilih. Di sini sekali lagi, menjadi jelas bahwa scorecard keseimbangan keberlanjutan
tertanam dalam konteks manajemen strategis yang lebih luas.
XII. Simpulan
Pada bagian kesimpulan, penulis memaparkan bahwa untuk mencapai kinerja
sistem yang lebih baik, organisasi harus melakukan pengukuran kinerja untuk memiliki
manajemen yang obyektif dan terukur. Organisasi perlu mengevaluasi hasil dari setiap
kegiatan yang dilakukan oleh pusat tanggung jawab masing-masing dibandingkan dengan
tolok ukur yang telah ditetapkan. Selain perusahaan analisis eksternal, analisis internal
perusahaan juga sangat penting dilakukan dan yang tidak terlalu jauh dalam menetapkan
target atau sasaran dan tidak ada seorang pun dalam mendefinisikan strategi. Hal pertama
yang harus dilakukan adalah mengenali kemampuan dan kompetensi; kita perlu
memastikan apakah semua sumber daya yang kita layani untuk meningkatkan keunggulan
kompetitif kita sendiri. Dituntut untuk menjadi benar atau tidak keliru dalam melihat
peluang dan ancaman yang telah diidentifikasi. Dan untuk mensinergikan antara visi, misi,
dan strategi perusahaan dalam hal meningkatkan kinerja perusahaan adalah dengan
mengkomunikasikan balanced scorecard, mulai dari manajemen puncak hingga
manajemen level yang lebih rendah sehingga semua elemen perusahaan tahu peran
masing-masing untuk mencapai tujuan bersama.