Anda di halaman 1dari 16

Perpajakan Lanjutan

Aspek Perpajakan atas Instrumen Keuangan dan Derivatif


( Draft )

Disusun Oleh:

Kelompok 5:
1. Cut Muthia Anggraini (2010532025)
2. Alvin Satya Prawira (2010532029)
3. Fina Adelia (2010532030)
4. Amanda Putri (2010532036)
Dosen Pengampu:
Drs. Rinaldi Munaf, M.M., Ak., CPA., CA

Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi
Universitas Andalas
Tahun 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis sampaikan kepada Allah SWT. yang telah memberikan
rahmat, nikmat, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
ini dengan tepat waktu. Tak lupa, shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah
kepada Nabi Muhammad SAW. semoga kita mendapatkan syafaatnya di akhirat
kelak.
Makalah dengan judul “Aspek Perpajakan atas Instrumen Keuangan dan
Derivatif” ditujukan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Perpajakan Lanjutan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung
dan membantu dalam penyelesaian makalah ini yang tidak dapat penulis sebutkan
satu-persatu. Penulis berharap makalah ini dapat berguna bagi pembaca dalam
menambah wawasan serta pengetahuan.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca agar
makalah selanjutnya dapat tercipta lebih baik. Demikian yang dapat penulis
sampaikan, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat untuk semua pihak.

Padang, 31 Maret 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................. I
DAFTAR ISI ........................................................................................................... II
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
A. Latar Belakang............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ........................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................... 3
A. Pengertian Instrumen Keuangan ................................................................... 3
B. Pengertian Instrumen Derivatif ..................................................................... 5
C. Sistem Instrumen Keuangan .......................................................................... 10
D. Sistem Instumen Derivatif ............................................................................. 11
BAB III PENUTUP ................................................................................................. 16
A. Kesimpulan .................................................................................................... 16
B. Saran .............................................................................................................. 16
DAFTAR REFERENSI........................................................................................... 17

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendapatan terbesar di Indonesia bersumber dari perpajakan. Meski
demikian, fakta di lapangan menunjukkan fenomena di mana pemungutan
perpajakan di Indonesia belum maksimal dikarenakan kesadaran wajib pajak yang
masih tergolong rendah. Pemerintah selalu mengupayakan penerimaan pajak
secara maksimal, tetapi sulit untuk diwujudkan karna banyak wajib pajak yang
melakukan penghindaran pajak atau disebut Tax Avoidance. Salah satu contoh dari
penghindaran pajak ini adalah memanipulasi kewajiban pajak.
Pada era globalisasi saat ini, terjadi perubahan besar pada sistem keuangan
global yang awalnya berfungsi untuk menyediakan tabungan bagi perekonomian
riil berkembang menjadi aktivitas spekulatif dengan menawarkan keuntungan
yang dalam waktu singkat. Perkembangan perdagangan valuta asing ini
memunculkan instrumen-instrumen keuangan yang baru dimana salah satunya
instrumen keuangan dan derivatif. Adanya penggunaan instrumen keuangan
derivatif adalah sebagai alat sekuritas untuk mengendalikan risiko perusahaan
yang disebabkan perubahan harga, tingkat suku bunga, dan nilai tukar mata uang
sehingga risiko kerugian akibat perubahan-perubahan yang terjadi dapat dihindari
atau diminimalisir. Menurut Donohoe (2015), ambiguitas dalam peraturan pajak
atas transaksi derivatif mendorong terjadinya Tax Avoidance.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan instrumen keuangan?


2. Apa yang dimaksud dengan instrumen derivatif?
3. Bagaimana sistem instrumen keuangan?
4. Bagaimana sistem instrumen derivatif?

3
C. Tujuan Penulisan
1. Memahami yang dimaksud dengan instrumen keuangan
2. Memahami yang dimaksud dengan instrumen derivatif
3. Memahami sistem instrumen keuangan yang berlaku di Indonesia
4. Memahami sistem instrumen derivatif yang berlaku di Indonesia

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Instrumen Keuangan


International Accounting Standards mendefinisikan instrumen keuangan sebagai kontrak
apa pun yang menimbulkan aset keuangan dari satu entitas dan kewajiban keuangan atau
instrumen ekuitas dari entitas lain. Dengan kata lain, instrumen keuangan biasanya melibatkan
kewajiban pada satu pihak, seperti komitmen untuk melakukan pembayaran tertentu, dan manfaat
bagi pihak lain, seperti hak untuk menerima pembayaran tertentu, atau bukti kepemilikan dalam
suatu perusahaan.
Instrumen keuangan biasanya dapat diperdagangkan di antara para pihak, membuatnya
kurang berisiko untuk dipegang (karena Anda dapat menjualnya jika kemudian Anda
membutuhkan uang) dan menciptakan kemungkinan untung dan rugi pada perdagangan semacam
itu. Instrumen keuangan dapat dikategorikan berdasarkan bentuknya, yaitu:
1. Instrumen Kas
Instrumen kas adalah instrumen keuangan yang nilainya ditentukan langsung oleh
pasar. Instrumen kas dibuat, atau dikeluarkan, oleh sebuah badan (kebanyakan pemerintah
dan perusahaan) untuk meningkatkan modal.
Nilai harga untuk instrumen kas, baik, ditetapkan oleh penerbit (setelah nasihat dari
profesional keuangan), atau dicapai melalui negosiasi antara penerbit dan investor, yang
biasanya membeli instrumen keuangan dengan harapan memperoleh keuntungan.
Setelah dikeluarkan dan dijual, pemegang (trader dan investor) dapat memperdagangkannya
secara terbuka di pasar keuangan, dengan harga yang ditentukan oleh penawaran dan
permintaan.
2. Instrumen Derivatif
Instrumen derivatif adalah instrumen keuangan yang memperoleh nilai mereka dari
nilai dan karakteristik dari satu atau lebih entitas yang mendasari seperti aset, indeks, atau
tingkat suku bunga. Mereka dapat dibagi menjadi diperdagangkan di bursa derivatif dan
derivatif over-the-counter (OTC).
Menurut PSAK 50, instrumen keuangan adalah setiap aset yang berbentuk:
1. Kas, seperti mata uang lokal dan asing dan deposito di bank.
2. Instrumen ekuitas yang diterbitkan entitas lain, seperti investasi saham pada entitas yang
terdaftar di bursa.
3. Hak kontraktual, yang terbagi menjadi 2 yaitu: untuk menerima kas atau aset keuangan
lainnya dari entitas lain, seperti piutang usaha dan wesel tagih, danu ntuk
5
mempertukarkan aset keuangan atau liabilitas keuangan dengan entitas lain dengan
kondisi yang berpotensi menguntungkan entitas tersebut, seperti obligasi konversi.
4. Kontrak yang akan atau mungkin diselesaikan dengan menggunakan instrument ekuitas
yang diterbitkan oleh entitas dan merupakan:
a. Non derivatif dimana entitas harus atau mungkin diwajibkan untuk menerima suatu
jumlah yang bervariasi dari instrument ekuitas yang diterbitkan entitas.
b. Derivatif yang akan atau mungkin diselesaikan selain dengan mempertukarkan
sejumlah tertentu kas atau aset keuangan lain dengan sejumlah tertentu instrumen
ekuitas yang diterbitkan entitas.
2.2 Pengertian Instrumen Derivatif
Instrumen derivatif adalah kontrak keuangan yang melibatkan dua pihak atau lebih yang
dibuat berdasarkan perjanjian penjualan atau pembelian aset atau komoditas tertentu, yang
dijadikan sebagai objek yang diperdagangkan.
Derivatif digunakan oleh manajemen investasi/ manajemen portofolio, perusahaan dan
lembaga keuangan serta investor perorangan untuk mengelola posisi yang mereka miliki terhadap
resiko dari pergerakan harga saham dan komoditas, suku bunga, nilai tukar valuta asing tanpa
mempengaruhi posisi fisik produk yang menjadi acuannya.
Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) menjelaskan bahwa instrumen derivatif adalah suatu
instrumen keuangan atau kontrak lain dengan 3 karakteristik berikut ini:
1. Nilainya berubah sebagai akibat dari perubahan variabel yang telah ditentukan (sering
disebut dengan variabel yang mendasari) antara lain: suku bunga, harga instrumen
keuangan, harga komoditas, nilai tukar mata uang asing, indeks harga atau indeks suku
bunga, peringkat kredit atau indeks kredit, atau variabel lainnya. Untuk variabel non
keuangan, variabel tersebut tidak berkaitan dengan pihak-pihak dalam kontrak
2. Tidak memerlukan investasi awal neto atau memerlukan investasi awal neto dalam
jumlah yang lebih kecil dibandingkan dengan jumlah yang diperlukan untuk kontrak
serupa lainnya yang diharapkan akan menghasilkan dampak yang serupa sebagai akibat
perubahan faktor pasar, dan
3. Diselesaikan pada tanggal tertentu di masa depan.

2.3 Sistem Instrumen Keuangan


Berdasarkan pembagian instrumen keuangan pada bentuknya, berikut perlakuan pajak
terhadap instrumen keuangan kas:
6
1. Saham
Saham adalah suatu tanda penyertaan modal seseorang atau badan usaha dan salah satu
instrumen keuangan yang populer diperdagangkan di pasar modal. Dengan diterbitkannya
saham, maka perusahaan bisa mendapatkan sumber pendanaan jangka panjang yang
diperlukan untuk memperlancar jalannya perusahaan. Bagi investor yang memiliki saham
terhadap suatu perusahaan, keuntungan yang dapat diperoleh, yaitu capital gain (selisih harga
saham saat dibeli dengan saat dijual) dan juga memperoleh dividen (keuntungan). Saham
dapat diklasifikasikan berdasarkan kepemilikannya menjadi dua, yaitu:
a) Saham biasa (Common stock)
Saham biasa adalah surat berharga dalam bentuk piagam atau sertifikat yang
memberikan pemegangnya bukti atas hak-hak dan kewajiban yang berkaitan dengan ikut
andil kepemilikan dalam suatu perusahaan. Pemegang saham biasa memiliki kewajiban
yang terbatas atau dengan kata lain apabila perusahaan mengalami gulung tikar kerugian
yang ditanggung hanya sebesar nilai yang diinvestasikan ke dalam saham. Berikut hak-hak
yang dimiliki oleh pemegang saham biasa:
1) Pemegang saham biasa mempunyai hak untuk memilih dewan direksi.
Hal ini berarti setiap pemegang saham berhak memilih siapa yang akan memimpin
perusahaan.
2) Setiap pemegang saham berhak mendapatkan dividen dari perusahaan.
Akan tetapi, tidak semua laba perusahaan dibagikan dan akan diputuskan jika dalam
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) setuju dengan adanya pembagian dividen.
b) Saham preferen (Preferred stock)
Saham preferen adalah bagian dari saham yang memiliki tambahan hak melebihi
saham biasa. Biasa juga disebut dengan saham istimewa karena dihubungkan dengan
pembagian dividen atau pembagian aktiva pada saat likuiditas. Investor yang memiliki
saham preferen, dividen yang akan diberikan sudah ditetapkan dan lebih diutamakan
ketimbang dengan pemegang saham biasa. Ketika perusahaan likuidasi, pembagian hak
atas sisa aset perusahaan para pemegang saham preferen akan lebih dulu menerima
sebelum pemegang saham biasa.
Salah satu instrumen keuangan yang paling banyak diperdagangkan di pasar
modal adalah saham sehingga menjadikannya salah satu aspek dalam pengenaan pajak di
Indonesia. Juga perlu diketahui bahwa pengenaan pajak saham hanya dikenakan atas
transaksi penjualan dan penghasilan dalam bentuk dividen.
Aspek perpajakan pada saham yaitu :

7
• Pajak Penghasilan (PPh) final sesuai dengan Pasal 4 ayat 2 UU PPh dengan peraturan
pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1994 yang diubah terakhir dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1997
• Keputusan Kementerian Keuangan Nomor 282/KMK 04/1997.
Berdasarkan ketentuan peraturan di atas, pajak yang dikenakan terhadap penjualan
saham di bursa dikenai PPh sebesar 0,1% dari jumlah bruto nilai transaksi penjualan
saham dengan tambahan 0,5% untuk penjualan saham pendiri.
Contoh ilustrasi perhitungan PPh final atas penjualan saham, misalkan investor membeli
saham pada harga Rp 100 juta dan menjualnya dengan harga Rp 350 juta, maka yang
dilaporkan sebagai PPh terutang yakni sebesar Rp 350.000.
Pengenaan PPh terhadap saham dilakukan melalui pemungutan oleh
penyelenggara bursa efek dan PPh yang dipungut bersifat final dengan arti tidak lagi ada
perhitungan jumlah PPh selama tahun pajak. Tarif PPh final atas penjualan saham dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu PPh final untuk saham pendiri dan bukan saham pendiri.
Pendiri memiliki pengertian orang pribadi atau badan yang namanya tercatat dalam daftar
pemegang saham atau tercantum dalam anggaran dasar sebelum pernyataan pendaftaran
yang diajukan kepada Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) dalam rangka penawaran
umum perdana.
Selanjutnya, untuk penghasilan atas dividen yang diterima atau diperoleh wajib
pajak orang pribadi dalam negeri akan dikenakan PPh Pasal 4 ayat 2 bersifat final sebesar
10% dari penghasilan bruto sesuai dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2009
Pemotongan, penyetoran, serta pelaporan
Pemotongan pajak penghasilan dilakukan oleh penyelenggara bursa efek melalui
perantara pedagang efek pada saat pelunasan transaksi penjualan saham. Penyelenggara
bursa efek wajib menyetor pajak penghasilan selambat-lambatnya tanggal 20 setiap bulan
atas transaksi penjualan saham yang dilakukan dalam bulan sebelumnya. Juga
penyelenggara bursa efek wajib menyampaikan laporan tentang pemotongan dan
penyetoran pajak penghasilan kepada kepala kantor pelayanan pajak setempat selambat-
lambatnya pada bulan yang sama dengan bulan penyetoran.
2. Obligasi

Obligasi adalah surat berharga atau sertifikat yang berisi kontrak antara pemberi pinjaman
dengan penerima pinjaman. Surat obligasi berarti selembar kertas yang menyatakan pemilik surat
tersebut telah memberikan pinjaman kepada pihak yang menerbitkan obligasi. Perbedaan antara
saham dan obligasi, yaitu pemilik saham merupakan bagian dari perusahaan penerbit saham,
8
sedangkan pemegang obligasi hanya sebatas pemberi pinjaman kepada penerbit obligasi dimana
kupon (bunga) yang harus dibayar oleh debitur kepada kreditur. Obligasi juga saat ini sangat
diminati oleh para investor dikarenakan dapat memberikan pendapatan yang tetap.
Obligasi dapat dikelompokkan berdasarkan tingkat bunga yang ditetapkan, yaitu:
1) Obligasi dengan bunga tetap (fixed rate bond)
Bunga pada obligasi ini telah ditetapkan pada awal penjualan dan tidak akan berubah
sampai jatuh tempo.
2) Obligasi dengan bunga mengambang (floating rate bond)
Bunga pada obligasi ini ditetapkan di awal untuk kupon pertama, namun pada saat waktu
jatuh tempo kupon pertama akan ditentukan tingkat bunga kupon berikutnya dan begitu
seterusnya.
3) Obligasi dengan bunga campuran (mixed rate bond)
Bunga pada obligasi ini merupakan gabungan dari fixed rate bond dan floating rate bond.
Dimana pada periode awal, bunga ditetapkan dengan tetap dan periode selanjutnya bunga
ditetapkan mengambang (floating rate).

Investasi pada obligasi cukup banyak diminati oleh investor karena selain mendapatkan
pendapatan yang tetap, investor juga memiliki risiko yang cukup stabil dibandingkan dengan
investasi di saham. Berdasarkan alasan itu, pemerintah menilai bahwa potensi penerimaan negara
dari transaksi obligasi bisa meningkatkan sumber penerimaan negara. Pengenaan pajak terkait
obligasi baru dikenakan atas bunga yang diterima investor.

Berikut aspek perpajakan yang berlaku pada obligasi sebagai berikut :


Peraturan Pemerintah (PP) No. 100 Tahun 2013 mengatur tentang PPh final bunga
obligasi yang sebelumnya diatur dalam PP No. 16 Tahun 2009 tentang Pajak Penghasilan berupa
Bunga Obligasi.
a. Bunga ataupun diskonto dari obligasi dengan kupon sebesar:
1) 15% (lima belas persen) bagi wajib pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap.
2) 20% (dua puluh persen) atau sesuai dengan tarif berdasarkan Persetujuan Penghindaran
Pajak Berganda (P3B) bagi wajib pajak luar negeri selain bentuk usaha tetap. Jika bunga
yang diperoleh dari obligasi, maka jumlah bruto bunga sesuai dengan masa kepemilikan
obligasi. Namun, jika diskonto dari obligasi dari selisih lebih harga jual atau nilai
nominal di atas harga perolehan obligasi, tidak termasuk bunga berjalan.
b. Diskonto dari obligasi tanpa bunga sebesar:
1) 15% (lima belas persen) bagi wajib pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap.
9
2) 20% (dua puluh persen) atau sesuai dengan tarif berdasarkan Persetujuan Penghindaran
Pajak Berganda (P3B) bagi wajib pajak luar negeri selain bentuk usaha tetap, dari selisih
lebih harga jual atau nilai nominal di atas harga perolehan obligasi.
c. Bunga dan/atau diskonto dari obligasi yang diterima dan/atau diperoleh wajib pajak
reksadana yang terdaftar pada Otoritas Jasa Keuangan sebesar:
1) 5% (lima persen) untuk tahun 2014 sampai dengan tahun 2020.
2) 10% (sepuluh persen) untuk tahun 2021 dan seterusnya.

2.4 Sistem Instrumen Derivatif


Instrumen derivatif adalah instrumen investasi yang terdiri atas beberapa seperti saham, mata
uang, obligasi, tingkat suku bunga, indeks saham, indeks obligasi, dan lain sebagainya yang telah
diawasi oleh Bursa Efek Indonesia (BEI). Adapun jenis-jenis instrumen derivatif adalah sebagai
berikut:
1. Kontrak futures
Kontrak futures adalah perjanjian antara dua pihak yang mewajibkan setiap pihak
melakukan transaksi untuk membeli (long position) atau menjual (short position) suatu
aset dasar tertentu yang penyerahannya dilakukan di waktu yang akan datang dengan
harga yang telah ditetapkan pada saat kontrak.
2. Kontrak Forward
Kontrak forward adalah perjanjian transaksi penjualan atau pembelian valuta asing yang
dilakukan kedua belah pihak dimana salah satu pihak setuju untuk membeli komoditas
dalam jumlah dan harga tertentu di masa depan sementara pihak lainnya setuju untuk
melakukan transaksi tersebut. Dengan kontrak forward, kedua pihak akan terlindungi dari
fluktuasi nilai aktiva yang mungkin terjadi selama kurun waktu tertentu, yaitu sejak
kontrak ditandatangani hingga penyerahan atau pembayaran dilakukan.
3. Kontrak Opsi
Kontrak opsi adalah perjanjian antara dua pihak yang salah satu pihak menyetujui untuk
membayar sejumlah imbalan kepada pihak yang lainnya untuk suatu “hak” untuk
membeli/menjual sesuatu kepada pihak lainnya. Dalam hal ini, pemilik opsi yang memiliki
hak, tetapi tidak ada kewajiban bagi mereka untuk melakukan transaksi dengan harga yang
ditentukan dikontrak opsi.
4. Swap
Kontrak swap adalah perjanjian transaksi antara dua belah pihak yang sepakat untuk saling
menukarkan arus kas (cash flow) pada jangka waktu tertentu dan dilaksanakan secara terus
menerus berdasarkan suatu kesepakatan tertentu yang ditetapkan pada saat kontrak dibuat.
10
Swap terdiri atas dua macam antara lain yaitu:
• Interest rate swap
Interest rate swap merupakan inovasi keuangan yang dirancang untuk mengakomodasi
para penghutang yang mungkin merasa perlu untuk meminjam dengan syarat-syarat
yang bertentangan dengan preferensi mereka. Interest rate swap pada dasarnya
merupakan suatu persetujuan antara dua pihak untuk menukarkan pembayaran bunga
untuk suatu periode tertentu atas dasar suatu notional value yang disetujui bersama dan
dicirikan sebagai tujuan utamanya oleh konversi pembayaran bunga tetap (fixed rate) ke
dalam pembayaran bunga mengambang (floating rate).
• Currency swap
Suatu perjanjian swap juga bisa melibatkan pertukaran valuta-valuta asing. Tujuan
utama yang melatarbelakangi currency swap adalah untuk memungkinkan perusahaan-
perusahaan mengakses pasar modal dengan biaya yang lebih murah dan/atau untuk
meng-hedge exposure terhadap risiko nilai tukar yang timbul dari operasi bisnis
internasional.
Transaksi derivatif ini terdiri dari sejumlah acuan pokok (underlying) yakni,
sebagai berikut :
1. suku bunga (interest rate),
2. kurs tukar (currency),
3. komoditas (commodity),
4. ekuitas (equity),
5. indeks (index) lainnya.
Pelaku Transaksi Derivatif:
1. Pengguna Akhir (End Users)
Sebagian besar pengguna akhir derivatif, yaitu sekitar 80% adalah perusahaan-
perusahaan di samping badan-badan pemerintah dan sektor publik. Alasan-alasan
yang mendorong pengguna akhir menggunakan instrumen derivatif adalah:
- Untuk sarana lindung nilai (hedging)
- Memperoleh biaya dana yang lebih rendah
- Mempertinggi keuntungan
- Untuk mendiversifikasikan sumber-sumber dana, dan
- Untuk mencerminkan pandangan-pandangan pasar melalui posisi yang
diambil.
2. Pialang (Dealer)
Dealer terdiri dari lembaga-lembaga keuangan yang bertindak sebagai pialang.
11
Fungsi dari dealer antara lain:
- Menjaga likuiditas dan terus menerus tersedianya transaksi;
- Memenuhi permintaan pengguna akhir dengan segera;
- Memberikan kemampuan untuk mempertinggi likuiditas pasar dan efisiensi
harga.
Peraturan-peraturan yang memuat tatacara perpajakan atas transaksi derivatif
adalah:
1. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-51/PJ.22/1986 tentang PPh atas
Deposito Berjangka dalam Mata Uang Asing Milik Orang Pribadi dan PPh atas
Perjanjian Swap.
2. Surat Direktur Jenderal Pajak Nomor S-245/PJ.101/1997 tentang Penegasan
Pemotongan PPh Pasal 26 atas Transaksi Swap sesuai dengan UU Nomor 7 Tahun
1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan UU
Nomor 10 Tahun 1994.
3. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-03/PJ.43/1998 tentang Perlakuan
Perpajakan Penghasilan Bunga (Bunga Deposito) terhadap Premi Swap dan
Forward iv. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-13/PJ.43/1999 tentang
Perlakuan Perpajakan atas Stock Option.
Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-12/PJ.313/1993 tentang Perlakuan
Pajak Penghasilan atas Transaksi Forward Sales Valuta Asing. Atas transaksi
derivatif, perlakuan perpajakannya pada awalnya tidak diatur dalam aturan setingkat
undang-undang. Akan tetapi, diatur secara spesifik atas transaksi-transaksi tertentu
dalam tingkatan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak dan Surat Direktur
Jenderal Pajak. Beberapa diantaranya adalah SE-51/PJ.22/1986, SE-
12/PJ.313/1993, S- 245/PJ.101/1997, SE-03/PJ.43/1993, SE-13/PJ.43/1999, dan S-
300/PJ.42/2003.
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 17 Tahun 2009 tentang PPh atas
Penghasilan dari transaksi derivatif berupa kontrak berjangka yang diperdagangkan
di bursa.
Transaksi Derivatif Berupa Kontrak Berjangka yang Diperdagangkan Di Bursa
1. Dasar Hukum : Peraturan Pemerintah RI Nomor 17 tahun 2009.
2. Tarif Pajak : Besarnya Pajak Penghasilan adalah sebesar 2,5% dari margin awal.
- Margin awal adalah sejumlah uang atau surat berharga yang harus ditempatkan oleh
pialang berjangka atau anggota bursa pada lembaga kliring dan penjamin untuk
menjamin pelaksanaan transaksi kontrak berjangka.
12
- Lembaga Kliring dan Penjamin adalah badan usaha yang menyelenggarakan dan
menyediakan sistem dan/atau sarana untuk pelaksanaan kliring dan penjaminan
transaksi di bursa, termasuk lembaga kliring dan penjamin berjangka.
3. Tata Cara Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan
- Lembaga kliring dan penjamin wajib memungut pajak penghasilan pada saat
menerima penyetoran margin awal oleh pialang berjangka atau anggota bursa
- Menyetor seluruh pajak yang dipungut kepada kantor pos atau bank yangditunjuk
oleh Menteri Keuangan, dan
- Menyampaikan laporan pemungutan dan penyetoran PPh kepada Kantor Pelayanan
Pajak

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian materi di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan instrumen keuangan
merupakan suatu kontrak apa pun yang menimbulkan aset keuangan dari satu entitas dan
kewajiban keuangan atau instrumen ekuitas dari entitas lain. Instrumen keuangan biasanya dapat
diperdagangkan di antara para pihak, membuatnya kurang berisiko untuk dipegang (karena Anda
dapat menjualnya jika kemudian Anda membutuhkan uang) dan menciptakan kemungkinan
untung dan rugi pada perdagangan semacam itu.
Instrumen keuangan dapat dikategorikan berdasarkan bentuknya, yaitu instrumen kas,
instrumen derivatif, hak kontraktual, dan akan atau mungkin diselesaikan dengan menggunakan
instrument ekuitas yang diterbitkan oleh entitas.
Selain itu, Investasi pada obligasi cukup banyak diminati oleh investor karena selain
mendapatkan pendapatan yang tetap, investor juga memiliki risiko yang cukup stabil
dibandingkan dengan investasi di saham. Berdasarkan alasan itu, pemerintah menilai bahwa
potensi penerimaan negara dari transaksi obligasi bisa meningkatkan sumber penerimaan negara.
Pengenaan pajak terkait obligasi baru dikenakan atas bunga yang diterima investor.

B. Saran
Dari uraian di atas, penulis berharap pembaca dapat memahami dan mengambil ilmu
pengetahuan yang terdapat dalam makalah Aspek Perpajakan atas Instrumen Keuangan dan
Derivatif sehingga dapat bermanfaat bagi para pembaca di kemudian hari. Penulis menyadari
masih banyak kekurangan dalam makalah ini karena penulis hanya manusia biasa yang tak luput
dari kesalahan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca
terhadap makalah ini.

14
DAFTAR REFERENSI

Pengertian.co.id. Pengertian Derivatif, Transaksi, Alasan, Pelaku, Manfaat, dan Jenis. Diakses
melalui https://pendidikan.co.id/pengertian-derivatif-transaksi-alasan-pelakumanfaat-
dan-jenis/ tanggal 30 Maret 2022, pukul 14.30 WIB
Peraturan pemerintah republik indonesia nomor 17 tahun 2009 tentang pajak penghasilan atas
penghasilan dari transaksi derivatif berupa kontrak berjangka yang diperdagangkan di
bursa. Diakses melalui https://jdih.kemenkeu.go.id/fulltext/2009/17tahun2009pp.htm
Diakses pada 30 Maret 2022, pukul 16.50
Tax Guide : Katalog Peraturan Perpajakan Indonesia. Diakses melalui
https://jdih.kemenkeu.go.id/fulltext/2009/17tahun2009pp.htm Diakses pada 30 Maret
2022, pukul 16.50
Trusted Indonesian Tax New portal. Tarif PPH Final untuk Bungan Obligasi. Diakses melalui
https://news.ddtc.co.id/tarif-pph-final-untuk-bunga-obligasi-20344?page_y=1018
tanggal 30 Maret 2022 , pukul 13.50 WIB.
Asosiasi Tax Center Perguruan Tinggi Indonesia. Pajak Atas Transaksi Saham dN Sekuritas
Lainnya. Diakses melalui https://atpetsi.or.id/pajak-atas-transaksi-saham-dan-
sekuritaslainnya/#.YCkql2gzbIW tanggal 30 Maret 2022, pukul 21.05 WIB

15

Anda mungkin juga menyukai