Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH PEMERIKSAAN AKUNTANSI (Auditing 1)

“PENGENDALIAN INTERNAL DAN RISIKO KENDALI”

DISUNSUN OLEH :

1. AIDILA SAFITRI (19102160)


2. JUMAITA CUT HAKIKI (19102262)
3. MELINIA APRILIA PUTRI (19102252)
4. NURUL AMANI (19102258)
5. SEPTIAN DWI SANTOSO (19102205)

INSTITUT TEKNOLOGI DAN BISNIS ASIA MALANG


FAKULTAS EKONOMI JURUSAN AKUNTANSI
2021
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT atas limpahan Rahmat-Nya
sehingga penulis kelompok 2 dapat menyelesaikan makalah tentang Pengendalian
Internal dan Risiko Kendali
Penulis makalah ini bertujuan untuk memnuh tugas yang diberikan oleh dosen
mata kuliah Pemeriksaan Akuntansi (Auditing 1) yaitu Bapak Ditya Wardana SST,
M.S.A
Penulis mengharapkan makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua
dalam hal menambah pengetahua dan wawasan kita terhadap hakikat manusia.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada teman-teman kelompok yang telah
mendukung dan menjalin kerjasama yang baik sehingga makalah ini dapat
deselesaikan dengna baik
Namun penulis menyadari makalah ini terdapat bayak kekurangan maka
penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca apabila adalah kata yang
salah dan tidak. Kami mengharapkan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Malang, 17 Juni 2021

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dunia usaha di Indonesia saat ini sudah maju, bisa dilihat dari semakin banyaknya
berdiri usaha-usaha baru yang didirikan oleh masyarakat. Salah satu aspek penting
pada suatu perusahaan adalah Sistem Pengendalian Internal. Karena suatu
perusahaan tidak dapat berjalan dengan baik tanpa adanya Sistem Pengendalian
Internal yang baik.
Sistem Pengendalian Internal merupakan kebijakan dan prosedur yang melindungi
aktiva dari penyalahgunaan. Sistem Pengendalian Internal dapat digunakan lebih
efektif untuk mencegah penggelapan atau penyimpangan. Pada suatu perusahaan,
pengendalian internal sangat dibutuhkan mengingat faktor-faktor yang meliputi luas
dan entitas perusahaan yang sangat kompleks. Hal ini mengakibatkan manajemen
harus percaya pada laporan-laporan serta analisis untuk operasi pengendalian
Internal yang efektif.
Pada Sistem Pengendalian Internal juga terdapat elemen-elemen penting yang juga
harus ditanamkan pada tiap perusahaan yaitu lingkungan pengendalian, sistem
akuntansi, dan pengendalian prosedur. Kas merupakan alat pembayaran yang siap
dan bebas dipergunakan untuk membiayai kegiatan umum perusahaaan. Kas perlu
dikendalikan agar dapat terlindungi dari hal-hal yang dapat merugikan kas
perusahaan. Hal ini dikarenakan Kas merupakan harta lancar perusahaan yang
sangat menarik dan mudah diselewengkan,dan banyak transaksi perusahaan yang
menyangkut penerimaan dan pengeluaran kas. Karena itu, diperlukan adanya
pengendalian internal yang baik
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pengendalian internal
2. Apa saja komponen pengendalian internal
3. Apa fungsi dan tujuan peengendalian internal
4. Apa saja yang berhubungan dengan resiko kendali
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui maksud dari pengendalian internal
2. Untuk mengetahui apa saja fungsi dan tujuan pengendalian internal
3. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan risiko kendali
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengendalian Internal
1. Menurut COSO (Committee of Sponsoring Organization)
Bisa dibilang COSO merupakan komite yang membuat kerangka konsep dari
pengendalian internal yang banyak digunakan perusahaan saat ini.
COSO mendefinisikan pengendalian internal sebagai proses yang dipengaruhi
oleh dewan direksi, manajemen, dan karyawan yang dirancang dalam rangka
memberikan jaminan bahwa organisasi dapat mencapai tujuannya melalui,
 efisiensi dan efektifitas produksi;
 penyajian laporan keuangan yang dapat dipertanggungjawabkan
 ketaatan terhadap undang-undang dan aturan yang berlaku.
2. Menurut Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) (2011: 319.2) mendefinisikan
pengendalian intern sebagai suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris,
manajemen dan personel lain entitas-yang didesain untuk memberikan
keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini:
1) Keandalan pelaporan keuangan
2) Efektivitas dan efisiensi operasi
3) Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku
3. Menurut IFAC (International Federation of Accountants) mendefinisikan pengendalian
internal sebagai sistem yang dimiliki organisasi untuk mengelola risiko yang
dilaksanakan, dipahami, dan diawasi oleh tingkat pimpinan, manajemen, hingga
karyawan untuk mendapatkan keuntungan dan mencegah kerugian guna
mencapai tujuan organisasi itu sendiri.
4. Menurut OJK (otoritas jasa keuangan) pengendalian internal merupakan sistem
yang dirancang oleh perusahaan untuk meningkatkan efisiensi, mengamankan
harta, menjaga ketelitian data perakunan, menegakkan disiplin, dan
meningkatkan ketaatan karyawan terhadap kebijakan perusahaan.
Pengendalian intern adalah suatu proses yang terdiri dari usaha atau tindakan-
tindakan yang tepat dan terintegrasi yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan.
Pelaksanaan pengendalian intern melibatkan seluruh anggota organisasi bukan
dibebankan pada bagian tertentu saja, sehingga memberikan keyakinan terpercaya
atas seluruh kegiatan organisasi yang meliputi realibility dari pelaporan keuangan,
efisiensi dan keefektifan atas kegiatan atau operasi perusahaan dan kepatuhan
terhadap hukum dan undang-undang yang berlaku.
Beberapa pihak yang bertanggung jawab dalam suatu organisasi :
1. Manajemen. Merupakan tanggung jawab manajemen untuk menciptakan
pengendalian intern yang efektif.
2. Dewan Direksi dan Komite Audit. Dewan direksi harus menentukan bahwa
manajemen telah memenuhi tanggung jawabnya untuk menciptakan dan
memelihara pengendalian intern. Komite audit (atau bila tidak ada, dewan direksi
sendiri) harus waspada dalam mengidentifikasi keberadaan penolakan
manajemen atas pengendalian atau pelaporan keuangan yang curang, dan
segera mengambil tindakan yang diperlukan untuk membatasi tindakan yang
tidak sesuai oleh manajemen.
3. Auditor Internal. Auditor internal harus memeriksa dan mengevaluasi kecukupan
pengendalian intern suatu entitas secara periodic dan membuat rekomendasi
untuk perbaikan, tapi mereka tidak memiliki tanggung jawab utama untuk
menciptakan dan memelihara pengendalian intern.
4. Personel Entitas Lainnya. Peran dan tanggung jawab dari semua personel lain
yang menyediakan informasi kepada, atau menggunakan informasi yang
disediakan oleh system yang mencakup pengendalian intern, harus memahami
bahwa mereka memiliki tanggung jawab untuk mengkomunikasikan masalah
apapun yang tidak sesuai dengan pengendalian atau tindakan melawan hukum
yang mereka temui kepada tingkat yang lebih tinggi dalam organisasi.
5. Auditor Independen. Seorang akuntan public dapat melakukan perikatan atestasi
terpisah untuk memeriksa dan melaporkan kepada pihak eksternal mengenai
asersi manajemen terpisah atas pengendalian intern entitas.
6. Pihak Eksternal Lainnya.
Terlepas dari bagaimana bagusnya desain dan operasinya, pengendalian intern
hanya dapat memberikan keyakinan memadai bagi manajemen dan dewan komisaris
berkaitan dengan pencapaian tujuan pengendalian intern entitas.
Kemungkinan pencapaian tersebut dipengaruhi oleh keterbatasan bawaan yang
melekat dalam pengendalian intern.Hal ini mencakup kenyataan bahwa pertimbangan
manusia dalam pengambilan keputusan dapat salah dan bahwa pengendalian inten
dapat rusak karena kegagalan yang bersifat manusiawi tersebut, seperti kekeliruan atau
kesalahan yang sifatnya sederhana.
Disamping itu pengendalian dapat tidak efektif karena adanya kolusi di antara dua
orang atau lebih atau manajemen mengesampingkan pengendalian intern. Factor lain
yang memebatasi pengendalian intern adalah biaya pengendalian intern entitas tidak
boleh melebihi manfaat yang diharapkan dari pengendalian tersebut.
Meskipun hubungan manfaat-biaya merupaka criteria utama yang harus
dipertimbangkan dalam pendesainan pengendalian intern, pengukuran secara tepat
biaya dan manfaat umumnya tidak mungkin dilakukan. Oleh karena itu, manajemen
melakukan estimasi kualitatif dan kuantitatif serta pertimbangan dalam menilai
hubungan biaya manfaat tersebut.
Berikut ini adalah keterbatasan bawaan yang melekat dalam setiap pengendalian
intern:
1. Kesalahan dalam pertimbangan
Kadang – kadang, manajemen dan personel lainnya dapat melakukan pertimbangan
yang buruk dalam membuat keputusan bisnis atau dalam melaksanakan tugas rutin
karena informasi yang tidak mencukupi, keterbatasan waktu, atau prosedur lainnya.
2. Gangguan
Kemacetan dalam melaksanakan pengendalian dapat terjadi karena adanya
gangguan ketika personel salah memahami instruksi atau membuta kekeliruan akibat
kecerobohan, kebingungan, atau kelelahan. Perubahan sementara atau permanen
dalam personel atau dalam sistem atau prosedur juga dapat berkontribusi pada
teradinya kemacetan.
3. Kolusi
Individu yang bertindak bersama, seperti karyawan yang melaksanakan suatu
pengendalian penting bertindak bersama dengan karyawan lain, konsumen atau
pemasok, dapat melakukan sekaligus menutupi kecurangan sehingga tidak dapat
dideteksi oleh pengendalian internal
4. Pengabaian dalam manajemen
Manajemen dapat mengesampingkan kebijakan atau prosedur tertulis untuk tujuan
tidak sah seperti keuntungan pribadi atau presentasi mengenai kondisi keuangan
suatu entitas yang dinaikkan ( misal, menaikkan laba yang dilaporkan untuk
menaikkan pembayaran bonus atau nilai pasar dari saham entitas ). Praktik
pengabaian termasuk membuat penyajian yang salah dengan sengaja kepada
auditor dan lainnya seperti menerbitkan dokumen palsu untuk mendukung
pencatatan transaksi penjualan fiktif
5. Biaya lawan manfaat
Biaya pengendalian internal suatu entitas seharusnya tidak melebihi manfaat yang
diharapkan untuk diperoleh. Karena pengukuran yang tepat baik dari biaya dan
manfaat biasanya tidak memungkinkan, manajemen harus membuat baik estimasi
kuantitatif maupun kualitatif dalam mengevaluasi hubungan antara biaya dan
manfaat.
B. KOMPONEN PENGENDALIAN INTERNAL
Pengendalian intern terdiri atas lima komponen yang saling terkait berikut ini :
1. Lingkungan Pengendalian
Lingkungan pengendalian menetapkan corak suatu organisasi, mempengaruhi
kesadaran pengendalian orang-orangnya. Lingkungan pengendalian merupakan
dasar untuk semua komponen pengendalian intern, menyediakan disiplin dan
struktur.
Lingkungan pengendalian mencakup hal-hal berikut ini:
a. Integritas dan nilai etika
b. Untuk menekankan pentingnya integritas dan nilai etika di antara semua
personel organisasi, CEO dan anggota manajemen puncak lainnya harus :
1) Menetapkan suasana melalui contoh mendemonstrasikan integritas dan
mempraktikkan standar yang tinggi dari perilaku etis
2) Mengkomunikasikan kepada semua karyawan, baik secara verbal melalui
pernyataan kebijakan tertulis dan kode etik perilaku, bahwa hal yang
sama diharapkan dari mereka, bahwasetiap karyawan memiliki tanggung
jawab untuk melaporkan pelanggaran yang ia ketahui atau yang mungkin
akan terjadi kepada tingkat yang lebih tinggi dalam organisasi, dan bahwa
pelanggaran akan dikenakan denda.
3) Memberikan bimbingan moral kepada karyawan yang memiliki latar
belakang moral kurang baik yang telah mengakibatkan mereka tidak
mempedulikan mana yang baik dan yang buruk.
4) Mengurangi atau menghilangkan insentif dan godaan yang dapat
mengarahkan individu untuk melakukan tindakan yang tidak jujur,
melawan hukum, atau tidak etis.
2. Komitmen terhadap kompetensi
Untuk mencapai tujuan entitas, personel pada setiap tingkatan dalam
organisasi harus memiliki pengetahuan dan keahlian yang diperlukan untuk
melaksanakan pekerjaan mereka secara efektif. Komitmen terhadap kompetensi
mencakup pertimbangan manajemen mengeneai pengetahuan dan keahlian
yang diperlukan, dan bauran dari intelegensi, pelatihan, dan pengalaman yang
diperlukan untuk mengembangkan kompetensi tersebut.
3. Partisipasi dewan komisaris atau komite audit
Komposisi dewan direksi dan komita audit dan cara mereka melaksanakan
tanggung jawab atas kekuasaan dan kekeliruan memiliki dampak yang besar
terhadap lingkungan pengendalian. Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas
dari dewan direksi dan komite audit termasuk independensi mereka dari
manajemen, yang berhubungan dengan proporsi direksi dari luar perusahaan,
pengalaman dan status dari anggota, sifat dan luasnya keterlibatan mereka
dalam aktivitas manajemen serta pengamatan mereka terhadap aktivitas
manajemen; kesesuaian tindak tanduk mereka; tingkat di mana mereka
memberikan dan mencari pertanyaan yang sulit dengan manajemen; serta sifat
dan luasnya interaksi mereka dengan auditor internal dan auditor eksternal.
Komite audit yang hanya terdiri dari direksi dari luar perusahaan dapat
berkontribusi secara signifikan terhadap pemenuhan tujuan pelaporan keuangan
suatu entitas dengan melaksanakan pemeriksaan terhadap kekeliruan pelaporan
keuangan dan dengan meningkatkan independensi auditor eksternal.
4. Struktur organisasi
Struktur organisasi berkontribusi terhadap kemampuan suatu entitas untuk
memenuhi tujuan dengan menyediakan kerangka kerja menyeluruh atas
perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, dan pemantauan aktivitas suatu
entitas. Mengembangkan struktur organisasi suatu entitas melibatkan penentuan
bidang kunci dari wewenang dan tanggung jawab, serta garis pelaporan yang
tepat. Hal ini sebagian akan tergantung pada ukuran entitas dan sifat
aktivitasnya. Struktur organisasi entitas biasanya digambarkan dalam suatu
bagan organisasi yang harus secara akurat merefleksikan garis wewenang dan
hubungan pelaporan. Manajemen harus member perhatian tidak hanya pada
operasi entitas, tetapi juga pada struktur informasi dari teknologi informasi dan
system informasi akuntansi. Auditor perlu memahami hubungan ini untuk menilai
lingkungan pengendalian secara tepat dan bagaimana hubungan tersebut dapat
mempengaruhi efektivitas pengendalian tertentu.
5. Pemberian wewenang dan tanggung jawab
Penetapan wewenang dan tanggung jawab merupakan perpanjangan dari
pengembangan suatu struktur organisasi. Wewenang dan tanggung jawab
mencakup penjelasan-penjelasan mengenai bagaimana dan kepada siapa
wewenang dan tanggung jawab untuk semua aktivitas entitas dibebankan, dan
harus memungkinkan setiap individu untuk mengetahui (1) bagaimana
tindakannya saling berhubungan dengan individu lainnya dalam memberikan
kontribusi terhadap pencapaian tujuan entitas, dan (2) setiap individu akan
betanggung jawab atas hal apa. Faktor ini juga mencakup kebijakan berkenaan
dengan praktik bisnis yang sesuai, pengetahuan dan pengalaman personel
kunci, dan sumberdaya yang tersedia untuk melaksanakan tugas.
6. Kebijakan dan praktik sumber daya manusia
Kebijakan dan prosedur sumberdaya manusia (human resources policies and
procedures) yang diterapkan akan menjamin bahwa personel entitas memiliki
tingkat integritas, nilai etika, dan kompetensi yang diharapkan. Praktik tersebut
mencakup perekrutan dan proses penyelesaian yang dikembangkan dengan
baik; orientasi personel baru terhadap budaya dan gaya operasi entitas,
kebijakan pelatihan yang mengkomunikasikan peran prospektif dan tanggung
jawab; tindakan pendisiplinan untuk pelanggaran terhadap perilaku yang
diharapkan; pengevaluasian, konseling, dan mempromosikan orang berdasarkan
penilaian kinerja periodik; serta program kompensasi yang memotivasi dan
memberikan penghargaan atas kinerja yang tinggi sambil menghindari disinsentif
terhadap perilaku etis.
C. Fungsi dan Tujuan Pengendalian Internal
Seperti yang telah disinggung pada definisinya, tujuan adanya pengendalian
internal adalah agar perusahaan bisa mencapai tujuannya dengan cara
mendapatkan kesempatan dan keuntungan serta mencegah adanya kerugian.
Selain itu, ada beberapa tujuan lainnya yaitu.
1. Menghasilkan informasi seperti laporan keuangan yang bisa dipercaya dan
dipertanggungjawabkan
2. Memastikan segala aktivitas perusahaan sesuai dengan hukum dan peraturan
yang berlaku.
3. Meningkatkan efisiensi dan mencegah adanya pemborosan pengelolaan sumber
daya perusahaan.
4. Memastikan segala anggota perusahaan atau organisasi mengetahui dan
mematuhi kebijakan yang telah dibuat.
5. Menjaga aset perusahaan.
6. Menjamin keamanan operasional perusahaan.
Hal yang paling jelas adalah tentu mencegah adanya tindak kecurangan karyawan
seperti administration fraud atau financial fraud.
Tiga metode yang biasanya digunakan untuk mendokumentasikan pemahaman
pengendalian internal:
1. Naratif, suatu uraian tertulis tentang pengendalian internal klien. Ada
empat karakterisitk:
a. Asal setiap dokumen dan catatan dalam sistem
b. Semua pengolahan yang terjadi
c. Disposisi dari tiap dokumen dan arsip dalam sistem
d. Indikasi dari kendali yang relevan bagi penilaian resiko
pengendalian
2. Bagan Alur merupakan perwujudan simbolis berbentuk diagram dari
dokumen klien dan aliran berurut mereka dalam organisasi
3. Daftar pertanyaan pengendalian internal suatu daftar pertanyaan
pengendalian internal
D. Menilai Resiko Kendali
Empat penilaian yang spesifik harus dibuat untuk tiba dipenilaian awal:
1. Menilai apakah laporan keuangan bisa diaudit
2. Menentukan resiko kendali yang telah dinilai didukung oleh pemahaman yang
diperoleh
3. Menilai apakah mungkin bahwa resiko kendali yang dinilai lebih rendah bisa
didukung
4. Menentukan resiko pengendalian yang sesuai yang telah dinilai
Mengidentifikasi sasaran audit yang terkait dengan transaksi. Auditor biasanya
menilai resiko pengendalian untuk sasaran hasil audit yang terkait dengan transaksi
untuk masing-masing jenis transaksi dalam setiap siklus transaksi. Mengidentifikasi
pengendalian spesifik, Auditor mengidentifikasi kendali dengan melanjutkan
informasi yang deskriptif tentang sistem klien. Mengidentifikasikan dan
mengevaluasi kelemahan, Kelemahan pengendalian intern adalah ketidakhadiran
kendali yang cukup, yang meningkatkan resiko dari salah saji dalam laporan
keuangan
Pendekatan empat langkah untuk mengidentifikasikan kelemahan yang penting:
1. Mengidentifikasikan pengendalian yang ada
2. Mengidentifikasikan ketidakhadiran pengendalian kunci
3. Menentukan salah saji material potensial yang bisa dihasilkan
4. Mempertimbangkan kemungkinan pengendalian kompensasi
Matriks Resiko Pengendali. Membantu dalam proses penilaian resiko
pengendalian
Menilai Resiko Pengendalian. Dilakukan ketika kendali dan kelemahan telah
dikenali dan dihubungkan dengan sasaran hasil audit yang terkait dengan transaksi
Prosedur untuk menguji efektivitas pengendalian dalam mendukung suatu resiko
pengendalian yang dinilai kurang. Prosedur untuk ujian pengendalian:
1. Melakukan wawancara dengan personil klien yang sesuai
2. Menguji dokumen, arsip, dan catatan
3. Mengamati aktivitas yang terkait dengan pengendalian
4. Melaksanakan kembali prosedur klien
Tingkat Prosedur merupakan tingkat dimana ujian pengendalian diterapkan
tergantung pada nilai tingkat resiko pengendalian yang diinginkan
1. Kepercayaan pada bukti dari audit tahun sebelumnya
2. Pengujian kurang dari keseluruhan periode audit
3. Merotasi ujian pengendalian

Anda mungkin juga menyukai