Anda di halaman 1dari 17

Pemahaman atas Pengendalian Intern

Standar Pekerjaan Lapangan Kedua

Standar pekerjaan lapangan kedua berbunyi sebagai berikut.

“Pemahaman memadai atau pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit
dan menentukan sifat, saat dan lingkung pengajian yang akan dilakukan”.

Definisi Pengendalian Intern

SA Seksi 319 Pertimbangan atas Pengendalian Intern dalam Audit Laporan keuangan
paragraf 06 mendefinisikan sebagai suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris,
manajemen dan personel lain yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang
pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini:

1. Keandalan pelaporan keuangan

2. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku

3. Efektivitas dan efisiensi operasi

Dari definisi pengendalian tersebut terdapat beberapa konsep dasar.

1. Pengendalian merupakan proses. Pengendalian merupakan proses suatu proses untuk


mencapai tujuan tertentu.

2. Pengendalian intern dijalankan oleh orang. Pengendalian intern dijalankan oleh orang dari
setiap organisasi, yang mencakup dewan komisaris, manajemen, dan personel lain.

3. Pengendalian intern diharapkan mampu memberikan keyakinan memadai, bukan


keyakinan mutlak bagi manajemen dan dewan komisaris entitas.

4. Pengendalian intern ditujukan untuk mencapai tujuan yang saling berkaitan: pelaporan
keuangan, kepatuhan, dan operasi.
Tujuan Pengendalian Intern

Seperti telah disebutkan di atas, auditor berkewajiban untuk memahami pengendalian internal
yang ditujukan untuk memberikan keyakinan memadai bahwa laporan keuangan secara wajar
sesuai dengan prinsip berterima umum di Indonesia.

Keterbatasan Pengendalian Intern Suatu Entitas

1. Kesalahan dalam pertimbangan. Seringkali, manajemen dan personel lain dapat salah
dalam mempertimbangkan keputusan bisnis yang diambil atau dalam melaksanakan tugas
rutin karena tidak memadainya informasi, keterbatasam waktu atau tekanan lain.

2. Gangguan. Gangguan dalam pengendalian yang telah ditetapkan dapat terjadi karena
personel secara keliru memahami perintah atau membuat kesalahan karena kelalaian, tidak
adanya perhatian atau kelelahan. Perubahan yang bersifat sementara atau permanen dalam
personel atau dalam sistem dan prosedur dapat pula mengakibatkan gangguan.

3. Kolusi. Tindakan bersama beberapa individu untuk tujuan kejahatan disebut dengan kolusi.
Kolusi dapat mengakibatkan bobolnya pengendalian intern yang dibangun untuk melindungi
kekayaan entitas dan tidak terungkapnya ketidakberesan atau tidak terdeteksinya kecurangan
oleh pengendalian intern yang dirancang.

4. Pengabaian oleh manajemen. Manajemen dapar mengabaikan kebijakan atau prosedur


yang telah ditetapkan untuk tujuan yang tidak sah seperti keuntungan pribadi manajemen,
penyajian kondisi keuangan secara berlebihan, atau untuk menutupi kepatuhannya terhadap
peraturan yang berlaku.

5. Biaya lawan manfaat. Biaya yang diperlukan untuk mengoperasikan pengendalian intern
tidak boleh melebihi manfaat yang diharapkan oleh pengendalian tersebut.

Siapa Yang Bertanggung Jawab Atas Pengendalian Intern Suatu Entitas?

Pihak-pihak yang bertanggung jawab terhadap pengendalian intern organisasi beserta


perannya.

Manajemen. Manajemen bertanggung jawab untuk mengembangkan dan menyelenggarakan


secara efektif pengendalian intern organisasinya.
Dewan komisaris dan komite audit. Dewan komisaris dan komite audit bertanggung jawab
untuk menentukan apakah manajemen memenuhi tanggung jawab mereka dalam
mengembangkan dan menyelenggarakan pengendalian intern.

Auditor intern. Auditor intern bertanggung jawab untuk memeriksa dan mengevaluasi
memedai atau tidaknya pengendalian intern entitas dan membuat rekomendasi
peningkatannya.

Personel lain entitas. Peran dan tanggung jawab personel lain yang menyediakan informasi
atau menggunakan informasi yang dihasilkan untuk pengendalian harus ditetapkan dan
dikomunikasikan dengan baik.

Auditor independen. Sebagai bagiaj dari prosedur auditnya terhadap laporan keuangan,
auditor dapat menemukan kelemahan pengendalian intern kliennya, sehingga ia dapat
mengkomunikasikan temuan auditnya tersebut kepada manajemen, komite audit, atau dewan
komisaris.

Pihak luar lain. Pihak luar lain bertanggung jawab atas pengendalian intern entitas adalah
badan pengatur (regulatory body) seperti Bank Indonesia dan Bapepam. Badan pengatur ini
mengeluarkan persyaratan umum pengendalian intern yang harus dipenuhi oleh suatu entitas
dan memantau kepatuhan entitas terhadap persyaratan tersebut.

Unsur Pengendalian Intern

SA Seksi Pertimbangan Atas Pengendalian Intern dalam Audit Laporan Keuangan paragraf
07 menyebutkan lima unsur pokokk pengendalian intern (1) lingkungana pengendalian, (2)
penaksiran risiko, (3) informasi dan komunikasi (4) aktivitas pengendalian dan (5)
pemantauan.

Lingkungan Pengendalian (Control Environtmen)

Lingkungan pengendalian merupakan landasan untuk semua unsur pengendalian intern, yang
membentuk disiplin struktur.
Faktor yang membentuk lingkungan pengendaliam dalam suatu entitas :

1. Nilai integritas dan etika. Pengendalian intern yang memadai apabila dijalankan oleh
orang-orang yang tidak menjunjung tinggi integritas akan mengakibatkan tidak terwujudnya
tujuan pengendalian intern. Oleh karena itu, menjadi tanggung jawab manajer untuk
menjunjung tinggi nilai integritas. Di samping itu, dalam menjalankan bisnisnya, manajer
juga dituntut untuk mendasarkan pada etika bisnis.

2. Komitmen terhadap kompetensi. Komitmen terhadap kompetensi mencakup pertimbangan


manajemen atas pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan, paduan antara kecerdasan,
pelatihan, dan pengalaman yang dituntut dalam pengembangan kompetensi.

3. Dewan komisaris dan komite audit. Untuk menciptakan indepedensi auditor, auditor
perusahaan-perusahaan yang go public sebaiknya mengalihkan wewenang penunjukkan
auditor dari tangan manajemen puncak ke tangan dewan komisaris atau komite audit.

4. Filosofi dan gaya operasi perusahaan. Filosofi adalah seperangkat keyakinan dasar yang
menjadi parameter bagi perusahaan dan karyawannya. Filosofi merupakan apa yang
seharusnya dikerjakan dan tidak dikerjakan perusahaan. Gaya operasi mencerminkan ide
manajer tentang bagaimana operasi suatu entitas harus dilaksanakan.

5. Struktur organisasi. Struktur organisasi memberikan kerangka untuk perencanaan,


pelaksanaan, pengendalian, dan pemantauan aktivitas entitas.

6. Pembagian wewenang dan pembebanan tanggung jawab. Pembagian wewenang dan


pembebanan tanggung jawab merupakan perluasan lebih lanjut pengembangan struktur
organisasi. Dengan adanya pembagian wewenang yang jelas, organisasi dapat mencapai
tujuan organisasinya.

7. Kebijakan dan praktik sumber daya manusia. Karyawan merupakan unsur penting dalam
setiap pengendalian intern. Jika perusahaan memiliki karyawan yang kompeten dan jujur,
unsur pengendalian intern yang lain dapat dikurangi dan perusahaan tetap mampu
menghasilkan pertanggung jawaban keuangan yang dapat diandalkan. Pengendalian intern
yang baik tidak akan dapat menghasilkan informasi keuangan yang andal jika dilaksanakan
oleh karyawan yang tidak kompeten dan tidak jujur.
Informasi Dan Komunikasi
Sistem akuntansi diciptakan untuk mengidentifikasi, merakit, menggolongkan, menganalisis,
mencatat, dan melaporkan transaksi suatu entitas, serta menyelenggarakan
pertanggungjawaban kekayaan dan utang entitas tersebut. Transaksi terdiri dari pertukaran
aktiva dan jasa antara entitas dengan pihak luar, dan transfer atau penggunaan aktiva dan jasa
dalam entitas. Fokus utama kebijakan dan prosedur pengendalian yang berkaitan dengan
sistem akuntansi adalah bahwa transaksi dilaksanakan dengan cara yang mencegah salah saji
dalam asersi manajemen laporan keuangan. Oleh karena itu, sistem akuntansi yang efektif
dapat memberikan keyakinan memadai bahwa transaksi yang di catat atau terjadi adalah :
1. Sah
2. Telah diotorisasi
3. Telah dicatat
4. Telah dinilai secara wajar
5. Telah di golongkan secara wajar
6. Telah dicatat dalam periode yang seharusnya
7. Telah dimasukkan ke dalam buku pembantu dan telah di ringkas dengan benar.
Komunikasi mencakup penyampaian informasi kepada semua personel yang terlibat
dalam pelaporan keuangan tentang bagaimana aktivitas mereka berkaitan dengan pekerjaan
orang lain, baik yang berada di dalam maupun di luar organisasi. Komunikasi ini mencakup
sistem pelaporan penyimpangan pada pihak yang lebih tinggi dalam entitas. Pedoman
kebijakan, pedoman akuntansi dan pelaporan keuangan, daftar akun dan memo juga
merupakan bagian dari komponen informasi dan komunikasi dalam pengendalian intern.
Aktivitas Pengendalian
Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang dibuat untuk memberikan
keyakinan bahwa petunjuk yang dbuat oleh manajemen dilaksanakan. Kebijakan dan
prosedur ini memberikan keyakinan bahwa tindakan yang diperlukan telah dilaksanakan
untuk mengurangi risiko dalam pencapaian tujuan entitas. Aktivitas pengendalian memiliki
berbagai macam tujuan dan di terapkan dalam berbagai tingkat dan fungsi organisasi.
Sebagai tambahan terhadap lingkungan pengendalian (yang mencerminkan sikap dan
tindakan penting terhadap pengendalian) dan informasi dan komunikasi (yang memproses
transaksi dan menyelenggarakan pertanggungjawaban kekayaan dan utang), suatu entitas
memerlukan kebijakan dan prosedur untuk memberikan keyakinan bahwa tujuan perusahaan
akan tercapai. Aktivitas pengendalian yang relevan dengan audit atas laporan keuangan dapat
digolonhkan ke dalam berbagai kelompok. Salah satu cara penggolongan adalah sebagai
berikut :
1. Pengendalian pengolahan informasi
a. Pengendalian umum
b. Pengendalian aplikasi
(1) Otorisasi memadai.
(2) Perancangan dan penggunaan dokumen dan catatan memadai
(3) Pengecekan secara independen
2. Pemisahan fungsi yang memadai
3. Pengendalian fisik atas kekayaan dan catatan
4. Review atas kinerja
Pengendalian Pengolahan Informasi
Banyak perusahaan sekarang menggunakan computer untuk pengolahan informasi umumnya
dan terutama informasi akuntansinya. Pengendalian pengolahan informasi dibagi menjadi
dua: pengendalian umum dan pengendalian aplikasi.
Pengendalian Umum (General Control)
Unsur pengendalian umum ini meliputi: organisasi pusat pengolahan data, prosedur dan
standar untuk perubahan program, pengembangan sistem dan pengoperasian fasilitas
pengolahan data.
Pengendalian Aplikasi (Application Control)
Berbeda dengan pengendalian umum seperti yang telah diuraikan di atas, pengendalian
aplikasi dirancang untuk memenuhi persyaratan pengendalian khusus setiap aplikasi.
Pengendalian aplikasi mempunyai tujuan berikut ini:
1. Mejamin bahwa semua transaksi yang telah diotorisasi telah diproses sekali saja
secara lengkap
2. Menjamin bahwa data transaksi lengkap dan teliti
3. Menjamin bahwa pengolahan data transaksi benar dan sesuai dengan keadaan
4. Menjamin bahwa hasil pengolahan data dimanfaatkan untuk tujuan yang telah
ditetapkan
5. Menjamin bahwa aplikasi dapat terus berfungsi.
Pengendalian aplikasi terhadap pengolahan transaksi tertentu dikelompokkan menjadi
(1) Prosedur otorisasi yang memadai
(2) Perancangan dan penggunaan dokumen dan catatan yang cukup
(3) Pengecekan secara independen
Prosedur otorisasi yang memadai. Di dalam organisasi setiap transaksi hanya terjadi atas
dasar otorisasi dari yang memiliki wewenang untuk menyetujui terjadinya transaksi tersebut.
Oleh karena itu, di dalam organisasi harus di buat sistem yang mengatur pembagian
wewenang untuk otorisasi atas terlaksananya setiap transaksi. Dalam melaksanakan transaksi
pembelian misalnya, prosedur otorisasi diatur sebagai berikut:
a. Kepala fungsi gudang : Kepala fungsi ini berwenang memberikan otorisasi atas
permintaan pembelian yang ditujukan kepada fungsi pembelian.
b. Kepala dungsi pembelian : Kepala fungsi ini berwenang memberikan otorisasi atas
surat order pembelian yang diterbitkan oleh fungsi pembelian
c. Kepala fungsi penerimaan : Kepala fungsi ini berwenang memberikan otorisasi pada
laporan penerimaan barang yang diterbitkan oleh fungsi penerimaan
d. Kepala fungsi akuntansi : Kepala fungsi ini berwenang memberikan otorisasi pada
bukti kas keluar yang dipakai sebagai dasar pencatatan terjadinya transaksi pembelian
Dengan demikian, transaksi pembelian yang mengubah utang, sediaan, atau biaya akan
dicatat dan disajikan dengan ketelitian dan keadaan yang tinggi, karena didasarkan atas
dokumen sumber (bukti kas keluar) dan dokumen pendukung (surat order pembelian, laporan
penerimaan barang, dan faktur dari pemasok) yang dihasilkan melalui prosedur otorisasi
seperti yang telah diuraikan di atas. Pengendalian akuntansi tersebut menjamin:
a. Barang dan jasa yang dibeli adalah yang diperlukan oleh perusahaan, yang dibuktikan
dengan adanya surat permintaan pembelian dari fungsi gudang atau dari pemakai.
b. Barang yang diterima adalah barang yang dipesan, yang dibuktikan dengan adanya
surat order pembelian yang diotorisasi oleh kepala fungsi pembelian
c. Utang yang dicatat adalah kewajiban perusahaan atas barang atau jasa yang dibeli dan
diterima oleh perusahaan, yang dibuktikan dengan bukti kas keluar yang dilampiri
laporan penerimaan barang yang ditandatangani oleh kepala fungsi penerimaan
barang, faktur dari pemasok dan surat order pembelian
Perancangan dan penggunaan dokumen dan catatan yang cukup. Seperti telah disebutkan
diatas, setiap transaksi di dalam organisasi hanya terjadi atas dasar otorisasi dari yang
memiliki wewenang untuk menyetujui terjadinya transasi tersebut. Oleh karena itu, di dalam
organisasi harus dibuat prosedur otorisasi atas telaksananya setiap transaksi. Formulir
merupakan media yang digunakan untuk merekam penggunaan wewenang untuk
memberikan otoriasi terlaksananya transaksi di dalam organisasi. Oleh karena itu,
penggunaan formulir harus diawasi sedemikian tupa guna mengawasi pelaksaan otorisasi. Di
lain pihak, formulir merupakan dokumen yang dipakai sebagai dasar untuk pencataan
transaksi di dalam catatan akuntansi. Prosedur pencatatan yang baik akan menjamin data
yang direkam di dalam formulir dicatat didalam catatan akuntansi dengan tingkat ketelitian
dan keandalan yang tinggi. Dengan demikian prosedur otorisasi akan menjamin
dihasilkannya dokumen sember yang dapat dipercaya, sehingga akan menjadi masukan yang
andal bagi proses akuntansi. Selanjutnya, prosedur pencatatan ysng baik akan menghasilkan
informasi yang teliti dan andal mengenai kekayaan, utang, pendapatan, dan biaya suatu
organisasi.
Dalam perancangan dokumen dan catatan, unsure pengendalian intern yang harus
dipertimbangkan adalah sebagai berikut:
1. Perancangan dokumen bernomor urut tercetak. Penggunaan formulir bernomor urut
bercetak(pre-numbered form), yang pemakaiannya harus dipertanggungjawabkan oleh
yang berwenang, akan dapat menetapkan pertanggungjawaban terlaksananya setiap
transaksi.
2. Pencatatan transaksi harus dilakukan pada saat transaksi terjadi, atau segera setelah
transaksi terjadi. Jika pencatatan transaksi dilakukan dalam jarak waktu yang semakin
jauh dari saat terjadinya transaksi, catatan akuntansi akan semakin kurang
keandalannya dan kemungkinan terjadinya kesalahan semakin tinggi.
3. Perancangan dokumen dan catatan harus cukup sederhana untuk menjamin
kemudahan dalam pemahaman terhadap dokumen dan catatan tersebut.
4. Sedapat mungkin dokumen dirancang untuk memenuhi berbagai keperluan sekaligus.
Sebagai contoh, dokumen faktur penjualan dirancang untuk dasar pencatatan transaksi
penjualan dalam jurnal penjualan, sebagai pemberitahuan jumlah komisi penjualan
kepada wiraniaga (salesperson), dan sebagai dasar pencatatan piutang ke dalam kartu
piutang.
5. Perancangan dokumen dan catatan yang mendorong pengisian data yang benar. Hal
ini dapat dilakukan dengan cara memasukkan unsure pengecekan intern dalam
pengisian dokumen atau catatan. Sebagai contoh, suatu dokumen berisi instruksi yang
jelas tentang cara pengisian dan distribusinya, ruang untuk otorisasi, dan kolom
khusus untuk data berupa angka.
Pengecekan secara independen. Pengecekan secara independen mencakup verifikasi terhadap
(1) pekerjaan yang dilaksanakan sebelumnya oleh individu atau departemen lain atau (2)
penilaian semestinya terhadap jumlah yang dicatat.
Empat aktivitas pengendalian yang terdiri dari: (1) pemisahan fungsi yang memadai,
(2) prosedur otorisasi yang memadai, (3) perancangan dan penggunaan dokumen dan catatan
yang cukup, serta (4) pengendalian fisik atas kekayaan dan catatan memerlukan pengecekan
atau verifikasi intern secara terus menerus untuk memantau efektivitas pelaksaannya. Karena
pengendalian intern cendrung mengalami perubahan karena waktu yang berubah, maka
diperlukan review secara terus menerus terhadap unsur-unsur pengendalian intern. Sebagai
contoh, karyawan cenderung secara sengaja atau tidak sengaja (lupa) tidak mengikuti
prosedur yang telah ditetapkan dalam pelaksaan suatu transaksi jika tidak ada orang lain yang
mengamati dan menilai kinerja mereka.
Untuk menjamin bahwa setiap ksryawan perusahaan melaksanakan aktivitas
pengedalian yang telah ditetapkan, diperlukan pengecekan secara independen terhadap
kinerja karyawan. Cara yang paling murah biayanya adalah dengan pemisahan fungsi
otorisasi transaksi, fungsi penyimpanan, dan fungsi akuntansi. Pemisahan fungsi ini akan
secara otomatis menciptakan verifikasi independen terhadap pelaksanaan masing-masing
fungsi dalam pelaksaan suatu transaksi.
Kunci penting yang diperlukan dalam pelaksaan verifikasi intern ini adalah
independensi karyawan yang melaksanakan verifikasi tersebut. Jika seorang karyawan
melaksanakan suatu tahap transaksi dan kinerjanya akan diverifikasi secara independen oleh
karyawan lain, maka prosedur ini akan menjamin masing-masing karyawan akan bekerja
sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan, karena masing-masing karyawan sadar bahwa
pekerjaannya akan diverifikasi oleh karyawan lainnya. Untuk menjamin independensi,
verifikasi kinerja tidak boleh dilaksanakan oleh karyawan yang kedudukannya di bawah
karyawan yang diverifikasi kinerjanya.
Contoh pengecekan secara independen dan asersi yang berkaitan disajikan berikut ini:
a. Karyawan Bagian Penerimaan memverifikasi kesesuaian jenis, jumlah, dan kualitas
barang yang diterima dari pemasok dengan data barang yang tercantum dalam copy
order pembelian yang diterima dari Bagian Pembelian (asersi keberadaan dan
keterjadian serta kelengkapan).
b. Supervisor penjualan mengecek harga per satuan barang yang tercantum dalam faktur
penjualan yang dibua oleh karyawan dengan harga resmi yang ditetapkan oleh
perusahaan (asersi penilaian atau alokasi)
c. Kepala Bagian Keuangan memverifikasi jumlah yang tercantum dalam formulir cek
yang dibuat oleh karyawan Bagian Utang dengan dokumen yang mendukung cek
tersebut (bukti kas keluar dan dokumen pendukungnya) sebelum ia menandatangani
cek tersebut (asersi penilaian atau alokasi).
d. Kepala Bagian Akuntansi memverifikasi jumlah yang tercantum dalam bukti setor
bank yang diterima kasir dengan printout computer yang berisi total kredit yang
diposting ke buku pembantu piutang usaha (asersi keberadaan dan keterjadian,
kelengkapan dan penilaian dan alokasi)
Pemisahan Fungsi Yang Memadai
Struktur organisasi merupakan kerangka pembagian tugas kepada unit-unit organisasi yang
dibentuk untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan pokok perusahaan. Di dalam perusahaan
manufaktur misalnya, kegiatan pokok perusahaan dibagi menjadi dua: memproduksi dan
menjual produk. Untuk melaksanakan kegiatan pokok tersebut dibentuk departemen
produksi, departemen pemasaran, dan departemen keuangan dan umum. Departemen-
departemen ini kemudia dibagi-bagi lebih lanjut menjadi unit-unit organisasi yang lebih kecil
untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan perusahaan. Pembagian tugas di dalam organisasi ini
didasarkan pada prinsip-prinsip berikut ini:
a. Pemisahan fungsi penyimpanan aktiva dari fungsi akuntansi
b. Pemisahan fungsi otorisasi transaksi dari fungsi penyimpanan aktiva yang
bersangkutan
c. Pemisahan fungsi otorisasi dari fungsi akuntansi
Tujuan pokok pemisahan fungsi ini adalah untuk mencegah dan untuk dapat
dilakukannya dereksi segera atas kesalahan dan ketidakberesan dalam pelaksanaan tugas
yang dibebankan kepada seseorang. Jika seseorang memiliki kesempatan untuk
melakukan kesalahan dan ketidakberesan dalam melaksanakan tugasnya dapat dicegah
atau dapat dideteksi segera oleh unsur-unsur pengendalian intern yang dibentuk, ditinjau
dari sudut pandang pengendalian intern, jabatan orang tersebut merupakan incompatible
occupation. Misalnya fungsi penyimpanan digabungkan di tangan seseorang yang
memiliki fungsi akuntansi, maka penggambungan ke dua fungsi ini akan mengakibatkan
orang tersebut menduduki posisi yang incompatible, karena ia memiliki kesempatan
untuk melakukan kesalahan atau ketidakberesan dengan cara mengubah catatan akuntansi
untuk menutupi kecurangan yang dilakukannya atas aktiva perusahaan yang disimpannya,
tanpa dapat dicegah atau dideteksi segera oleh unsure pengendalian intern yang lain.
Untuk melaksanakan transaksi pembelian dalam perusahaan misalnya, fungsi-fungsi
yang dibentuk adalah: fungsi gudang, fungsi pembelian, fungsi penerimaan dan fungsi
akuntansi, yang masing-masing berfungsi sebagai berikut:
a. Fungsi gudang: Fungsi ini bertanggungjawab mengajukan permintaan pembelian dan
menyimpan barang yang telah diterima oleh fungsi penerimaan. Fungsi gudang
merupakan fungsi penyimpanan.
b. Fungsi pembelian : Fungsi ini melaksanakan pemesanan barang kepada pemasok.
Fungsi pembelian merupakan fungsi operasi
c. Fungsi penerimaan : Fungsi ini bertanggung jawab menerima dan menolak barang
yang diterima dari pemasok. Fungsi penerimaan merupakan fungsi operasi
d. Fungsi akuntansi : Fungsi ini bertanggung jawab mengarsipkan bukti kas keluar di
dalam arsip bukti kas keluar yang belum dibayar sebagai catatan utang yang timbul
dari transaksi pembelian dan mencatat sediaan barang yang diterima dari transaksi
pembelian di dalam kartu sediaan.
Pemisahan fungsi dalam pelaksanaan transaksi pembelian tersebut dilakukan untukmembagi
berbagai tahap transaksi tersebut ke tangan manajer berbagai fungsi yang dibentuk, sehingga
semua tahap transaksi pembelian tidak diselesaikan oleh satu fungsi saja. Dengan demikian
dalam pelaksanaan suatu transaksi terdapat pengecékan intern (internal check) di antara
fungsi yang melaksanakan transaksi. Dengan pemisahan fungsi akuntansi dari fungsi-fungsi
otorisasi transaksi dan fungsi penyimpanan, catatan akuntansi yang diselenggarakan dapat
mencerminkan transaksi sesungguhnya yang dilaksanakan olch unit organisasi yang
memegang fungsi otorisasi transaksi dan fungsi penyimpanan. Penggabungan fungsi otorisasi
transaksi dengan fungsi akuntansi, atau penggabungan fungsi akuntansi dengan fungsi
penyimpanan akan mengakibatkan kemungkinan timbulnya ketidakberesan. Jika misalnya
fungsi penyimpanan disacukan dengan fungsi akuntansi, perangkapan fungsi ini akan
membuka kemungkinan terjadinya pencatatan transaksi yang sebenarnya tidak terjadi,
sehingĝa data akuntansi yang dihasilkan tidak dapar dipercaya kebenarannya, dan sebagai
akibatnya, kckayaan organisasi tidak terjamin keamanannya.
Pengendalian Fisik atas Kekayaan dan Catatan
Cara yang paling baik dalam perlindungan kekayaan dan catatan adalah dengan menyediakan
perlindungan secara fisik. Sebagai contoh penggunaan gudang untuk menjaga sediaan akan
melindungi sediaan dari kemungkinan kerusakan dan pencurian. Penggunaan almari besi
tahan. api untuk penyimpanan uanġ dan surat berharga merupakan perlindungan yang baik
terhadap jenis kekayaan tersebut.
Perlindungan fisik juga diperlukan untuk catatan dan dokumen. Pembuatan kembali
catatan yang rusak akan memcrlukan biaya yang besar dan waktu yang banyak. Dapat
dibayangkan apa yang akan. terjadi jika caratan piutang perusahaan rusak dan dokumen polis
asuransi serta sertifikat piutang wesel hilang. Dengan demikian, perusahaan alkan lebih baik
mengeluarkan biaya untuk penjagaan catatan dan dokumen serta biaya untuk pembuatan
catatan pengganti (backup records) bila dibandingkan dengan menanggung risiko kerugian
sebagai akibat kerusakan atau hilangnya catatan dan dokumen.
Penggunaan alat mekanik dapat juga digunakan untuk menambah jaminan bahwa
informasi akuntansi dicatat secara telid dan tepat waktu. Sebagai contoh penggunaan register
kas akan menambah perlindungan terhadap kas dan ketelitian catatan kas perusahaan.
Review atas Kinerja
Review atas kinerja mencakup review.dan analisis yang dilakukan oleh manajemen atas:
a. Laporan yang meringkas rincian jumlah yang rercantum dalam aloun buku pembantu;
seperti Daftar Umur Piutang Usaha,laporan penjualan menurut daerah pemasaran,
wiraniaga, produk, dan customer.
b. Kinerja sesungguhnya dibandingkan dengan jumlah menurut anggaran, prakiraan,
atau. jumlah cahun yang lalu.
c. Hubungan:antara serangkaian data, seperti data keuangan dengan data nonkeuangan
(contoh, perbandingan antara bed occupancy rate suaru rumah sakit dengan dara
pendapatan dari rawat inap).
Pemantauan
Pemantauan adalah proses penilaian kualicas kinerja pengendalian intern sepanjang
wakru. Pemantauan dilaksanakan oleh personel yang semestinya melakukan pekerjaan
rersebut,baik páda tahap desain maupun pengoperasian pengendalian, pada waktu yang repar,
untük menentukan apakah pengendalian intern beroperasi sebagaimana yang diharapkan, dan
untuk menenrukan apakah pengendalian intern tersebut telah memerlukan perubahan karena
terjadinya perubahan keadaan.
PEMAHAMAN ATAS PENGENDALIAN INTERN DAN PENGUJIAN
PENGENDALIAN
Pengendalian intern yang berlaku dalam entiras merupakan faktor yang mënentukän
keandalan laporan keuanġan yang dihasilkan oleh entitas tersebut. Öleh karena itu, dalam
memberikan pendaparatas kewajaran laporan keuangan yang diauditniya, audiror meletakkan
kepcrcayaan atas efektivicas pengendalian intern dalam mencegah terjadinya kesalahan yang
material dalam proses akuntansi.
Mengapa Auditor Perlu Memperoleh Pemahaman tentang Pengendalian Intern
Kliennya?
Secara umum, auditor perlu memperoleh pemahiaman tentang pengendalian intern
kdiennya untuk perencanaan auditnya. Secara khusus,pemahaman auditor tentang
pengendalian inten yang berkaitan dengan suaru asersi adalah untuk diğunakan dalam
kegiacan berikut ini:
1. Kemungkinan dapat atau tidaknya audir dilaksanakan..
2. Salah saji material yang potensial dapar terjadi.
3. Risiko dereksi.
4. Perancangan pengujian substantif.
Sebagai contoh, dalam memerilsa asersi keberadaan kas, audiror perlu memperoleh
pemahaman rentang pengendalian intern terhadap asersi tersebut.Pertanyaan-perranyaan
berikut ini menuntut audiror untuk memperoleh pemahamän tentang pengendalian yang
berkaitan dengan asersi keberadaan kasi

Pemahaman atas Pengendalian Intern


3 prosedur audit untuk memperoleh pemahaman ata pengendalian intern :
1. Mewawancarai karyawan perusahaan yang berkaitan dengan unsur pengendalian.
2. Melakukan inspeksi terhadap dokumen dan catatan.
3. Melakukan pengamatan atas kegiatan perusahaan.
Pemahaman atas Lingkungan Pengendalian
Informasi tentang lingkungan pengendalian umumnya dikumpulkan oleh auditor dengan
cara : permintaan keterangan dari manajer yang bertanggung jawab atas unsur pengendalian
intern, inspeksi dokumen dan catatan, dan pengamatan atas kegiatan perusahaan.
Contoh : Auditor mengumpulkan informasi tentang kesriusan manajemen puncak terhadap
penggunaan anggaran sebagai alat perencanaan dan sekaligus sebagai alat pengendalian.
Auditor akan meminta keterangan dari manajer departemen anggaran untuk memperoleh
informasi mengenai kebijakan yang ditetapkan oleh manajemen puncak dalam penyusunan
anggaran, tindakan yang dilaksanakan oleh manajemen puncak dalam hal realisasi
menyimpang jauh dari anggaran yang telah ditetapkan. Dari hasil permintaan keterangan ini,
auditor melakukan inspeksi terhadap dokumen anggaran yang dibuat oleh perusahaan,
laporan realisasi anggaran dan laporan tindakan untuk mengatasi penyimpangan pelaksanaan
anggaran.
Pemahaman atas Penaksiran Risiko
Auditor harus mengumpulkan informasi tentang bagaimana manajemen mengindetifikasi
risiko yang berkaitan dengan penyajian laporan keuangan secara wajar dan kepedulian
manajemen terhadap risiko tersebut, serta bagaimana manajemen merancang aktivitas
pengendalian untuk mengatasi risiko tersebut.
Pemahaman atas Informasi dan Komunikasi
SA Seksi 319 memberi panduan tentang informasi yang harus dikumpulkan oleh auditor
untuk memahami sistem akuntansi kliennya :
a. Golongan utama transaksi dalam kegiatan perusahaan.
b. Bagaimana transaksi-transaksi tersebut timbul dan dilaksanakan.
c. Catatan akuntansi, dokumen sumber dan dokumen pendukung ayng digunakan,
informasi yang hanya dapat dibaca dengan mesin (machine-readable information),
akun yang terkait dalam laporan keuangan yang bersangkutan dengan pengolahan dan
pelaporan transaksi.
d. Proses pengolahan data akuntansi yang dilakukan sejak saat transaksi sampai
disajikan dalam laporan keuangan, termasuk bagaimana komputer digunakan untuk
mengolah data tersebut.
e. Proses penyusunan laporan keuangan yang digunakan untuk menyajikan laporan
keuangan perusahaan, termasuk penaksiran akuntasi penting yang digunakan oleh
manajemen.
Pemahaman atas Aktivitas Pengendalian
Informasi tentang aktivitas pengendalian umumnya diperoleh auditor bersamaan dengan
pengumpulan informasi mengenai lingkungan pengendalian dan aktivitas pengendalian.
Contoh : Pada saat auditor mengumpulkan informasi mengenai struktur organisasi yang
bersangkutan dengan transaksi pembelian, auditor akan mengumpulkan sekaligus bagaimana
transaksi pembelian timbul dan manajer yang memberikan otorisasi atas terjadinya transaksi
tersebut.
Pemahaman atas Pemantauan
Auditor harus memahami tindakan-tindakan yang diambil untuk memperbaiki unsur
pengendalian intern berdasarkan informasi yang diperoleh dalam pemantauan. Informasi hasil
pemantauan yang dilakukan oleh auditor intern dan tindakan yang diambil oleh manajemen
untuk mengatasi masalah pengendalian yang ditemukan oleh auditor intern sangat bermanfaat
bagi auditor independen.
Pengujian Pengendalian
Untuk menguji kepatuhan terhadap pengendalian intern, auditor melakukan dua macam
pengujian :
1. Pengujian adanya kepatuhan terhadap pengendalian intern.
Untuk menentukan apakah informasi mengenai pengendalian yang dikumpulkan
benar-benar ada , auditor melakukan dua macam pengujian :
a. Pengujian transaksi dengan cara mengikuti pelaksanaan transaksi tertentu.
Dalam membuktikan adanya kepatuhan pengendalian intern, auditor dapat
memilih transaksi tertentu, kemudian melakukan pengamatan adanya unsur-unsur
pengendalian intern dalam pelaksanaan transaksi tersebut, sejak transaksi dimulai
sampai dengan selesai. Misalnya, auditor memilih transaksi penerimaan kas dari
piutang sebagai objek yang akan dibuktikan adanya kepatuhan pengendalian
internya.
b. Pengujian transaksi tertentu yang telah terjadi dan yang telah dicatat.
Dalam hal ini auditor harus memilih transaksi tertentu kemudian mengikuti
pelaksanaannya (reperforming) sejak awal sampai selesai, melalui dokumen-
dokumen yang dibuat dalam transaksi tersebut dan pencatatannya dalam catatan
akuntansi.

2. Pengujian tingkat kepatuhan terhadap pengendalian intern.


Dalam pengujian tingkat kepatuhan klien terhadap pengendalian intern pembelian,
auditor dapat menempuh prosedur audit berikut ini :
a. Mengambil sampel bukti kas masuk dan memeriksa kelengkapan dokumen
pendukungnya (surat order pembelian, laporan penerimaan barang , dan faktur
dari pemasok) serta tanda tangan pejabat yang berwenang baik dalam bukti kas
keluar maupun dokumen pendukungnya.
b. Melaksanakan pengujian bertujuan ganda (dual-purpose test) yang merupakan
kombinasi antara pengujian yang tujuannya untuk menilai efektivitas
pengendalian intern (pengujian pengendalian) dan pengujian yang tujuannya
menilai kewajaran informasi yang disajikan dalam laporan keuangan (pengujian
substantif).

Dokumen Informasi tentang Pengendalian Intern yang Berlaku


Ada 3 cara yang biasanya digunakan oleh auditor untuk mendokumentasikan informasi
mengenai pengendalian intern yang berlaku dalam perusahaan :
1. Kuesioner pengendalian intern buku (standard internal control questionnaire)
Kelebihan penggunaan kuesioner pengendalian intern baku ini adalah dapat
memberikan pedoman bagi auditor dalam mengajukan pertanyaan mengenai
informasi pengendalian intern yang berlaku dalam berbagai jenis perusahaan.
Kelemahan penggunaan kuesioner pengendalian internal baku :
1. Kemungkinan menimbulkan kecenderungan bagi penanya untuk menyalin
data jawaban yang pernah diperoleh tahun sebelumnya.
2. Seringkali kuesioner pengendalian intern baku yang hanya merupakan cara
untuk mengumpulkan data di anggap sebagai hasil akhir, sehingga penanya
seringkali tidak memahami kenyataan yang ada di balik jawaban ya dan tidak
yang tercantum di dalamnya.
2. Uraian tertulis
Uraian tertulis ini biasanya berisi identitas karyawan yang melaksanakan suatu fungsi
dan uraian terinci cara pelaksanaan fungsinya. Biaya pembuatan uraian tertulis dilakukan jika
terdapat pengendalian intern yang bersifat unik, yang tidak tercakup di dalam kuesioner
pengendalian intern baku.
3. Bagan alir sistem
Dengan cara ini suatu sistem digambarkan dengan menggunakan simbol-simbol
tertentu. Simbol-simbol yang dapat digunakan oleh auditor untuk membuat deskripsi
pengendalian intern kliennya.

SUMBER INFORMASI UNTUK MEMPEROLEH GAMBARAN PENGENDALIAN


INTERN YANG BERLAKU
Sumber informasi yang digunakan oleh auditor dalam melakukan studi terhadap
pengendalian intern kliennya adalah :
1. .Bagan organisasi dan deskripsi jabatan .
2. Buku pedoman akun ( account manual ) .
3. Buku pedoman sistem akuntansi .
4. Permintaan keterangan kepada karyawan inti .
5. Permintaan keterangan kepada karyawan pelaksana .
6. Laporan , kertas kerja , dan program audit auditor intern ( internal auditor ) .
7. Pemeriksaan terhadap catatan akuntansi , dokumen , peralatan mekanis , dan media
lain yang digunakan untuk mencatat transaksi , mengolah data keuangan dan data
operasi .
8. Kunjungan ke seluruh kantor dan pabrik .
9. Laporan mengenai rekomendasi perbaikan pengendalian intern dan laporan auditor
tahur sebelumnya yang telah diterbitkan .

HASIL PEMAHAMAN TERHADAP PENGENDALIAN INTERN


Hasil pemahaman auditor atas pengendalian intern dicantumkan dalam suatu kertas kerja ,
yang berisi kelemahan dan kekuatan pengendalian intern klien , pengaruh kelemahan dan
kekuatan pengendalian intern tersebut terhadap luas prosedur audit yang akan dilaksanakan
dan rekomendasi yang ditujukan kepada klien untuk memperbaiki bagian - bagian yang
lemah dalam pengendalian intern .

AUDIT INTERN ( INTERNAL AUDITING )


Fungsi audit intern merupakan kegiatan penilaian yang bebas , yang terdapat dalam
organisasi , yang dilakukan dengan cara memeriksa akuntansi , keuangan , dan kegiatan lain ,
untuk memberikan jasa bagi manajemen dalam melaksanakan tanggung jawab mereka .
Dengan cara menyajikan analisis , penilaian , rekomendasi dan komentar - komentar penting
terhadap kegiatan manajemen , auditor intern menyediakan jasa tersebut . Audit intern
berhubungan dengan semua tahap kegiatan perusahaan , sehingga tidak hanya terbatas pada
audit atas catatan - catatan ntansi . Untuk mencapai tujuan tersebut , auditor intern
melaksanakan kegiatan - kegiatan berikut ini :
1. Pemeriksaan dan penilaian terhadap efektivitas pengendalian intern dan mendorong
penggunaan pengendalian intern yang efektif dengan biaya yang minimum .
2. Menentukan sampai seberapa jauh pelaksanaan kebijakan manajemen puncak dipatuhi
.
3. Menentukan sampai seberapa jauh kekayaan perusahaan dipertanggungjawabkan dan
dilindungi dari segala macam kerugian .
4. Menentukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh berbagai bagian dalam
perusahaan .
5. Memberikan rekomendasi perbaikan kegiatan - kegiatan perusahaan .

Pemerolehan Pemahaman tentang Fungsi Audit Intern


Auditor biasanya meminta keterangan dari manajemen yang semestinya dan dari staf audit
intern , mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan fungsi audit intern berikut ini :
1. Status auditor intern dalam organisasi entitas .
2. Penerapan standar profesional .
3. Perencanaan audit , termasuk sifat , saat , dan lingkup pekerjaan audit .
4. Akses ke catatan dan apakah terdapat pembatasan atas lingkup aktivitas mereka .

Penentuan Kompetensi Objektivitas Auditor Intern


Kompetensi auditor intern . Pada waktu menentukan kompetensi auditor intern , auditor harus
memperoleh atau memutakhirkan informasi dari audit tahun sebelumnya mengenai faktor -
faktor berikut ini :
1. Tingkat pendidikan dan pengalaman profesional auditor intern .
2. Ijazah profesional dan pendidikan profesional berkelanjutan .
3. Kebijakan , program , dan prosedur audit .
4. Praktik yang bersangkutan dengan penugasan auditor intern .
5. Supervisi dan review terhadap aktivitas auditor intern .
6. Mutu dokumentasi dalam kertas kerja , laporan , dan rekomendasi .
7. Penilaian atas kinerja auditor intern .

Objektivitas auditor intern . Pada waktu menilai objektivitas audinor intern , auditor harus
memperoleh atau memutakhirkan informasi dari tahun sebelumnya mengenai faktor - faktor
berikut ini:
1. Starus organisasi auditor intern yang bertanggung jawab atau fungi audit intern , yang
meliputi :
a. Apakah audit intern melapor kepada pejabat yang memiliki stanu memadai untuk
menjamin lingkup audit yang luas dan memiliki pertimbangan dan tindakan yang
memadai atas temuan - temuan dan rekomendasi auditor intern
b. Apakah auditor intern memiliki akses langrang dan melaporkan secara teratur
kepada dewan komisarjs , komite audit atau manajer pemilik
c. Apakah dewan komisaris , komite sudit , atau manajer pemilik melakukan
pengawaran terhadap keputusan pengangkatan dan pemberhentian yang
bersangkutan dengan auditor intern .
2. Kebijakan untuk mempertahankan objektivitas auditor intern mengenai bidang yang
diaudit, termasuk :
a. Kebijakan pelarangan auditor intern melakukan aktivitas dalam bidang yang dadin ,
yang keluarganya bekerja pada posisi penting atau posisi yang sensitif terhadap audit.
b. Kebijakan pelarangan auditor intern melakukan audit di bidang yang sama dengan
bidang yang baru saja diselesaikannya

Dampak Pekerjaan Auditor Intern atas Audit yang Dilaksanakan oleh Auditor
Independen
Pekerjaan auditor intern dapat berdampak terhadap sifat , saat , dan lingkup audit yang
dilaksanakan oleh auditor independen, yang mencakup:
1. Prosedur yang dilaksanakan oleh auditor pada saat berusaha memahami pengendalian
intern entitas.
2. Prosedur yang dilaksanakan oleh auditor pada saat menaksir risiko.
3. Prosedur substantif yang dilaksanakan oleh auditor.

Pemahaman atas Pengendalian Intern


Tujuan utama fungsi audit intern pada umumnya adalah me - revin , menetapkan , dan
memantau kebijakan dan prosedur pengendalian intern , prosedur yang dilaksanakan oleh
auditor intern dalam bidang ini memberikan informasi yang bermanfaat bagi auditor
independen . Sebagai contoh , auditor intern membuat bagan alir ( flowchart ) sistem
penjualan dan piutang yang dikomputerisasi .

Penaksiran Risiko
Auditor independen menaksir risiko salah saji material baik pada tingkat laporan keuangan
maupun pada tingkat saldo akun atau golongan transaksi .
Tingkat laporan keuangan . Pada tingkat laporan keuangan , auditor independen melakukan
penaksiran menyeluruh atas risiko salah saji material . Pada waktu melakukan penaksiran ini ,
auditor independen harus menyadari bahwa kebijakan dan prosedur pengendalian intern
tertentu mungkin mempunyai dampak luas atas berbagai asersi laporan keuangan .
Tingkat saldo akun atau golongan transaksi . Pada tingkat saldo akun atau golongan
transaksi auditor independen melakukan prosedur untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti
audit tentang asersi manajemen . Auditor independen menetapkan risiko pengendalian untuk
setiap asersi yang signifikan dan melaksanakan pengujian pengendalian ( test of control untuk
mendukung penentuan risiko di bawah maksimum

Prosedur Substantif
Beberapa prosedur yang dilaksanakan oleh auditor intern dapat memberikan bukti langsung
tentang salah saji material dalam asersi mengenai saldo akun atau golongan transaksi
tertentu . Sebagai contoh , auditor intern , sebagai bagian pekerjaannya , dapat melakukan
konfirmasi piutang usaha tertentu dan melakukan pengamatan sediaan fisik tertentu . Hasil
prosedur ini dapat memberikan bukti yang dapat dipertimbangkan oleh auditor independen
dalam membatasi risiko deteksi bagi asersi yang bersangkutan . Sebagai akibatnya , auditor
independen dapat mengubah saat prosedur konfirmasi , jumlah piutang yang dikonfirmasi ,
atau jumlah lokasi sediaan fisik yang diamati .

Penggunaan Auditor Intern dalam Penyediaan Bantuan Langsung bagi Auditor


Independen
Dalam melaksanakan audit , auditor independen dapat meminta bantuan langsung dari auditor
intern . Bantuan langsung berkaitan dengan pekerjaan yang secara spesifik diminta oleh
auditor independen dari auditor intern untuk menyelesaikan beberapa aspek pekerjaan auditor
independen . Sebagai contoh , auditor intern dapat membantu auditor independen dalam
memahami pengendalian intern atau dalam melaksanakan pengujian pengendalian atau
pengujian substantif , sesuai dengan pedoman tentang tanggung jawab auditor independen .

Anda mungkin juga menyukai