Anda di halaman 1dari 16

UJIAN TENGAH SEMESTER

AUDIT II

DISUSUN OLEH :
PRAMESTI REGITA CAHYANI
196602057

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI ENAM ENAM
KENDARI
2021
A. PENGENDALIAN INTERNAL
Didirikan pada tahun 1985, yang merupakan aliansi dari lima organisasi
profesi diantaranya :
a) Financial  Executives International (FEI)
b) The American Accounting Association (AAA)
c) The American Institute  of  Certified  Public  Accountants (AICPA)
d) The  Institute  of  Internal Auditors (IIA)
e) The Institute of Management Accountants (IMA) (formerly the National
Association of Accountants).
Misi utama dari COSO adalah  “Memperbaiki/meningkatkan kualitas laporan
keuangan entitas melalui etika bisnis, pengendalian internal yang efektif, dan
corporate governance.”
1. Pengendalian Internal Menurut COSO
Secara umum, pengendalian internal merupakan bagian dari masing-
masing sistem yang dipergunakan sebagai prosedur dan pedoman operasional
perusahaan atau organisasi tertentu.Perusahaan umumnya menggunakan
Sistem Pengendalian Internal untuk mengarahkan operasi perusahaan dan
mencegah terjadinya penyalahgunaan sistem. Definisi pengendalian internal
yang dikemukan oleh banyak penulis pada umumnya bersumber dari definisi
yang dibuat oleh COSO (The Committee Of Sponsoring Organizations Of
Treadway Commission).
Pada edisi yang baru, COSO (2013) mendefinisikan pengendalian
internal sebagai berikut: "Internal control is a process, affected by an entity's
board of directors, management, and other personnel, designed to provide
reasonable assurance regarding the achievement of objectives relating to
operations, reporting, and compliance"
Pengertian pengendalian internal control menurut COSO tersebut,
dapat dipahami bahwa pengendalian internal adalah proses, karena hal
tersebut menembus kegiatan operasional organisasi dan merupakan bagian
integral dari kegiatan manajemen dasar. Pengendalian internal hanya dapat
menyediakan keyakinan memadai, bukan keinginan mutlak. Hal ini
menegaskan bahwa sebaik apapun pengendalian internal itu dirancang dan
dioperasikan,hanya dapat menyediakan keyakinan yang memadai, tidak dapat
sepenuhnya efektif dalam mencapai tujuan pengendalian internal meskipun
telah dirancang dan disusun sedemikian rupa dengan sebaik baiknya. Bahkan
bagaimanapun baiknya pengendalian
internal yang ideal di rancang, namun keberhasilannya bergantung pada
kompetisi dan kendala dari pada pelaksanaannya dan tidak terlepas dari
berbagai keterbatasan.

Tujuan Pengendalian Internal


Dari beberapa pendapat para ahli dapat dijelaskan bahwa tujuan
pengendalian internal yaitu mencakup tiga hal pokok yang dapat diuraikan
sebagai berikut:
a) Tujuan tujuan operasi yang berkaitan dengan efektivitas dan efisiensi
operasi.
Bahwa pengendalian internal dimaksudkan untuk meningkatkan
efektifitas dan efisiensi dari semua operasi perusahaan sehingga dapat
mengendalikan biaya yang bertujuan untuk mencapai tujuan
organisasi.
b) Tujuan-tujuan pelaporan
Bahwa pengendalian internal dimaksudkan untuk meningkatkan
keandalan data serta catatan catatan akuntansi dalam bentuk laporan
keuangan dan laporan manajemen sehingga tidak menyesatkan
pemakai laporan tersebut dan dapat diuji kebenarannya.
c) Tujuan-tujuan ketaatan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.
Bahwa pengendalian internal dimaksudkan untuk meningkatkan
ketaatan entitas terhadap hukum hukum dan peraturan yang telah
ditetapkan pemerintah, pembuat aturan terkait, maupun kebijakan
kebijakan entitas itu sendiri.
Ketiga tujuan pengendalian internal tersebut merupakan hasil (output)
dari suatu pengendalian internal yang baik, yang dapat dicapai dengan
memperhatikan unsur unsur pengendalian internal yang merupakan proses
untuk menghasilkan pengendalian internal yang baik. Oleh karena itu, agar
tujuan pengendalian internal tercapai, maka perusahaan harus
mempertimbangkan unsur unsur pengendalian internal.
Unsur Unsur Pengendalian Internal
COSO menyatakan mengenai unsur unsur pengendalian internal
sebagai berikut: "Internal control consists of five integrated components:
1. Control Environment
2. Risk Assessment
3. Control Activities
4. Information And Communication
5. Monitoring Activities"
Agar lebih jelas berikut ini akan dijelaskan kelima komponen
pengendalian internal tersebut :
1. Lingkungan Pengendalian (Control Invironment)
Lingkungan Pengendalian terdiri dari tindakan, kebijakan, dan
prosedur yang mencerminkan sikap menyeluruh manajemen puncak, direktur
dan komisaris, dan pemilik suatu entitas terhadap pengendalian dan
pentingnya terhadap satuan usaha tersebut.Komponen yang mendasar
mencerminkan tingkah laku dan filosofi yang dianut manajemen. Lingkungan
Pengendalian dipengaruhi beberapa faktor :
a) Integritas dan nilai-nilai etika dari klien
b) Komitmen terhadap kompetensi
c) Dewan komisaris/komite audit
d) Filosofi dan gaya bisnis manajemen
e) Struktur organisasi
f) Pelimpahan wewenang dan tanggung jawab
g) Prosedur dan kebijakan sdm
2. Penilaian Risiko (Risk Assessment)
Menurut COSO, penilaian risiko melibatkan proses yang dinamis dan
interaktif untuk mengidentifikasi dan menilai risiko terhadap pencapaian
tujuan. Risiko itu sendiri dipahami sebagai suatu kemungkinan bahwa suatu
peristiwa akan terjadi dan mempengaruhi pencapaian tujuan entitas, dan risiko
terhadap pencapaian seluruh tujuan dari entitas ini dianggap relatif terhadap
toleransi risiko yang ditetapkan. Oleh karena itu, penilaian risiko membentuk
dasar untuk menentukan bagaimana risiko harus dikelola oleh organisasi
Prinsip-prinsip yang mendukung penilaian risiko menurut COSO sebagai
berikut:
 Organisasi menetapkan tujuan dengan kejelasan yang cukup untuk
memungkinkan identifikasi dan penilaian risiko yang berkaitan dengan
tujuan.
 Organisasi mengidentifikasi risiko terhadap pencapaian tujuan di
seluruh entitas dan analis risiko sebagai dasar untuk menentukan
bagaimana risiko harus dikelola.ü Organisasi mempertimbangkan
potensi kecurangan dalam menilai risiko terhadap pencapaian tujuan.
 Organisasi mengidentifikasi dan menilai perubahan yang signifikan
dapat mempengaruhi sistem pengendalian internal.

3. Aktivitas Pengendalian (Control Activities)


Prosedur pengendalian ditetapkan untuk memberikan jaminan yang
wajar bahwa sasaran bisnis akan dicapai, termasuk pencegahan penggelapan,
kita akan membahas secara singkat prosedur pengendalian yang dapat
dipadukan dengan sistem akuntansi. Prosedur-prosedur tersebut adalah :
a) Pegawai yang kompeten, perputaran tugas dan cuti wajib
Sistem akuntansi yang baik memerlukan prosedur untuk memastikan bahwa
para karyawan mampu melaksanakan tugas yang diembannya.Karena itu, para
karyawan bagian akuntansi harus mendapat pelatihan yang memadai dan
diawasi dalam melaksanakan tugasnya.Ada baiknya juga bila dilakukan
perputaran atau rotasi tugas di antara karyawan klerikal dan mengharuskan
para karyawan nonklerikal untuk mengambil cuti.Kebijakan ini mendorong
para karyawan untuk menaati prosedur yang digariskan.Disamping itu,
kesalahan atau penggelapan dapat dideteksi.
b) Pemisahan tanggungjawab untuk operasi yang berkaitan
Untuk mengurangi kemungkinan terjadinya ketidakefisienan, kesalahan dan
penggelapan, maka tanggungjawab untuk operasi yang berkaitan harus dibagi
kepada dua orang atau lebih.Misalnya, tanggungjawab untuk pembelian,
penerimaan dan pembayaran atas perlengkapan komputer harus dibagi kepada
tiga orang atau departemen. Jika orang yang sama melakukan pemesanan,
memeriksa penerimaan atas barang yang dipesan dan melakukan pembayaran
kepada pemasok, maka penyelewengan bisa terjadi. Upaya-upaya pengecekan
yang akan timbul akibat dibaginya tanggungjawab kepada berbagai
departemen tidak perlu menyebabkan tumpang tindih tugas. Dokumen
perusahaan yang disiapkan oleh suatu departemen dirancang agar
terkoordinasi dan saling mendukung dengan dokumen yang disiapkan oleh
departemen lain.
c) Pemisahan operasi, pengamanan aktiva dan akuntansi
Kebijakan pengendalian harus menetapkan pihak-pihak yang
bertanggungjawab atas berbagai aktifitas usaha.Untuk
mengurangikemungkinan timbulnya kesalahan dan penggelapan, maka
tanggungjawab atas operasi, pengamanan aktiva dan akuntansi harus
dipisahkan. Selanjutnya, catatan akuntansi akan digunakan sebagai alat
pengecekan independen terhadap mereka yang bertugas mengamankan aktiva
dan mereka yang berkecimpung dalam operasi usaha.
d) Prosedur pembuktian dan pengamanan
Prosedur pembuktian dan pengamanan harus digunakan utnuk melindungi
aktiva dan memastikan bahwa data akuntansi dapat dipercaya.Hal ini dapat
diterapkan pada banyak hal seperti prosedur otorisasi, persetujuan dan
rekonsiliasi.
4. Informasi Dan Komunikasi (Information And Communication)
COSO menjelaskan bahwa informasi sangat penting bagi setiap
entitas untuk melaksanakan tanggung jawab pengendalian internal guna
mendukung pencapaian tujuan-tujuannya.Informasi yang diperlukan
manajemen adalah informasi yang relevan dan berkualitas baik yang berasal
dari sumber internal maupun eksternal dan informasi yang digunakan untuk
mendukung fungsi komponen-komponen lain pengendalian internal.
Informasi diperoleh ataupun dihasilkan melalui proses komunikasi antar pihak
internal maupun eksternal yang dilakukan secara terus- menerus, berulang,
dan berbagi. Kebanyakan organisasi membangun suatu sistem informasi
untuk memenuhi kebutuhan informasi yang andal, releva,n dan tepat waktu.
Ada 3 prinsip yang mendukung komponen informasi dan komunikasi dalam
pengendalian internal menurut COSO, yaitu:
 Organisasi memperoleh atau menghasilkan dan menggunakan
informasi yang berkualitas dan yang relevan untuk mendukung fungsi
pengendalian internal.
 Organisasi secara internal mengkomunikasikan informasi, termasuk
tujuan dan tanggung jawab untuk pengendalian internal dalam rangka
mendukung fungsi pengendalian internal.
 Organisasi berkomunikasi dengan pihak internal mengenai hal-hal
yang mempengaruhi fungsi pengendalian internal.

5. Aktivitas Pemantauan (Monitoring Activities)


Aktivitas pemantauan menurut COSO merupakan kegiatan evaluasi
dengan beberapa bentuk apakah yang sifatnya berkelanjutan, terpisah maupun
kombinasi keduanya yang digunakan untuk memastikan apakah masing-
masing dari kelima komponen pengendalian internal mempengaruhi fungsi
fungsi dalam setiap komponen, ada dan berfunsi. Evaluasi
berkesinambungan ,(terus menerus) dibangun ke dalam proses bisnis pada
tingkat yang berbeda dari entitamenyajikanyajikan informasi yang tepat
waktu. Evaluasi terpisah dilakukan secara periodik, akan bervariasi dalam
lingkup dan frekuensi tergantung pada penilaian risiko, efektifitas evaluasi
yang sedang berlangsung, bahan pertimbangan manajemen lainnya. Temuan-
temuan dievaluasi terhadap kriteria yang ditetapkan oleh pembuat kebijakan,
lembaga-lembaga pembuat standar yang diakui atau manajemen dan dewan
direksi, dan kekurangan kekurangan yang ditemukan dikomunikasikan kepada
manajemen dan dewan direksi.
Kegiatan pemantauan meliputi proses penilaian kualitas kinerja
pengendalian internal sepanjang waktu, dan memastikan apakah semuanya
dijalankan seperti yang diinginkan serta apakah telah disesuaikan dengan
perubahan keadaan. Pemantauan seharusnya dilakukan oleh personal yang
semestinya melakukan pekerjaan tersebut, baik pada tahap desain maupun
pengoperasian pengendalian pada waktu yang tepat, guna menentukan apakah
pengendalian internal beroperasi sebagaimana yang diharapkan dan untuk
menentukan apakah pengendalian internal tersebut telah disesuaikan dengan
perubahan keadaan yang selalu dinamis.
Secara singkat dapat dikatakan bahwa pemantauan dilakukan untuk
memberikan keyakinan apakah pengendalian internal telah dilakukan secara
memadai atau tidak.Dari hasil pemantauan tersebut dapat ditemukan
kelemahan dan kekurangan pengendalian sehingga dapat diusulkan
pengendalian yang lebih baik.

Keterbatasan Pengendalian Internal


Pelaksanaan struktur pengendalian internal yang efisien dan efektif
haruslah mencerminkan keadaan yang ideal.Namun dalam kenyataannya hal
ini sulit untuk dicapai, karena dalam pelaksanaannya struktur pengendalian
internal mempunyai keterbatasan-keterbatasan.COSO menjelaskan bahwa
pengendalian internal tidak bisa mencegah penilaian buruk atau keputusan,
atau kejadian eksternal yang dapat menyebabkan sebuah organisasi gagal
untuk mencapai tujuan operasionalnya. Dengan kata lain bahwa sistem
pengendalian internal yang efektif dapat mengalami kegagalan.
Lebih lanjut dikemukakan bahwa keterbatasan-keterbatasan yang ada
nungkin terjadi sebagai hasil dari penetapan tujuan-tujuan yang menjadi
prasyarat untuk pengendalian internal tidak tepat, penilaian manusia dalam
pengendalian keputusan yang dapat salah dan bias, faktor
kegagalan/kesalahan manusia sebagai pelaksana, kemampuan manajemen
untuk mengesampingkan pengendalian internal, kemampuan manajemen,
personel lainnya, ataupun pihak ketiga untuk menghindari kolusi, dan juga
peristiwa-peristiwa eksternal yang berada di luar kendali organisasi.
Keterbatasan bawaan yang melekat dalam setiap pengendalian internal
sebagaimana dikekukakan oleh mulyadi (2003) yaitu:
1. Kesalahan dalam pertimbangan
2. Gangguan
3. Kolusi
4. Pengabaian oleh manajemen
5. Biaya lawan manfaat

Kelemahan Dan Kelebihan


COSO ERM –Integrated Framework memiliki keunggulan esensial
dalam memberikan panduan yang lebih mendetail dan komprehensif.
Keberadaan prinsip manajemen risiko, penetapan konteks eksternal, dan
pemisahan antara kerangka kerja dengan proses manajemen risiko menjadi
keunggulan kompetitif yang dimiliki. Namun pada akhirnya, dalam memilih
standar terbaik untuk diimplementasikan, keunikan pada kedua standar
tersebut perlu dipertimbangkan dan disesuaikan dengan sasaran, karakteristik,
dan regulasi yang berlaku pada organisasi.Dalam penerapannya, organisasi
juga dapat mengadaptasi dan mengkombinasikan komponen-komponen
tertentu pada kedua rujukan tersebut untuk membangun sistem manajemen
risiko tersendiri yang efektif bagi organisasinya.

Pentingnya Pengendalian Internal


Pentingnya pengendalian internal bagi perusahaan dipengaruhi oleh
struktur pengendalian internal pada perusahaan meliputi:
a) Luas dan ukuran entitas perusahaan yang sangat kompleks . Hal ini
mengakibatkan manajemen harus percaya pada laporan –laporan serta
analisis-analisis untuk operasi pengendalian yang efektif.
b) Pengecekan dan penelaahan melekat pada pengendalian internal yang
baik. Hal ini mempunyai arti bahwa pengendalian mampu mencegah
kelemahan manusia dan mengurangi kemungkinan kesalahan dan
penyimpangan yang terjadi.
c) Pengandalian internal dapat dipraktekkan oleh akuntan pemeriksa
untuk mengaudit perusahaan dengan biaya yang terbatas.

B. STRATEGI AUDIT
Strategi audit adalah aktivitas yang pertama kali dilakukan dari seluruh
rangkaian kegiatan audit. Strategi audit dapat didefinisikan sebagai proses
penyusunan arahan atau petunjuk audit dan penyelarasan antara pemahaman auditor
atas kegiatan auditan dengan fokus audit yang akan dilakukan. Auditor harus
mempertimbangkan kegiatan utama (main activity) auditan dan indikator kinerja
untuk industri atau perusahaan sejenis yang dapat berpengaruh terhadap proses audit.
Auditor perlu juga mengidentifikasi faktor-faktor penting bagi keberhasilan
pelaksanaan audit, baik dalam menyusun program audit untuk merumuskan opini
audit maupun dalam menyediakan jasa pelayanan profesional bermutu lainnya yang
diharapkan auditan.
Auditor bertanggung jawab dalam mengembangkan strategi audit dan
mengkomunikasikannya kepada anggota tim audit lainnya. Auditor dapat pula
mendelegasikan beberapa elemen dalam menyusun strategi audit dan mencari
masukan dari pihak lain yang lebih kompeten. Untuk auditan yang memiliki lebih
dari satu divisi atau bagian dengan usaha atau kegiatan yang berbeda dapat
dipertimbangkan untuk menyusun strategi audit yang berbeda untuk masing-masing
divisi atau bagian.
Auditor menggunakan bermacam teknik untuk menentukan seberapa besar
ketergantungan relatif untuk menempatkan dalam pengendalian dan tes substantif
pada penemuan bukti.Auditor mengidentifikasikan kontrol kemudian membuat
keputusan bagaimana pengendalian terkait mempengaruhi tes substantif.
Jenis – Jenis Strategi Audit
Dua alternatif strategi audit mungkin dikembangkan untuk asersi terkait saldo
akun yang signifikan atau penggolongan transaksi.
1) Primarily substantive approach ( Pendekatan Terutama Substantif )
Auditor mengumpulkan hampir semua bukti audit, dan hampir atau sama
sekali tidak mempercayai Internal Control. Pada dasarnya ada tiga alasan auditor
menggunakan pendekatan ini :
a) Hanya ada sedikit (jika ada) kebijakan dan prosedur pengendalian internal
yang relevan dengan perikatan audit atas Laporan Keuangan.
b) Kebijakan dan prosedur pengendalian internal yang berkaitan dengan asersi
untuk akun dan golongan transaksi signifikan tidak efektif.
c) Peletakan kepercayaan besar terhadap pengujian substantif lebih efisien untuk
asersi tertentu.
1) Lower Control risk approach
Auditor meletakkan kepercayaan moderat atau tingkat kepercayaan
penuh terhadap pengendalian internal, akibatnya audit hanya sedikit
melaksanakan pengujian substantif.
Perbandingan dua strategi audit dapat dilihat dibawah ini :
Primarily Substantive Lower Control Risk
Comparasion
Approach Approach
1. Asersi dari risiko a. Tingkat menengah a. Tingkat moderat –
kontrol – maksimum rendah
2. Keluasan prosedur b. Sedikit b. Lebih luas
untuk memperoleh c. Sedikit c. Luas
pemahaman d. Luas d. Terbatas
pengendalian internal
3. Pengujian dari
kontrol
4. Pengujian substantive

Dalam memilih alternatif strategi audit tersebut, auditor


mempertimbangkan faktor-faktor sebagai berikut:
a) Planned assessed level of control risk
b) Luas pemahaman auditor terhadap struktur pengendalian interaln yang
dihimpun
c) Test of control yang dilaksanakan dalam menentukan risiko
pengendalian
d) Planned assessed level of substantive test yang dilaksanakan auditor
untuk mengurangi risiko audit pada tingkat serendah mungkin.
Tingkat risiko pengendalian yang direncanakan (Planned assessed
level of control risk) yang tinggi, berarti auditor mengangap bahwa struktur
pengendalian internal klien adalah sangat efektif dan dapat mengurangi
kemungkinan salah saji.Oleh karena itu, auditor harus menguji kebenaran
anggapannya tersebut.Auditor lebih banyak melakukan pengujian
pengendalian. Tingkat risiko pengendalian yang direncanakan (Planned
assessed level of control risk) yang rendah, berarti auditor menganggap bahwa
struktur pengendalian intern klien sangt tidak efektif dan tidak akan dapat
mencegah terjadinya salah saji. Oleh karena itu, auditor kemudian menguji
apakah salah saji yang tak terdeteksi oleh struktur pengendalian intern klien
tersebut, dapat dideteksi oleh prosedur audit.Oleh karena itu, auditor
melakukan pengujian substantif.

Pentingnya Strategi Audit


Strategi audit adalah elemen fundamental dalam pelaksanaan audit.
Proses penyusunan strategi memungkinkan auditor untuk:
a) dapat diungkapkan dengan cara-cara yang relevan bagi manajemen
auditan.
b) Memahami kegiatan auditan, dalam sektor atau industri apa auditan
bergerak dan tujuan kegiatan auditan.
c) Memahami keefektifan pengendalian internal dan merancang
pendekatan audit.
d) Mendapatkan bukti audit yang efektif.
e) Memperlancar komunikasi dengan manajemen auditan dan antar
anggota tim audit itu sendiri.
KASUS PT.TELKOM INDONESIA

1. Studi Kasus PT Telkom Indonesia


Untuk melakukan audit atas Laporan Konsolidasi Keuangan dalam rangka
pelaksanaan Audit atas Laporan Keuangan Konsolidasi Tahun Buku 2002,
Perusahaan Perseroan (Persero) PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk. menunjuk
Kantor Akuntan Publik (KAP) Drs. Eddy Pianto. Pada audit ini disusun oleh PT
TELKOM selaku induk perusahaan yang di dalamnya berisi laporan keuangan
masing-masing anak perusahaannya.
Salah satu anak perusahaan yang laporan keuangannya tahun 2002-nya dimasukan
adalah PT. Telekomunikasi Seluler (TELKOMSEL). Bahwa audit TELKOMSEL
dilakukan oleh KAP Hadi Sutanto dan Rekan, bahwa kaitannya KAP Hadi Sutanto
melanggar undang-undang nomor 5 tahun 1999. Dimana dengan sengaja memberi
interpretasi yang salah terhadap PT Telkom, PT Telkomsel dan United States
Securities and Exchange Commission mengenai ketentuan standar audit Amerika.
Dengan demikian menghalangi KAP Eddy Pianto untuk melakukan audit dan
meminta kejelasan sebagai first layer dalam pengauditan sebelumnya, sehingga
auditor kedua tesebut mengalami kesulitan. Karena banyak hal-hal yang harus dikaji
ulang, dimana KAP Eddy Pianto dapat meneruskan hasil audit yang sebelumnya
telah dilakukan oleh KAP Hadi Sutanto. Hal tersebut menyebabkan KAP Eddy
Pianto terhalangi untuk bersaing di lantai bursa.
Karena audit PT Telkomsel mengacu pada standar audit Amerika maka harus
mengikuti aturan SEC. PT Telkomsel membuka bursa di New York Stock Exchange,
dengan demikian aturan luar negeri tempat NYSE harus diikuti. Yakni salah satunya
yang harus dijalani adalah filling 20-F yaitu form laporan keuangan dan laporan
manajemen dengan KAP yang terpercaya.
Sebagai perusahaan yang sahamnya tercatat di bursa, PT Telkom mempunyai
kewajiban untuk menyampaikan laporan keuangannya yang telah diaudit oleh auditor
independen secara berkala tiap tahunnya. Sedangkan syarat-syarat auditor untuk
mengaudit PT. Telkomsel haruslah KAP yang mempunyai kriteria sebagai berikut :
Kualitas audit yang optimal
Ketepatan waktu penyelesaian audit
Harga jasa yang wajar
Merupakan akuntan publik Indonesia yang mempunyai afiliasi dengan Kantor
Akuntan Publik Internasional yang termasuk 5 (lima) besar dunia mempunyai
rencana untuk peningkatan internal control dari perseroan guna mendukung kualitas
laporan keuangan perseroan tanpa mengurangi kualitas dan independensi audit.

2. Sanksi Terhadap KAP Eddy Pianto


Bahwa berdasarkan Surat Bapepam kepada KAP Eddy Pianto Nomor: S-
1381/PM/2003 tanggal 16 Juni 2003 perihal Kewajiban untuk Tidak Melakukan
Kegiatan Usaha di Bidang Pasar Modal, Bapepam mewajibkan Eddy Pianto Simon,
partner KAP Eddy Pianto, untuk tidak melakukan kegiatan usaha di pasar modal
terhitung sejak tanggal surat ini sampai diputuskan lebih lanjut oleh Bapepam.
Keputusan tersebut didasarkan pada penolakan Laporan Keuangan Konsolidasi PT.
Telkom tahun Buku 2002 oleh SEC yang menyebabkan perdagangan saham PT.
Telkom yang tercatat di New York Stock Exchange dalam bentuk IDR dihentikan
sementara dan diduga menyebabkan harga saham PT. Telkom di Bursa Efek Jakarta
turun secara signifikan dari harga penutupan sehari sebelumnya, serta memberikan
pengaruh yang cukup signifikan terhadap penurunan Indeks Harga Saham Gabungan.
Maka KAP Jimmy Budhi menjadi pengganti KAP Eddy Pianto.
Karena first layer tidak digunakan maka jasa audit ini merosot dan berimbas pada
persaingan jasa audit. Para pemegang saham menjadi enggan untuk menggunakan
jasa Kantor Akuntan Publik yang independen dan merosotnya kepercayaan pada
auditor lokal. KAP Hadi Sutanto dan rekan menimbulkan ketidakpastian usaha bagi
auditor karena kewenangan mereka untuk melakukan kegiatan jasa audit dapat
dipermasalahkan oleh sesama auditor yang seharusnya saling bekerjasama dan
menghormati satu sama lain.
3. Pelanggaran Pasal 107 Undang-undang nomor 8 Tahun 1995 Oleh KAP Hadi
Sutanto Dan Rekan
Dalam Pasal 107, “Setiap Pihak yang dengan sengaja bertujuan menipu atau
merugikan Pihak lain atau menyesatkan Bapepam, menghilangkan, memusnahkan,
menghapuskan, mengubah, mengaburkan, menyembunyikan, atau memalsukan
catatan dari Pihak yang memperoleh izin, persetujuan, atau pendaftaran termasuk
Emiten dan Perusahaan Publik diancam dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga)
tahun dan denda paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).”
Dalam pasal tersebut dapat dikaji apabila ada pihak yang bertujuan untuk merugikan
atau menyesatkan. Dalam kasus diatas dapat dilihat KAP Hadi Sutanto dan rekan
mencoba untuk menyesatkan dan merugikan. Merugikan para pemegang saham dari
perseroan induk maupun anak perusahaannya yakni TELKOM dan TELKOMSEL.
Karena hasil auditnya tidak diberikan izin maka KAP Eddy Pianto dan rekan
mengalami kesulitan dalam mengacu auditnya.
Yang tidak relevan adalah permintaan KAP HS untuk melihat keseluruhan form 20-F
yang tidak ada hubungannya dengan mereka sama sekali. Bahkan, jika itu merupakan
alasan mereka untuk tidak memberikan izin merupakan alasan yan tidak berdasar
hukum sama sekali. Sebagai first layer, KAP HS seharusnya memberikan kemudahan
bagi KAP selanjutnya yang akan menggatikannya. Dalam peraturan pasar modal
yang dikeluarkan oleh Bapepam tidak memperbolehkan persaingan yang tidak sehat.
Sebagai sesama auditor seharusnya saling menghormati dan tidak saling menjatuhkan
reputasi. “Mengaburkan” dan “menyembunyikan” dalam pasal tersebut juga dapat
diterapkan pada tindakan yang dilakukan oleh KAP HS. Mengaburkan karena tidak
mengizinkan acuan sehingga KAP EP harus memulainya lagi dari bawah tanpa tahu
dokumen-dokumen apa saja yang pernah di audit. Dan menyembunyikan hasil audit
beserta opininya sehingga PT Telkom melakukan inpermission atas hasil kerja KAP
HS yang saat itu waktunya sangat terbatas.
Dengan demikian pasal 107 ini dapat diterapkan pada kasus yang menimpa Kantor
Audit Publik (KAP) Hadi Sutanto dan rekan yang telah merugikan PT
Telekomunikasi Indonesia. Tbk (Telkom), PT. Telekomunikasi Seluler (Telkomsel),
Kantor Audit Publik (KAP) Eddy Pianto dan rekan, Bapepam, dan SEC. Karena
kecerobohannya tersebut indeks harga saham gabungan Telkom anjlok dan
mengalami kerugian karena adanya isu tidak transparansi keuangannya.

4. Ketertarikan Terhadap Kasus Audit PT Telkom


Masalah audit yang dialami PT Telkom menjadi menarik karena terdapat dua KAP
yang saling tidak harmonis yaitu KAP Hadi Sutanto partner PwC dan KAP Eddy
Pianto partner Grant Thornton. KAP HS dalam perjalanannya mengundurkan diri
dalam mengaudit PT Telkomsel dikarenakan untuk menghindari kerugian jika
berafiliasi dengan KAP EP. Alasan pengunduran diri KAP HS diantaranya adalah :
KAP HS tidak mau berafiliasi dengan KAP EP
KAP HS meragukan hak praktek KAP EP di hadapan BAPEPAM AS.
KAP HS mengetahui bahwa SEC (Security Exchange Commision) tidak mengakui
keberadaan KAP EP berkaitan dengan keraguannya atas kompetensi dan
independensi yang dimiliki oleh auditornya.
Karena waktunya sangat terbatas KAP EP meminta hasil audit yang dahulu pernah
dilakukan oleh KAP HS, tetapi KAP HS menolak untuk memberitahu hasil audit
yang pernah dilakukannya. Penolakan izin tehadap hasil audit sebelumnya
dikarenakan KAP HS tidak diperbolehkan untuk melihat 20-F milik Telkom.

5. Solusi dari Kasus Audit PT Telkom


KAP HS dan KAP EP dikenakan sanksi yang berbeda. Sanksi yang diberikan kepada
KAP HS yaitu KAP HS harus membayar denda sebesar Rp20 Milyar ke Kas Negara
dengan uang paksa sebesar Rp10 juta per hari. Denda itu harus dibayar maksimal 30
hari setelah pemberitahuan keputusan dari KPPU (Komisi Pengawas Persaingan
Usaha). Sanksi ini dikenakan karena KAP HS dan Rekan terbukti bersalah dan
mengakibatkan rusaknya kualitas audit KAP EP atas laporan keuangan konsolidasi
PT. Telkom tahun buku 2002. KAP HS juga melanggar kode Etik Akuntan
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai