Anda di halaman 1dari 24

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

I.1.1 Konsep Pengendalian Internal

I.1.1.1 Pengertian Pengendalian Internal

Hartanto dalam Mardi (2011, p.59) mendefinisikan bahwa pengendalian

internal dibedakan dalam arti yang sempit dan arti yang luas :

Pengendalian internal dalam arti sempit disamakan dengan internal check yang

merupakan mekanisme pemeriksaan ketelitian data administrasi. Sedangkan

pengendalian internal dalam arti yang luas disamakan dengan management

control yang merupakan system yang mencangkupi semua cara yang dipakai

oleh pimpinan untuk mengawasi dan mengendalikan perusahaan.

Pengendalian internal menurut PSA No. 69 merupakan suatu proses yng

dijalankan oleh dewan komisaris manajemen, dan personel lain yang didesain untuk

memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan berikut

ini : (a) keandalan pelaporan keuangan, (b) efektivitas dan efisiensi operasi, dan (c)

kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.

Menurut Mulyadi (2017, p.129) pengendalian internal meliputi struktur

organisasi, metode dan ukuran- ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga aset

organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi

dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen. Pengertian pengendalian internal


tersebut berlaku baik dalam perusahaan yang mengolah informasinya secara manual,

dengan mesin pembukuan, maupun dengan komputer.

Berdasarkan uraian pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa pengendalian

internal merujuk pada serangkaian kebijakan, prosedur, dan praktik yang dirancang

dan diimplementasikan oleh manajemen suatu organisasi untuk membantu mencapai

tujuan organisasi dengan efektif dan efisien dalam melindungi aset organisasi,

memastikan akurasi dan keandalan informasi keuangan, mempromosikan kepatuhan

terhadap peraturan dan kebijakan, serta meningkatkan efisiensi operasional.

I.1.1.2 Tujuan Pengendalian internal

Pengendalian internal yang dibuat atau dirancang di suatu perusahaan harus

mempunyai beberapa tujuan. Tujuan pengendalian internal menurut (Mardi, 2011:59)

adalah sebagai berikut:

1. Menjaga keamanan aset perusahaan;

2. Mengawasi ketelitian dan kebenaran informasi akuntansi:

3. efisiensi operasional perusahaan; dan

4. Membantu menjaga kebijaksanaan manajemen yang telah ditetapkan.


I.1.1.3 Unsur – Unsur Pengendalian Internal

Adapun unsur-unsur sistem pengendalian internal menurut Mardi (2011:60)

adalah sebagai berikut:

1. Struktur organisasi

Struktur organisasi adalah suatu kerangka pemisahan tanggung jawab secara

tegas berdasarkan fungsi dan tingkatan unik yang dibentuk. Prinsip dalam menyusun

struktur organisasi yaitu pemisahan antara setiap fungsi yang ada dan suatu fungsi

jangan diberi tanggung jawab penuh melakukan semua tahapan kegiatan, hal ini

bertujuan agar tercipta mekanisme saling mengendalikan antarfungsi secara

maksimal.

2. Sistem wewenang dan prosedur pencatatan dalam organisasi

Struktur organisasi harus dilengkapi dengan uraian tugas yang mengatur hak

dan wewenang masing-masing tingkatan beserta seluruh jajarannya. Uraian tugas

harus didukung petunjuk prosedur berbentuk peraturan pelaksanaan tugas disertai

penjelasan mengenai pihak-pihak yang berwenang mengesahkan kegiatan, kemudian

berhubungan dengan pencatatan harus disertai pula prosedur yang baku. Prosedur

pencatatan yang baik menjamin ketelitian dan keandalan data dalam perusahaan.

3. Pelaksanaan kerja secara sehat

Tata cara kerja secara sehat yaitu pelaksanaan yang dibuat sedemikian rupa

sehingga mendukung tercapainya tujuan pengendalian internal yang ditunjukkan

dalam beberapa carn. Unsur kehati-hatian (prudent) penting dijaga supaya tidak
seorang pun menangani transaksi dari awal sampai akhir sendirian, harus rolling antar

pegawai, mengerjakan berbagai tugas yang telah diberikan, memeriksa kekurangan

dalam pelaksanaan, serta menghindari kecurangan.

4. Pegawai berkualitas

Salah satu unsur pokok penggerak organisasi adalah karyawan, karyawan harus

berkualitas supaya organisasi mempunyai citra berkualitas. Secara umum, kualitas

karyawan ditentukan oleh tiga aspek, yaitu pendidikan, pengalaman, dan akhlak.

Bukan hanya berkualitas, tetapi keseimbangan tanggung jawab dan pembagian tugas

perlu diperhatikan. Pegawai yang berkualitas dapat ditentukan berdasarkan proses

rekruitmen yang dilakukan kepada mereka, apakah berbasis profesional atau

berdasarkan charity (kedekatan teman).

I.1.1.4 Komponen Pengendalian Internal

Menurut Agoes (2012, pp. 100–102) menjelaskan terdapat lima komponen dari

suatu pengendalian internal yang saling berkaitan, yaitu :

1. Lingkungan Pengendalian

Lingkungan pengendalian mengatur corak suatu organisasi dan mempengaruhi

kesadaran pengendalian karyawannya. Lingkungan pengendalian merupakan dasar

untuk semua komponen pengendalian internal lainnya dan menyediakan disiplin

dan struktur. Lingkungan pengendalian mencakup hal- hal berikut :

a. Integritas dan nilai etika


b. Komitmen terhadap kompetensi

c. Struktur organisasi

d. Partisipasi komite audit atau dewan komisaris

e. Pemberian wewenang dan tanggung jawab

f. Kebijakan dan praktik sumber daya manusia

2. Aktivitas Pengendalian

Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang membantu

memastikan bahwa arahan manajemen dilaksanakan. Aktivitas tersebut membantu

memastikan bahwa tindakan yang diperlukan untuk menanggulangi risiko telah

diterapkan untuk mencapai tujuan perusahaan.

Aktivitas pengendalian mempunyai berbagai tujuan dan diterapkan pada tingkat

organisasi dan fungsional yang berbeda. Umumnya aktivitas pengendalian yang

mungkin relevan dengan audit dapat digolongkan sebagai kebijakan dan prosedur

yang berkaitan dengan hal-hal berikut ini :

a. Review terhadap kinerja

b. Pengolahan informasi

c. Pengendalian Fisik

d. Pemisahan tugas

3. Penaksiran Risiko

Risiko yang terkait pada informasi keuangan meliputi keadaan internal dan

keadaan eksternal yang mungkin terjadi serta berdampak negatif mempengaruhi


kemampuan bagi perusahaan dalam mencatat, memproses, meringkas, dan

menyajikan data keuangan secara konsisten sesuai pada pernyataan manajemen

dalam laporan keuangan. Risiko akan muncul atau bahkan berubah karena

disebabkan oleh hal-hal berikut ini:

a. Perubahan pada lingkungan kerja

b. Personel baru

c. Sistem informasi yang baru atau yang sudah diperbaharui

d. Teknologi baru

e. Lini produk, produk, atau aktivitas baru

f. Restrukturisasi korporasi

g. Operasi luar negeri

h. Standar akuntansi baru

4. Informasi dan Komunikasi

Sistem informasi yang relevan dengan tujuan pelaporan keuangan, termasuk

sistem akuntansi, terdiri dari metode dan catatan yang dibuat untuk mencatat,

memproses, meringkas, dan melaporkan melaporkan transaksi entitas (baik

peristiwa maupun kondisi) dan untuk menjaga tanggung jawab atas aset,

kewajiban atau utang , dan ekuitas yang terlibat. Kualitas informasi yang

dihasilkan oleh sistem ini mempengaruhi kemampuan manajemen untuk membuat

keputusan tepat dalam aktivitas entitas pengendali dan penyusunan laporan

keuangan yang andal.


Komunikasi termasuk memberikan pemahaman tentang peran dan tanggung jawab

individu sehubungan dengan pengendalian internal atas pelaporan keuangan.

Auditor harus memperoleh pengetahuan memadai tentang sistem informasi yang

relevan dengan pelaporan keuangan untuk memahami:

a. Golongan transaksi dalam operasi entitas yang signifikan bagi laporan

keuangan.

b. Bagaimana transaksi tersebut dimulai.

c. Catatan akuntansi, informasi pendukung, dan akun tertentu dalam laporan

keuangan yang tercakup dalam pengolahan dan pelaporan transaksi.

d. Pengolahan akuntansi yang dicakup sejak saat transaksi dimulai sampai dengan

dimasukkan ke dalam laporan keuangan, termasuk alat elektronik (seperti

komputer dan electronic data interchange) yang digunakan untuk mengirim,

memproses, memelihara dan mengakses informasi

5. Pemantauan

Pemantauan adalah proses penentuan kualitas kinerja pengendalian internal

sepanjang waku. Pemantauan ini meliputi perencanaan tepat waktu, penetapan

operasi pengendalian dan pelaksanaan tindakan perbaikan. Proses ini dilaksanakan

melalui kegiatan yang berlangsung secara terus menerus, evaluasi secara terpisah,

atau dengan berbagai kombinasi keduanya. Di berbagai entitas, auditor intern atau

karyawan yang melakukan pekerjaan serupa memberikan kontribusi dalam

memantau aktivitas entitas. Aktivitas pemantauan dapat mencakup penggunaan


informasi dari komunikasi dengan pihak luar seperti keluhan Customers dan

komentar dari badan pengatur yang dapat memberikan petunjuk terhadap masalah

atau bidang yang memerlukan perbaikan.

I.1.1.5 Keterbatasan Pengendalian Internal

Terlepas dari bagaimana bagusnya design dan operasinya, pengendalian intern

hanya dapat memberikan keyakinan memadai bagi manajemen dan dewan komisaris

berkaitan dengan pencapaian tujuan pengendalian internal entitas. Kemungkinan

pencapaian tersebut dipengaruhi oleh keterbatasan bawaan yang melekat dalam

pengendalian internal. Hal ini meliputi fakta bahwa pertimbangan manusia dalam

pengambilan keputusan dapat salah dan bahwa pengendalian internal dapat rusak

disebabkan oleh kegagalan yang bersifat manusiawi tersebut, seperti kekeliruan atau

kesalahan yang sifatnya sederhana. Disamping itu pengendalian dapat tidak efektif

karena adanya kolusi di antara dua orang atau lebih atau manajemen

mengesampingkan pengendalian internal.

Faktor lain yang membatasi pengendalian intern adalah biaya pengendalian

internal entitas tidak boleh melebihi manfaat yang diharapkan dari pengendalian

tersebut. Meskipun hubungan manfaat-biaya merupakan kriteria utama yang harus

dipertimbangkan dalam pendesainan pengendalian internal, pengukuran secara tepat

biaya dan manfaat umumnya tidak mungkin dilakukan. Oleh karena itu, manajemen
melakukan estimasi kualitatif serta pertimbangan dalam menilai hubungan biaya-

manfaat tersebut.

Adat-istiadat, kultur, dan corporate governance system dapat mencegah

terjadinya ketidakberesan yang dilakukan oleh manajemen, namun tidak merupakan

pencegahan yang bersifat mutlak. Lingkungan pengendalian yang efektif juga dapat

mengurangi kemungkinan terjadinya ketidakberesan semacam itu. Sebagai contoh,

dewan komisaris, komite audit, dan fungsi audit intern yang efektif dapat

menghalangi perbuatan yang tidak semestinya oleh manajemen. Sebagai alternatif,

lingkungan pengendalian dapat mengurangi efektivitas komponen yang lain. Sebagai

contoh, jika adanya insentif manajemen menciptakan lingkungan yang dapat

menghasilkan salah saji material dalam laporan keuangan, efektivitas aktivitas

pengendalian dapat dikurangi. Efektivitas pengendalian intern entitas dapat juga

dipengaruhi secara negatif oleh faktor-faktor seperti perubahan dalam kepemilikan

dan pengendalian perubahan manajemen atau personel lain, atau pengembangan pasar

atau industri entitas. PSA No.69

I.1.1.6 Tanggung Jawab atas Pengendalian Internal

Menurut Mulyadi (2017, p.139) Apabila sebuah perusahaan dikelola oleh

manajer profesional, maka dalam perusahaan ini terdapat pemisahan antara pemilik

dan pemimpin perusahaan. Pemilik menyerahkan pengelolaan asetnya kepada

manajer profesional tersebut, dan dengan demikian manajer profesional berkewajiban


untuk mempertanggungjawabkan hasil pengelolaan aset tersebut. kepada pemiliknya.

Pertanggungjawaban pengelolaan aset pemilik perusahaan ini disajikan dalam laporan

keuangan. Laporan keuangan merupakan alat pertanggungjawaban manajemen

puncak atas hasil pengelolaan terhadap aset yang dipercayakan kepadanya oleh

pemilik perusahaan. Keandalan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan

sangat ditentukan oleh baik atau tidaknya pengendalian internal akuntansi yang

berlaku dalam perusahaan. Jika pengendalian internal akuntansi dirancang dan

daterapkan dengan baik oleh manajemen di dalam pengelolaan perusahaannya, maka

laporan keuangan yang disajikan kepada pihak yang berkepentingan akan terjamin

ketelitian dan keandalannya. Sistem pengendalian internal yang lemah akan

mengakibatkan aset perusahaan tidak terjamin keamanannya,

Akuntansi tidak teliti dan tidak andal, efisiensi tidak terjamin dan kebijakan

manajemen tidak dapat dipatuhi. Dari uraian tersebut di atas, dapat diambil

kesimpulan bahwa tanggung jawab untuk mengembangkan dan mengoperasikan

internal akuntansi yang baik dalam perusahaan adalah terletak di tangan manajemen

puncak, karena di pundak merekalah tanggung jawab atas pengelolaan dana yang

dipercayakan oleh pemilik perusahaan terletak.


I.1.2 Konsep Umum Persediaan

I.1.2.1 Pengertian Persediaan

Dalam pernyataan PSAK No. 14 tentang persediaan dijelaskan bahwa

persediaan adalah aktiva yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal atau

dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan serta dalam bentuk bahan atau

perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa.

Mulyadi (2017, p.463) mendefinisikan persediaan menjadi dua bagian, sebagai

berikut :

Dalam perusahaan manufaktur, persediaan terdiri dari: persediaan produk jadi,

persediaan produk dalam proses, persediaan bahan baku, persediaan bahan

penolong, persediaan perlengkapan pabrik, dan persediaan suku cadang. Dalam

perusahaan dagang, persediaan hanya terdiri dari satu jenis, yaitu persediaan

barang dagang, yang merupakan barang yang dibeli untuk dijual kembali.

Jacobs, et al. (2009 : 547) dalam Gita, persediaan (inventory) adalah persediaan

segala barang atau sumber daya yang digunakan dalam sebuah organisasi.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa, persediaan atau sering

disebut dengan stok adalah kumpulan suatu barang, bahan, atau komponen yang

disimpan oleh suatu organisasi atau perusahaan untuk digunakan dalam operasi bisnis

yang bertujuan untuk memastikan ketersediaan barang yang cukup untuk memenuhi

permintaan pelanggan.
I.1.2.2 Perkiraan-Perkiraan Yang Biasa Digolongkan Sebagai Persediaan

Perkiraan-perkiraan yang biasa digolongkan dalam persediaan menurut Agoes


(2012, p. 228)
yaitu, sebagai berikut :

1) Bahan baku (raw materials).

2) Barang dalam proses (work in process).

3) Barang jadi (finished goods). Suku cadang (spare-parts).

4) Bahan pembantu: olie, bensin, solar.

5) Barang dalam perjalanan (goods in transit), yaitu barang yang sudah dikirim

oleh Supplier tetapi belum sampai di gudang perusahaan.

6) Barang konsinyasi: consignment out (barang perusahaan yang dititip jual pada

perusahaan lain). Sedangkan consignment in (barang perusahaan lain yang

dititip jual di perusahaan) tidak boleh dilaporkan/dicatat sebagai persediaan

perusahaan.

I.1.2.3 Sistem Perhitungan Fisik Persediaan

Bagian Kartu Persediaan menyimpan catatan akuntansi dalam bentuk kartu

persediaan (inventory ledger) yang digunakan untuk mencatat mutasi dari setiap jenis

persediaan barang yang disimpan di Bagian Gudang. Bagian Kartu Persediaan

bertanggung jawab untuk memelihara catatan akuntansi yang dapat diandalkan

(reliable) terkait persediaaan barang yang disimpan di Bagian Gudang, sedangkan

Bagian Gudang bertanggung jawab atas penyimpanan fisik persediaan di gudang.


Karena kondisi barang yang rentan rusak dalam penyimpanan atau karena

kemungkinan terjadinya pencurian terhadap barang yang disimpan di gudang, maka

catatan persediaan yang dsimpan di Bagian Kartu Persediaan harus dicocokkan

dengan persediaan yang secara fisik ada di gudang.

Sistem penghitungan fisik persediaan barang pada umumnya digunakan oleh

pembisnis untuk menghitung secara fisik persediaan barang yang tersimpan di

gudang, yang hasilnya akan digunakan untuk meminta pertanggungjawaban Bagian

Gudang mengenai pelaksanaan fungsi penyimpanan, dan untuk pertanggungjawaban

Bagian Kartu Persediaan mengenai keandalan catatan persediaan yang

diselenggarakannya, serta untuk penyesuaian (adjustment) terhadap catatan

persediaan di Bagian Kartu Persediaan. Dalam bagian ini menjelaskan sistem

perhitungan fisik persediaan yang merupakan elemen dari pengendalian internal yang
(Mulyadi, 2017, p. 483)
melekat terhadap persediaan. .

I.1.2.4 Catatan Akuntansi Dalam Sistem Perhitungan Fisik Persediaan

Adapun catatan akuntansi yang dipakai dalam sistem penghitungan fisik

persediaan menurut Mulyadi (2017:486) adalah sebagai berikut:

1. Kartu persediaan. Catatan ini digunakan untuk mencatat penyesuaian

terhadap data persediaan (kuantitas dan harga pokok total) yang tercantum dalam

kartu persediaan oleh bagian kartu persediaan, berdasarkan hasil penghitungan fisik

persediaan.
2. Kartu gudang. Catatan ini digunakan untuk mencatat penyesuaian terhadap

data persediaan (kuantitas) yang tercantum dalam kartu gudang yang diselenggarakan

oleh bagian gudang, berdasarkan hasil perhitungan fisik persediaan.

3. Jurnal umum. Dalam sistem penghitungan fisik persediaan, jurnal umum

digunakan untuk mencatat jurnal penyesuaian atas akun persediaan karena adanya

antara saldo yang dicatat dalam akun persediaan dengan saldo menurut penghitungan

fisik.

I.1.2.5 Metode Penilaian Persediaan

Terdapat beberapa metode untuk menetapkan harga bell sebagai dar penentuan

nilai persediaan yang dimiliki perusahaan pada suatu periode. Adam metode

penilaian persediaan menurut Rudianto (2012:223) adalah sebagai berikut:

1. FIFO (First In First Out)

Dalam Metode FIFO (First In First Out), barang yang masuk baik itu dibeli

maupun diproduksi paling awal akan dikeluarkan (dijual) paling awal, sehingga

barang yang tersisa pada akhir periode adalah barang yang berasal dari pembelian

atau produksi terakhir.

2. LIFO (Last In First Out)

Dalam metode LIFO (Last In First Out), barang yang masuk baik itu dibeli

maupun diproduksi paling akhir akan dikeluarkan (dijual) paling awal. Jadi, barang

yang tersisa pada akhir periode adalah barang yang berasal dari pembelian atan
produksi awal periode. Namun, IFRS tidak memperbolehkan mencatat persediaan

dengan menggunakan metode ini.

3. Rata-rata (Average)

Dalam metode rata-rata (average), barang yang dikeluarkan atau dijual maupun

barang yang tersisa dinilai berdasarkan harga rata-rata, maka dari itu, barang yang

tersisa pada akhir periode adalah barang yang memiliki nilai rata-rata.

I.1.2.6 Pengendalian Internal Atas Persediaan

Pengendalian Internal atas persediaan seharusnya dimulai pada suat barang

diterima (yang dibeli dari pemasok). Laporan penerimaan barang yang bernomor urut

tercetak seharusnya disiapkan oleh bagian penerimaan untuk menetapkan tanggung

jawab awal atas persediaan. Untuk memastikan bahwa barang yang diterima sesuai

dengan apa yang dipesan, maka setiap laporan penerimaan barang harus dicocokkan

dengan formulir pesanan yang asli. Harga barang yang dipesan, seperti yang tertera

dalam formulir pesanan pembelian, seharusnya dicocokkan dengan harga yang

tercantum dalam faktur tagihan (invoice). laporan penerimaan barang, formulir

pesanan pembelian, dan faktur tagihan dicocokkan, perusahaan akan mencatat

persediaan dalam catatan akuntansi.

Mengenai tempat penyimpanan persediaan, persediaan seharusnya ditempatkan

di dalam gudang yang di mana aksesnya dibatasi hanya untuk karyawan tertentu saja.

Setiap pengeluaran barang dari gudang seharusnya dilengkapi atau didukung dengan

formulir permintaan barang, yang telah diotorisasi sebagaimana mestinya. Apabila


barang dagangan berupa keramik, maka yang harus diperhatikan adalah bagaimana

cara menyusun keramik-keramik tersebut untuk menghindari pecahnya keramik yang

ada pada tumpukan yang paling bawah.

Penggunaan sistem pencatatan perpetual juga memberikan pengendalian yang

efektif atas persediaan. Informasi mengenai jumlah atas masing-masing jenis barang

dagangan dapat segera tersedia dalam buku besar pembantu untuk masing- masing

persediaan. Untuk menjamin keakuratan besarnya persediaan yang dilaporkan dalam

laporan keuangan, perusahaan dagang seharusnya melakukan pemeriksaan fisik atas

persediaannya. Dalam sistem pencatatan perpetual, hasil dari perhitungan fisik akan

dibandingkan dengan data persediaan yang tercatat dalam buku besar untuk

menentukan besarnya kekurangan yang ada atas saldo fisik persedian. Jadi dapat

dikatakan bahwa dalam sistem pencatatan perpetual, pemeriksaan fisik dilakukan

bukan untuk menghitung saldo akhir persediaan melainkan sebagai pengecekan

silang mengenai keabsahan atas saldo persediaan yang dilaporkan dalam buku besar

persediaan.

I.1.2.7 Ciri-Ciri Pengendalian Internal Yang Baik Atas Persediaan

Menurut Agoes (2012, pp. 229–230) . Untuk memeriksa apakah terdapat

pengendalian internal yang cukup baik atas persediaan jika akuntan publik dapat

meyakinkan dirinya bahwa pengendalian internal atas perolehan penyimpanan dan

pengeluaran persediaan berjalan efektit, maka luasnya pemeriksaan dalam melakukan


substantive test atas persediaan dapat dipersempit. Ciri- ciri pengendalian internal

yang baik atas persediaan yaitu sebagai berikut :

a. Adanya pemisahan dalam tugas dan tanggungjawab (segregation of duties) antara

bagian pembelian, bagian penerimaan barang, bagian gudang, dan bagian keuangan.

b. Digunakannya formulir-formulir yang bernomor urut tercetak (prenumbered),

seperti: purchase requisition (permintaan pembelian), order pembelian (purchase

order), surat jalan (delivery order), laporan penerimaan barang (receiving report),

pesanan penjualan (sales order), faktur penjualan (sales invoice).

c. Untuk pembelian dalam jumlah yang besar dilakukan melalui terder.

d. Adanya sistem otorisasi, baik untuk pembelian, penjualan, penerimaan kas/bank,

maupun pengeluaran kas/bank.

e. Digunakannya anggaran untuk pembelian, produksi, perjualan dan penerimaan

serta pengeluaran kas.

f. Pemesanan barang dilakukan dengan memperhitungkan economic order quantity

dan iron stock.

g. Digunakannya perpetual inventory system dan stock card, terutama di perusahaan

yang nilai persediaan per jenisnya cukup material.


I.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian ini diperkuat oleh beberapa penelitian terdahulu yang disajikan pada

tabel 2.2 berikut ini :

Tabel 2.1

Penelitian Terdahulu

No Peneliti (Tahun) Judul Hasil Penelitian


1. Angelina Klesia Analisis Efektivitas Sistem pengendalian internal persediaan barang

Kalendesang, Linda Sistem Pengendalian dagang pada Supermarket Paragon Mart Tahuna

Lambey, Novi S. Internal Persediaan secara keseluruhan sudah efektif. Namun, dari

Budiarso (2017). Barang Dagang Pada kelima komponen-komponen pengendalian

Supermarket Paragon internal yang telah dijabarkan menunjukan


(Klesia Kalendesang et al., 2017)
Mart Tahuna bahwa masih ada beberapa yang kurang

terlaksana dengan baik.

2. Nur Aisyah (2018) Sistem Pengendalian Pengendalian internal atas persediaan barang

(Stie et al., 2018) Internal Atas Persediaan dagang pada P.T. Ramayana Lestari Sentosa,

Barang Dagang Pada Tbk sudah sesuai dengan Committee Of

PT. Ramayana Lestari Sponsoring Organization (COSO), yang

Sentosa, Tbk. meliputi lingkungan pengendalian, penilaian

risiko, aktivitas pengendalian, informasi dan

komunikasi serta pemantauan.

3. Monica Tannusa, Analisis Pengendalian Berdasarkan perbandingan antara pengendalian

Hamdani Arifulsyah, Internal Persediaan internal persediaan barang dagang pada PT

Atika Zarefar (2018). Barang Dagang Pada PT Pasar Buah 88 dengan pengendalian internal

Pasar Buah 88 berbasis standar COSO (Committee of

(Tannusa et al., 2018) Sponsoring Organizations of the Treadway

Commission). pengendalian internal persediaan

barang dagang pada PT Pasar Buah 88 sebesar


39,86% yang artinya kurang efektif,

dikarenakan perusahaan belum sepenuhnya

menerapkan lima komponen dari COSO.

4. Rice Komala, Ravika Analisis Pengendalian Analisis pengendalian internal atas persediaan

Permata Hati, Sri Internal Atas Persediaan barang dagang pada Alfamart Bengkong Indah

Mulyati (2021). Barang Dagang (Studi Batam menunjukkan kategori efektif dengan

Kasus Alfamart sklala 90%.

Bengkong Indah Batam) Namun terdapat kelemahan yaitu perlu

(Komala et al., 2021) dilakukan pemeriksaan fisik barang dagang atau

stock opname secara menyeluruh dan secara

berkala.

5. Yusrin Maisaroh, Analisis Pengendalian Penerapan sistem pengendalian internal

Muhammad Rijalus Internal Persediaan persediaan pada CV. PP Lumajang secara

Sholihin, Sarah Barang Dagang Pada keseluruhan dapat dikategorikan sudah efektif

Farhana (2019). CV PP Lumajang karena telah memenuhi komponen-komponen

(Maisaroh et al., n.d.) pengendalian internal. Adanya pemisahan tugas

antara bagian pembelian dan penerimaan

barang, bagian penjualan dan pengiriman

barang. Namun terdapat juga kelemahan

pengendalian internal yang mayoritas

disebabkan oleh kelalaian dari beberapa

karyawan.
I.3 Kerangka Pemikiran

Pengendalian internal pada persediaan barang merupakan salah satu hal yang

penting, karena persediaan termasuk bagian terpenting dari perusahaan dagang. Pada

umumnya perusahaan bertujuan untuk menghasilkan keuntungan agar dapat

mempertahankan kelangsungan hidup dan pertumbuhan perusahaan. Oleh sebab itu,

perusahaan dipacu untuk dapat mengendalikan jalannya aktivitas perusahaan dan

melindungi aset perusahaan dari faktor-faktor penyelewengan, penyimpangan, dan

hal-hal lain yang dapat merugikan perusahaan. Pengendalian internal adalah faktor

yang berpengaruh untuk membantu manajemen dalam mengendalikan perusahaan

yang dipimpinnya.

Pengendalian internal persediaan barang dagang adalah suatu sistem atau

kerangka kerja yang dirancang untuk mengelola dan mengawasi proses pengadaan,

penyimpanan, dan penggunaan persediaan barang dagang dalam sebuah perusahaan.

Tujuan utamanya adalah untuk memastikan ketersediaan barang dagang yang

memadai untuk memenuhi permintaan pelanggan, sambil menghindari

ketidakseimbangan persediaan yang berlebihan atau kekurangan yang dapat

berdampak negatif pada kinerja perusahaan.

Dengan adanya pengendalian internal yang berlaku di dalam perusahaan dapat

menjaga atau mengamankan persediaan barang dagang dan mampu meramalkan

kapan persediaan tersebut habis, serta kapan persediaan tersebut dapat diperbarui.

Setiap adanya kegiatan operasional perusahaan dapat memantau setiap aktivitas yang
dilakukan dalam perusahaan. Pelaksanaan pengendalian internal dalam perusahaan

tentunya harus memahami komponen-komponen pengendalian internal.

Menurut Agoes (2012, pp. 100–102) menjelaskan terdapat lima komponen dari

suatu pengendalian internal yang saling berkaitan, yaitu :

1. Lingkungan Pengendalian

Lingkungan pengendalian menetapkan corak suatu organisasi dan mempengaruhi

kesadaran pengendalian orang-orangnya. Lingkungan pengendalian merupakan

dasar untuk semua komponen pengendalian intern yang lain, menyediakan disiplin

dan struktur.

2. Aktivitas Pengendalian

Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang membantu

memastikan bahwa arahan manajemen dilaksanakan. Aktivitas tersebut membantu

memastikan bahwa tindakan yang diperlukan untuk menanggulangi risiko dalam

pencapaian tujuan entitas, sudah dilaksanakan.

3. Penaksiran Risiko

Risiko yang terkait pada pelaporan keuangan meliputi keadaan internal serta

eksternal yang mungkin terjadi dan berdampak negatif pada kemampuan entitas

untuk mencatat, memproses, merangkum, dan menyajikan data keuangan secara

konsisten sesuai pada laporan keuangan.

4. Informasi dan Komunikasi


Sistem informasi yang relevan dengan tujuan pelaporan keuangan, termasuk

sistem akuntansi, terdiri dari metode dan catatan yang dibuat untuk mencatat,

memproses, meringkas, dan melaporkan entitas dan untuk menjaga tanggung

jawab atas aset, kewajiban atau utang , dan ekuitas yang terlibat.

Komunikasi termasuk memberikan pemahaman tentang peran dan tanggung jawab

individu sehubungan dengan pengendalian internal atas pelaporan keuangan.

5. Pemantauan

Pemantauan merupakan suatu pengevaluasian kualitas kinerja pengendalian

internal atas pemantauan ini meliputi menentukan desain serta operasi dan

implementasi tindakan korektif yang tepat waktu. Kegiatan pemantauan dapat

meliputi penggunaan informasi dari komunikasi dengan pihak eksternal seperti

keluhan pelanggan dan umpan balik dari badan pengatur yang dapat memberikan

petunjuk untuk suatu permasalahan atau bidang yang memerlukan perbaikan.

Berdasarkan uraian diatas, maka kerangka pemikiran dalam penelitian ini

dapat digambarkan sebagai berikut :


Persediaan Barang Dagang

Pengendalian Internal

Lingkungan Aktivitas Penaksiran Informasi dan


Pemantauan
Pengendalian pengendalian risiko komunikasi

Metode Penelitian Kualitatif

Hasil dan Pembahasan

Kesimpulan

Gambar 2.1

Kerangka Penelitian

Anda mungkin juga menyukai