Anda di halaman 1dari 8

A.

Pengertian Pengendalian Internal


Sebelumnya istilah yang dipakai untuk pengendalian intern adalah
sistem pengendalian intern, sistem pengawasan intern dan struktur
pengendalian intern. Mulai tahun 2001 istilah resmi yang digunakan IAI
adalah pengendalian intern.Menurut SA Seksi 319 pertimbangan atas
pengendalian intern dalam audit laporan keuangan paragraf 06
mendefinisikan pengendalian intern sebagai suatu proses yang dijalankan
oleh dewan komisaris, manajemen, dan personel lain yang didesain untuk
memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan
yaitu keandalan pelaporan keuangan, kepatuhan terhadap hukum dan
peraturan yang berlaku, efektivitas dan efisiensi operasi. Dari definisi
pengendalian tersebut terdapat beberapa konsep dasar diantaranya:
1. Pengendalian intern merupakan suatu proses untuk mencapai
tujuan tertentu.
2. Pengendalian intern dijalankan oleh orang dari setiap jenjang
organisasi seperti dewan komisaris, manajemen, dan personel
lain. Jadi, bukan hanya terdiri dari pedoman kebijakan dan
formulir saja.
3. Pengendalian intern dapat diharapkan mampu memberikan
keyakinan mutlak, bagi manajemendan dewan komisaris
entitas.
4. Pengendalian intern ditujukan untuk mencapai tujuan yang
saling berkaitan: pelaporan keuangan, kepatuhan, dan operasi.1
Pengendalian intern adalah sistem pengendalian intern, sistem
pengawasan intern dan struktur pengendalian intern. Pengendalian internal
menurut SA 315 (IAPI, 315: 2) adalah proses yang dirancang
diimplementasikan dan dipelihara oleh pihak yang bertanggung jawab atas
kelola, manajemen, dan personel lain untuk menyediakan keyakinan
memadai tentang pencapaian tujuan suatu entitas yang berkaitan dengan

1
Mulyadi, Auditing, Jakarta: Salemba Empat, 2002, hlm. 180.
keandalan laporan keuangan, efisiensi dan efektivitas operasi, dan
kepatuhan terhadap Perundang- undangan. Menurut SA 315 (IAPI, 35:4)
auditor harus memperoleh suatu pemahaman atas pengendalian internal
yang relevan dengan audit. Meskipun sebagian besar pengendalian yang
relevan dengan audit kemungkinan berhubungan dengan pelaporan
keuangan, namun tidak semua pengendalian yang berhubungan dengan
pelaporan keuangan relevan dengan audit.
B. Tujuan Pengendalian Internal
Pengendalian internal merupakan tanggapan manajemen terhadap
risiko yang diketahui. Pengendalian internal ingin mencapai tujuan
pengendalian (control objective) tertentu. Tujuan pengendalian internal
secara garis besarnya dapat dibagi dalam empat kelompok diantaranya:
1. Tujuan strategis, dengan sasaran-sasaran utama yang
mendukung misi entitas.
2. Tujuan pelaporan keuangan, agar laporan keuangan bebas dari
salah saji material tepat waktu dan tepat guna.
3. Tujuan operasional, dimana pengendalian mengamankan
operasi entitas, yang disebut operational controls.
4. Tujuan kepatuhan terhadap hukum dan ketentuan perundang-
undangan. Pengendalian internal yang relevan untuk suatu
audit ialah pengendalian dengan tujuan pelaporan keuangan
untuk keperluan eksternal.

Pengendalian untuk tujuan operasional, seperti penjadwalan


produksi dan karyawan, pengendalian mutu, dan kepatuhan terhadap
ketentuan mengenai kesehatan karyawan dan keselamatan kerja biasanya
tidak relevan untuk suatu audit kecuali: informasi digunakan untuk
membuat prosedur analitikal atau informasi diperlukan untuk
pengungkapan dalam laporan keuangan. Contoh, jika statistik produksi
digunakan untuk membuat prosedur analitikal pengendalian yang
memastikan keakuratan data itu akan relevan untuk diaudit. Begitu juga
dengan ketidakpatuhan terhadap hukum dan perundang-undangan yang
berdampak langsung terhadap laporan keuangan, pengendalian untuk
mendetekdi dan melaporkan ketidakpatuhan itu menjadi relevan untuk
diaudit.2

Dalam pengertian lain tujuan pengendalian intern adalah untuk


memberikan keyakinan memadai dalam pencapaian tiga golongan tujuan
yaitu keandalan informasi keuangan, kepatuhan terhadap hukum dan
peraturan yang berlaku dan efektivitas dan efisiensi operasi. Auditor
berkewajiban untuk memahami pengendalian intern yang ditujukan untuk
memberikan keyakinan memadai bahwa laporan keuangan disajikan secara
wajar sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia.3

C. Hubungan Pengendalian Intern Dengan Ruang Lingkup (Scope)


Pemeriksaan
Jika pengendalian intern suatu satuan usaha lemah, maka
kemungkinan terjadinya kesalahan, ketidakakuratan ataupun kecurangan
dalam perusahaan sangat besar. Bagi akuntan publik menimbulkan risiko
yang besar, dalam arti risiko untuk memberikan opini tidak sesuai dengan
kenyataan. Untuk mencegah kemungkinan tersebut, jika dari hasil
pemahaman dan evaluasi atas pengendalian intern perusahaan, auditor
menyimpulkan bahwa pengendalian intern tidak berjalan efektif, maka
auditor harus memperluas scope pemeriksaannya pada waktu melakukan
substansive test. Misalnya: pada waktu mengirim konfirmasi piutang,
jumlah konfirmasi yang dikirimkan harus lebih banyak, pada waktu
melakukan observasi atas stock opname tes atas perhitungan fisik
persediaan harus lebih banyak. Sebaliknya jika auditor menyimpulkan
bahwa pengendalian intern berjalan efektif, maka scope pemeriksaan pada
waktu melakukan substansive test bisa dipersempit.4

2
Theodorus M. Tuanakotta, Audit Kontemporer, Jakarta: Salemba Empat, 2017, hlm. 94.
3
Mulyadi, Auditing, Jakarta: Salemba Empat, 2002, hlm. 180.
4
Sukrisno Agoes, Auditing: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh KAP, Jakarta: Salemba
Empat, 2017, hlm. 164.
Pengendalian intern terdiri atas lima komponen yang saling terkait
berikut ini:
1. Lingkungan pengendalian menetapkan corak suatu organisasi,
mempengaruhi kesadaran pengendalian orang-orangnya.
Lingkungan pengendalian adalah dasar untuk semua komponen
pengendalian intern, menyediakan disiplin dan struktur.
2. Penaksiran risiko adalah identifikasi entitas dan analisis
terhadap risiko yang relevan untuk mencapai tujuannya,
membentuk suatu dasar untuk menentukan bagaimana risiko
harus dikelola.
3. Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang
membantu menjamin arahan manajemen dilaksanakan.
4. Informasi dan komunikasi adalah pengidentifikasian,
penangkapan, dan pertukaran informasi dalam suatu bentuk dan
waktu yang memungkinkan orang melaksanakan tanggung
jawab mereka.
5. Pemantauan adalah proses yang menentukan kualitas kinerja
pengendalian intern sepanjang waktu
D. Keterbatasan Pengendalian Intern Entitas
Pengendalian intern hanya dapat memberikan keyakinan memadai
bagi manajemen dan dewan komisaris berkaitan dengan pencapaian tujuan
pengendalian intern entitas. Pencapaian tersebut dipengaruhi oleh
keterbatasan bawaan yang melekat dalam pengendalian keputusan dapat
salah dan bahwa pengendalian intern dapat rusak karena kegagalan yang
bersifat manusiawi, seperti kekeliruan atau kesalahan yang sifatnya
sederhana. Pengendalian dapat tidak efektif karena adanya kolusi diantara
dua orang atau lebih atau manajemen mengesampingkan pengendalian
intern.
Faktor lain yang membatasi pengendalian intern adalah biaya
pengendalian intern entitas tidak boleh melebihi manfaat yang diharapkan
dari pengendalian tersebut. Meskipun hubungan manfaat biaya merupakan
kriteria utama yang harus dipertimbangkan dalam pendesainan
pengendalian intern, pengukuran secara tepat biaya dan manfaat umumnya
tidak mungkin dilakukan. Oleh karena itu, manajemen melakukan estimasi
kualitatif dan kuantitatif serta pertimbangan dalam menilai hubungan biaya
manfaat tersebut. 5
Pengendalian intern hanya memberikan keyakinan memadai,
bukan mutlak, kepada manajemen dan dewan komisaris tentang
pencapaian tujuan entitas. Keterbatasan bawaan yang melekat dalam setiap
pengendalian intern diantaranya:6
1. Kesalahan dalam pertimbangan. Manajemen dan personel lain
dapat salah dalam mempertimbangkan keputusan bisnis atau
dalam melaksanakan tugas hal itu disebabkan oleh tidak
memadainya informasi, keterbatasan waktu, atau tekanan lain.
2. Gangguan, terjadi karena personel secara keliru memahami
perintah atau membuat kesalahan karena kelalaian, tidak
adanya perhatian atau kelelahan.
3. Kolusi merupakan tindakan bersama beberapa individu untuk
tujuan kejahatan. Kolusi mengakibatkan bobolnya
pengendalian intern yang dibangun untuk melindungi kekayaan
entitas dan tidak terungkapnya kecurangan oleh pengendalian
intern yang dirancang.
4. Pengabaian oleh manajemen. Manajemen dapat mengabaikan
kebijakan yang telah ditetapkan untuk tujuan yang tidak sah
seperti keuntungan pribadi manajer, penyajian kondisi
keuangan yang berlebihan, atau kepatuhan semu.
5. Biaya lawan manfaat. Biaya yang diperlukan untuk
mengoperasikan pengendalian intern tidak boleh melebihi
manfaat yang diharapkan dari pengendalian intern tersebut.

5
Sukrisno Agoes, Auditing: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh KAP, Jakarta: Salemba
Empat, 2017, hlm. 167.
6
Mulyadi, Auditing, Jakarta: Salemba Empat, 2002, hlm. 181.
Siapa yang bertanggung jawab atas pengendalian intern suatu
entitas? Setiap orang dalam organisasi bertanggung jawab terhadap, dan
menjadi bagian dari pengendalian internal organisasi. Adapun beberapa
pihak luar, seperyi auditor independen dan badan pengatur dapat
membantu organisasi dengan cara memberikan informasi yang bermanfaat
bagi manajemen untuk pemberlakuan pengendalian intern dalam
organisasi tersebut. Pihak yang bertanggung jawab terhadap pengendalian
intern beserta perannya diantaranya:7

1. Manajemen, bertanggung jawab untuk mengembangkan dan


menyelenggarakan secara efektif pengendalian intern
organisasinya. Direktur utama perusahaan bertanggung jawab
menciptakan atsmosfer pengendalian di tingkat puncak agar
kesadaran pentingnya pengendalian intern tumbuh di seluruh
organisasi. Direktur keuangan dan akuntansi menajalankan
peran penting dalam perancangan, implementasi, dan
pemantauan sistem pelaporan keuangan organisasi, penyusunan
rencana dan anggaran perusahaan, penilaian dan analisis
kinerja, pencegahan dan pendeteksian pelaporan keuangan
yang menyesatkan.
2. Dewan komisaris dan komite audit, bertanggung jawab
menentukan apakah manajemen memenuhi tanggung jawab
mereka dalam mengembangkan dan menyelenggarakan
pengendalian intern. Fungsi komite audit terhadap auditor
diantaranya: menunjuk auditor yang melaksanakan audit
tahunan terhadap laporan keuangan perusahaan, membicarakan
lingkup audit dengan auditor, meminta auditor melakukan
komunikasi langsung mengenai masalah-masalah besar, dan
mereview laporan keuangan dan laporan audit pada saat audit
selesai dilakukan.

7
Mulyadi, Auditing, Jakarta: Salemba Empat, 2002, hlm. 181-183.
3. Audit intern, bertanggung jawab untuk memeriksa dan
mengevaluasi memadai atau tidaknya pengendalian intern
entitas dan membuat rekomendasi peningkatannya. Manajemen
dewan komisaris dan komite audit merupakan pihak utama
yang bertanggung jawab atas pengendalian intern entitas.
4. Personel lain entitas, bertanggung jawab menyediakan
informasi atau menggunakan informasi yang dihasilkan oleh
pengendalian intern harus ditetapkan dan dikomunikasikan
dengan baik.
5. Auditor independen, auditor dapat menemukan kelemahan
pengendalian intern kliennya, sehingga dapat
mengkomunikasikan temuan auditnya kepada manajemen,
komite audit, atau dewan komisaris. Tujuan auditor terhadap
pengendalian intern kliennya adalah untuk memungkinkan
auditor merencanakan prosedur auditnya. Berdasarkan SAT
Seksi 500 Pelaporan tentang Pengendalian Intern Satuan
Usaha atas Pelaporan Keuangan, akuntan publik dapat
mengevaluasi tentang memadai atau tidaknya desain dan
mengevaluasi efektivitas pengendalian intern entitas.
6. Pihak luar lain yang bertanggung jawab atas pengendalian
intern entitas adalah badan pengatur seperti BI dan Bapepam.
Contoh, Bapepam menerbitkan surat keputusan No.
28/PM/1996 bertanggal 17 januari 1996, tentang pengendalian
intern dan penyelenggaraan pembukuan oleh perusahaan efek.
DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Sukrisno. 2017. Auditing: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh


KAP. Jakarta: Salemba Empat.

M. Tuanakotta, Theodorus. Audit Kontemporer. Jakarta: Salemba Empat.

Mulyadi.2002. Auditing. Jakarta: Salemba Empat.

Anda mungkin juga menyukai