Anda di halaman 1dari 65

PENERAPAN MANAGEMENT PERSEDIAAN PADA BIAYA

PENYIMPANAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU BATIK


(UMKM BATIK’E LEK IWON YOGYAKARTA)

LAPORAN FIELD STUDY

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Akuntansi Management
Dosen Pengampu : Wahyu Pramesti, SE, M.Si.,Ak.

Oleh :
HAFSOTUL MUNAWWAROH
NIM. 16.52.2.1.089

JURUSAN AKUNTANSI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA
2018
MOTTO

Mukmin yang kuat lebih dicintai Allah daripada Mukmin yang lemah.

(HR. Muslim)

Allah tidak membebani seseorang di luar batas kemampuannya.

(QS. Al-Baqarah: 286)

Dan jangan kamu berputus asa dari Rahmat Allah.

(QS. Yusuf: 87)

Teruslah melangkah, perjalanan masih jauh, masih banyak tantangan yang

dihadapinya, cobalah tantangan-tantangan itu. Jangan takut. Karena ketakutanlah

yang akan melenyapkan semuanya.

(Penulis)

ii
PERSEMBAHAN

Allah SWT yang terimakasih atas segala nikmat dan kasih-Mu yang tiada

batasnya, sebuah karya sederhana ini saya persembahkan kepada:

1. Kedua orang tuaku tercinta Bapak Muchijan dan Ibu Wahyuti yang senantiasa

melimpahkan cinta, kasih sayang, dukungan, motivasi, pengorbanan dan yang

senantiasa selalu mendoakankudan berjuang untukku meraih cita-cita.

2. Keluarga kakak laki-lakiku (Mas Khadik dan Mba Ifah) yang selalu

memberiku dukungan, motivasi baik moral maupun spiritual.

3. Keluarga Kakak perempuanku (Mba Tri dan Mas Fachrudin), (Mba Yuli dan

Mas Kharis) yang selalu memberiku dukungan, motivasi baik moral maupun

spiritual.

4. Kakak perempuanku (Mba Nana dan Mba Omah) yang selalu memberiku

dukungan, motivasi, masukan dan selalu sabar menghadapi adiknya yang

bandel.

5. Keponakan-keponakanku (Husni, Afifah, Faila dan Byantara) yang selalu

mengembalikan semangatku serta menghiburku disaat lelah fisik dan pikiran

sedang tidak menentu.

6. Teruntuk Engkau yang kelak akan menjadi calon Imamku dan teman hidupku

baik suka, bahagia maupun duka di dunia dan di akhirat

7. Sahabat-sahabatku (Ratih, Finda, dan Kukuh) yang selalu memotivasi untuk

tetap semangat.

iii
8. Teman dekatku Desynta Anjani dan Nilawati yang selalu memotivasi untuk

tetap semangat.

9. Teman-temanku di Kampus, terkhusus teman kelas Akuntansi Syariah 5C dan

teman-teman seperjuangan.

10. Ibu kost (Bu Dwi) dan teman-teman kost sekaligus keluarga kedua syafira

D’Girls (Wiwin, Anis, Eka, Heni, Dek Siti, Dek Neneng, Dek Yohana, Dek

Riska).

iv
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Segala Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,

taufiq, hidayah, serta inayah-Nya yang tiada batasnya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan laporan field study ini. Shalawat serta salam tercurahkan kepada

junjungan agung Nabi Muhammad SAW yang senantiasa dinantikan syafaat nya

di Yaumul Qiyamah kelak.

Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi

Management. Dalam penyusunan tidak lepas dari dukungan, bantuan, waktu, dan

masukan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih

kepada :

1. Dr. Mudofir, S.Ag., M.Pd, selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri

Surakarta.

2. Drs. H. Sri Walyoto, MM., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Islam.

3. Marita Kusuma Wardani, S.E., M.Si., Ak, CA, selaku Ketua Jurusan Akuntansi

Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam.

4. Wahyu Pramesti, S.E., M.Si., Ak, selaku Dosen Pembimbing Akademik

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam sekaligus Dosen Pengampu Mata Kuliah

Akuntansi Management.

5. M. Endy Saputro, M.A, selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Metodologi

Penelitian Kualitatif.

v
6. Bapak Iwan Setiawan, selaku pemilik UMKM yang telah memberikan

kesempatan kepada saya untuk melakukan penelitian ini.

7. Kedua orang tuaku, Bapak Muchijan dan IbuWahyti terimakasih atas doa,

cinta, kasih sayang, dukungan, motivasi, pengorbanansera selalu berjuang

kepada saya baik dalam bentuk material ataupun nonmaterialyang tidak ada

batasnnya.

8. Saudara-saudaraku, saudara laki-laki maupun saudara perempuan atas

dukungan, motivasi, bantuan baik dalam bentuk material ataupun nonmaterial.

9. Teman-temanku satu tim yang telah bekerja keras dan kerja samanya dalam

melakukan penelitian ini.

10. Serta teman-teman kelas yaitu Akuntansi Syariah 5C yang telah berbagi

informasi dan bantuannya.

Dengan demikian Penulis tidak dapat membalas banyak atas kebaikan

saudara semua. Semoga Allah SWT membalas atas kebaikan kalian serta

senantiasa mendapatkan pahala yang berlimpah. Amin.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Surakarta, 11 November 2018

Penulis

vi
ABSTRACT

This researchpurpose to determine inventory management at the cost of


storing batik raw material inventory in the UMKM Batik’e Lek Iwon Yogyakarta.
The storage costs studied are the cost of storing supplies of raw materials for the
night. This research is a qualitative research with a descriptive analysis
approach. The data used is primary data.

Primary data is data obtained directly from the resource person by going
directly to the field, for data collection techniques, namely survey, interview and
observation methods. Then the data obtained is classified, presents data and then
draws conclusions.

The results of the study indicate that the UMKM Batik'e Lek Iwon has
implemented inventory management. The results of the calculation on the cost of
storing the raw material for the night are lower than the total cost of the raw
material inventory for the night. In addition to taking into account the overall
storage costs does not affect inventory management. Because the old inventory is
reprocessed so that it gets additional capital. The storage costs are relevant. Thus
it does not reduce the risk of loss due to changes in inventory.

Keyword : Inventory Management, storage cost, a night of raw material

vii
ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui management persediaan pada


biaya penyimpanan persediaan bahan baku batik di UMKM Batik’e Lek Iwon
Yogyakarta. Biaya penyimpanan yang diteliti yaitu pada biaya penyimpanan
persedian bahan baku malam. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif
dengan pendekatan analisis deskriptif. Data yang digunakan merupakan data
primer.

Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari


narasumber dengan terjun langsung ke lapangan, untukteknik pengumpulan
datanya yaitu metode survey, wawancara dan observasi. Selanjutnya data yang
diperoleh diklasifikasikan, menyajikan data dan kemudian menarik kesimpulan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa UMKM Batik’e Lek Iwon sudah


menerapkan management persediaan. Hasil perhitungan pada biaya penyimpanan
persediaan bahan baku malam lebih rendah daripada total biaya persediaan bahan
baku malam. Selain itu untuk memperhitungkan biaya penyimpanan secara
keseluruhan tidak mempengaruhi management persediaan. Karena persediaan
yang lama diproses kembali sehingga memperoleh penambahan modal. Untuk
biaya penyimpanannya bersifat relevan. Dengan demikian hal tersebut tidak
mengurangi resiko kerugian akibat dari persedian yang mengalami perubahan.

Kata Kunci : Management Persediaan, Biaya Penyimpanan, Bahan Baku Malam

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................... i

HALAMAN MOTTO.................................................................................. ii

HALAMAN PERSEMBAHAN.................................................................. iii

KATA PENGANTAR..................................................................................v

ABSTRACT................................................................................................... vii

ABSTRAK.................................................................................................... viii

DAFTAR ISI................................................................................................ ix

DAFTAR TABEL........................................................................................ xii

DAFTAR LAMPIRAN................................................................................ xiii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 1

1.1. Latar Belakang Masalah.............................................................. 1

1.2. Identifikasi Masalah..................................................................... 4

1.3. Batasan Masalah.......................................................................... 4

1.4. Rumusan Masalah........................................................................ 5

1.5. Tujuan Penelitian......................................................................... 5

1.6. Manfaat Penelitian....................................................................... 5

1.7. Sistematika Penulisan.................................................................. 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................. 8

2.1. Teori Kendala............................................................................... 8

2.2. Management Persediaan............................................................... 8

2.2.1. Pengertian Persediaan......................................................... 10

ix
2.2.2. Indikator-indikator dalam Biaya Penyimpanan.................. 12

2.2.3. Persediaan Bahan Baku...................................................... 12

2.3. Literatur Review........................................................................... 13

BAB III METODE PENELITIAN............................................................ 15

3.1. Jenis Penelitian............................................................................. 15

3.2. Sumber Data................................................................................. 15

3.3. Lokasi dan Waktu Penelitian........................................................ 15

3.4. Teknik Pengumpulan Data........................................................... 16

3.5. Teknik Analisis Data.................................................................... 17

BAB IV PEMBAHASAN........................................................................... 18

4.1. Gambaran Umum Penelitian ....................................................... 18

4.1.1. Ketenagakerjaan................................................................. 19

4.1.2. Produk dan Kegiatan yang Terdapat di UMKM

Batik’e Lek Iwon.................................................................. 20

4.1.3. Alat dan Bahan Baku Batik................................................ 21

4.2. Temuan Biaya Penyimpanan Persediaan Bahan Baku Batik....... 21

4.2.1. Biaya Ruang Penyimpanan................................................. 21

4.2.2. Biaya karena Barang Ketingggalan Jaman......................... 23

4.3. Perhitungan Biaya Pemesanan dan Biaya Penyimpanan.............. 23

4.3.1. Biaya Penyimpanan............................................................. 23

4.3.2. Biaya Pemesanan................................................................ 24

4.4. Perhitungan Q (EOQ).................................................................. 25

4.4.1. Perhitungan Total Biaya Persediaan Bahan Baku Malam...25

x
4.5. Analisis dan Pembahasan............................................................. 26

BAB V PENUTUP...................................................................................... 29

5.1. Kesimpulan.................................................................................. 29

5.2. Keterbatasan Penelitian................................................................ 30

5.3. Saran-saran................................................................................... 30

DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 32

LAMPIRAN..................................................................................................34

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 4.3.1. Biaya Penyimpanan................................................................... 23

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Progres Report....................................................................... 34

Lampiran 2 Transkip Wawancara Tahap Pertama.................................... 36

Lampiran 3 Transkip Wawancara Tahap Kedua....................................... 43

Lampiran 4 Dokumentasi Wawancara...................................................... 51

Lampiran 5 Dokumentasi Wawancara...................................................... 52

xiii
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Perkembangan ekonomi saat ini terus berkembang, terbukti dengan

semakin bertambahnya perusahaan usaha mikro kecil menengah (UMKM) yang

terdapat diberbagai daerah. Usaha mikro kecil menengah bisa dikatakan sebagai

home industri, karena produksinya belum bersifat besar dan masih bersifat

tradisional. Salah satu UMKM tersebut yaitu UMKM Batik. Batik sebagai salah

satu karya tradisional Indonesia yang memiliki nilai seni tinggi serta sejarah yang

tidak ternilai atau sebagai salah satu kebudayaan. Batik juga telah mampu

memberikan keuntungan ekonomi bagi masyarakat. Hal tersebut tidak lain karena

adanya management persediaan. Dimana perusahaan berusaha untuk tetap

menyetok persediaan agar tidak terjadi kekosongan persediaan.

UMKM Batik yang menjadi tujuannya yaitu di Yogyakarta. Selain itu

hampir UMKM berawal dengan modal kecil, ada yang bermodal ketrampilan, dan

bahkan ada yang bermodal dari uang muka pelanggan yang pesan. Karena

UMKM termasuk ruang lingkup perusahaan yang kecil menengah yang masih

bersifat tradisional tidak salah apabila belum mempunyai banyak karyawan, atau

bisa jadi karyawannya bersifat dependen dalam artian masih dalam ikatan anggota

keluarga. Meskipun dalam bentuk UMKM khususnya UMKM Batik tetap

memiliki stok persediaan, meskipun tidak semua UMKM memiliki stok

persediaan. Hal itu tergantung kebijakandari setiap UMKM.


2

Menurut Mulyadi (2001) Persediaan merupakan elemen aktiva yang

tersimpan untuk dijual dalam kegiatan bisnis yang normal atau barang-barang

yang akan dikonsumsi dalam pengolahan produk yang akan dijual.Hendra

Kusuma (2001) menjelaskan bahwa persediaan dapat berupa komponen material,

atau produk jadi yang tersedia di tangan, menunggu untuk digunakan atau

dijual.UMKM Batik yang peneliti teliti berawal tidak menyetok persediaan,

karena sibuk mengerjakan orderan. Namun dengan kegigihan dan semakin

berkembangnya produktivitasnya yang hampir setiap hari memproduksi walaupun

tidak ada pesanan maka mulai mempunyai stok persediaan tetapi tidak banyak.

UMKM Batik di Yogyakarta daerah tamansari yang peneliti jadikan

penelitian itu padat penduduknya serta tanah ditempat tersebut merupakan tanah

keraton yang mana turun-temurun dari ahli waris sedangkan mayoritas penduduk

setempat memproduksi batik, dengan demikian hampir semua tidak mempunyai

tempat produksi yang layak. Sehingga karyawannya pun ada yang diluar daerah

tersebut. Karena tidak memungkinkan untuk memproduksi banyak ditempat

tersebut.

Proses membatik membutuhkan berbagai bahan baku. Bahan baku tersebut

seperti kain mori, malam, pewarna dan berbagai alat seperti canting, kompor dan

lain-lain. Bahan baku tersebut disimpan tersendiri ditempat yang aman dan jauh

dari anak kecil. Karena mengkhawatirkan warna batik ada yang membahayakan

bagi kalangan anak-anak. Dalam hal tempat yang digunakan untuk memproduksi

batik itu tidak semua milik sendiri. Karena keterbatasan tempat produksi jalan
3

satu-satunya yaitu dengan menyewa tempat untuk dijadikan sebagai tempat untuk

memproduksi.

Hasil produksi batik tersebut nantinya disimpan di tempat penyimpanan.

Hal tersebut tidak lepas dengan adanya biaya penyimpanan. Biaya penyimpanan

adalah biaya pemakaian area dan fasilitas-fasilitas dalam ruang penyimpanan,

maupun penanggungan baik secara fisik maupun yang berkaitan dengan data

persediaan (Imelda., Soni, 2011). Penyimpanan persediaan bahan baku

khususnya di UMKM Batik yang peneliti teliti itu di dalam rumah yang mana di

ruang tersendiri. Namun kendalanya karena rumah tersebut masih milik orang tua,

dan ruangan tersebut tidak begitu luas maka mau tidak mau tetap ditempati selain

itu dalam hal biaya penyimpanannya pun masih dipertimbangkan. Untuk

mendapatkan persediaan bahan baku tersebut didapatkan dengan membeli

ketempat yang biasa dijadikan sebagai langganannya sehingga harganya pun

terjangkau. Dalam membeli bahan baku tersebut tidak hanya satu lembar kain atau

satu bungkus malam saja, tetapi dalam bentuk pcs atau gelondongan yang mana

sistemnya borongan.

Berdasarkan uraian yang telah diungkapkan diatas, peneliti ingin

mengetahui lebih mendalam mengenai biaya penyimpanan persediaan bahan baku

yang dilakukan UMKM dengan mempertimbangkan adanya management

persediaannya. Maka tema yang peneliti pilih dalam penelitian ini yaitu

“PENERAPAN MANAGEMENT PERSEDIAAN PADA BIAYA

PENYIMPANAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU BATIK (UMKM

BATIK’E LEK IWON YOGYAKARTA”.


4

1.2. Identifikasi Masalah

Dari pemaparan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi

permasalahannya bahwa berdasarkan survey pendahuluan, UMKM Batik’e Lek

Iwon merupakan UMKM Batik yang terkenal dengan kerajinan batik lukis.

UMKM tersebut memiliki keterbatasan tempat untuk memproduksi karena tempat

produksinya masih menyewa. Hal tersebut disebabkan dengan lokasi wilayah

yang kurang strategis dan dengan jumlah penduduk yang padat. Sehingga dalam

memproduksinya pun tidak dalam satu lingkup saja.

UMKM Batik dalam Batik’e Lek Iwon ini telah menerapkan management

persediaan batik yang cukup. Karena memiliki stok persediaan batik meskipun

tidak banyak. Namun masih memiliki keterbatasan tempat untuk menyimpan

persediaan bahan baku batik yang mana tempat menyimpannya masih di dalam

rumah dalam tempat yang tidak begitu besar. Dengan demikian masih

mempertimbangkan untuk mengalokasikan biaya penyimpanannya persediaan

bahan baku batik. Hal ini yang akan peneliti lakukan yaitu mempertimbangkan

untuk mengalokasikan biaya penyimpanan dan biaya penyimpanan persediaan

bahan baku batik malam.

1.3. Batasan Masalah

Batasan masalah ini dibuat agar peneliti tidak menyimpang jauh dari

tujuan penelitian dan untuk menghindari permasalahan penulisan, maka peneliti

memberikan batasan masalah terkait dengan penerapan management persediaan

pada biaya penyimpanan persediaan bahan baku batik.


5

1.4. Rumusan Masalah

1. Berapa biaya penyimpanan pada UMKM Batik’e Lek Iwon?

2. Berapa biaya penyimpanan persediaan bahan baku batik malam pada UMKM

Batik’e Lek Iwon?

3. Apakah UMKM Batik’e Lek Iwon sudah menerapkan management


persediaan?

1.5 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui biaya penyimpanan pada UMKM Batik’e Lek Iwon.

2. Untuk mengetahui biaya penyimpanan persediaan bahan baku batik malam

pada UMKM Batik’e Lek Iwon.

3. Untuk mengetahui apakah UMKM Batik’e Lek Iwon sudah menerapkan


management persediaan.

1.6. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan management

persediaan batik yang terdapat di UMKM Batik’e Lek Iwon Yogyakarta

walaupun dengan adanya keterbatasan tempat penyimpanan persediaan bahan

baku batik. Selain itu diharapkan hasil penelitian ini dapat memperkuat

pernyataan-pernyataan dari penelitian sebelumnya dan dapat dijadikan sebagai

acuan untuk penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Mahasiswa
6

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat kepada mahasiswa tentang

wawasan management persediaan batik.

b. Bagi Penulis

Penelitian ini memberikan manfaat kepada penulis. Dengan adanya

penelitian ini dapat mengetahui permasalahan apa saja yang terdapat di

UMKM Batik’e Lek Iwon Yogyakarta. Selain itu peneliti juga

mendapatkan banyak pengalaman selama kegiatan penelitian.

3. Manfaat Akademis

Dalam penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dalam

dunia pendidikan tentang management persediaan batik dengan adanya

keterbatasan biaya maupun tempat penyimpanan persediaan bahan baku batik.

Selain itu diharapkan hasil penelitian ini dapat memperkuat pernyataan-

pernyataan dari penelitian sebelumnya dan dapat dijadikan sebagai acuan untuk

penelitian selanjutnya.

1.7. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini membahas mengenai latar belakang masalah, identifikasi

masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian

dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dalam tinjauan pustaka berisi tentang materi tema secara umum yang

dijadikan acuan dan landasan dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini
7

membahas mengenai teori-teori apa yang digunakan, penegrtian management

persediaan, apa itu persediaan, indikator-indikator apa saja yang termasuk dalam

biaya penyimpanan, selain itu juga membahas mengenai persediaan bahan baku.

BAB III METODE PENELITIAN

Pada metode penelitian menjelaskan pedoman dalam melakukan

penelitian, metode penelitian ini berisi mengenai jenis penelitian, sumber data,

lokasi dan waktu penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.

BAB IV PEMBAHASAN

Pada bab ini menjelaskan dan menjawab dari rumusan masalah yang

terdapat di bab pendahuluan, serta menganalisis dari temuan-temuan yang ada.

BAB V PENUTUP

Pada bab ini berisi mengenai kesimpulan, kesimpulan merupakan

rangkuman dari hasil penelitian yang disajikan secara ringkas dan jelas. Selain itu

bab ini juga berisi mengenai keterbatasan penelitian dan saran-saran dari peneliti

untuk kedepannya.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
8

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Kendala

Setiap perusahaan menghadapi sumber daya dan permintaan yang terbatas

atas setiap produk. Keterbatasan-keterbatasan ini disebut kendala (constraint).

Teori kendala mengakui kinerja setiap perusahaan dibatasai oleh kendala-

kendalanya. Kemudian, teori kendala mengembangkan pendekatan spesifik untuk

mengelola kendala guna mendukung tujuan perbaikan yang berkelanjutan.

Menurut theory of constraint(TOC), jika hendak memperbaiki kinerja, suatu

perusahaan harus mengidentifikasi kendala-kendalanya, mengeksploitasi

kendalanya dalam jangka pendek, serta menemukan cara mengatasinya dalam

jangka panjang. (Hasen dan Mowen, 2009:231)

2.2 Management Persediaan

Management persediaan merupakan upaya yang dilakukan untuk

pengelolaan persediaan agar selalu ada dan tidak mengalami kehabisan

persediaan, dimana produksinya selalu berjalan agar menjadi daya tarik terhadap

kepuasan pelanggan. Manajemen persediaan adalah perencanaan,

pengorganisasian, penggiatan, dan pengendalian atas persediaan yang dibutuhkan

oleh suatu perusahaan (Adawiyah, 2011). Manajemen persediaan adalah hal yang

sangat berfungsi dalam sebagian besar bisnis (Eleonora, 2014).Dalam hal ini

management persediaan masih bersifat tradisional. Menurut Siregar, dkk


9

(2013:443) Management persediaan meliputi biaya persediaan, alasan tradisional

memiliki persediaan, dan metode EOQ.

Biaya persediaan yaitu biaya yang berkaitan dengan persediaan, seperti

biaya persediaan bahan baku, biaya pemesanan, biaya penyimpanan.

1. Biaya persediaan bahan baku merupakan biaya yang berhubungan dengan

bahan baku batik seperti biaya pembelian bahan baku kain, malam, canting,

pewarna dan lain-lain.

2. Biaya pemesanan merupakan biaya yang berhubungan dengan pemesanan

persediaan, seperti biaya untuk transportasi pengiriman pesanan persediaan,

biaya pembongkaran persediaan, biaya tenaga kerja dan lain-lain. Untuk

menentukan biaya pemesanan dengan rumus sebagai berikut :

𝑷𝑫
𝑸

Keterangan :

P : Biaya menempatkan pessanan dan penerimaan pesanan (atau biaya

persiapan pelaksanaan produksi)

D : Jumlah permintaan tahunan yang diketahui

Q : Jumlah unit yang dipesan setiap kali pesanan dilakukan

3. Biaya penyimpanan merupakan biaya yang berhubungan dengan penyimpanan

persediaan bahan baku, seperti biaya ruang penyimpanan, biaya listrik ruang

penyimpanan, biaya pabrik dan lain-lain. Untuk menentukan biaya

penyimpanan dengan rumus sebagai berikut :

𝑪𝑸
𝟐
10

Keterangan :

C : Biaya penyimpanan satu unit persediaan selama satu tahun

Q : Jumlah unit yang dipesan setiap kali pesanan dilakukan

Dengan demikan total biaya pemesanan dan biaya penyimpanan dapat

dirumuskan sebagai berikut :

𝑷𝑫 𝐂𝐐
𝐓𝐂 = +
𝑸 𝟐

TC = P(D/Q) + C(Q/2)

Untuk mengantisipasi banyaknya persediaan, maka langkah yang

sebaiknya dilakukan perusahaan yaitu adanya “Safety Stock (persediaan

pengamanan) adalah persediaan ekstra yang disimpan untuk menjaga jika terjadi

influktasi permintaan” (Supriyono 1999:138) Jadi diadakannya Safety Stock

adalah agar proses produksi tidak terganggu oleh ketidak pastiaan bahwa bahan

baku serta keterlambatan dengannya bahan baku yang disebabkan oleh hal-hal

yang tidak terduga, sehingga perusahaan memandang perlu adanya persediaan

pengamanan.

2.2.1. Pengertian Persediaan

Persediaan selalu ada pada semua perusahaan. Kedudukan persediaan

khususnya pada perusahaan manufaktur maupun industri sangatlah penting.

(Imelda dan Irwandi, 2011 dalam Kieso, Weygandt, Warfield, 2002:443),

menyatakan bahwa persediaan (inventory) adalah pos-pos aktiva yang dimiliki


11

untuk jual dalam kondisi bisnis normal atau barang yang digunakan dalam

produksi bisnis yang akan dijual. Persediaan seperti yang diungkapkan Handoko

(2000:333) menyebutkan bahwa persediaan adalah suatu istilah umum yang

menunjukkan segala sesuatu atau sumber daya organisasi yang disimpan dalam

antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan.

Menurut Mulyadi (2001) dalam Sistem Akuntansi : Persediaan merupakan

elemen aktiva yang tersimpan untuk dijual dalam kegiatan bisnis yang normal

atau barang-barang yang akan dikonsumsi dalam pengolahan produk yang akan

dijual.Hendra Kusuma (2001) menjelaskan bahwa persediaan dapat berupa

komponen material, atau produk jadi yang tersedia di tangan, menunggu untuk

digunakan atau dijual..Menurut Assauri (2008), persediaan adalah suatu aktiva

yang meliputibarang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual suatu periode

usaha yangnormal atau persediaan barang-barang yang masih dalam

pengerjaan/prosesproduksi, ataupun persediaan barang baku yang menunggu

penggunaannya dalamsuatu proses produksi.

Berdasarkan uraian Slamet (2007:155), jika dilihat dari segi fungsi, maka

persediaan dibedakan atas :

1. Batch atau lot size inventory yaitu persediaan yang diadakan karena kita

membeli atau membuat bahan-bahan / barang-barang dalam jumlah yang lebih

besar dan jumlah yang dibutuhkan pada saat itu

2. Fluctuation stock adalah persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi

permintaan konsumen yang tidak dapat diramalkan.


12

3. Anticipation stock yaitu persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi

yang dapat diramalkan, berdasarkan pola musiman yang terdapat dalam satu

tahun dan pola untuk menghadapi penggunaan atau penjualan / permintaan

yang meningkat.

2.2.2. Indikator-indikator dalam Biaya Penyimpanan

Biaya penyimpanan adalah biaya pemakaian area dan fasilitas-fasilitas

dalam ruang penyimpanan, maupun penanggungan baik secara fisik maupun yang

berkaitan dengan data persediaan, (Imelda., Soni, 2011). Biaya penyimpanan

merupakan salah satu biaya yang termasuk dalam biaya persediaan. Biaya

penyimpanan juga salah satu cara yang digunakan untuk menetukan persediaan

dengan metode EOQ (Economic Order Quantity). Biaya penyimpanan adalah

biaya-biaya untuk menyimpan persdiaan. Berikut indikator-indikator biaya

penyimpana adalah sebagai berikut : asuransi, pajak persediaan, keusangan, biaya

peluang dari dana yang terikat dalam persediaan, biaya penanganan, dan ruang

penyimpanan persdiaan.

2.2.3. Persediaan Bahan Baku

Bahan baku merupakan hal paling utama yang harus ada didalam

perusahaan, terutama perusahaan industri, karena bahan baku merupakan bagian

dari suatu proses produksi yang harus ada didalam perusahaan dan tidak dapat

diabaikan keberadaannya, baik dalam kuantitas maupun kualitas yang telah

ditentukan oleh perusahaan. Manfaat diadakan persediaan bahan baku menurut

Sofyan Assauri (1999:170) adalah :


13

1. Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya barang-barang yang

dibutuhkan perusahaan.

2. Menghilangkan resiko dan material yang dipesan tidak baik, sehingga harus

dikembalikan.

3. Mempertahankan stabilitas operasi perusahaan dan menjamin kelancaran arus

produksi.

4. Memberikan pengadaan atau produksi tidak tentu disesuaikan dengan

penggunaan atau penjualan.

5. Untuk menumpuk bahan-bahan yang dihasilkan secara musiman sehingga

dapat digunakan bila bahan itu tidak ada dalam pasaran.

6. Memberikan layanan kepada langganan dengan sebaik-baiknya dimana

keinginan langganan pada suatu saat dapat dipenuhi atau diberikan jaminan

tetap tersedia barang jadi tersebut.

2.3. Literatur Review

No Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian

1 Dilupa Strategis transshipment


Menurut hasil studi simulasi,
Nakandala, lateral yang hybrid untuk
keputusan aturan dua langkah
Henry Lau, manajemen persediaan yang diusulkan menghasilkan
Jingjing biaya-dioptimalkan biaya persediaan lebih rendah
Zhang, (2017) dari aturan keputusan
alternatif. Outperformance
aturan dua langkah yang
diusulkan berlaku dalam
skenario yang berbeda.
2 Trivoni Manajemen Persediaan Persediaan bahan
Dewanti Pada Perusahaan Baja bakuPerusahaan Baja Ringan
(2012) RinganDi Yogyakarta diYogjakartabelum
memadai,karena terkadang
masihmengalami
14

kekuranganpersediaan yang
menghambatproses produksi.
3 Eleonora Pengelolaan Persediaan Hasil penelitiannya
Kontuš, (2014) di Perusahaan memberikan persamaan
model untuk menghitung
penghematan bersih dari
perubahan tingkat persediaan
serta model optimisasi
matematis baru. Dengan
model ini perusahaan bisa
mempertimbangkan laba
bersih dari perubahan tingkat
persediaan dan menetapkan
tingkat persediaan optimal
serta meningkatkan
profitabilitas.
15

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif

merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan teori atau hipotesis

melalui pengungkapan fakta (Indriantoro dan Supomo, 2002:23). Penelitian

kualitatif menggunakan pendekatan induktif yaitu pendekatan yang dimulai dari

pernyataan-pernyataan khusus ke pernyataan-pernyataan umum. Menurut Afrizal

(2015:13), penelitian kualitatif adalah metode yang pengumpulan dan

penganalisian datanya dilakukan dengan terjun langsung ke lapangan untuk

melihat keadaaan objek sehingga data yang diperoleh berupa kata-kata bukan

angka yang kemudian dideskripsikan menjadi kata-kata.

3.2. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer. Data

primer adalah data yang diperoleh secara langsung tanpa melalui pihak lain yaitu

peneliti langsung terjun ke lapangan untuk mendapatkan sumber data dari

informan.

3.3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi dalam penelitian ini adalah UMKM Batik pada Batik’e Lek Iwon

yang beralamat di Taman KT1/433 RT36/RW09 Kelurahan Patehan, Kraton,

Yogyakarta. Sedangkan waktu yang digunakan peneliti dalam penelitian ini


16

dimulai dari survey lokasi pada Sabtu, 29 September 2018 dan mulai melakukan

penelitian pada awal bulan Oktober 2018.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data yang digunakan

berdasarkan pengamatan secara langsung dengan terjun ke lapangan. Data yang

digunakan menggunakan data primer. Ada dua metode yang dapat digunakan

untuk mengumpulkan data primer yaitu metode survei dan metode observasi

(Indriantoro dan Supomo, 2002:147).

1. Metode survei

Teknik pengumpulan data dalam metode survei yaitu wawancara. Wawancara

ini merupakan teknik dengan menggunakan pertanyaan lisan kepada

narasumbernya. Dalam penelitian ini narasumbernya yaitu pemilik UMKM

Batik’e Lek Iwon yang nama panggilanya Bapak Iwon.

2. Metode Observasi

Teknik pengumpulan data dengan metode ini yaitu dengan observasi langsung

ke tempat yang menjadi objek dalam penelitian ini. Objek dalam penelitian ini

yaitu UMKM Batik’e Lek Iwon di Yogyakarta. Hal ini dilakukan untuk

mendapatkan data yang akurat.

3. Metode Wawancara

Teknik pengumpulan data dalam metode ini yaitu dengan melakukan

wawancara langsung kepada narasumber atau pemilik UMKM Batik’e Lek

Iwon. Dalam wawancara ini berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis terkait


17

dengan data yang diperlukan. Salah satunya yaitu data yang berkaitan dengan

biaya penyimpanan persediaan bahan baku batik

3.5. Teknik Analisis Data

Dalam teknik analisis data, data yang diperoleh dari hasil wawancara,

observasi kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif. Teknik

analisis data ini bertujuan agar data yang diperoleh dari hasil penelitian dapat

dipahami oleh semua pengguna informan. Teknik analisis data harus dilakukan

dengan cara sistematis dan terstruktur agar lebih mudah dalam mengambil

kesimpulan.
18

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Penelitian

UMKM Batike Lek iwon beralamatkan di Taman KT I/433/RT 36/ RW 9,

Kelurahan Patehan, Kraton, Yogyakarta, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

UMKM Batik’e Lek Iwon didirikan pada tahun 1988 oleh Bapak Sinesius Iwan

Setiawan. Dalam memproduksi batik, beliau dibantu oleh ayah dan dua saudara

laki-laki. Pada UMKM ini tidak hanya memproduksi batik tulis saja, akan tetapi

juga menerima jasa kursus batik, mengadakan kegiatan outbound batik dan

workshop yang berhubungan dengan batik.

Menurut Bapak Iwan selaku pemilik Batik bahwayang melatar belakangi

pendirian UMKM Batik’e Lek Iwon adalah karena kondisi ekonomi dan pengaruh

lingkungan. Bahwasanya Batik’e Lek Iwon yang terletak di pusat Kota

Yogyakarta tepatnya kawasan Obyek Tamansari Kraton Yogyakarta dengan

kampung tamannya yang sangat terkenal dengan kerajian batiknya. Selain itu ciri

khas Batik Kampung Tamansari adalah Batik Lukis, yang alur prosesnya tetap

100% Batik asli.

Modal awal UMKM Batik’e Lek Iwon berasal dari uang muka pelanggan

yang memesan batik. Pada awalnya ada tetangga yang memesan 5 batik dengan

ukuran 90 x 75 cm dan harga pada waktu itu masih Rp 5.000 sehingga itulah

yang menjadi modal awal atau utama. Dari modal awal itulah, seiring dengan

berjalannya waktu, Batik’e Lek Iwon dapat berkembang dan dapat bersaing

dipasaran sampai saat ini.


19

UMKM Batik’e Lek Iwon dalam memproduksi batik ditempat khusus.

Tempat tersebut tidak jauh dari tempat tinggalnya. Namun tempat tersebut masih

menyewa, untuk menyewa tempat kerja yang dijadikan sebagai tempat produksi

UMKM Batik’e Lek Iwon setiap bulannya membayar Rp 600.000,00. Tetapi

selain ditempat tersebut UMKM Batik’e Lek Iwon dalam memproduksi batik juga

di rumahnya. Meskipun rumah tersebut bukan milik sendiri tetapi milik orang

tuanya.

UMKM Batik’e Lek Iwon rata-rata perbulannya hanya bisa membuat 15

lembar kain batik.Biasanya ukurannya 2 meter. Bahannya biasanya yang

premisima 7lembar yang birkolin 8 lembar. Dalam setiap satu kain membutuhkan

kurang lebih ¼ kg sampai dengan ½ kg. Hal tersebut tergantung dengan motif

batiknya. Sedangkan untuk pewarnanya setiap satu kain kira-kira membutuhkan

beberapa ons saja.

4.1.1. Ketenagakerjaan

Sebagai karya tradisional yang bergerak di bidang kerajinan yaitu kerajina

Batik, dalam Batik’e Lek Iwon tidak lain membutuhkan bantuan untuk kegiatan

memproduksi Batik. Batik’e Lek Iwon dalam menjalankan kegiatan produksinya

dengan melibatkan karyawan yang mana karyawannya masih dalam lingkup

keluarga. Berikut nama-nama yang ikut memproduksi Batik antara lain :

1. Sinesius Iwan Setiawan (Pemilik UMKM)

2. ST Sugeng Raharjo (Ayah dari Pemilik UMKM)

3. Antonius Tri Wahyono (Saudara laki-laki dari Pemilik UMKM)


20

4. Modesta Dwi Sugiharto (Saudara laki-laki dari Pemilik UMKM)

4.1.2. Produk dan Kegiatan yang Terdapat di UMKM Batik’e Lek Iwon

Sebagai usaha mikro kecil menengah (UMKM) yang sudah berdiri sejak

1988 Batik’e Lek Iwon dari waktu ke waktu terus berkembang dan mengalami

peningkatan. Banyak produk dan kegiatan yang ada di Batik’e Lek Iwon

diantaranya :

1. Batik Lukis

Batik’e Lek Iwon yang terkenal dengan batik lukisnya bahwa batik ini 100%

batik lukis hasil dari karya beliau. Motif dalam batik lukis bermacam-macam.

Motif batik lukis tersebut mulai dari motif yang mudah sampai yang rumit.

2. Batik Course

Berdasarkan dalam brosur, Batik’e Lek Iwon membuka jasa kursus batik. Siapa

saja yang ingin belajar terkait membatik, dengan senang hati UMKM Batik’e Lek

Iwon akan siap melayani dan mengajarkannya. Bahkan kursus Batik ini juga

untuk wisatawan mancanegara maupun wisata nusantara.

3. Outbond Batik

Berdasarkan dalam brosur, Outbond Batik pada Batik’e Lek Iwon ini sudah

menjuru ke berbagai lokasi. Mulai dari sekolah sampai umum, baik untuk pelajar

maupun mahasiswa.

4. Workshop

Workshop yang diadakan di UMKM Batik’e Lek Iwon ini bertujuan untuk

berbagi ilmu terkait dengan bagaimana cara membatik yang baik dan benar
21

sehingga menghasilkan batik yang bagus. Selain itu di workshop Batik’e Lek

Iwon menghadirkan nuansa serta motif Batik yang lain dari pada yang lain.

4.1.3. Alat dan Bahan Baku Batik

Hal penting dalam membatik yaitu dengan adanya material. Material

tersebut yaitu seperti alat dan bahan baku batik. Alat yang diperlukan untuk

membatik antara lain seperti canting, kompor, bambu atau kayu penumpu. Alat-

alat tersebut disimpan ditempat yang sekiranya aman dan jauh dari anak-anak

kecil. Karena apabila tidak dijauhkan dari anak kecil akan membahayakan dan

dapat mengakibatkan ketidakefisien maupun keefektivisan dalam membatik.

Sedangkan bahan baku yang diperlukan untuk membatik antara lain seperti

kain mori, malam, pewarna dan soda abu. Bahan kain mori tersebut bermacam-

macam, yang digunakan yaitu menggunakan merek premisima, birkolin dan lain-

lain. Untuk pewarna yang digunakan yaitu naptol, indigosol dan remasol. Bahan

baku tersebut juga disimpan ditempat yang aman, jauh dari kalangan anak-anak

kecil. Untuk pewarna dan soda abu disimpan pada toples dengan tutup yang rapat.

4.2. Temuan Biaya Penyimpanan Persediaan Bahan Baku Batik

4.2.1 Biaya Ruang Penyimpanan

Ruang penyimpanan merupakan sebuah tempat yang digunakan untuk

menyimpan persediaan bahan baku. Selain untuk menyimpan persediaan bahan

baku juga untuk menyimpan persediaan batik. Persediaan batik pada Batik’e Lek

Iwon tersebut di dalam rumah yaitu di ruangan dengan ukuran kurang lebih 1 x 2
22

m. Dalam ruangan tersebut masih ada tempat yaitu etalase dan kontener atau box,

selain itu drum besar plastik bekas cat yang digunakan untuk menyimpan bahan

baku malam. Sedangkan pewarnanya disimpan dalam beberapa toples. Ruang

penyimpanan juga terdapat penerang lampu. Berikut penjelasan dari indikator

biaya penyimpanan :

1. Biaya Etalase

Pada ruang penyimpanan terdapat etalase, dalam etalase digunakan untuk

menyimpan persediaan batik baik yang sudah jadi batik maupun bahan baku batik.

Bahan baku yang disimpan dalam etalase yaitu bahan baku kain batik. Biaya

perolehan etalase tersebut sebesar Rp 1.500.000,00. Etalase tersebut kurang lebih

berukuran 1 x 2 m.

2. Biaya Kontener atau Box

Selain etalase, bahan baku batik juga disimpan dalam kontener atau box.

Namun, dalam kontener atau box digunakan untuk menyimpan alat batik yaitu

canting. Biaya perolehan kontener atau box tersebut sebesar Rp 35.000,00. Dalam

kontener atau box inilah tempat yang praktis untuk dijadikan tempat menyimpan

alat-alat batik.

3. Biaya Listrik

Dalam ruang penyimpanan tidak lepas dari adanya penerang, penerang yang

dipakai pada UMKM Batik’e Lek Iwon yaitu menggunakan lampu. Lampu yang

dipakai untuk penyimpanan persediaan batik yaitu philip dengan kekuatan daya 7

watt. Lampu tersebut pastinya mengeluarkan biaya, yang dikenal dengan biaya
23

listrik. Biaya listrik yang dikeluarkan Pak Iwon setiap bulannya kurang lebih

sebesar Rp 100.000,00. Listrik tersebut menggunakan model listrik pulsa.

4.2.2. Biaya karena Barang Ketinggalan Jaman

Perawatan untuk persediaan batik yaitu dengan batiknya itu dibongkar

dibersih-bersihin dan kemudian diangin-anginin dulu, untuk kompornya juga

dibongkar sumbu-sumbunya. Selain itu untuk persediaan batik yang lama

dialokasikan dengan cara mengubah batik lukis tersebut menjadi baju. Biaya

untuk menjahit satu baju tersebut sebesar Rp 90.000,00 karena menggunakan

puring. Sedangkan apabila baju tersebut dijual dengan harga Rp 500.000,00.

4.3. Perhitungan Biaya Pemesanan dan Biaya Penyimpanan

4.3.1. Biaya Penyimpanan

Jenis Biaya Per bulan Per tahun

Biaya penyusutan etalase Rp 12.500 Rp 150.000

Biaya penyusutan kontener Rp 590 Rp 7.000

Biaya Listrik Rp 3.700 Rp 44.400

Total Rp 16.790 Rp 201.400

Tabel 4.3.1. Biaya Penyimpanan

Keterangan :

a. Biaya etalase

Rp 1.500.000,00/10 : Rp 150.000,00 per tahun, dan Rp 12.500,00 per bulan

b. Biaya kontener atau box


24

Rp 35.000,00/5 : Rp 7.000,00 per tahun dan Rp 590,00 per bulan

c. Biaya listrik

1 lampu x 7 watt x 12 jam : 84 watt

84 watt/1.000 : 0,084 kwh

Tarif per kwh : 1, 467,28

Biaya listrik : 0,084 kwh x 1,467,28 : 123,25152 per hari x 30 hari : Rp

3,700,00 per bulan dan Rp 44.400,00 per tahun

4.3.2. Biaya Pemesanan


Pada UMKM Batik’e Lek Iwon setiap melakukan pembelian bahan baku

malam datang langsung ke tokonya. Waktu yang ditempuh dari rumah sampai

tokonya apabila dengan berjalan kaki kurang lebih 10 menit. Sedangkan apabila

menggunakan transportasi motor jarak dari rumah sampai toko kurang lebih 0,5

km. Motor tersebut menggunakan BBM Pertalite. Harga pertalite saat ini kurang

lebih Rp8.000/liter. Untuk satu liter pertalite dapat ditempuh untuk 10-11 km. Jika

dibulatkan biaya transportasi adalah Rp 800,00/km.Dengan demikian biaya

transportasi untuk membeli bahan baku malam yaitu Rp 800,00 x 0,5 km. Hal

tersebut diperoleh sebesar Rp 400,00 per pesan. Pemesanan atau pembeliannya

dilakukan setiap bulan. Jadi biaya transportasi yang dikeluarkan sebesar Rp 4.800

per tahun.

Setiap kali pembelian bahan baku malam yaitu 7 kg sampai dengan 15 kg.

Sedangkan untuk pemakaian 1 kain membutuhkan ¼ kg sampai dengan ½ kg. Hal

tersebut tergantung dengan motif batiknya. Setiap bulannya memproduksi batik

kurang lebih 15 unit. Jumlah pembelian bahan baku malam satu tahun adalah 84
25

kg sampai dengan 180 kg, dan jumlah pemakaiannya 45 kg sampai dengan 90 kg.

Namun yang menjadi acuan yaitu yang jumlah pembelian bahan baku malam satu

tahun adalah 84 kg dan jumlah pemakaiannya 45 kg.

4.4. Perhitungan Q (EOQ)

Untuk mencari Q persediaan bahan baku malam yaitu dengan

menggunakan metode EOQ. Berikut perhitungannya :

2xDxP
𝐸𝑂𝑄 = √
𝐶

2x45x4.800
𝐸𝑂𝑄 = √
201.400

Q = EOQ = 1,464 dibulatkan menjadi 1,5 kg

4.4.1. Perhitungan Total Biaya Persediaan Bahan Baku Malam

Diketahui : P = Rp 4.800,00; D = 45; Q =1,5; C = Rp 201.400,00

TC = P(D/Q) + C(Q/2)

TC = Biaya Pemesanan + Biaya Penyimpanan

TC = Rp 4.800(45/1,5) + Rp 201.400(1,5/2)

TC = Rp 144.000 + Rp 151.050

TC = Rp 295.050,00
26

Jadi, biaya penyimpanan bahan baku malam yang dikeluarkan setiap

tahunnya yaitu sebesar Rp 151.050,00. Sedangkan untuk biaya penyimpanan

persediaan bahan baku malam per kg yaitu sebagai berikut :

Biaya penyimpanan dalam setahun


H=
Jumlah bahan baku yang dibutuhkan dalam setahun
Rp 201.400,00
H=
45

H = 4.475,55 per kg dalam setahun

H = 372,96 per bulan dibulatkan 375 per kg

4.5. Analisis dan Pembahasan

Pada biaya penyimpanan, yang pertama biaya karena barang ketinggalan

jaman. Dalam kerangka teori, hal ini termasuk dalam biaya penyimpanan karena

apabila barang yang stok persediaannya masih ada namun motif barang tersebut

sudah tidak lagi trend atau dalam artian lagi musimnya. Sehingga perlu

dikeluarkan adanya biaya penyimpanan karena barang ketinggalan jaman.

Sedangkan pada UMKM Batik’e Lek Iwon biaya karena ketinggalan jaman ini

diartikan dengan persediaan yang stoknya sudah lama dan belum laku terjual,

dalam hal tersebut langkah yang dilakukan UMKM Batik’e Lek Iwon yaitu

dengan menjahit persediaan batik menjadi baju. Biaya untuk menjahit baju

tersebut yaitu sebesar Rp 90.000,00.

Yang kedua, biaya penanganan bahan. Dalam kerangka teori, biaya

penanganan bahan juga termasuk biaya penyimpanan karena bahannya sudah


27

tersedia namun belum dibayarkan. Sehingga hal tersebut masih dalam tanggungan

biaya penyimpanan bagi perusahaan. Namun, pada UMKM Batik’e Lek Iwon

tidak melibatkan biaya penanganan bahan. Karena pemilik UMKM Batik’e Lek

Iwon setiap ada pemesanan dan ketika belum jadi tidak memperhitungkan biaya

penanganan batik dan ketika sudah selesai dikerjakan langsung diserahkan kepada

yang pemesan.

Yang ketiga, biaya ruang penyimpanan. Berdasarkan kerangka teori, Biaya

ruang penyimpanan termasuk biaya penyimpanan karena bahan-bahan baku

disimpan dalam ruangan tidak mungkin tersimpan dalam ruang terbuka. Biaya

ruang penyimpanan itu meliputi biaya listrik, biaya etalase, biaya kontener atau

box, dan lain-lain. Dengan meningkatnya biaya penyimpanan akan

mengakibatkan menurunnya jumlah pemesanan. Menurut Hansen dan Mowen

(2009), meminimalkan biaya penyimpanan mendorong jumlah persediaan yang

sedikit atau bahkan tidak ada. Sementara itu, meminimalkan biaya pemesanan

atau biaya persiapan mendorong jumlah persediaan yang besar.

Berdasarkan perhitungan di atas bahwa biaya penyimpanan diperoleh

sebesar Rp 16.790 per bulan dan Rp 201.400 per tahun. Hal tersebut menunjukkan

untuk biaya yang harus dikeluarkan untuk biaya penyimpanan secara keseluruhan

sebesar tersebut. Sedangkan untuk total persediaan bahan baku malam sebesar Rp

295.050,00 dan untuk biaya penyimpanan persediaan bahan baku malam sebesar

Rp 151.050,00 dan untuk biaya penyimpanan persediaan bahan baku malam per

kg yaitu 4.475,55 dalam setahun dan 372,96 per bulan dibulatkan 375. Hal

tersebut menunjukkan bahwa biaya penyimpanan bahan baku malam lebih rendah
28

dari pada total biaya persediaan bahan baku malam. Apabila persediaan bahan

baku malam meningkat, biaya penyimpanannya pun juga meningkat. Karena hal

tersebut menunjukkan persediaan bahan baku malam yang menambah dalam

ruang penyimpanan atau dengan jumlah yang banyak.

Selain itu setiap bulannya UMKM Batik’e Lek Iwon membatik dengan

rata-rata 15 lembar kain batik. Hal ini lah yang menjadikan UMKM Batik’e Lek

Iwon tetap mempunyai persediaan batik. Pesanan batik dengan persediaan batik

yang diproduksi tidak mempengaruhi pada biaya penyimpanan persediaan bahan

baku batik. Karena meskipun mempunyai keterbatasan tempat, UMKM Batik’e

Lek Iwon tetap melakukan produksi batik. Bahwasanya dengan bertambahnya

persediaan batik baik yang baru maupun persediaan yang lama dalam

penyimpanan itu tidak menjadi masalah. Selain itu, persediaan batik yang lama

pada tempat penyimpanan akan dialokasikan dengan cara dijahit untuk dijadikan

baju.
29

BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa UMKM Batike

Lek iwon beralamatkan di Taman KT I/433/RT 36/ RW 9, Kelurahan Patehan,

Kraton, Yogyakarta, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. UMKM Batik’e Lek

Iwon didirikan pada tahun 1988 oleh Bapak Sinesius Iwan Setiawan. Pada

UMKM Batik’e Lek Iwon selain memproduksi batik juga mengadakan kegiatan

seperti kursus batik, outbond batik, dan workshop batik.

Dengan perhitungan biaya penyimpanan didapatkan sebesar Rp 16.790 per

bulan dan Rp 201.400,00 per tahun. Hal tersebut menunjukkan untuk biaya

penyimpanan secara keseluruhan. Untuk total biaya persediaan bahan baku malam

sebesar Rp 295.050,00. Sedangkan untuk biaya penyimpanan persediaan bahan

baku malam sebesar Rp 151.050,00 dan untuk biaya penyimpanan persediaan

bahan baku malam per kg yaitu sebesar 4.475,55 dalam setahun dan 372,96 per

bulan dibulatkan 375. Dari hasil perhitungan di atas bahwa biaya persediaan

bahan baku malam lebih besar dari pada biaya penyimpanannya.

UMKM Batik’e Lek Iwon telah menerapkan management persediaan yaitu

terbukti dengan tidak hanya memproduksi batik jika ada pemesanan saja. Selain

itu setiap bulannya UMKM Batik’e Lek Iwon membatik dengan rata-rata 15

lembar kain batik. Biaya penyimpanannya bersifat relevan. Karena dengan

persediaan yang sudah lama kemudian diproses atau dialokasikan kembali dengan

cara dijahit yang kemudian dijadikan baju, dimana hal tersebut nantinya akan
30

dijual sehingga memperoleh penambahan modal. Dengan demikian hal tersebut

tidak mengurangi resiko kerugian akibat dari persedian yang mengalami

perubahan.

5.2. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan penelitian yaitu :

1. Keterbatasan untuk memperoleh data pembelian bahan baku dan persediaan.

Karena pihak UMKM nya tidak menunjukkan nota-nota yang terkait dengan

pembelian bahan baku batiknya.

2. Peneliti hanya berfokus pada penelitian mengenai biaya penyimpanan yaitu

seperti biaya etalase, biaya kontener atau box, dan biaya listrik. Hal ini biaya

penyimpanannya tidak melibatkan semua biaya penyimpanan per unit

persediaan, melainkan hanya mempertimbangkan pada biaya penyimpanan

persediaan bahan baku malam.

5.3. Saran-saran

Sebaiknya dalam biaya penyimpanan UMKM Batik’e Lek Iwon

menyesuaikan dengan beberapa aspek diantarannya mengenai :

1. Pada UMKM Batik’e Lek Iwon seharusnya memperhitungkan adanya biaya

asuransi persediaan yang mana hal tersebut merupakan salah satu indikator

dalam biaya penyimpanan.


31

2. Dalam pencatatan keuangan pada UMKM Batik’e Lek Iwon sebaiknya tidak

hanya menggunakan microsoft excel saja melainkan juga menggunakan sistem

agar mempermudah serta lebih efektif dan efisien.

3. Pada UMKM Batik’e Lek Iwon sebaiknya memperluas atau menambah ruang

produksi maupun ruang penyimpanan persediaan batik.

4. Pada UMKM Batik’e Lek Iwon sebaiknya mempertimbangkan adanya biaya

penyimpanannya.
32

DAFTAR PUSTAKA

Adawiyah, Rabiatul. (2011). Analisis Manajemen Persediaan Bahan Untuk


Meningkatkan Efisiensi Industri Kain Sasirangan Di Kota Banjarmasin.
Politeknik Negeri Banjarmasin.

Amrillah, Azmi Fahma., dkk. (2016). Analisis Metode Economic Order Quantity
(Eoq) Sebagai Dasar Pengendalian Persediaan Bahan Baku Pembantu
(Studi Pada Pg. Ngadirejo Kediri - Pt. Perkebunan Nusantara X). Jurnal
Administrasi Bisnis (JAB) Vol. 33 No. 1 April.

Assauri, Sofyan. (1999). Manajemen produksi dan operasi. Edisi revisi. Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia: Jakarta.

Assauri, Sofyan. (2008). Manajemen Produksi dan Operasi. Jakarta:


Lembaga Penerbit FakultasEkonomi Universitas Indonesia.

Dewanti, Trivoni. (2012). Manajemen Persediaan Pada Perusahaan Baja Ringan


Di Yogyakarta. NPM 115 101 734 Program Studi Magister Teknik Sipil
Program Pascasarjana Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

Eleonora Kontuš. (2014). Management Of Inventory In A Company. God. XXVII,


BR.2/2014. str. 245-256. UDK 658.78.

Fajrin, Eldwidho Hanarista. (2015). Analisis Pengendalian Pesediaan Bahan


BakuDengan Menggunakan Metode Economic Order Quantity (EOQ)
pada Perusahaan Roti Bonansa. Skripsi. Semarang: Fakultas Ekonomi,
Universitas Negeri Semarang.

Handoko, T. Hani. (2000). Dasar-dasar Manajemen Produksi dan Operasi.


Yogyakarta: BPFE.

Hasen, Don R., dan Mowen, Maryanne M. (2009). Edisi 8. Managerial


Accounting. Jakarta: Salemba Empat.

Indriantoro, Nur., & Supomo. (2002). Metodologi Penelitian Bisnis Untuk


Akuntansi & Management. Yogyakarta: BPFE.

Kusuma, Hendra, (2001), Manajemen Produksi. Yogyakarta: Graha Ilmu.


Imelda, Patricia., dan Irwandi Soni Agus. (2011). Rancangan Persediaan Bahan
Baku Dengan Menggunakan Metode Eoq Studi Kasus Pada Perusahaan
Rokok Ketapang Jaya Tanggulangin Sidoarjo. The Indonesian
Accounting Review Volume 1, No. 2, July.
33

Mulyadi. (2001). Sistem Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat.

Nakandala, Dilupa. (2017). Strategic hybrid lateral transshipment for


cost-optimized inventory management.Industrial Management & Data
Systems, Vol. 117 Issue: 8, pp.1632-1649.

Siregar, balddric., dkk. (2013). Akuntansi Manajemen. Jakarta: Salemba Empat.

Slamet, Achmad. (2007). Penganggaran Perencanaan dan Pengendalian Usaha.


Semarang: UNNES PRESS.

Supriyono. (1999). Menejemen biaya suatu reformasi pengolahan bisnis. Buku I.


Edisi pertama. Yogyakarta: BPFE.

Weygandt, Kieso., & Warfield. (2002). Akuntansi Intermediate. Edisi 11. Jakarta:
Erlangga.
34

LAMPIRAN

Lampiran 1
PROGRES REPORT

KELOMPOK 12 (Dua Belas)

LOKASI FIELD UMKM Batik’e Lek Iwon dengan alamat


STUDY Taman KT I/433 RT 36/RW 09 Kelurahan
Patehan, Kraton, Yogyakarta.

NAMA (NIM) Hafsotul Munawwaroh (165221089)

MINGGU KE URAIAN KEGIATAN

Minggu ke - 1  Kamis, 4 Oktober 2018 di Fort Vredeburg


Museum di JL. Margo Mulyo No. 6,
Ngupasan, Gondomanan, Kota Yogyakarta,
Daerah Istimewa Yogyakarta 55122,
melakukan wawancara secara singkat
mengenai persediaan pada UMKM Batik’e
Lek Iwon.
 Menyusun progress report minggu pertama.

Minggu ke - 2  Jumat, 12 Oktober 2018 di Taman KT


I/433/RT 36/ RW 9, Kelurahan Patehan,
Kraton, Yogyakarta, Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta, melakukan
wawancara secara singkat mengenai
35

persediaan pada UMKM Batik’e Lek Iwon.


 Menyusun progress report minggu ke- dua.
 Menyusun laporan mini risert.
Minggu ke - 3  Menyusun progress report minggu ke- tiga.
 Menyusun laporan mini risert.
Minggu ke - 4  Menyusun progress report minggu ke-
empat.
36

Lampiran 2
Transkip Wawancara

Narasumber : Pak Iwan

Jabatan : Pengusaha dan Seniman batik

Hari/Tanggal : Kamis, 4 Oktober 2018

Pukul : 12.30 – 13.30 WIB

Tempat : Fort Vredeburg Museum di JL. Margo Mulyo No. 6, Ngupasan,

Gondomanan, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta

55122.

Pewawancara : Sejak kapan bapak memproduksi batik dan motivasi bapak


dalam memproduksi batik?
Narasumber : Sejak kelas 5 SD (Sekolah Dasar) sekitar tahun 1983 sudah
membuat batik. Motivasinya adalah saya ingin mbatik dan
ingin mendapatkan uang. Karena kondisi ekonomi dan
pengaruh lingkungan. Karena orang tua memiliki anak
banyak sehingga pengen membantu orang tua mencari
uang jajan sendiri dan kebetulan di wilayah Taman Sari
90% masyarakatnya banyak yang membatik juga sehingga
pengen ikutan membatik juga. Waktu SMP sudah bisa
bayar sekolah sendiri dari membuat batik sekitar tahun
1987-1988 saya membatik sendiri. Kalau di Taman Sari
batik – batik nya ya itu batik lukis, lukisan dinding, batik
kaos.
Pewawancara : Awal usaha bapak memperoleh modalnya dari mana, pak?
Narasumber : Bapak dulu ngga mampu, dan bapak cuman bilang bapak
ngga bisa ngasih apa-apa, bapak cuman bisa ngasih
37

ketrampilan-ketrampilan membatik. Saat itu hanya bisa


membatu bapak dan hasil batiknya itu bisa dijual. Modal
pertamanya uang muka. Jadi dulu batiknya dipesan oleh
tetangga yang mempunyai galery itu sudah senang banget.
Tetangganya bilang “wan, gawekno batik iki”, waktu itu
harganya masih sekitar Rp 5.000- Rp4.000 waktu dulu. Itu
sudah lumayan, pada waktu itu harga kain meteran masih
ratrusan. Modal awalnya dari itu. Saya bisa bikin lukisan
itu tanah lot Bali, pokoknya serba pemandangan zaman
dulu. Gambar batik ke pasar burung karena dekat pasar
burung dulu. Dulu ukurannya kecil belum ada 1 meter,
cuman 75 cm lah. Kalau ditamansari kan terkenalnya batik
lukis, jadi ya cuman kaya gitu. Itu sudah senang banget.
Dan orang tua bilang “hasil seperti itu nanti ya ditabung”,
ya uang itu diputar terus saja.
Pewawancara : Apakah bapak kalau tidak ada pesanan tetap memproduksi
batik?
Narasumber : Iya
Pewawancara : Berarti bapak memiliki stok persediaan?
Narasumber : Ya, kalau dulu tidak punya karena waktunya sudah habis
untuk mengerjakan order jadi tidak punya stok. Tapi
sekarang punya beberapa persediaan batik tapi tidak
banyak. Dulu punya toko sehingga persediaan banyak tapi
karena yang bekerja sama tidak ada kecocokkan, sehingga
sekarang tokonya ditutup. Kalau ada pameran kita
mempersiapkan sehingga memiliki stok banyak, kan satu
tahun sebelumnyan diumumkan kalau ada pameran. Jadi
dalam waktu itu bisa membuat persediaan.
Pewawancara : Apakah Bapak punyai karyawan ngga?
Narasumber : Ya punya,tapi ya hanya keluarga saya seperti kakak dan
38

adik saya. kemudian dipecah atau dipencar-pencar, karena di


tamansari itu padat penduduknya hampir semua tidak
mempunyai tempat produksi yang layak. Sehingga karyawannya
juga ada yang diluar karena tidak memungkinkan untuk
berproduksi banyak disini. Jadi ya semisal ada orderan
banyak ya kita pakai system borongan juga. Contohnya ya
saya punya kain yang siap dibatik lalu saya biasanya ke
daerah Bantul ke tenaga yang mencanting.
Pewawancara : Bagaimana perhitungan bahan-bahannya dari system
borongan mencanting itu gimana?
Narasumber : Biasanya tergantung ukuran dan motif batiknya. Kalau
motifnya rumit ya beda nanti perhitungannya biasanya
lebih mahal.biasanya per meternya Rp 15.000 kalau yang
motif rumit biasanya upahnya Rp 50.000 dan ada juga
yang Rp 100.000 karena itu memang sangat rumit, kalau
misal hanya garis klowong saja gak ada isennya murah bisa
Rp 10.000.
Pewawancara : Apakah bapak juga memiliki persediaan bahan baku seperti
kain, malam / lilin, pewarna, dll ?
Narasumber : Iya punya. Tapi kalau beli bahannya ya sesuai dengan
kebutuhan.
Pewawancara : Dimana bapak menyimpan kaindan bahan lainnya pak?
Apakah di rumah atau ada tempat tersendiri?
Narasumber : Iya menyimpannya di rumah pakai etalase dan kontener
atau box besar
Pewawancara : Apakah rumahnya itu milik orang tua bapak atau milik
bapak sendiri?
Narasumber : Kalau beli sendiri itu di luar sana, di tamansari kan
mayoritas itu tanahnya milik keraton yang mana turun-
temurun dari orang tua. Karena nyari uangnya disitu jadi
mau tidak mau tetap disitu. Tetapi ruang kerja saya luas
39

dan bisa nyewa sana-sini


Pewawancara : Bapak itu kalau memproduksi batik di rumah juga atau
hanya di tempat kerja saja?
Narasumber : Iya sama di rumah karena kan menemani orang tua. Dan
tempat kerja saya di sekitar dekat rumah, tempatnya itu
yang buat angkringan. Angkringan kan bukanya jam 6 sore
nah pagi sampai sore kan kosong saya sewa untuk bekerja
malamnya ya untuk angkringan itu.
Pewawancara : Apakah sewa nya itu tiap bulan atau tiap tahun pak?
Narasumber : Tiap bulan, sebulan Rp 600.000.
Pewawancara : Untuk persediaan bahan baku bapak itu belinya gimana?
Narasumber : Belinya di PT Medari, belinya itu per pc atau gak
rombongan karena yang lebih murah.
Pewawancara : Ada atau tidak untuk biaya transport bapak memesan
bahan itu berapa pak?
Narasumber : Tidak ada, karena itu sudah langganan baik, biasanya pihak
sana bilang untuk pak Iwon segitu udah gak papa. Karena
dari sana bilang ”sekalian aja Pak, soalnya kita juga ada
pengiriman ke daerah sana yang sejalur. Jadi untuk Pak
Iwon tidak usah pakek ongkos kirim”.
Pewawancara : Perusahaan PT Medari itu dimana pak?
Narasumber : Di jalan Magelang, sebelum jempatan mana gitu saya lupa.
Pokoknya sebelum jembatan Tempel. Sekitar 20 km an ke
atas.
Pewawancara : Berapa lama waktu bapak membatik batik itu dalam satu
motif batik?
Narasumber : Wah lama, kalau saya sendiri kerjanya sesukaa hati jadi ya
lama. Kalau orderannya banyak iya dipencar-pencar ke
karyawan luar sana kan sudah ada bagiannya masing-
masing, biasanya saya ninggal mewarnainya
40

Pewawancara : Bapak kan menyetok persediaan batik, nah itu biaya


perawatannya gimana?
Narasumber : Kalau persediaan batiknya itu dibongkar dibersih-bersihin
dan kemudian diangin-anginin dulu
Pewawancara : Tempat menyimpan bahan bakunya itu dimana?
Narasumber : Kita simpen di konteneratau box gitu.
Pewawancara : Bahan-bahan batik itu apa saja sih Pak?
Narasumber : Bahan-bahannyayaseperti kain mori, lilin malamitu, obat
pewarna. Obat pewarna itu disimpan di toples tersendiri.
Kan ada naptol, indigosol, remasol itu kan memiliki
karakter sendiri-sendiri, jadi ya penyimpanannya saya
bedakan. Ini ada yang bahaya, disimpannya di plastik
sendiri dan yang lainnya di masukkan di kaleng bekas
biscuit atau di botol. Kalau kain disimpan di kontener
semua. Untukalat-alatnya, seperti canting itu, sayasimpen
di kontener. Kompornya, saya ditaruh di lemari susun dan
setiap kali saya rawat saya bongkar itu sumbunya, kalau
sumbunya ada yang jelek, saya ganti.
Pewawancara : Tempat menyimpannya itu luasnyaseberapasih, Pak?
Narasumber : Tidak luasmbak, itu hanya kecil cuman 1 x 2 m,
jadisempitsekali kok tidak luas-luas banget.
Pewawancara : Tempatnya itu seperti kamar pak?
Narasumber : Iya itu tempat khusus karena yang terpenting terhindar dari
anak kecil
Pewawancara : Ruangannya itu dikasih lampu ya pak? Lampunya itu agak
terang atau gimana?
Narasumber : Terang, kalau philip itu 7 watt sudah terang sekali
Pewawancara : La terus kalau lampu kan pakai pajakk ya pak, pajaknya itu
perbulan berapa pak?
Narasumber : Biaya listriknya, punya saya itu kan pulsa, jadi itu Rp
41

50.000 an malah gak ada satu bulan paling dua minggu


kalau gak 10 hari, cepet banget kok.
Pewawancara : Itu buat satu rumah pak?
Narasumber : Ho oh tapi gantian, itu Rp 50.000 gak ada sebulan kok mba
Pewawancara : Stock persediaan yang digunakan untuk apa kegunaannya?
Bagaimana perawatannya?
Narasumber : Bahan-bahan setiap seminggu di bongkar dan dicek. Jika
persediaan batik hanya disimpanpada etalase dan ditutup
rapat. Paling hanya di angin anginkan dulu biar debu tidak
mengenai batik.
Pewawancara : Tempat angkirannya itu kan belum lama pak, nah itu sejak
kapan pak?
Narasumber : Kalau gak salah setengah tahunan lebih, satu tahun lah,
belum lama banget.
Pewawancara : Harga bahan baku baku dalam pembuatan batik itu juga
terjangkau?
Narasumber : Harga harganya sangat terjagkau, barang tersebut juga
mudah di dapat di sekitar sini.
Pewawancara : Bagaimana bapak membeli bahan baku? Apakah bapak
datang langsung ke toko atau dengan cara memesan dan di
antar ke rumah?
Narasumber : Saya hanya memesan lewat WA dan pembayaran saya
transfer ke rekening pemilik toko tersebut
Pewawancara : Apakah dalam pengiriman tersebut menggunakan ongkos
kirim tersendiri?
Narasumber : Tidak, karena saya sudah berlangganan sejak lama, jadi
tinggal pesan, transfer dan diantar ke rumah saja.
Pewawancara : Biasanya jika mendapat pesanan dari pelanggan itu berapa
pak?
Narasumber : Saya berlangganan dengan galery, akan tetapi galery
42

tersebut dapat menerima semua jumlah produksi saya


berapapun itu. Karena saya takut dengan adanya
pinalti/denda, dulu saya pernah mengalami bagaiman
pedihnya pinalti.
Pewawancara : Kapan kejadian itu terjadi pak?
Narasumber : Kejadian itu terjadi cukup lama kurang lebih dua tahun
yang lalu
Pewawancara : Dengan kejadian itu, apakah bapak merasa trauma?
Narasumber : Jelas mbak, saya menjadi trauma. Saya sempat berhenti
memproduksi beberapa bulan. Tetapi dengan hal itu saya
bisa belajar dari kesalahan saya untuk menjadi yang lebih
baik.
43

Lampiran 3
Transkip Wawancara

Narasumber : Pak Iwan

Jabatan : Pengusaha dan Seniman batik

Hari/Tanggal : Jumat, 12 Oktober 2018

Pukul : 12.30 – 13.30 WIB

Tempat : Taman KT I/433/RT 36/ RW 9, Kelurahan Patehan, Kraton,

Yogyakarta, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Pewawancara : Selamat siang pak


Narasumber : Selamat siang, bentar iya (bapaknya sedang membatik),
silahkan masuk ke dalam (beberapa menit kemudian)
Pewawancara : Itu yang sedang bapak batik diluar pesanan atau bukan, Pak?
Narasumber : Itu pesanan. Jadi kalau sini tu gini. Stock itu gak punya
soalnya waktunya habis untuk buat pesanan. Stock hanya
punya beberapa saja. Kalo ada pameran baru persiapan
stock. Tapi kalo jelang pameran banyak orderan ya pusing
juga saya.
Pewawancara : Itu ukurannya berapa pak?
Narasumber : itu ukurannya 150 x 90 cm. Jadi kalo di Taman Sari itu
ukurannya seperti itu. Jadi batik lukis itu benar batik yang
seperti ini. Prosesnya ya disket, dibeset, dicanting, diwarna,
dicanting lagi, diwarna lagi. Jadi, prosesnya tu sama seperti
batik klasik, tapi di Taman Sari itu kreasi batiknya
berkembang mungkin karena dulu banyak orang yang suka
gambar dan banyak seniman muda juga sehingga batik yang
dulunya klasik dikembangkan menjadi lukisan, hiasan
44

dinding, dibuat kaos seperti itu. Tapi tetap batik g tu loh.


Kalo era 70-an dan 80-an, dunia Internasional udah ngerti
batik. Tapi setelah batik diakui UNESCO tahun 2009 kan
tahunya batik kan klasik bukan yang seperti ini. Kalo
sekarang tu batik berkembang. Setiap kota itu kan memiliki
cirri khas batik daerah masing-masing seperti Pekalongan,
Solo, Jogya, Bantul, kalo di daerah sini ya. Itu memiliki
motif dan coraknya sendiri-sendiri.
Pewawancara : Harga batik lukis untuk ukuran 150 x 90 cm itu berapa, pak?
Narasumber : Itu harganga Rp 1.500.000
Iya, tapi ya tergantung sih sebenarnya. Kalau pasaran disini
sih rata-rata di jualnya Rp 750.000 ukuran 2 meter. Itu kita
setor ke pengepul. Kalau yang 1,5 m punya saya itu
harganya Rp 1.500.000. Kan sejak tahun 2008, saya sudah
memakai website sehingga pembeli langsung pesan ke saya.
Jadi tidak lewat pengepul.
Pewawancara : Untuk harga kainnya sendiri itu berapa, pak?
Narasumber : Untukhargakainnya Rp 17.000 / meter
Pewawancara : untuk menyelesaikan batik lukis itu, menghabiskan berapa
malam / lilin, Pak?
Narasumber : Ya, untuk satu lukisan batik itu kira-kira gak sampai
setengah kilo ya, paling habis seperempat kilo saja. Tapi
kalo ada banyak yang perlu di blok, malamnya butuh
banyak. Ya mungkin setengah kilo. Di canting, di malam, di
warna, di canting, di malam, terakhirkan harus ditutupkan
atau di blok, nah itu biasanya habis satu setengah kilo.
Pewawancara : Dengan ukuran kain 1,5 meter itu, butuh pewarna banyak
atau tidak, Pak?
Narasumber : Ya banyak. Pewarna sintetis yang sering dipakai itu naptol
yang untuk mencelup, lalu ada indigosol dan remasol. Beli
45

pewarnanya itu ons-ons an. Kita butuh ya cuma beberapa


gram saja sih untuk membatik. Paling-paling satu ons itu
bisa dipakai 10 lembarkain.
Pewawancara : Harga pewarnanya sendiri itu berapa, Pak?
Narasumber : Harga satu ons nya itu bermacam-macam ya. Yang paling
mahal itu sekitar Rp 102.000 kalau yang rata-rata
kualitasnya ya paling sekitar Rp 65.0000 per ons nya.
Pewawancara : Pewarna yang digunakan itu apa saja ya pak?
Narasumber : Ada naptol, indigasol, remasol
Pewawancara : Perbedaan naptol, indigosol dan remasol itu apa, Pak?
Narasumber : bedanya itu yang pertama karakter warnanya, sistem
pekerjaannya beda, kalau indigasol fiksasinya sama remasol
itu berbeda, khusus pekerjaannya juga beda. Kalau indigasol
itu sangat tergantung dengan sinar matahari, jadi fiksasinya
juga dengan matahari, warnanya tidak begitu kelihatan tidak
seperti remasol. Indigasol hampir kaya magic. Kalau
remasol beda lagi warnanya lebih berlian, jadi satu jenis
warna itu kelihatan dan bisa dikerjakan malam hari. Kalau
mengejar waktu pakainya remasoljadi lebih cepat. Tapi
kalau pakai indigosoldan naptol itu kan prosesnya bertahap
jadi lumayan lama. Naptol itu pewarnaannya dari yang
warnah cerah dulu baru kemuadian yang warna gelap.
Pewawancara : kalau terdapat kesalahan dalam pewarnaan nanti bagaimana,
Pak?
Narasumber : Ya break sebentar, berpikir tentang solusinya bagaimana.
Solusinya ya, sepintar-pintarnya kita lah dalam berkreasi.
Rata-rata orang yang sudah bergelut dibidang ini,
bisamenemukan solusi. Contohnya, jika ada yang cacat dan
kebetulan motifnya tentang flora fauna, ya tinggal di tutup
aja dengan membuat daun lagi atau bikin tanah atau batu
46

bata sehingga bisa ketutup. Jadi pembeli tidak tahu bahwa


sebenarnya ada cacat. Sehingga banyak cara yang bisa
dilakukan untuk menutupi kesalahan dalam pewarnaan.
Pewawancara : Dalam pembelian warnanya itu, sekali pembelian membeli
semua warna atau hanya warna tertentu, Pak?
Narasumber : Awalnya kita belinya komplit, ya. Tapi sekarang kita beli
warna ya yang sesuai kebutuhan saja. Warna yang sering
saya pakai itu kuning, merah, hitam, dan hijau. Itu warna
yang sering saya pakai. Kita juga lihat stoknya, jangan
sampai kehabisan. Selain itu, kita juga lihat orderannya ya,
jadi kita bisa mengukur pembelian kita, apakah membeli
satu ons kah? atau setengah kilo an kah? Tapi saya selalu
persediannya secukupnya saja. Kadang kalau terlalu banyak
atau terlalu lama, warnanya jadigakbagus. Jadi mending
sedikit-sedikittapibaru.Kebanyakankan orang yang
menyetokbanyakitukanpertimbangannyaharga yang
biasanyabelibanyak, harganyjadimurah. Jika kita
belibanyak,
biasanyakitamenjaditidakterkendalidalampenggunaanbahanb
akunya, sehinggalebihboros.
Jikakitabelisedikitkankitabisamengontrolpenggunaannya.
Pewawancara : Batik yang dibatik bapak di luar itu penyimpanannya giman
pak?
Narasumber : Karena ruangannya sempit, saya nunggu kering terus di lipat
dan digantung
Pewawancara : Untukpenyimpanan yang di kontenersamadietalasekemarin,
barang yang disimpanapasaja, Pak?
Narasumber : Oh iya, kalau canting-canting di siniya
(menunjukkankontener). Kain-kain di kontenerdansebagian
di gantung. Dan yang lain di taruh di etalase.
47

Pewawancara : Bapakmemasarkanproduknyadimana, Pak?


Narasumber : Sayamemasarkannyalewat online mbak.
Pewawancara : Jika stok persediaan lama ada yang bolong-bolong itu
mengatasinyabagaimana, Pak?
Narasumber : Mungkin ditisik,ya. Ditisik itu dijahit lembutituloh,
solusinya cumin itu. Baranganyasih bisa dijual tetapi kita
harus jujur kalau sudah catat kalau ada lubangnya sedikit.
Pewawancara : Kalaubelikainmoriitukansatugulungyapak? Dan
hargasatugulungnyaberapa, Pak?
Narasumber : Iya satu gulung. Kalau yang kain primissima itu harganya
hampir Rp 1.000.000 jauh lebih murah soalnya belinya
langsung di pusatnya, kalau yang berkolin itu sekitar Rp
600.000.
Pewawancara : Setiap bulan bapak menerima pesanan berapa?
Narasumber : Tidak mesti. Saya hanya mengontrol semampu saya, jadi
saya tidak mau seperti kasus yang dahulu. Karena saya
santai tidak pernah menargetkan berapa, karena yang saya
jual itu seni, biasanya saya bisa menyelasikan membatik
setiap sabtu, minggu. Saya takut dengan adanya
pinalti/denda, dulu saya pernah mengalami bagaimana
pedihnya terkena pinalti. Tapi rata-rata perbulannya saya
hanya bisa membuat 15 lembar kain batik mbak.Biasanya
ukurannya 2 meter. Bahannya biasanya yang premisima. Ya,
itu juga sebenarnya tergantung dari pesanan sih mbak.
Kadang juga ada yang datang kesini, terus bawa kain sendiri
dan suruh dibuatin batik yang motif ini. Biasanya sih
mereka pakai yang kain sutera.
Pewawancara : Disini apakah ada pencatatan khusus persediaan pak?
Narasumber : Dulu ada, tetapi karena sekarang sudah tidak banayk seperti
dulu jadi hanya mencatat persediaan di gagasan saja.
48

Pewawancara : Jika harga bahan baku dan harga bahan pendukung naik,
apakah harga batik juga akan ikut naik?
Narasumber : Tidak, karena kualitas tetap dijaga keuntungan sudah di
banyak.
Pewawancara : Apakah semua anggota keluarga (kakak) membantu dalam
memproduksi batik?
Narasumber : Ya tentu. Semua saudara saya membantu saya dalam
pembuatan batik ini. Walaupun mereka juga membuat batik
tersediri. Tapi jika saya kekurangan tenaga saya meminta
bantuan mereka
Pewawancara : Jumlah saudara (kakak) bapak berapa? Yang ikut membantu
dalam pembuatan batik
Narasumber : Semua kakak saya ada 7 akan tetapi yang membantu dalam
pembuatan batik ada 5 6 beserta saya
Pewawancara : Apakah tanah yang digunakan untuk persediaan ini juga
dikenakan pajak?
Narasumber : Ya tentu. Walaupun tanah ini semua tanah kraton.
Pembayaran di lakukan oleh bapak saya tiap tahunnya.
Pewawancara : Sedangkan harga beli etalase itu berapa pak?
Narasumber : Sudah lama. Saya dulu membeli ada 3. Karena saya beli dari
rumah makan tutup, bangkrut. Trus itu tak borong.
Pewawancara : Sudah berapa tahun bapak membeli etalase tersebut?
Narasumber : 2 tahunan mungkin. Sudah lama sekali.
Pewawancara : Berapa kali bapak melakukan pembelian pewarna batik
dalam sebulan?
Narasumber : Paling saya membeli pewarna dalam sebulan sekali, itupun
hanya warna tertentu saja
Pewawancara : Dalam pembelian 1 pcs kain mori panjangnya berapa pak?
Narasumber : Ya sekitar 50 meter an, ada yang 50 ada yang 100. Tapi saya
memilih yang 100 meter. Itu saya beli tiga bulan sekali.
49

Pewawancara : Dalam pembelian malam sekali melakukan pembelian


berapa kg?
Narasumber : Ya kadang 7kg terkadang 15kg
Pewawancara : Bapak kalau beli malam itu dimana dan apakah bapak ke
tokonya atau bapak pesan kemudian di anter ke tempat
bapak?
Narasumber : Nggak..saya beli langsung ke tokonya Cuma deket
Pewawancara : Bapak belinya naik motor pak? Terus kira-kira berapa menit
untuk sampai ke tokonya?
Narasumber : Kadang malah jalan kaki..cuma deket ogh..10 menit saja
Pewawancara : Jika pembelian bahan baku seperti malam, mori gitu apakah
bapak juga menggunakan aplikasi tertentu untuk
pencatatannya, Pak?
Narasumber : Saya menggunakan komputer, saya menggukana aplikasi
excell
Pewawancara : Apakah bapak tidak menggunakan aplikasi khusus untuk
pencatatan persediaan?
Narasumber : Ya saya pernah ditawari, tetapi saya kurang tertarik
menggunakan tersebut karena sudah tidak ada karyawan.
Dulu pas masi ada karyawan saya harus menggunakan hal
tersebut.
Pewawancara : Ini lukisannya waktu kapan? 2000 berapa?
Narasumber : Belum lama sih baru beberapa bulan yang lalu, kalau kain
dijual tidak laku lama kan mending dijahit saja
Pewawancara : Itu jahitnya sendiri atau gimana pak?
Narasumber : Tidak, saya memberdayakan warga yang ada disini. Saling
memberi rizki sesama
Pewawancara : Biaya untuk penjahitnya itu berapa pak?
Narasumber : Rp 90.000 karena pakai puring
Pewawancara : Jadi itu salah satu untuk mengatasi persediaan yang lama ya
50

pak?
Narasumber : Iya itu terobosannya
Pewawancara : Berapa biaya awal (DP) yang bapak terapkan?
Narasumber : Saya minta 80%
Pewawancara : Apakah uang tersebut langsung di gunakan untuk
membelanjakan bahan yang digunakan dalam pembuatan
batik pemesanan?
Narasumber : Tidak. Karena biasanya bahan bahan tersebut masih ada
sisan dari pemesan yang sebelumnya.
Pewawancara : Apakah pemesan batik juga memilih kriteria bahan baku
yang akan digunakan?
Narasumber : Biasanya saya yang menawarkan, tetapi ada juga beberapa
pemesan yang sudah membawa atau meminta kriteria yang
mereka inginkan bagi yang sudah mengetahui tentang batik.
Pewawancara : Jika pemesan memilih kriteria tertentu, sedangkan dalam
persediaan bapak dan juga PT Medari tidak terdapat kriteria
tersebut, bagaimana cara mengatasinya?
Narasumber : Banyak, di area disini (taman sari dan pasar ngasem) banyak
yang jualan kriteria kriteria tersebut. Jika tidak ada di toko
yang satu maka ke toko yang lain. Akan tetapi dengan harga
yang berbeda. Selisih nya sekitar 50.000 per pcs
Pewawancara : Pewarna belinya dimana pak?
Narasumber : Banyak, di pasar ngasem ada banyak. Tetapi saya sering
dengan pelanggan saya yang jelas sudah terpercaya dengan
kualitasnya. Saya membelinya di Bantul dekat parangtritis
Pewawancara : Persediaan batik yang sudah menjadi batik dan sudah di beli
apakah di antar atau di ambil oleh pelanggan?
Narasumber : Saya menggunakan jasa gojek atau jasa pengiriman
Pewawancara : Kemudian bagaimana ongkos kirimnya?
Narasumber : Ongkos kirimnya di tanggung oleh pembeli
51

Lampiran 4
Dokumentasi Wawancara

Wawancara Tahap Pertama

Wawancara Tahap Kedua


52

Lampiran 5
Dokumentasi Wawancara

Wawancara Melalui Via WhatsApp

Anda mungkin juga menyukai