Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH BIOMOL TENTANG KLONING GEN

Disusun oleh :
KELOMPOK 2 KELAD D-1
1. Cynthia Juanika
2. Diniar Dwi Astuti
3. Ela Nurlaela
4. Gilda Larassati
5. Nina Hidayatina
6. Panjarini Nabilla Linggawati
7. Sindy Sulistiya Pratiwi
8. Siska Taufik Amelia
9. Titania Indrianti
10. Zakiyah

D3 PRODI ANALIS KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMAD HUSNI THAMRIN JAKARTA IMUR
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Kloning merupakan salah satu bioteknologi mutakhir yang sangat bermanfaat untuk
memultiplikasi genotip hewan yang memiliki keunggulan tertentu dan preservasi hewan yang
hampir punah. Walaupun keberhasilan produksi hewan kloning lewat transfer inti sel somatik
telah dicapai pada berbagai spesies, seperti domba, sapi, mencit, kambing babi, kucing, dan
kelinci, efisiensinya sampai sekarang masih sangat rendah yakni kurang dari 1 persen, dengan
sekitar 10 persen yang lahir hidup
(Hanetal., 2003 dalam Hine, T. M, 2004).

Transfer inti melibatkan suatu seri prosedur yang kompleks termasuk kultur sel donor, maturasi
oosit in vitro, enukleasi, injeksi sel atau inti, fusi, aktivasi, kultur in vitro reconstructed embryo,
dan transfer embrio. Jika salah satu dari tahap-tahap ini kurang optimal, produksi embrio atau
hewan kloning dapat terpengaruh.
Sejarah tentang hewan kloning telah muncul sejak awal tahun 1900, tetapi contoh hewan kloning
baru dapat dihasilkan lewat penelitian Wilmut et al. (1997), dan untuk pertama kali
membuktikan bahwa kloning dapat dilakukan pada hewan mamalia dewasa. Hewan kloning
tersebut dihasilkan dari inti sel epitel ambing domba dewasa yang dikultur dalam suatu medium,
kemudian ditransfer ke dalam ovum domba yang kromosomnya telah dikeluarkan, yang pada
akhirnya menghasilkan anak domba kloning yang diberi nama Dolly (Hine, T. M, 2004).
Kloning domba pertama sebenarnya telah dilaporkan 26 tahun yang lalu oleh Willadson (1986)
yang menggunakan blastomer-blastomer embrio sebagai donor inti. Dan hal inilah yang menjadi
precursor bagi kegiatan-kegiatan transplantasi inti hewan-hewan domestik termasuk domba
Dolly. Produksi domba identik oleh Willadson (1986) mencetuskan berbagai perbaikan dalam
tehnik-tehnik kloning pada berbagai spesies hewan. Hewan-hewan kloning yang dihasilkan dari
transplantasi inti sel somatik telah dilaporkan pada mencit, sapi, kambing, domba, dan babi
(Hine, T. M, 2004). Penelitian-penelitian yang melibatkan spesies-spesies lain terus dilakukan,
dan dari informasi yang dihimpun menunjukkan bahwa berbagai spesies hewan dapat dikloning
lewat transplantasi inti.
Walaupun hewan kloning yang dihasilkan lewat transplantasi inti sangat tidak efisien, akan tetapi
fakta bahwa perkembangan kloning akan besar sekali dampaknya terhadap kehidupan manusia
menyebabkan percobaan-percobaan terkait kloning masih dilakukan. Terlepas dari pro dan
kontra terhadap proses kloning, pada dasarnya kloning tetap memiliki beberapa manfaat yang
dapat diperoleh manusia misalnya dalam melestarikan keanekaragaman hayati yang terancam
punah. Untuk itu, perkembangan pengetahuan tentang kloning seperti proses klonin, tehnik
kloning, serta manfaat kloning harus dipahami secara benar.
Rumusan Masalah
Dari latar belakang sebelumnya, maka dapat dirumuskan beberapa rumusan masalah sebagai
berikut.

1. Bagaimanakah definisi cloning?


2. Bagaimana tehnik-tehnik kloning yang pernah dilakukan?
3. Bagaimanakah keuntungan dan kerugian yang dapat diperoleh dari penerapan kloning?
BAB II
PEMBAHASAN

DEFINISI KLONING
Kloning berasal dari kata "Klon" dalam bahasa Yunani yang berarti ranting yang dapat
mereplikasi sendiri dan akhirnya tumbuh menjadi pohon. Kloning terjadi secara alami dalam
banyak jenis tanaman yaitu dengan cara vegetatif.
Kloning adalah cara bereproduksi secara aseksual atau untuk membuat salinan atau satu set
salinan organisme mengikuti fusi atau memasukan inti diploid kedalam oosit (Seidel ,GE Jr.,
2000 dalam Tong, W F., 2002).

Americaan Medical Association mendefinisikan kloning sebagai produksi dari organisme identik
secara genetik melalui sel somatik transfer nuklir, walaupun definisi yang lebih luas sering
digunakan untuk memasukkan produksi jaringan dan organ dari kultur sel atau jaringan
menggunakan sel (Tong, W F., 2002).

Kloning dalam biologi adalah proses menghasilkan populasi serupa genetik individu identik
yang terjadi di alam saat organisme seperti bakteri, serangga atau tanaman bereproduksi secara
aseksual . Secara definisi, klon adalah sekelompok organisme hewan maupun tumbuhan melalui
proses reproduksi aseksual yang berasal dari satu induk yang sama. Setiap anggota klon tersebut
memiliki jumlah dan susunan gen yang sama sehingga kemungkinan besar fenotifnya juga sama
(Rusda, M, 2003).

Kloning pada hewan dilakukan mula-mula pada hewan amfibi (kodok), dengan
“ mengadakan transplantasi nukleus ke dalam telur kodok yang dienukleasi atau dihilangkan inti
selnya. Sebagai donor, digunakan nukleus sel somatik dari berbagai stadium perkembangan.
Ternyata donor nukleus dari sel somatik yang diambil dari sel epitel usus kecebong pun masih
dapat membentuk embrio normal.
TEHNIK-TEHNIK KLONING
Pada tahun 1928, Hans Spemann, melakukan eksperimen dengan embrio salamander dengan
melakukan percobaan dengan tehnik transfer inti sel embrio salamander ke sel tanpa inti atau
tanpa nukleus. Transfer nukleus pada dasarnya membutuhkan dua sel, yaitu suatu sel donor dan
sel oosit atau sel telur. Telur matur sebelum dibuahi dibuang intinya atau nukleusnya. Proses
pembuangan nukleus tadi dinamakan proses enukleasi. Hal ini dilakukan untuk menghilangkan
informasi genetisnya. Ke dalam telur yang telah dienukleasi tadi kemudian dimasukkan nukleus
(donor) dari sel somatik. Penelitian membuktikan bahwa sel telur akan berfungsi terbaik bila
berada dalam kondisi anfertilisasi, sebab hal ini akan mempermudah penerimaan nukleus donor
seperti dirinya sendiri. Di dalam telur, inti sel donor tadi akan bertindak sebagai inti sel zigot dan
membelah serta berkembang menjadi blastosit. Blastosit selanjutnya ditransfer ke dalam uterus
induk pengganti (surrogate mother). Jika seluruh proses tadi berjalan baik, suatu replika yang
sempurna dari donor akan lahir. Jadi sebenarnya setelah terbentuk blastosit in vitro, proses
selanjutnya sama dengan proses bayi tabung yang tehnologinya telah dikuasai oleh para ahli
obstetri ginekologi.

Gambar 1. Transfer Nukleus


Ada beberapa tehnik kloning yang dikenal, antara lain tehnik Roslin dan Tehnik Honolulu.
Adapun penjelasan mengenai tehnik-tehnik kloning tersebut adalah sebagai berikut.

 Tehnik Roslin
Kloning domba Dolly merupakan peristiwa penting dalam sejarah kloning. Dengan
kegiatan kloning yang dilakukan pada kambing tidak hanya membangkitkan antusias
terhadap kloning, melainkan kegiatan kloning tersebut membuktikan bahwa kloning
binatang dewasa dapat disempurnakan. Sebelumnya, tidak diketahui bahwa suatu nukleus
dewasa ternyata mampu memproduksi suatu hewan yang lengkap atau komplit.
Ian Wilmut dan Keith Cambell memperkenalkan tentang suatu metode yang mampu
melakukan singkronisasi siklus sel dari kedua sel, yakni sel donor dan sel telur. Tanpa
singkronosasi siklus sel, maka inti tidak akan berada pada suatu keadaan yang optimum
untuk dapat diterima oleh embrio. Bagaimanapun juga sel donor harus diupayakan untuk
dapat masuk ke Gap Zero, atau stadium sel G0, atau stadium sel dorman (Rusda, M.,
2003).
Tahapan yang dilakukan oleh Ian Wilmut dan Keith Cambell adalah sebagai berikut
(Rusda, M., 2003). Pertama, suatu sel (yang dijadikan sebagai sel donor) diseleksi dari sel
kelenjar mammae domba betina berbulu putih (Finn Dorset) untuk menyediakan
informasi genetis bagi pengklonan. Untuk studi ini, peneliti membiarkan sel membelah
dan membentuk jaringan in vitro atau diluar tubuh hewan. Hal ini akan menghasilkan
duplikat yang banyak dari suatu inti yang sama..
Kedua, Suatu sel donor diambil dari jaringan dan dimasukkan ke dalan campuran, yang
hanya memiliki nutrisi yang cukup untuk mempertahankan kehidupan sel. Hal ini
menyebabkan sel untuk menghentikan seluruh gen yang aktif dan memasuki stadium G0
atau stadium dorman. Kemudian sel telur dari domba betina Blackface dienokulasi dan
diletakkan disebelah sel donor.. Domba blackface adalah domba betina yang mukanya
tertutupi bulu hitam atau sering disebut juga Scottish Blackface.
Satu sampai delapan jam setelah pengambilan sel telur, kejutan listrik digunakan untuk
menggabungkan dua sel tadi, pada saat yang sama pertumbuhan dari suatu embrio mulai
diaktifkan. Tehnik ini tidaklah sepenuhnya sama seperti aktivasi yang dilakukan oleh
sperma, karena hanya beberapa sel yang mampu bertahan cukup lama untuk
menghasilkan suatu embrio setelah diaktifkan oleh kejutan listrik (Rusda, M., 2003).
Gambar 2. Domba Muda yang Diberi Nama Dolly (Kiri)
dengan Induk Pengganti yang Sudah Diciptakan Melalui kloning oleh Institut Roslin.

Jika embrio ini dapat bertahan, ia dibiarkan tumbuh selama sekitar enam hari, diinkubasi di dalam
oviduk domba. Apabila ternyata sel yang diletakkan di dalam oviduk lebih awal, di dalam
pertumbuhannya akan lebih mampu bertahan dibandingkan dengan embrio yang diinkubasi di dalam
laboratorium. Pada tahap terakhir, embrio tersebut akan ditempatkan ke dalam uterus betina
penerima (surrogate mother). Induk betina tersebut selanjutnya akan mengandung hasil kloning tadi
hingga hewan hasil kloning siap untuk dilahirkan. Bila tidak terjadi kekeliruan atau kesalaha selama
dalam uterus domba, maka suatu duplikat yang persis sama dari donor akan lahir.
Domba yang baru lahir tersebut memiliki semua karakteristik yang sama dengan domba yang lahir
secara alamiah. Dan telah diamati bila ada efek yang merugikan, seperti resiko yang tinggi terhadap
kanker atau penyakit genetis lainnya yang terjadi atas kerusakan bertahap DNA. Percobaan kloning
domba Dolly, yang merupakan mamalia pertama yang dikloning dari DNA sel dewasa, telah dibunuh
dengan suntikan mematikan pada tanggal 14 Februari 2003. Sebelum kematiannya, Dolly menderita
kanker paru-paru dan arthritis melumpuhkan, padahal sebagian besar domba Finn Dorset hidup sampai
11 sampai 12 tahun. Setelah diperiksa, kambing Dolly tampaknya menunjukkan bahwa, selain kanker
dan arthritis, ia tampaknya cukup normal (Tong, W F., 2002).

Untuk mengetahui lebih jelas mengenai proses kloning dengan tehnik Roslin yang dilakukan pada
domba, dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 3. Tahapan dari Proses Kloning Tehnik Roslin.

 Tehnik Honolulu
Pada Juli 1998, sebuah tim ilmuwan dari Universitas Hawai mengumumkan bahwa mereka
telah menghasilkan tiga generasi tikus kloning yang secara genetik identik. Tehnik ini
diakreditasi atas nama Teruhiko Wakayama dan Ryuzo Yanagimachi dari Universitas Hawai.
Yanagimachi menciptakan tiga generasi berturut-turut. Sebelum keberhasilan ini, diperkirakan
bahwa tahap awal di mana embrio genom hewan mengambil lebih (dua-sel pada tikus)
menyulitkan nukleus pemrograman ulang terjadi. Tikus adalah salah satu yang untuk
melakukan kegiatan mengkloning tidak seperti domba. Pada tikus, sel telur melai melakukan
mitosis segera setelah proses pembuahan terjadi, sehingga menyebabkan peneliti hanya
memiliki sedikit waktu untuk memprogram ulang inti baru.
Domba digunakan pada tehnik Roslin karena sel telurnya membutuhkan beberapa jam sebelum
membelah, memungkinkan adanya waktu bagi sel telur untuk memprogram ulang nukleus
barunya. Meskipun tidak mendapatkan keuntungan tersebut ternyata Wakayama dan
Yanagimachi mampu melakukan kloning dengan angka keberhasilan yang jauh lebih tinggi
yaitu menghasilkan 3 kloning dari sekitar seratus proses kloning yang yang dilakukan,
sedangkan dibandingkan percobaan yang dilakukan oleh Ian Wilmut hanya menghasilkan satu
klon dari 277 proses kloning yang di lakukan. Apabila kita persentasikan, maka prosentase
keberhasilan tehnik Honolulu lebih besar dengan angka persentase 3%, sedangkan tingkat
keberhasilan dengan tehnik Roslin yang dilakukan oleh Ian Wilmut hanya sebesar 0,361%.
Wakayama dan Yanagimachi melakukan pendekatan terhadap masalah sinkronisasi siklus sel
yang berbeda dibandingkan Ian Wilmut. Ian Wilmut menggunakan sel dari kelenjar mammae
yang harus dipaksa untuk memasuki ke stadia G0, sedangkan Wakayama dan Yanagimachi
awalnya menggunakan beberapa tipe sel yakni, sel otak dan sel kumulus. Sel otak berada
dalam stadia G0 secara alamiah dan sel kumulus hampir selalu hadir pada stadia G0 ataupun
G1.
Sel telur tikus yang tidak dibuahi digunakan sebagai penerima atau resipien dari inti donor.
Setelah dienokulasi, sel telur memiliki inti donor yang dimasukkan ke dalamnya. Nukleus donor
diambil dari sel-sel dalam hitungan menit dari setiap ekstrak sel dari tikus tersebut. Tidak
seperti pada proses yang digunakan untuk mengkloning Dolly, percobaan Wakayama tanpa
melalui proses in vitro atau di luar dari tubuh hewan, kultur dilakukan justru pada sel-sel
tersebut. Setelah satu jam sel-sel telah menerima nukleus-nukleus yang baru. Setelah
penambahan waktu selama 5 jam sel telur kemudian ditempatkan pada suatu kultur kimia
untuk memberi kesempatan sel-sel tersebut tumbuh, sebagaimana layaknya fertilisasi secara
alamiah.
Pada suatu kultur dengan suatu substansi yang mampu menghentikan pembentukan suatu
polar body, sel kedua yang secara alami terbentuk sebelum fertilisasi. Polar body akan
menjadikan jumlah dari gen dalam sel menjadi setengah dari jumlah gen sel normal.
Setelah penyatuan, sel-sel berkembang menjadi embrio-embrio. Embrio-embrio ini kemudian
ditransplantasikan kepada induk betina donor (surrogate mother) dan akan tetap berada di
sana sampai siap untuk di lahirkan. Sel yang paling berhasil dari proses ini adalah sel kumulus,
maka penelitian dikonsentrasikan pada sel-sel dari tipe sel kumulus.
Setelah terbukti bahwa tehniknya dapat menghasilkan kloning yang hidup, Wakayama juga
membuat kloning dari kloning, dan membiarkan mahluk klon yang asli untuk melahirkan secara
alamiah untuk membuktikan bahwa mereka memiliki kemampuan reproduksi secara
sempurna. Pada saat dia mengumumkan keberhasilannya, Wakayama telah menciptakan lima
puluh kloning.
Tehnik baru ini memungkinkan untuk melaksanakan penelitian lebih lanjut tentang bagaimana
tepatnya sebuah telur memprogram ulang sebuah nukleus. Tikus bereproduksi dalam kurun
bulanan, jauh lebih cepat dibanding dengan domba. Hal ini menguntungkan dalam hasil
penelitian jangka panjang. Kloning juga sedang diterapkan pada spesies lain. Sebagai contoh,
pada awal tahun 2000, Akira Onishi dan koleganya di Jepang, mencoba untuk mengkloning
babi dengan menggunakan tehnik Honolulu (Buchana, F., 2000).
Para pendukung teknologi kloning berpendapat bahwa teknologi kloning dan penelitian akan
meningkatkan kualitas ilmu pengetahuan dan kehidupan dengan menjawab permasalahn-
permasalahn biologi secara kritis, dan memajukan dunia peternakan, genetika dan ilmu medis.
Alasan utama di balik kegunaan kloning adalah bahwa dengan menghasilkan salinan genetik
yang hampir identik dari suatu organisme, hasil yang diperoleh lebih cepat dan lebih dapat
diprediksi dibandingkan dengan teknik reproduksi sebelumnya seperti inseminasi buatan,
yang membutuhkan biaya yang mahal (Tong, W F., 2002).
Ada beberapa perbedaan mendasar antara tehnik kloning Roslin yang diterapkan oleh Ian
Walmut dan tehnik Honolulu yang dilakukan oleh Wakayama. Perbedaannya dapat dilihat pada
Tabel berikut:

Untuk lebih jelas melihat proses kloning Honolulu, maka dapat dilihat pada gambar 4, sebagai
berikut:
Gambar 4. Tahapan dari Proses Kloning Tehnik Honolulu

KEUNTUNGAN KLONING

Teknik kloning merupakan alternatif untuk melestarikan hewan langka sehingga keberadaan
hewan langka dapat terus dipertahankan.
Teknik kloning membantu meningkatkan ketersediaan bahan pangan yang lebih banyak
dengan melakukan klonning pada hewan ternak.
Teknik kloning berperan dalam menghasilkan sel, jaringan, atau organ yang sesuai untuk
pengobatan akibat kelainan atau gangguan suatu fungsi organ.
Teknik kloning membantu menumbuhkan spesies baru yang bebas penyakit keturunan.
Teknik kloning sangat berperan terhadap kemajuan bidang sains.

KERUGIAN KLONING
Penyalahgunaan teknik kloning seperti menciptakan spesies baru yang bertentangan dengan
nilai kemanusiaan.
Individu yang dihasilkan dari teknik kloning sangat rentan terhadap suatu penyakit dikarenakan
teknik kloning menghasilkan individu yang tidak memiliki sistem imunitas.
Teknik kloning akan menyebabkan spesies yang dihasilkan bersifat monoton, karena DNA
maupun sifat dan fisik hasil klonning persis sama dengan induknya.
Individu yang dihasilkan dari teknik kloning cenderung memiliki masa hidup yang sama dengan
induknya, karena sel-selnya diperoleh dari induknya.
Teknik kloning belum sempurna masih terdapat banyak kekurangan, sehingga tak jarang
hewan ternak yang di kloning harus di eutanasia.
Teknik kloning mengacaukan hubungan antara individu baru dengan sel induknya.
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Dari hasil pembahasan makalah di atas, maka dapat diambil beberapa kesimpulan antara lain:

 Kloning dalam biologi adalah proses menghasilkan populasi serupa genetik individu identik
yang terjadi di alam saat organisme seperti bakteri, serangga atau tanaman bereproduksi
secara aseksual . Secara definisi, klon adalah sekelompok organisme hewan maupun tumbuhan
melalui proses reproduksi aseksual yang berasal dari satu induk yang sama.
 Ada beberapa tehnik kloning yang dikenal, antara lain tehnik Roslin dan Tehnik Honolulu.
 Manfaat kloning bagi manusia antara lain; untuk pengembangan ilmu pengetahuan, untuk
mengembangkan dan memperbanyak bibit unggul, untuk tujuan diagnostik dan terapi, dan
menolong atau menyembuhkan pasangan infertil untuk mempunyai keturunan
DAFTAR PUSTAKA

http://lenkabelajar.blogspot.com/2012/09/makalah-kloning.html

Anda mungkin juga menyukai