Anda di halaman 1dari 269

Kurikulum 2013 Revisi

Kelas XII
B I O LO G I
Pertumbuhan dan
Perkembangan pada Makhluk
Hidup

Tujuan Pembelajaran

Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut.


1. Memahami pengertian serta perbedaan pertumbuhan dan perkembangan pada
tumbuhan.
2. Memahami proses perkecambahan dan tipe-tipenya.
3. Memahami macam-macam pertumbuhan.
4. Memahami faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
pada tumbuhan.
5. Memahami tentang pertumbuhan dan perkembangan pada manusia.
6. Memahami tentang pertumbuhan dan perkembangan pada hewan.

A. Pengertian serta Perbedaan Pertumbuhan dan Perkembangan


Pertumbuhan dan perkembangan pada organisme, termasuk tumbuhan adalah dua
proses yang terjadi secara beriringan. Pertumbuhan adalah proses pertambahan jumlah,
massa, dan volume sel yang bersifat irreversible (tidak dapat balik). Hal ini terjadi karena
adanya penambahan substansi dan perubahan bentuk saat pertumbuhan berlangsung.
Pertumbuhan menyebabkan tumbuhan bertambah tinggi. Pada tumbuhan berkambium
seperti dikotil, selain bertambah tinggi, tumbuhan juga bertambah besar. Pertumbuhan
dapat diukur, sehingga bersifat kuantitatif.

Perkembangan adalah proses menuju kedewasaan. Perkembangan menyebabkan


sel-sel pada tumbuhan mengalami perubahan struktur dan fungsi. Misalnya pada
terbentuknya bermacam-macam jaringan dan organ, serta penggantian sel-sel atau
jaringan yang rusak. Tumbuhan dikatakan telah dewasa jika alat-alat reproduksinya
sudah berfungsi. Hal ini ditandai dengan munculnya bunga dan buah. Perkembangan
tidak dapat diukur, sehingga bersifat kualitatif.
Secara garis besar, perkembangan awal suatu tumbuhan dibagi menjadi tiga tahap,
yaitu pembelahan sel, morfogenesis, dan diferensiasi seluler.

1. Pembelahan sel
Zigot di dalam biji tumbuhan mengalami pembelahan sel mitosis membentuk
jaringan embrional.

2. Morfogenesis (perkembangan bentuk)


Embrio yang terbentuk di dalam biji memiliki kotiledon dan akar serta tunas
rudimenter. Sesudah berkecambah, akar dan tunas rudimenter tersebut akan
berkembang membentuk sistem akar dan tunas tumbuhan. Proses ini dinamakan
morfogenesis.
3. Diferensiasi seluler
Pada tahap ini, jaringan embrional terus berkembang menjadi struktur dengan
fungsi khusus yang akan dimiliki saat dewasa.

SUPER "Solusi Quipper"

Untuk mengingat tahapan perkembangan awal tumbuhan tanpa terbalik, kamu


dapat menggunakan cara SUPER berikut.

Belah sel gen eksis pakai HP seluler

Pembelahan sel, morfogenesis, dan diferensiasi seluler.

Pertumbuhan memiliki laju atau kecepatan tumbuh yang berubah-ubah sesuai dengan
waktu. Laju pertumbuhan dapat digambarkan dalam sebuah kurva yang menyerupai
huruf S. Kurva ini dikenal dengan nama kurva sigmoid.

Gambar 1. Kurva sigmoid

Kurva sigmoid menunjukkan ukuran kumulatif pertumbuhan sebagai fungsi dari waktu.
Pada kurva ini, ada tiga fase utama yang mudah dikenali, yaitu fase logaritmik, fase
linear, dan fase penuaan.

Pertumbuhan dan Perkembangan pada Makhluk Hidup 2


1. Fase logaritmik
Pada fase ini, laju pertumbuhan awalnya berlangsung lambat, tetapi kemudian terus
meningkat.

2. Fase linear
Pada fase ini, laju pertumbuhan mulai melambat dibandingkan dengan fase
logaritmik. Pertambahan ukuran yang terjadi berlangsung secara konstan.

3. Fase penuaan
Fase penuaan terjadi saat tumbuhan sudah mencapai kematangan dan mulai menua.
Pada fase ini, laju pertumbuhan akan menurun.

Bentuk kurva sigmoid untuk semua tumbuhan kurang lebih sama, tetapi penyimpangan
bentuk dapat terjadi sebagai akibat variasi-variasi di dalam lingkungan.

Contoh Soal 1

Pertumbuhan adalah ....


A. pertambahan jumlah dan volume sel yang bersifat irreversible
B. matangnya sel-sel kelamin
C. pertambahan sel-sel yang tidak terkendali
D. proses pembentukan bunga
E. pertambahan organ diikuti dengan penyusutan
Jawaban: A

Pembahasan:
Pertumbuhan adalah proses pertambahan jumlah, massa, dan volume sel yang bersifat
irreversible (tidak dapat balik). Pertumbuhan dapat diukur, sehingga bersifat kuantitatif.

Jadi, pertumbuhan adalah pertambahan jumlah dan volume sel yang bersifat irreversible.

Contoh Soal 2

Berikut ini adalah peristiwa-peristiwa yang termasuk perkembangan, kecuali ....


A. pembentukan bunga
B. penggantian sel-sel yang rusak
C. terbentuknya bermacam-macam jaringan
D. pemanjangan tunas
E. pembentukan sel-sel gamet
Jawaban: D

Pertumbuhan dan Perkembangan pada Makhluk Hidup 3


Pembahasan:
Pemanjangan tunas terjadi karena adanya pertambahan jumlah sel pada tunas tersebut.
Adanya pertambahan jumlah sel menunjukkan terjadinya proses pertumbuhan.

Jadi, peristiwa yang bukan termasuk perkembangan adalah pemanjangan tunas.

B. Perkecambahan
Pada tumbuhan berbiji, pertumbuhan diawali dengan terjadinya perkecambahan.
Perkecambahan adalah peristiwa tumbuhnya embrio di dalam biji menjadi tumbuhan
baru. Proses ini hanya dapat terjadi jika biji berada pada lingkungan yang sesuai, seperti
air, suhu, dan oksigen yang cukup.

1. Air sangat diperlukan oleh biji untuk berkecambah. Masuknya air ke dalam biji
melalui proses imbibisi akan mendorong aktivitas sel untuk segera berkecambah.

2. Suhu yang hangat dibutuhkan oleh biji yang sedang berkecambah, karena suhu
memengaruhi kerja enzim dan hormon di dalam biji.

3. Oksigen diperlukan untuk proses respirasi sel-sel dalam biji, sehingga diperoleh
energi yang cukup untuk berkecambah.

Perkecambahan ditandai dengan munculnya kecambah atau tumbuhan kecil yang


hidupnya masih bergantung pada cadangan makanan di dalam biji. Ada empat bagian
penting pada biji yang berkecambah, yaitu sebagai berikut.

1. Batang lembaga (kaulikula) merupakan bagian yang akan tumbuh menjadi batang.

2. Akar lembaga (radikula) merupakan bagian yang akan tumbuh menjadi akar.

3. Pucuk lembaga (plumula) merupakan bagian yang akan tumbuh menjadi daun.

4. Daun lembaga (kotiledon) merupakan bagian yang kaya dengan cadangan makanan.

Berdasarkan letak kotiledonnya, ada dua tipe perkecambahan, yaitu tipe epigeal dan
tipe hipogeal.

1. Tipe epigeal
Tipe epigeal adalah tipe perkecambahan yang ditandai dengan terangkatnya keping
biji (kotiledon) ke atas permukaan tanah. Hal ini terjadi karena daerah hipokotil lebih
cepat tumbuh dibandingkan dengan daerah epikotil. Hipokotil merupakan bagian
batang yang berada di bawah kotiledon, sedangkan epikotil adalah bagian batang
yang berada di atas kotiledon.Tipe perkecambahan epigeal banyak ditemukan pada
tumbuhan dikotil, seperti kacang kedelai, kacang tanah, pepaya, kangkung, dan
sebagainya.

Pertumbuhan dan Perkembangan pada Makhluk Hidup 4


2. Tipe hipogeal
Tipe hipogeal adalah tipe perkecambahan yang ditandai dengan tidak terangkatnya
keping biji (kotiledon) ke atas permukaan tanah, melainkan tetap di dalam tanah.
Hal ini terjadi karena daerah hipokotil lebih lambat pertumbuhannya dibandingkan
dengan daerah epikotil. Tipe perkecambahan hipogeal banyak ditemukan pada
tumbuhan monokotil, seperti kelapa, padi, jagung, dan sebagainya.

SUPER "Solusi Quipper"

Pigeon berbadan ideal lompat-lompat di permukaan tanah,


sedangkan hipo sembunyi di dalam tanah.

Epigeal kotiledonnya terangkat di atas tanah, sedangkan hipogeal di dalam tanah.

Contoh Soal 3

Proses perkecambahan biji diawali dengan peristiwa imbibisi, yaitu masuknya air ke
dalam biji. Berikut ini adalah hal-hal yang dapat terjadi setelah biji mengalami imbibisi,
kecuali ....
A. kulit biji melunak, sehingga mudah ditembus oleh embrio
B. sel-sel embrio aktif membelah
C. enzim dan hormon pertumbuhan aktif bekerja
D. sel-sel kotiledon mengalami penyusutan
E. biji mengembang karena penuh air
Jawaban: D

Pembahasan:
Saat biji mengalami imbibisi, sel-sel pada biji termasuk kotiledon akan mengembang.
Sel-sel kotiledon baru akan mengalami penyusutan setelah aktivitas perkecambahan
dimulai. Hal ini terjadi karena cadangan makanan di dalamnya digunakan oleh embrio
yang sedang tumbuh.

Jadi, hal yang tidak terjadi setelah biji mengalami imbibisi adalah sel-sel kotiledon
mengalami penyusutan.

Pertumbuhan dan Perkembangan pada Makhluk Hidup 5


Contoh Soal 4

Ciri-ciri dari perkecambahan tipe epigeal adalah ....


A. daerah hipokotil lebih pendek daripada epikotil
B. daerah hipokotil lebih panjang daripada epikotil
C. daerah hipokotil dan epikotil sama panjang
D. daerah hipokotil memanjang, sedangkan epikotil menyusut
E. daerah hipokotil menyusut, sedangkan epikotil memanjang
Jawaban: B
Pembahasan:
Perkecambahan tipe epigeal memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
• Kotiledon terangkat ke atas permukaan tanah.
• Daerah hipokotil lebih panjang daripada daerah epikotil.

Jadi, ciri-ciri dari perkecambahan tipe epigeal adalah daerah hipokotil lebih panjang
daripada epikotil.

C. Macam-Macam Pertumbuhan
Pertumbuhan pada tumbuhan terjadi karena aktivitas dari sel-sel jaringan meristem.
Berdasarkan asal dan letak jaringan meristem, pertumbuhan dibagi menjadi dua
macam, yaitu pertumbuhan primer dan pertumbuhan sekunder.

1. Pertumbuhan primer
Pertumbuhan primer adalah pertumbuhan yang dimulai sejak awal setelah
terbentuknya zigot. Pertumbuhan ini terjadi karena aktivitas sel-sel meristem primer
Aktivitas selsel meristem primer menyebabkan tumbuhan bertambah tinggi atau
memanjang. Berdasarkan letaknya, ada dua macam meristem primer, yaitu meristem
apikal atau meristem pucuk dan meristem interkalar atau meristem antar-ruas.

2. Pertumbuhan sekunder
Pertumbuhan sekunder adalah pertumbuhan yang terjadi setelah tumbuhan
mencapai usia tertentu. Pertumbuhan sekunder disebabkan karena adanya aktivitas
sel-sel meristem sekunder atau lebih dikenal dengan kambium. Aktivitas kambium
menyebabkan tumbuhan bertambah besar. Kambium terdapat pada tumbuhan
dikotil dan beberapa anggota gymnospermae. Berdasarkan letaknya, ada tiga
macam kambium, yaitu kambium gabus (felogen), kambium vaskuler (intravaskuler),
dan kambium jari-jari empulur (intervaskuler).

Pertumbuhan dan Perkembangan pada Makhluk Hidup 6


a. Kambium gabus (felogen)
1.) Sel-sel kambium ini terletak di bawah epidermis.
2.) Aktivitas selnya membelah ke dua arah, keluar membentuk lapisan felem dan
ke arah dalam membentuk lapisan feloderm.
3.) Felem dan feloderm selanjutnya akan membentuk lapisan gabus pengganti
epidermis.
b. Kambium vaskuler (intravaskuler)
1.) Sel-sel kambium ini terletak di dalam jaringan vaskuler (jaringan pengangkut),
yaitu di antara xilem dan oem.
2.) Aktivitas selnya membelah ke dua arah, keluar membentuk jaringan floem
sekunder dan ke arah dalam membentuk jaringan xilem sekunder.

c. Kambium jari-jari empulur (intervaskuler)


1.) Sel-sel kambium ini terletak di antara jaringan-jaringan vaskuler.
2.) Aktivitas selnya membentuk sel-sel yang menghubungkan antara jaringan-
jaringan vaskuler sehingga terbentuk lingkaran tahun.

Berdasarkan akivitasnya, daerah pertumbuhan pada ujung akar terbagi menjadi tiga
daerah titik tumbuh, yaitu sebagai berikut.

a. Daerah pembelahan (cleavage)


Daerah pembelahan merupakan daerah yang paling cepat pertumbuhannya
karena tersusun atas sel-sel meristematik yang aktif membelah. Daerah
pembelahan dilindungi oleh tudung akar. Ciri-ciri dari daerah pembelahan adalah
sebagai berikut.

1.) Sel-selnya aktif membelah.


2.) Ukuran dan bentuk sel-selnya relatif seragam dan tersusun rapat satu sama
lain.
3.) Memiliki daya tahan yang rendah terhadap zat kimia dan radiasi cahaya.

b. Daerah pemanjangan
Daerah pemanjangan merupakan daerah dengan sel-sel yang memanjang.
Pemanjangan sel-sel ini dapat terjadi karena sel mengandung vakuola-vakuola
yang besar sehingga dapat menyerap air lebih banyak. Penyerapan air yang lebih
banyak akan memengaruhi kerja hormon perentang sel dan mengakibatkan
terjadinya perentangan dinding sel. Ciri-ciri dari daerah pemanjangan adalah
sebagai berikut.
1.) Sel-selnya berukuran panjang dan mampu memanjang hingga 9 kali ukuran
semula.
2.) Pertumbuhannya lebih lambat daripada daerah pembelahan.
3.) Sel-selnya masih aktif membelah.
4.) Memiliki daya tahan yang baik terhadap zat kimia dan radiasi cahaya.

Pertumbuhan dan Perkembangan pada Makhluk Hidup 7


c. Daerah diferensiasi (pendewasaan)
Daerah diferensiasi merupakan daerah tempat terjadinya spesialisasi fungsi dan
struktur sel-sel yang berasal dari daerah pemanjangan. Pada daerah ini terdapat
tiga lapisan yang akan membentuk tiga sistem jaringan, yaitu protoderm, meristem
dasar, dan prokambium.
1.) Protoderm merupakan lapisan terluar yang nantinya akan membentuk
epidermis.
2.) Meristem dasar merupakan lapisan kedua yang nantinya akan membentuk
parenkim korteks.
3.) Prokambium merupakan lapisan terdalam yang nantinya akan membentuk
silinder pusat dan jaringan angkut (xilem dan oem).

Ciri-ciri dari daerah deferensiasi adalah sebagai berikut.

1.) Bentuk sel-selnya lebih bervariasi.


2.) Aktivitas pembelahan sel tidak aktif, sehingga pertumbuhannya lambat.
3.) Memiliki daya tahan yang baik terhadap zat kimia dan radiasi cahaya.

Berikut ini adalah gambar daerah pertumbuhan pada ujung akar.

Gambar 2. Daerah pertumbuhan pada ujung akar

Pertumbuhan dan Perkembangan pada Makhluk Hidup 8


Sama halnya dengan ujung akar, batang juga memiliki tiga daerah titik tumbuh yang
terdiri atas daerah pembelahan, pemanjangan, dan diferensiasi.

a. Daerah pembelahan (cleavage)


Daerah pembelahan merupakan daerah yang sel-sel meristematiknya aktif
membelah. Sel-sel meristematik ini akan membentuk massa berbentuk kubah
yang dibungkus oleh calon daun (primordial daun).
b. Daerah pemanjangan
Pada daerah ini, sel-selnya akan tumbuh membesar dan memanjang serta
jaringan pembuluh sudah mulai tampak.
c. Daerah diferensiasi (pendewasaan)
Pada daerah ini, mulai terbentuk jaringan seperti epidermis, korteks, dan silinder
pusat (stele).

Berikut ini adalah gambar daerah pertumbuhan pada ujung batang.

Gambar 3. Daerah pertumbuhan pada ujung batang

SUPER "Solusi Quipper"

Untuk mengingat daerah pertumbuhan pada ujung akar dan batang, gunakan
cara SUPER berikut.

Meri Berambut Panjang Dipakaikan Pita

Zona meristem, pemanjangan, dan diferensiasi

Pertumbuhan dan Perkembangan pada Makhluk Hidup 9


Contoh Soal 5

Berikut ini yang merupakan hasil dari aktivitas meristem primer adalah ....
A. diameter batang bertambah besar
B. batang dan akar bertambah panjang
C. ranting bertambah banyak
D. daun bertambah lebar
E. cabang akar bertambah banyak
Jawaban: B
Pembahasan:
Aktivitas meristem primer menyebabkan tumbuhan bertambah tinggi atau memanjang.
Berdasarkan letaknya, ada dua macam meristem primer, yaitu meristem apikal atau
meristem pucuk dan meristem interkalar atau meristem antar-ruas.

Jadi, yang merupakan hasil dari aktivitas meristem primer adalah batang dan akar
bertambah panjang.

Contoh Soal 6

Berikut ini yang merupakan hasil aktivitas kambium vaskuler adalah ....
A. terbentuknya lapisan felem
B. terbentuknya xilem sekunder
C. terbentuknya epidermis
D. terbentuknya lapisan feloderm
E. terbentuknya akar cabang
Jawaban: B
Pembahasan:
Kambium vaskuler adalah kambium yang terletak di dalam jaringan angkut, yaitu
berada di antara jaringan xilem dan oem. Sel-sel kambium vaskuler akan membelah
ke dua arah, ke arah luar akan membentuk oem sekunder dan ke arah dalam akan
membentuk xilem sekunder.

Jadi, yang merupakan hasil aktivitas kambium vaskuler adalah terbentuknya xilem
sekunder.

Pertumbuhan dan Perkembangan pada Makhluk Hidup 10


D. Faktor-Faktor Luar yang Memengaruhi Pertumbuhan dan
Perkembangan
Berikut ini adalah faktor-faktor luar yang memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
pada tumbuhan.

1. Suhu
Suhu lingkungan memengaruhi kerja enzim dan hormon metabolisme. Oleh sebab
itu, tumbuhan membutuhkan suhu optimum agar dapat tumbuh dengan bailk. Suhu
optimum setiap tumbuhan berbeda-beda.

2. pH
pH tanah memengaruhi kecepatan penyerapan zat hara dari dalam tanah. Kisaran
pH yang dibutuhkan oleh setiap tumbuhan berbeda-beda.

3. Cahaya matahari
Cahaya matahari merupakan faktor penting yang dibutuhkan oleh tumbuhan untuk
melakukan proses fotosintesis.

4. Air
Air diperlukan untuk proses pengangkutan zat hara dari tanah ke daun. Selain itu, air
juga merupakan faktor penting yang dibutuhkan dalam proses fotosintesis.

5. Udara
Udara mengandung oksigen dan karbon dioksida. Oksigen diperlukan untuk proses
respirasi, sedangkan karbon dioksida diperlukan untuk proses fotosintesis.

6. Nutrisi
Nutrisi atau makanan pada tumbuhan berupa unsur hara yang dapat dibagi menjadi
dua kelompok, yaitu sebagai berikut.
a. Unsur makro adalah unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah besar, seperti C,
H, O, N, S, P, K, Ca, dan Mg.
b. Unsur mikro adalah unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit, seperti
Cu, Zn, Co, Mn, Fe, Cl, dan Na.

7. Kelembapan udara
Kelembapan udara memengaruhi kecepatan proses penguapan atau transpirasi
oleh daun. Jika penguapan berjalan lambat, proses penarikan air dan hara dari tanah
ke daun juga akan berjalan lambat. Sebaliknya, jika penguapan berjalan cepat, air
dan hara juga akan diangkut dengan cepat.

8. Kecepatan angin
Kecepatan angin juga memengaruhi kecepatan proses penguapan oleh daun.
Kecepatan angin yang tinggi akan mempercepat proses penguapan, sedangkan
kecepatan angin yang rendah akan memperlambat proses tersebut.

Pertumbuhan dan Perkembangan pada Makhluk Hidup 11


SUPER "Solusi Quipper"

Untuk mengingat faktor-faktor luar ini, gunakan cara SUPER berikut.

SaPU M A N UL A

Suhu, pH, Udara, Cahaya Matahari, Air, Nutrisi, Kelembapan Udara, Kecepatan Angin.

Contoh Soal 7

Faktor-faktor luar yang memengaruhi pertumbuhan tanaman adalah ....


A. cahaya, nutrisi, gen, dan air
B. cahaya, nutrisi, suhu, dan kelembapan
C. cahaya, gen, kelembapan, dan suhu
D. nutrisi, hormon, air, dan suhu
E. cahaya, hormon, kelembapan, dan air
Jawaban: B
Pembahasan:
Faktor-faktor luar yang memengaruhi pertumbuhan tanaman antara lain adalah suhu,
cahaya, air, udara, nutrisi, pH, kelembapan, dan kecepatan angin. Sementara gen dan
hormon merupakan faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan tanaman dari
dalam.

Jadi, faktor-faktor luar yang memengaruhi pertumbuhan tanaman adalah cahaya,


nutrisi, suhu, dan kelembapan.

E. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pertumbuhan dan


Perkembangan
Berikut ini adalah faktor-faktor dalam yang memengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan pada tumbuhan.

1. Gen (Hereditas)
Gen adalah penentu sifat makhluk hidup yang diwariskan dari generasi ke generasi,
termasuk tumbuhan. Gen dapat menentukan pola pertumbuhan dan perkembangan
pada tumbuhan yang bersangkutan.

2. Hormon
Hormon adalah pembawa pesan kimiawi antarsel atau antarkelompok sel. Meskipun
dihasilkan di dalam tubuh, kerja hormon juga dipengaruhi oleh faktor eksternal.
Pada tumbuhan, terdapat beberapa hormon penting, yaitu:

Pertumbuhan dan Perkembangan pada Makhluk Hidup 12


a. Auksin
Fungsi auksin adalah sebagai berikut.
1.) Memengaruhi pemanjangan sel.
2.) Merangsang kambium agar membentuk xilem dan oem.
3.) Memelihara elastisitas dinding sel.
4.) Membentuk dinding primer.
5.) Mendorong terjadinya partenogenesis (pembentukan buah tanpa melalui
penyerbukan).
6.) Mendorong pembentukan akar cabang.
7.) Memengaruhi dominansi apikal batang.

b. Giberelin
Fungsi giberelin adalah sebagai berikut.
1.) Memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan embrio.
2.) Merangsang pembentukan enzim amilase yang berfungsi memecah amilum
di dalam endosperma menjadi glukosa.
3.) Menormalkan tanaman kerdil.
4.) Memperbesar ukuran buah.
5.) Mendorong pembentukan serbuk sari.
6.) Mendorong pembentukan buah tanpa biji (partenokarpi).

c. Sitokinin
Fungsi sitokinin adalah sebagai berikut.
1.) Menghambat dominansi apikal yang dilakukan oleh auksin.
2.) Memengaruhi pembelahan sel.
3.) Menghambat proses penuaan daun.
4.) Menghambat pengguguran daun, bunga, dan buah.
5.) Mengatur pertumbuhan daun dan pucuk.
6.) Mendorong pertumbuhan tunas lateral.

d. Kalin
Kalin merupakan hormon yang memengaruhi pembentukan organ tumbuhan.
Ada empat macam kalin, yaitu:
1.) Rizokalin, yang memengaruhi pembentukan akar.
2.) Kaulokalin, yang memengaruhi pembentukan batang.
3.) Filokalin, yang memengaruhi pembentukan daun.
4.) Antokalin, yang memengaruhi pembentukan bunga.

e. Asam Traumalin
Asam traumalin merupakan hormon yang memengaruhi proses regenerasi sel
jika terjadi kerusakan jaringan atau luka pada tumbuhan.

Pertumbuhan dan Perkembangan pada Makhluk Hidup 13


f. Etilen
Etilen merupakan satu-satunya hormon yang berwujud gas. Etilen berperan
dalam proses pematangan buah.

g. Asam Absisat
Asam absisat merupakan hormon yang bekerja antagonis terhadap auksin
dan giberelin, yaitu mendorong proses penuaan dan kerontokan daun. Selain
itu, asam absisat juga mendorong terjadinya dormansi jika lingkungan tidak
menguntungkan, serta memengaruhi membuka atau menutupnya stomata.

Contoh Soal 8

Terbentuknya kalus pada batang dikotil yang terluka disebabkan oleh pengaruh hormon
….
A. auksin D. asam traumalin
B. kaulokalin E. sitokinin
C. giberelin
Jawaban: D
Pembahasan:
Fungsi hormon asam traumalin adalah memengaruhi regenerasi sel jika ada jaringan
yang rusak atau terluka. Caranya adalah dengan membentuk kalus pada wilayah
yang rusak tersebut. Kalus merupakan sekelompok sel yang seragam atau belum
terdiferensiasi akibat pembelahan sel yang terus-menerus.

Jadi, terbentuknya kalus pada batang dikotil yang terluka disebabkan oleh pengaruh
hormon asam traumalin.

Contoh Soal 9

Daun menjadi tua dan menguning setelah mencapai usia tertentu. Hormon yang
memengaruhi peristiwa tersebut adalah ....
A. auksin D. giberelin
B. lokalin E. asam absisat
C. sitokinin
Jawaban: E
Pembahasan:
Setelah mencapai usia tertentu, daun akan menguning. Hal ini terjadi karena
bertumpuknya hormon asam absisat di daerah pangkal daun. Tingginya kadar asam
absisat akan menyebabkan kerusakan sel-sel di daerah tersebut, sehingga daun-daun
tidak bisa mendapatkan pasokan nutrisi. Akibatnya, sel-sel daun perlahan-lahan akan
mengalami kerusakan.

Jadi, hormon yang memengaruhi peristiwa tersebut adalah asam absisat.

Pertumbuhan dan Perkembangan pada Makhluk Hidup 14


F. Pertumbuhan dan Perkembangan pada Manusia
Setiap manusia akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan
menyebabkan pertambahan ukuran tubuh, sedangkan perkembangan menyebabkan
tercapainya kedewasaan, baik secara biologis maupun psikologis. Tahapan pertumbuhan
dan perkembangan pada manusia dapat dikelompokkan menjadi dua bagian besar,
yaitu tahapan pertumbuhan dan perkembangan sebelum kelahiran (prenatal) dan
setelah kelahiran (postnatal).

1. Pertumbuhan dan Perkembangan sebelum Kelahiran (Prenatal)


Pertumbuhan dan perkembangan sebelum kelahiran dimulai dari proses
pembentukan embrio hingga menjadi janin yang siap lahir. Proses pertumbuhan
dan perkembangan dari zigot hingga menjadi embrio meliputi beberapa tahap, yaitu
sebagai berikut.

a. Zigot, yaitu tahap embrionik paling awal yang didahului oleh proses fertilisasi
ovum oleh sperma. Zigot terdiri atas satu sel saja.

b. Morula, yaitu sekumpulan sel hasil pembelahan zigot secara mitosis yang
berlangsung terus-menerus. Walaupun terdiri atas beberapa sel, ukuran morula
masih sama dengan ukuran zigot. Hal ini dikarenakan proses mitosis pada morula
hanya menambah jumlah sel, tanpa menambah volume dan massa sel.

c. Blastula, yaitu sekumpulan sel berbentuk bola berongga. Rongga pada blastula
disebut blastosol. Blastula merupakan hasil pembelahan lebih lanjut dari morula.

d. Gastrula, yaitu sekumpulan sel hasil pembelahan lebih lanjut dari blastula.
Pada gastrula terbentuk dua kutub pembelahan, yaitu kutub animal dan kutub
vegetal. Kutub animal tersusun dari sel-sel yang ukurannya lebih kecil daripada
sel-sel pada kutub vegetal. Sel-sel pada kutub animal juga lebih aktif membelah.
Perbedaan ini mendorong terjadinya lipatan ke arah dalam (invaginasi), sehingga
terbentuk jaringan embrional. Jaringan embrional selanjutnya akan membentuk
3 lapisan embrional, yaitu ektoderm, mesoderm, dan endoderm.

e. Organogenesis, yaitu proses diferensiasi jaringan embrional menjadi berbagai


macam organ.
1.) Lapisan ektoderm, yaitu lapisan yang akan berkembang menjadi epidermis,
gigi, rambut, saraf, dan alat-alat indra.

2.) Lapisan mesoderm, yaitu lapisan yang akan berkembang menjadi rangka,
otot, alat-alat ekskresi, alat-alat peredaran darah, dan alat-alat reproduksi.

3.) Lapisan endoderm, yaitu lapisan yang akan berkembang menjadi alat-alat
pernapasan, alat-alat pencernaan, hati, dan pankreas.

Pertumbuhan dan Perkembangan pada Makhluk Hidup 15


Setelah melalui seluruh tahapan tersebut, terbentuklah embrio. Embrio selanjutnya
akan berkembang menjadi janin selama kurang lebih 9 bulan atau 40 minggu di
dalam kandungan. Berikut ini adalah proses pertumbuhan dan perkembangan
embrio pada manusia.

No. Usia Kehamilan Ciri-Ciri Pertumbuhan dan Perkembangan

1. 1 minggu Terbentuk zigot hasil fertilisasi yang kemudian


melakukan pembelahan menjadi kurang lebih 100 sel.

2. 2 minggu Terbentuk kurang lebih 150 sel.


Mulai terbentuk lapisan embrional yang terdiri atas
ektoderm, mesoderm, dan endoderm.

3. 3 minggu Embrio berhasil menempel sempurna pada rahim.


Mulai terbentuk plasenta dan beberapa organ, seperti
jantung, pembuluh darah, otak, tulang belakang, dan
kelenjar tiroid.

4. 4 minggu Jantung dan pembuluh darah mulai berfungsi


mengalirkan darah.
Mulai terbentuk kaki dan tangan.

5. 5 minggu Mulai terbentuk mulut, mata, dan telinga.


Sistem saraf dan struktur dasar otak sudah terbentuk.
Tangan yang terbentuk belum memiliki jari.

6. 6 minggu Kaki mulai tumbuh, meskipun belum memiliki jari.


Bibir atas dan langit-langit mulut sudah terbentuk.
Sistem pencernaan mulai dibentuk.

7. 7 minggu Jari-jari tangan dan kaki sudah terbentuk.


Paru-paru mulai dibentuk.
Sistem saraf dan otot sudah berfungsi dengan baik.

8. 8 minggu Kelopak mata dan hidung mulai terbentuk.


Janin mulai dikelilingi oleh air ketuban.

9. 9 minggu Wajah janin mulai terlihat jelas.


Mata lebih besar dan berwarna.
Mulai dapat membuka mulut.
Kelenjar ludah sudah terbentuk.

10. 10 minggu Sel-sel tulang mulai terbentuk untuk menggantikan


tulang rawan.
Jantung sudah berdetak sempurna.

11. 11 minggu Tulang wajah mulai terbentuk.


Janin sudah bisa menelan dan mengeluarkan urine.
Kelopak mata masih tertutup.

Pertumbuhan dan Perkembangan pada Makhluk Hidup 16


No. Usia Kehamilan Ciri-Ciri Pertumbuhan dan Perkembangan

12. 12 minggu Terjadi perkembangan untuk menyempurnakan


organ-organ yang sudah terbentuk.
Terjadi perubahan pada tulang belakang bayi, yang
tadinya terdiri atas tulang rawan menjadi tulang
keras.

13. 13 – 17 minggu Mulut janin dapat digerakkan.


Alat kelamin sudah dapat dilihat.
Muncul lanugo (rambut-rambut halus) pada daerah
kepala.

14. 18 – 22 minggu Janin mulai dapat mendengar dan memberikan respons


berupa gerakan seperti menendang atau memukul.

15. 23 – 26 minggu Bulu mata dan alis mulai tampak.


Paru-paru makin sempurna.
Pankreas sudah berfungsi efektif.

16. 27 – 31 minggu Semua organ sudah matang, sehingga jika terjadi


kelahiran pada kisaran minggu ini, janin memiliki
peluang hidup yang cukup tinggi. Meskipun begitu, bayi
dapat mengalami cacat lahir dan berat badan rendah.

17. 32 – 36 minggu Gerakan janin makin kuat.


Janin memiliki kulit yang sangat halus berwarna
merah muda

18. 37 – 40 minggu Janin siap untuk lahir, karena seluruh organ tubuhnya
sudah berfungsi sempurna.

Berikut ini adalah gambar pertumbuhan janin dalam 40 minggu.

Gambar 4. Pertumbuhan janin dalam 40 minggu

Pertumbuhan dan Perkembangan pada Makhluk Hidup 17


2. Pertumbuhan dan Perkembangan setelah Kelahiran (Postnatal)
Setelah melalui proses kelahiran, seorang bayi akan mengalami pertumbuhan dan
perkembangan menjadi orang dewasa. Pertumbuhan dan perkembangan ini dapat
dibagi menjadi 5 fase, yaitu balita, anak-anak, remaja, dewasa, dan manula. Berikut
ini adalah tabel ciri-ciri pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi pada setiap
fase tersebut.

No. Nama Fase Ciri-Ciri

1. Balita (0 – 5 tahun) Pertumbuhan fisik sangat pesat.


Terjadi perkembangan motorik seperti tengkurap,
merangkak, berjalan, dan berlari.
Terjadi perkembangan komunikasi, seperti berteriak,
tertawa, dan mulai berbicara.
Terjadi perkembangan lebih lanjut seperti belajar
memakai baju sendiri atau mencoba minum
menggunakan gelas.

2. Anak-anak (6 – 10 Emosi masih berubah-ubah.


tahun) Keingintahuan terhadap sesuatu sangat besar.
Mengenal baik dan buruk.
Mulai belajar mengenal lingkungan di sekitarnya.

3. Remaja (11 – 18 Terjadi perubahan fisik pada pertumbuhan dan


tahun) perkembangan yang dipengaruhi oleh hormon kelamin.
Masa ini disebut juga masa pubertas. Perubahan ini
mencakup ciri-ciri kelamin primer dan sekunder
Laki-laki
Pada laki-laki ditandai dengan terjadinya mimpi
basah, yaitu keluarnya sperma dari tubuh. Adapun
ciri-ciri sekunder pada laki-laki antara lain adalah
sebagai berikut.
Tumbuh kumis.
Jakun membesar.
Dada lebih lebar dan bidang.
Tumbuh rambut di ketiak dan sekitar alat kelamin.
Suara berubah menjadi besar dan berat.
Perempuan
Pada perempuan ditandai dengan terjadinya
menstruasi. Adapun ciri-ciri sekunder pada
perempuan antara lain adalah sebagai berikut.
Tumbuh payudara.
Pinggul membesar.
Suara kecil dan halus.
Tumbuh rambut di ketiak dan sekitar alat kelamin.
Kulit menjadi lebih halus.

Pertumbuhan dan Perkembangan pada Makhluk Hidup 18


No. Nama Fase Ciri-Ciri

4. Dewasa (19 – 50 Ukuran tubuh mencapai ukuran maksimal.


tahun) Emosi lebih stabil.
Melakukan pengembangan potensi diri seperti
hubungan sosial dengan orang lain, bekerja, mengejar
prestasi, dan berani memutuskan untuk menikah.

5. Manula (> 50 Terjadi penurunan fungsi organ tubuh.


tahun) Daya tahan tubuh menurun.
Kecepatan bergerak menurun.
Tubuh lebih cepat merasa letih.

Berikut ini adalah gambar tahapan pertumbuhan dan perkembangan setelah


kelahiran.

Gambar 5. Pertumbuhan dan perkembangan setelah kelahiran

G. Faktor-Faktor Luar yang Memengaruhi Pertumbuhan dan


Perkembangan
Pertumbuhan dan perkembangan pada manusia dipengaruhi oleh faktor internal dan
faktor eksternal.

1. Faktor Internal
Faktor internal meliputi gen, umur, jenis kelamin, dan ras.
a. Gen
Gen merupakan faktor yang paling dominan dalam menentukan pertumbuhan dan
perkembangan pada manusia. Ciri khas yang dimiliki oleh manusia dipengaruhi
oleh gen-gen yang dibawa, seperti bentuk mata, warna kulit, dan sebagainya.
Selain itu, gen juga memengaruhi sistem metabolisme tubuh, sehingga dapat
berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan.

Pertumbuhan dan Perkembangan pada Makhluk Hidup 19


b. Umur
Pertumbuhan dan perkembangan pada manusia dipengaruhi oleh umur. Fase
pertumbuhan dan perkembangan pada manusia dimulai sejak manusia masih
berada di dalam kandungan, hingga mencapai umur 20 tahun. Pada fase ini,
terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang lebih cepat dari fase berikutnya.
Mulai umur 21 tahun hingga 50 tahun, manusia memasuki fase dewasa. Pada
fase ini, manusia sudah tidak mengalami pertumbuhan dan perkembangan lagi.
Jadi, umur dapat menghentikan pertumbuhan dan perkembangan pada manusia.

c. Jenis kelamin
Pertumbuhan dan perkembangan pada laki-laki dan perempuan berbeda.
Perempuan mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang lebih cepat
di masa bayi hingga anak-anak. Misalnya, balita perempuan bisa berjalan atau
berbicara lebih cepat dibandingkan dengan balita laki-laki. Memasuki masa
pubertas, pertumbuhan dan perkembangan anak perempuan melambat.
Sebaliknya, anak laki-laki mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang
lebih cepat pada masa pubertas.

d. Ras
Ras menjadi salah satu faktor yang memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
pada manusia. Misalnya, ras Asia cenderung memiliki postur tubuh yang lebih
pendek dibandingkan ras Amerika.

2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal meliputi faktor prenatal, faktor persalinan, dan faktor pasca
persalinan.
a. Faktor prenatal
Faktor prenatal meliputi gizi, zat kimia atau toksin, infeksi, radiasi, endokrin,
anoksia embrio, kelainan imunologi, psikologi ibu, dan mekanis.

1.) Gizi
Pertumbuhan dan perkembangan janin di dalam kandungan sangat
dipengaruhi oleh kecukupan gizi sang ibu. Oleh sebab itu, seorang ibu hamil
harus cukup mengonsumsi makanan bergizi yang kaya dengan karbohidrat,
protein, lipid, vitamin, dan mineral. Hal ini bertujuan agar janin dapat tumbuh
dan berkembang dengan baik.

2.) Zat kimia atau toksin


Zat kimia dalam obat-obatan yang dikonsumsi oleh ibu hamil harus
benar-benar diperhatikan. Hal ini perlu dilakukan agar tidak mengganggu
pertumbuhan dan perkembangan janin.

Pertumbuhan dan Perkembangan pada Makhluk Hidup 20


3.) Infeksi
Infeksi mikroorganisme patogen seperti TORCH (toksoplasma, rubella,
cytomegalovirus, dan herpes simpleks) dapat menyebabkan kelainan
pada janin. Misalnya katarak, bisu tuli, mikrosepali, retardasi mental, dan
kelainan jantung kongenital. Adanya kelainan tersebut dapat mengganggu
pertumbuhan dan perkembangan janin.

4.) Radiasi
Paparan radiasi sinar-sinar radioaktif seperti sinar rontgen dapat mengganggu
pertumbuhan dan perkembangan janin.

5.) Endokrin
Penyakit hormonal seperti diabetes melitus dapat menimbulkan gangguan
pada pertumbuhan dan perkembangan janin. Jika seorang ibu hamil adalah
penderita diabetes melitus, janin yang dikandungnya dapat terserang kelainan-
kelainan seperti makrosomia, hiperplasia adrenal, atau kardiomegali.

6.) Anoksia embrio


Anoksia embrio adalah kelainan yang timbul akibat adanya gangguan pada
fungsi plasenta. Plasenta tidak dapat berfungsi dengan baik, terutama dalam
proses penyaluran zat makanan dan oksigen bagi janin.

7.) Kelainan imunologi


Faktor ini dapat terjadi jika ada perbedaan golongan darah antara ibu dan
janin. Sebagai contoh, eritroblastosis fetalis yang terjadi karena rhesus ibu
negatif, sedangkan rhesus janin positif.

8.) Psikologis ibu


Kondisi psikologis seorang ibu hamil turut berperan penting dalam
pertumbuhan dan perkembangan janin yang dikandungnya. Jika kondisi
psikologis ibu terus-menerus tertekan, akan membawa dampak buruk bagi
pertumbuhan dan perkembangan janinnya.

9.) Mekanis
Gangguan mekanis seperti posisi janin yang tidak normal dapat mengganggu
pertumbuhan dan perkembangan janin.

b. Faktor persalinan
Jika dalam proses persalinan terjadi gangguan seperti asfiksia atau trauma kepala,
jaringan otak bayi dapat mengalami kerusakan.

Pertumbuhan dan Perkembangan pada Makhluk Hidup 21


c. Faktor pasca persalinan
1.) Sanitasi lingkungan
Lingkungan yang bersih dan sehat sangat memengaruhi kesehatan seorang
anak. Kesehatan anak ini pada akhirnya juga akan memengaruhi pertumbuhan
dan perkembangannya. Oleh sebab itu, sangat penting memperhatikan
kebersihan lingkungan, misalnya menjauhkan anak dari asap rokok atau
paparan sinar radioaktif.

2.) Gizi
Kecukupan gizi sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan
anak. Pada masa bayi, ibu harus memberikan ASI yang cukup. Setelah masa
pemberian ASI lewat, makanan anak harus cukup mengandung zat-zat
makanan yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangannya.

3.) Penyakit kronis


Beberapa penyakit kronis seperti anemia, TBC, kelainan jantung, atau
penyakit menurun seperti talasemia dapat mengganggu pertumbuhan dan
perkembangan seorang anak.

4.) Obat-obatan
Obat-obatan seperti kortikosteroid yang dikonsumsi dalam jangka panjang
dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak.

5.) Psikologis
Jika hubungan psikologis seorang anak dengan orang-orang di sekitarnya
kurang baik, proses pertumbuhan dan perkembangannya dapat terganggu.

6.) Kondisi sosio-ekonomi


Kondisi sosio-ekonomi yang baik akan berdampak baik bagi pertumbuhan
dan perkembangan anak, begitu juga sebaliknya.

7.) Endokrin
Hormon dapat memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak.
Misalnya pada sekresi hormon pertumbuhan yang tidak normal. Jika
sekresinya berlebih, dapat menyebabkan gigantisme. Jika sekresinya kurang
dari normal, dapat menyebabkan kekerdilan.

8.) Lingkungan pengasuhan


Pola asuh orang tua, terutama ibu sangat memengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan seorang anak.

9.) Perasaan
Perasaan yang selalu tertekan dapat memengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan seorang anak, terutama saat masa pertumbuhan. Selain itu,
juga dapat mengganggu kesehatan.

Pertumbuhan dan Perkembangan pada Makhluk Hidup 22


10.) Pekerjaan
Pekerjaan yang terlalu banyak mengandalkan fisik dapat mengganggu
pertumbuhan dan perkembangan seorang anak. Sebagai contoh, seorang
anak yang harus bekerja sebagai kuli angkut. Beban yang berat dapat
mengganggu pertumbuhan dan perkembangannya.

H. Pertumbuhan dan Perkembangan pada Hewan


Pertumbuhan dan perkembangan pada hewan dapat dibagi menjadi dua fase, yaitu fase
embrionik dan fase pascaembrionik.

1. Fase embrionik
Fase embrionik merupakan tahap pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai
dari zigot hingga terbentuknya embrio sebelum lahir atau menetas. Fase embrionik
terdiri atas zigot, morula, blastula, gastrula, serta diferensiasi dan organogenesis.

a. Zigot
Zigot terbentuk dari hasil fertilisasi ovum dan sperma. Zigot hanya terdiri atas
satu sel saja. Selanjutnya, zigot akan membelah secara mitosis.

b. Morula
Morula merupakan kumpulan sel berbentuk buah anggur hasil pembelahan
mitosis dari zigot. Proses pembentukan morula disebut morulasi. Pada morula
terbentuk dua kutub pembelahan, yaitu kutub animal dan kutub vegetal. Kutub
animal terdiri atas sel-sel berukuran kecil dan dapat membelah dengan cepat.
Sementara kutub vegetal terdiri atas sel-sel berukuran besar dan pembelahannya
lebih lambat. Di antara kedua kutub, terdapat daerah sabit abu-abu (gray crescent).

c. Blastula
Proses pembelahan sel-sel pada morula berlanjut, sehingga terbentuk kumpulan
sel berbentuk bola berongga yang disebut blastula. Proses pembentukan blastula
disebut blastulasi. Rongga di dalam blastula disebut blastosol yang berisi cairan.

d. Gastrula
Proses pembentukan gastrula disebut gastrulasi. Pembelahan yang cepat dari sel-
sel di kutub animal menyebabkan kutub vegetal melekuk ke dalam (invaginasi).
Invaginasi mengakibatkan terbentuknya lapisan ektoderm dan endoderm. Bagian
ektoderm akan membentuk kulit, sedangkan bagian endoderm akan membentuk
berbagai saluran. Bagian tengah dari gastrula membentuk saluran yang disebut
arkenteron. Arkenteron akan berkembang menjadi saluran pencernaan. Salah
satu ujung akan berkembang menjadi anus, sedangkan ujung yang lain akan
berkembang menjadi mulut. Sebagian endoderm akan berdiferensiasi menjadi
lapisan mesoderm. Di akhir fase gastrula, akan terbentuk 3 lapisan embrional,
yaitu ektoderm, mesoderm, dan endoderm.

Pertumbuhan dan Perkembangan pada Makhluk Hidup 23


e. Diferensiasi dan Organogenesis
Diferensiasi adalah proses perkembangan sel menjadi sel-sel yang memiliki
struktur dan fungsi lebih khusus. Sementara organogenesis adalah proses
pembentukan organ. Pada tahap ini, lapisan embrional berkembang menjadi
berbagai macam organ.
1.) Lapisan ektoderm akan membentuk epidermis, rambut, kelenjar minyak,
kelenjar keringat, email gigi, sistem saraf, dan saraf reseptor.

2.) Lapisan mesoderm akan membentuk tulang, jaringan ikat, otot, sistem
ekskresi, sistem transportasi, dan sistem reproduksi.

3.) Lapisan endoderm akan membentuk sistem pencernaan, sistem pernapasan,


dan kelenjar gondok.
Setelah fase ini, terbentuklah embrio. Selanjutnya, embrio akan tumbuh dan
berkembang menjadi janin.

Gambar 6. Tahapan-tahapan pada fase embrionik

2. Fase Pascaembrionik
Fase pascaembrionik merupakan tahap pertumbuhan dan perkembangan yang
dimulai sejak lahir atau menetas hingga dewasa. Fase pascaembrionik dibagi menjadi
dua tahap, yaitu tahap regenerasi dan tahap metamorfosis.

a. Regenerasi
Regenerasi merupakan proses perbaikan bagian tubuh yang luka atau rusak. Pada
hewan tingkat rendah, proses regenerasi dapat berarti proses reproduksi. Sebagai
contoh, pada cacing Planaria yang tubuhnya dipotong, setiap potongannya akan
tumbuh menjadi individu baru yang lengkap.

Pertumbuhan dan Perkembangan pada Makhluk Hidup 24


b. Metamorfosis
Metamorfosis merupakan proses perubahan ukuran, bentuk, dan bagian-bagian
tubuh hewan dari suatu stadium ke stadium berikutnya. Metamorfosis dialami
oleh serangga dan katak.

1.) Metamorfosis pada serangga


Ada tiga tipe metamorfosis pada serangga, yaitu ametamorfosis (ametabola),
metamorfosis tidak sempurna (hemimetabola), dan metamorfosis sempurna
(holometabola).
Ametamorfosis (ametabola) adalah suatu golongan serangga yang tidak
mengalami metamorfosis selama hidupnya. Stadium yang dialami adalah
stadium telur dan stadium dewasa (imago). Contohnya kutu buku (Lepisma
sp.)

Metamorfosis tidak sempurna (hemimetabola) adalah metamorfosis


yang terdiri atas stadium telur, nimfa, dan imago. Pada metamorfosis tidak
sempurna, tidak ada stadium pupa atau kepompong. Contohnya belalang,
jangkrik, dan kecoa.

Metamorfosis sempurna (holometabola) adalah metamorfosis yang


terdiri atas stadium telur, larva, pupa, dan imago. Contohnya kupu-kupu,
lebah, lalat, dan semut.
Berikut ini adalah gambar metamorfosis sempurna dan metamorfosis tidak
sempurna.

Gambar 7. Metamorfosis sempurna dan metamorfosis tidak sempurna

Pertumbuhan dan Perkembangan pada Makhluk Hidup 25


2.) Metamorfosis pada katak
Metamorfosis pada katak dibagi menjadi tiga fase, yaitu fase premetamorfosis,
prometamorfosis, dan metamorfosis klimaks.

Premetamorfosis
Pada fase ini, telur yang dibuahi akan tumbuh menjadi berudu (kecebong).

Prometamorfosis
Pada fase ini, muncul kaki belakang dan pertumbuhan tubuh berjalan
lambat.

Metamorfosis klimaks
Pada fase ini, muncul kaki depan dan ekor mulai menghilang.

Berikut ini adalah gambar metamorfosis pada katak.

Gambar 8. Metamorfosis pada katak

I. Faktor-Faktor Luar yang Memengaruhi Pertumbuhan dan


Perkembangan pada Hewan
Pertumbuhan dan perkembangan pada hewan juga dipengaruhi oleh faktor internal
dan faktor eksternal.

1. Faktor Internal
Faktor internal meliputi gen, ras, hormon, jenis kelamin, dan umur.
a. Gen
Gen sangat menentukan pertumbuhan dan perkembangan pada hewan. Gen
juga mengatur berbagai macam karakter, sifat fisik, dan tingkah laku hewan. Oleh
sebab itu, gen berperan dalam menentukan kualitas dan kuantitas hewan yang
akan dihasilkan.

Pertumbuhan dan Perkembangan pada Makhluk Hidup 26


b. Ras
Ras turut menentukan pertumbuhan dan perkembangan pada hewan. Misalnya,
kucing lokal cenderung memiliki tubuh yang lebih kecil daripada kucing ras.

c. Hormon
Hormon dapat memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan pada hewan.
Oleh sebab itu, gangguan hormonal dapat menghasilkan pertumbuhan dan
perkembangan yang tidak normal.

d. Jenis kelamin
Pertumbuhan dan perkembangan pada hewan juga dipengaruhi oleh jenis
kelamin. Umumnya, hewan jantan memiliki pertumbuhan dan perkembangan
yang lebih cepat daripada hewan betina.

e. Umur
Umur hewan ikut memengaruhi pertumbuhan dan perkembangannya. Pada
hewan ternak, umur ternak sangat memengaruhi daya produksinya. Misalnya
pada ayam petelur. Semakin tua, jumlah telur yang dihasilkan semakin menurun.

2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal meliputi suhu, cahaya matahari, nutrisi, lingkungan, dan aktivitas
fisik.

a. Suhu
Pertumbuhan dan perkembangan pada hewan sangat dipengaruhi oleh suhu.
Jika suhu terlalu tinggi atau terlalu rendah, metabolisme tubuh hewan dapat
terganggu. Akibatnya, pertumbuhan dan perkembangannya juga ikut terganggu.

b. Cahaya matahari
Cahaya matahari yang cukup dapat menghasilkan pertumbuhan dan
perkembangan yang baik bagi hewan.

c. Nutrisi
Makanan yang cukup dan berkualitas akan menghasilkan pertumbuhan
perkembangan yang baik bagi hewan.

d. Lingkungan
Untuk mendapatkan pertumbuhan dan perkembangan yang baik, hewan
memerlukan lingkungan hidup yang bersih, sehat, dan nyaman.

e. Aktivitas fisik
Hewan dapat bergerak dengan aktif jika ruang geraknya cukup luas. Aktivitas
yang aktif dapat menghasilkan pertumbuhan dan perkembangan yang baik bagi
hewan.

Pertumbuhan dan Perkembangan pada Makhluk Hidup 27


Kurikulum 2013 Revisi

Kelas XII
B I O LO G I
Metabolisme 1

Tujuan Pembelajaran

Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut.


1. Memahami pengertian dan jenis-jenis metabolisme.
2. Memahami komponen, cara kerja, dan sifat enzim.
3. Memahami nomenklatur, klasifikasi, dan faktor-faktor yang memengaruhi kerja
enzim.
4. Memahami proses katabolisme, baik pada respirasi aerob maupun anaerob.

A. Pengantar Metabolisme
Metabolisme adalah proses penting yang terjadi di dalam tubuh setiap organisme yang
masih hidup. Di dalam metabolisme, terjadi proses pemecahan dan penyusunan senyawa-
senyawa kimia. Tujuan dari metabolisme adalah untuk memelihara kelangsungan hidup
sel-sel penyusun tubuh organisme. Metabolisme dapat digolongkan menjadi dua, yaitu
katabolisme dan anabolisme.

Katabolisme adalah proses pemecahan senyawa-senyawa organik (senyawa kompleks,


misal gula) menjadi senyawa-senyawa anorganik (senyawa sederhana, misal CO2 dan
H2O) agar diperoleh energi. Energi hasil katabolisme ini berupa senyawa yang disebut
ATP (Adenosin triphosphat). ATP sangat dibutuhkan untuk berlangsungnya proses-
proses di dalam tubuh, seperti regenerasi sel, pembelahan sel, pertumbuhan, dan
perkembangan.

Kebalikan dari katabolisme adalah anabolisme. Anabolisme adalah proses penyusunan


senyawa-senyawa anorganik (senyawa sederhana, misal H2O dan CO2) menjadi senyawa-
senyawa organik (misal karbohidrat, lemak, dan protein) yang membutuhkan energi.
Senyawa-senyawa organik inilah yang nantinya digunakan dalam proses katabolisme.

Metabolisme yang terjadi di dalam tubuh organisme berlangsung melalui reaksi-reaksi


kimia yang rumit. Untuk mendukung agar reaksi-reaksi kimia tersebut dapat berjalan
dengan baik, tubuh membentuk zat khusus yang disebut enzim. Enzim adalah suatu
senyawa kimia yang dapat mempercepat reaksi kimia di dalam tubuh organisme. Oleh
sebab itu, enzim disebut juga dengan biokatalisator. Hampir semua reaksi metabolisme
dalam tubuh melibatkan enzim.

B. Komponen Penyusun Enzim dan Cara Kerjanya


Enzim terdiri atas dua komponen utama, yaitu senyawa protein dan senyawa nonprotein.
Senyawa protein penyusun enzim disebut apoenzim, sedangkan senyawa nonproteinnya
disebut kofaktor. Ada tiga macam kofaktor, yaitu koenzim, ion-ion anorganik, dan gugus
prostetik.

Koenzim adalah kofaktor berupa senyawa-senyawa organik yang berikatan renggang


dengan enzim, seperti NAD+, FAD+, NADP+, atau turunan-turunan vitamin. Fungsi koenzim
adalah untuk memindahkan gugus kimia, atom, atau elektron dari satu enzim ke enzim
lainnya.

Ion-ion anorganik adalah kofaktor yang terikat dengan substrat kompleks atau enzim,
sehingga fungsi enzim menjadi lebih efektif. Ion-ion anorganik tersebut umumnya
berupa ion-ion logam seperti Fe2+, Cu2+, atau Mg2+.

Gugus prostetik adalah kofaktor yang umumnya terikat kuat pada enzim dan sulit
terurai. Gugus prostetik berfungsi memberi kekuatan tambahan terhadap kerja enzim.
Contohnya adalah FAD (Flavin Adenin Dinukleotida) yang merupakan gugus prostetik dari
enzim suksinat dehidrogenase, dan heme yang merupakan gugus prostetik dari enzim
peroksidase.

Cara kerja enzim di dalam tubuh dapat dijelaskan dengan dua teori, yaitu sebagai berikut.

1. Teori Lock-Key
Teori ini dikemukakan oleh Emil Fischer. Menurut teori lock-key, sisi aktif enzim
berperan seperti gembok, sedangkan substrat berperan seperti anak kunci. Jadi,
untuk membentuk kompleks enzim-substrat, harus ada kesesuaian antara sisi aktif
enzim dan substrat. Teori lock-key dapat digambarkan sebagai berikut.

Metabolisme 1 2
Gambar 1. Teori lock-key

2. Teori Induced Fit


Teori ini dikemukakan oleh Daniel Koshland. Menurut teori induced fit, setiap molekul
substrat mempunyai bentuk permukaan yang hampir pas dengan permukaan sisi
aktif enzim. Jika substrat masuk ke dalam sisi aktif enzim dan membentuk kompleks
enzim-substrat, sisi aktif akan mengubah bentuknya sehingga sesuai dengan
permukaan substrat tersebut. Teori induced fit dapat digambarkan sebagai berikut.

Gambar 2. Teori induced fit

Contoh Soal 1

Suatu enzim selalu tersusun atas dua komponen senyawa kimia. Senyawa kimia tersebut
adalah ....

A. protein dan protein


B. protein dan koenzim
C. koenzim dan kofaktor
D. koenzim dan koenzim
E. kofaktor dan kofaktor
Jawaban: B

Penjelasan:
Enzim selalu tersusun atas dua komponen senyawa kimia, yaitu protein yang disebut
apoenzim dan nonprotein yang disebut kofaktor. Ada tiga macam kofaktor, yaitu
koenzim, ion-ion anorganik, dan gugus prostetik. Ini berarti, suatu enzim dapat tersusun

Metabolisme 1 3
atas protein dan koenzim, protein dan ion-ion anorganik, atau protein dan gugus
prostetik.

Contoh Soal 2

Enzim akan mengalami kerusakan pada suhu tinggi. Hal ini terjadi karena ....

A. enzim tersusun dari senyawa-senyawa yang mengandung logam


B. enzim mengandung senyawa protein yang mudah rusak pada suhu tinggi
C. enzim tersusun dari senyawa-senyawa organik
D. enzim tersusun dari senyawa-senyawa anorganik
E. enzim mengandung senyawa-senyawa nonlogam
Jawaban: B

Penjelasan:
Salah satu komponen penyusun enzim adalah protein. Protein adalah senyawa yang
mudah rusak jika berada pada suhu tinggi. Oleh sebab itu, enzim juga akan mengalami
kerusakan jika berada pada suhu tinggi.

C. Sifat dan Ciri-Ciri Enzim


Enzim memiliki sifat dan ciri-ciri berikut.

1. Bekerja spesifik
Enzim hanya dapat bekerja terhadap substrat yang sesuai. Misalnya enzim lipase
yang bekerja terhadap substrat lemak. Enzim lipase ini akan memecah lemak menjadi
asam lemak dan gliserol.

2. Bekerja dalam jumlah sedikit


Enzim tetap dapat bekerja dengan baik pada substrat yang jumlahnya lebih banyak
dibandingkan jumlah enzimnya.

3. Dapat mempercepat reaksi tanpa ikut bereaksi


Dalam suatu reaksi kimia yang melibatkan enzim, tugas enzim hanya mempercepat
reaksi, tetapi tidak ikut bereaksi. Jika reaksi telah berakhir, enzim akan dibentuk
seperti semula. Sifat ini dapat dijelaskan dengan gambar berikut.

Sisi aktif

Enzim Substrat Kompleks Enzim Enzim Produk


Substrat

Gambar 3. Reaksi enzim-substrat membentuk produk

Metabolisme 1 4
4. Bekerja bolak-balik
Enzim bekerja dalam dua arah (bolak balik). Meskipun begitu, enzim tidak menentukan
arah reaksi, tetapi hanya mempercepat sampai terjadinya kesetimbangan.

5. Memperkecil penggunaan energi aktivasi


Setiap reaksi kimia membutuhkan sejumlah energi untuk memulai reaksinya.
Energi ini disebut energi aktivasi. Reaksi kimia yang tidak melibatkan enzim akan
memerlukan energi aktivasi yang besar, tetapi jika melibatkan enzim, energi aktivasi
yang diperlukan menjadi lebih kecil. Untuk lebih jelasnya, perhatikan gambar berikut!

Energi pengaktifan
tidak dikatalis
Energi pengaktifan
dikatalis
Energi bebas

Gambar 4. Penurunan energi aktivasi akibat penggunaan enzim

6. Merupakan suatu protein


Oleh karena enzim merupakan suatu protein, maka sifat enzim sama dengan sifat
protein, yaitu tidak tahan terhadap panas tinggi. Enzim bekerja dengan baik pada
suhu antara 30oC – 37oC, dan dapat bekerja lebih cepat pada suhu di atas 50oC.
Namun, pada suhu antara 60oC – 70oC, kerja enzim mulai menurun.

Berdasarkan tempat kerjanya, enzim dibedakan menjadi dua, yaitu endoenzim dan
eksoenzim.

1. Endoenzim atau disebut juga enzim intraseluler adalah enzim yang aktivitasnya di
dalam sel.
Contoh: peroksidase.

2. Eksoenzim atau disebut juga enzim ekstraseluler adalah enzim yang aktivitasnya di
luar sel.
Contoh: amilase.

Pada umumnya, enzim tidak dapat bekerja tanpa senyawa nonprotein yang disebut
kofaktor. Peran kofaktor dalam kerja enzim adalah sebagai berikut.

1. Melengkapi dan memodifikasi struktur enzim sehingga substrat dapat melekat pada
enzim.

2. Bereaksi sebagai donor atom atau donor elektron bagi substrat.

Metabolisme 1 5
3. Bersama residu tertentu mempolarisasi substrat sehingga mudah dikatalisis oleh
enzim.

4. Sebagai akseptor sementara untuk atom, proton, atau elektron, dan akan kembali
setelah reaksi berakhir.

Contoh Soal 3

Perhatikan grafik yang menunjukkan hubungan pengaruh enzim terhadap pemanfaatan


energi untuk reaksi kimia berikut.

Energi pengaktifan
tidak dikatalis
Energi pengaktifan
dikatalis
Energi bebas

Berdasarkan grafik tersebut, dapat disimpulkan bahwa ....

A. enzim menurunkan energi aktivasi


B. enzim meningkatkan energi aktivasi
C. energi aktivasi tidak memengaruhi kerja enzim
D. energi aktivasi meningkatkan kerja enzim
E. kerja enzim tidak ada hubungannya dengan energi aktivasi
Jawaban: A

Penjelasan:
Energi aktivasi atau energi pengaktifan adalah energi yang dibutuhkan untuk memulai
suatu reaksi kimia. Berdasarkan gambar, jumlah energi pengaktifan yang tidak dikatalis
atau tidak melibatkan enzim akan lebih besar dibandingkan energi pengaktifan yang
dikatalis. Oleh sebab itu, salah satu fungsi enzim adalah menurunkan penggunaan
energi pengaktifan (energi aktivasi).

Contoh Soal 4

Berikut ini adalah sifat-sifat enzim, kecuali ....

A. bekerja spesifik
B. tidak memengaruhi kesetimbangan reaksi
C. memperkecil penggunaan energi aktivasi

Metabolisme 1 6
D. di akhir reaksi berubah menjadi senyawa lain
E. memiliki kisaran pH tertentu
Jawaban: D

Penjelasan:
Perhatikan gambar kerja enzim berikut ini.

Sisi aktif

Enzim Substrat Kompleks Enzim Enzim Produk


Substrat

Enzim adalah suatu biokatalisator di dalam tubuh organisme. Dalam bekerja, enzim
tidak memengaruhi arah dan kesetimbangan reaksi, dan di akhir reaksi akan dibentuk
kembali.

D. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kerja Enzim


Kerja enzim dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut di antaranya
sebagai berikut.

1. Suhu
Suhu sangat memengaruhi kerja enzim. Hal ini disebabkan enzim tersusun dari
molekul-molekul protein, sehingga sifat enzim sama dengan sifat protein. Pada suhu
yang sangat rendah, enzim tidak aktif. Akan tetapi, pada suhu yang sangat tinggi,
enzim akan mengalami denaturasi (kerusakan).

Enzim pada tubuh manusia bekerja optimum pada suhu antara 37°C – 40°C. Pada
hewan-hewan yang hidup di daerah kutub, enzim dapat bekerja optimum pada suhu
yang lebih rendah. Sebaliknya, pada hewan-hewan yang hidup di daerah gurun,
kisaran suhu optimumnya bisa lebih tinggi.

Pada tumbuhan, enzim bekerja optimum pada suhu sekitar 25°C. Jika suhu dinaikkan
terus, kerja enzim akan meningkat. Akan tetapi, pada suhu antara 60°C – 70°C, kerja
enzim akan menurun dan kemudian berhenti karena mengalami denaturasi.

Hubungan antara suhu (T) dan kecepatan kerja enzim (v) dapat digambarkan dalam
grafik berikut.

Metabolisme 1 7
v Semakin tinggi suhu, semakin cepat kerja
enzim. Akan tetapi, setelah mencapai suhu
tertinggi yang bisa ditolerir, peningkatan suhu
akan menurunkan kerja enzim.
T

Gambar 5. Hubungan antara suhu dan kecepatan kerja enzim

2. Derajat Keasaman (pH)


Setiap enzim membutuhkan pH tertentu. Jika enzim ditempatkan pada pH yang
sesuai, kerja enzim akan optimal. Akan tetapi, jika enzim berada pada pH yang tidak
sesuai, kerja enzim akan menurun atau mengalami kerusakan. Sebagai contoh,
enzim pepsin yang terletak di lambung akan bekerja secara optimal pada pH rendah
atau asam. Jika enzim ini dimasukkan ke dalam lingkungan yang netral atau basa,
kerjanya tidak akan optimal atau bahkan mengalami kerusakan.

Hubungan antara pH dan kecepatan kerja enzim (v) dapat digambarkan dalam grafik
berikut.

v Semakin tinggi pH, semakin cepat kerja enzim.


Akan tetapi, setelah mencapai pH tertinggi
yang bisa ditolerir, peningkatan pH akan
menurunkan kerja enzim.
pH

Gambar 6. Hubungan antara pH dan kecepatan kerja enzim

Berikut ini adalah tabel pH optimum untuk beberapa enzim.

No. Nama Enzim pH Optimum

1. Amilase saliva (ptialin) 7,0 – 8,0

2. Pepsin 1,5 – 1,6

3. Lipase lambung 4,0 – 5,0

4. Tripsin 7,8 – 8,7

5. Amilase pankreas 6,7 – 7,0

6. Lipase pankreas 8,0

7. Katalase 7,0

8. Maltase 6,1 – 6,8

Metabolisme 1 8
3. Konsentrasi Substrat
Konsentrasi substrat akan memengaruhi kerja enzim. Jika konsentrasi substrat
rendah, kerja enzim juga rendah. Jika konsentrasi substrat ditambah, kerja enzim
akan meningkat. Namun, jika konsentrasi substrat terus ditambah hingga mencapai
kecepatan maksimum, kerja enzim tidak akan mengalami penurunan atau
peningkatan, melainkan konstan.

Hubungan antara konsentrasi substrat dan kecepatan kerja enzim (v) dapat
digambarkan dalam grafik berikut.

Jika konsentrasi substrat ditambah, kerja enzim


v akan meningkat. Akan tetapi, setelah mencapai
vmax kecepatan maksimum pada konsentrasi tertentu,
penambahan konsentrasi substrat tidak akan
menaikkan atau menurunkan kerja enzim,
melainkan konstan.

Konsentrasi substrat

Gambar 7. Hubungan antara konsentrasi substrat dan kecepatan kerja enzim

4. Konsentrasi Enzim
Konsentrasi enzim akan memengaruhi kecepatan kerja enzim. Jika konsentrasi enzim
tinggi, sedangkan konsentrasi substrat rendah, kerja enzim akan lebih cepat. Sampai
batas tertentu, semakin tinggi konsentrasi enzim, semakin cepat kerja enzim.

Hubungan antara konsentrasi enzim dan kecepatan kerja enzim (v) dapat digambarkan
dalam grafik berikut.

v
Sampai batas tertentu, semakin
tinggi konsentrasi enzim, semakin
cepat kerja enzim.

Konsentrasi enzim

Gambar 8. Hubungan antara konsentrasi enzim dan kecepatan kerja enzim

5. Zat Inhibitor dan Aktivator


a. Zat Inhibitor
Zat inhibitor adalah zat yang dapat menghambat kerja enzim. Ada dua macam
zat inhibitor, yaitu sebagai berikut.

Metabolisme 1 9
1.) Inhibitor kompetitif
Inhibitor kompetitif adalah inhibitor yang dapat menempati sisi aktif enzim,
seperti halnya substrat. Oleh karena itu, akan terjadi kompetisi antara
substrat dan inhibitor tersebut. Jika enzim telah berikatan dengan inhibitor,
enzim tidak dapat lagi berikatan dengan substratnya. Contohnya adalah
enzim suksinat dehidrogenase yang memiliki substrat oseli suksinat. Ada dua
inhibitor yang dapat berikatan dengan enzim tersebut, yaitu malonat dan
oksalosuksinat.

Cara kerja inhibitor kompetitif dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 9. Cara kerja inhibitor kompetitif

2.) Inhibitor nonkompetitif


Inhibitor nonkompetitif adalah inhibitor yang dapat berikatan dengan
enzim pada sisi selain sisi aktif enzim. Adanya inhibitor nonkompetitif ini
menyebabkan terjadinya perubahan bentuk pada sisi aktif, sehingga enzim
tidak dapat lagi berikatan dengan substratnya. Contohnya adalah logam-
logam berat seperti Hg2+, Ag+, atau Pb2+.

Cara kerja inhibitor nonkompetitif dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 10. Cara kerja inhibitor nonkompetitif

b. Zat Aktivator
Zat aktivator adalah senyawa, unsur, atau ion yang dapat mempercepat kerja
enzim. Sebagian besar zat aktivator adalah ion-ion anorganik. Sebagai contoh,
enzim deoksiribonuklease dapat diaktivasi dengan baik oleh ion-ion Mg2+, Fe2+,
Mn2+, dan Co2+, serta enzim ptialin yang dapat diaktivasi dengan baik oleh ion Cl-.

Metabolisme 1 10
Beberapa enzim juga dapat berperan sebagai aktivator bagi zimogen (enzim yang
belum aktif). Contohnya adalah asam lambung (HCl) yang dapat mengaktifkan
pepsinogen menjadi pepsin atau enzim enterokinase yang dapat mengaktifkan
tripsinogen menjadi tripsin.

Contoh Soal 5

Jika suatu enzim bertemu dengan inhibitor nonkompetitif, hal yang akan terjadi adalah
....
A. sisi aktif enzim tetap berfungsi baik
B. sisi aktif enzim berubah, tetapi masih dapat berikatan dengan substratnya
C. sisi aktif enzim berubah, dan enzim kehilangan fungsinya
D. sisi aktif enzim tetap, tetapi kerjanya menurun
E. sisi aktif enzim tetap, dan kerjanya menjadi lebih baik
Jawaban: C

Penjelasan:
Inhibitor nonkompetitif akan berikatan dengan sisi selain sisi aktif enzim. Adanya inhibitor
nonkompetitif ini menyebabkan terjadinya perubahan bentuk pada sisi aktif, sehingga
enzim tidak dapat lagi berikatan dengan substratnya. Contoh inhibitor nonkompetitif
adalah logam berat seperti Hg2+.

E. Nomenklatur dan Klasifikasi Enzim


Nomenklatur merupakan cara penamaan. Secara umum, cara penamaan enzim
disesuaikan dengan nama substratnya, yaitu nama substrat ditambah akhiran –ase.
Sebagai contoh, enzim pengurai amilum menjadi maltose diberi nama maltase. Namun,
ada beberapa enzim yang diberi nama tanpa akhiran –ase, seperti pepsin, tripsin, dan
renin. Untuk enzim pengurai lemak disebut lipase, karena nama lain untuk lemak adalah
lipid.

Enzim dapat dikelompokkan menjadi beberapa golongan berdasarkan aspek


penggolongannya. Berikut ini adalah tabel penggolongan enzim beserta fungsinya.

Tabel Penggolongan Enzim Beserta Fungsinya

Aspek
No. Nama Enzim Fungsi Contoh
Penggolongan

1. Tempat bekerja Endoenzim Bekerja di dalam sel Peroksidase

Eksoenzim Bekerja di luar sel Amilase

Metabolisme 1 11
Aspek
No. Nama Enzim Fungsi Contoh
Penggolongan

2. Cara bekerja Oksidoreduktase Transfer elektron Alkohol


dehidrogenase,
Katalase

Transferase Transfer gugus Heksokinase


fungsi

Hidrolase Reaksi hidrolisis Tripsin

Liase Pemutusan ikatan Piruvat


C-C, C-O, C-N, dan dekarboksilase
membentuk ikatan
rangkap

Isomerase Memindahkan Maleat


gugus di dalam isomerase
molekul dan
membentuk isomer

Ligase Pembentukan Piruvat


ikatan dekarboksilase

3. Jenis senyawa Karbohidrase Pencernaan Sukrase,


yang diuraikan karbohidrat maltase, dan
amilase

Protease Pencernaan protein Pepsin, renin,


tripsin, dan
enterokinase

Esterase Penguraian Lipase dan


senyawa-senyawa fosfatase
ester

4. Proses Katalase Mengubah


metabolisme hidrogen peroksida
menjadi H2O dan O2

Oksidase Mempercepat
penggabungan O2
pada substrat atau
reduksi O2

Metabolisme 1 12
Aspek
No. Nama Enzim Fungsi Contoh
Penggolongan

Karboksilase Mengubah asam Piruvat


organik secara karboksilase
bolak-balik

Desmolase Pemindahan atau Aldolase


penggabungan
ikatan karbon

Peroksidase Membantu oksidasi


senyawa fenolat,
dan oksigen yang
digunakan diambil
dari H2O2

Hidrase Menambah atau


mengurangi air dari
senyawa tertentu

Dehidrogenase Memindahkan
hidrogen dari suatu
zat ke zat lain

Transfosforilase Memindahkan
H3PO4 dari satu
molekul ke molekul
lainnya yang
dibantu oleh ion
Mg2+

F. Katabolisme
Proses katabolisme dapat diamati pada respirasi intraseluler. Ada dua macam respirasi
intraseluler, yaitu respirasi aerob dan respirasi anaerob.

1. Respirasi Aerob
Respirasi aerob adalah proses respirasi yang membutuhkan oksigen bebas. Ada
empat proses biokimia dalam respirasi aerob, yaitu glikolisis, dekarboksilasi oksidatif,
siklus Krebs, dan transpor elektron.

Metabolisme 1 13
a. Glikolisis
Glikolisis merupakan proses awal dari respirasi aerob maupun anaerob. Di dalam
glikolisis terjadi proses pemecahan glukosa menjadi senyawa-senyawa yang
lebih sederhana. Proses ini berlangsung di dalam sitosol atau sitoplasma. Setiap
molekul glukosa yang mengalami proses glikolisis akan menghasilkan senyawa-
senyawa yang terdiri dari 2 molekul ATP, 2 molekul asam piruvat, dan 2 molekul
NADH (Nicotinamide Adenin Dinukleotida H). Proses glikolisis dapat digambarkan
sebagai berikut.

Glukosa
(6C)

Glukosa, 6P
(6C)

Fruktosa, 6P
(6C)

Fruktosa, 1,6 bifosfat


(6C)

Dihidroksiaseton fosfat Gliseraldehid 3P/PGAL


(3C) (3C)
NAD NAD
Pi Pi
NADH NADH
1,3-bifosfogliserat 1,3-bifosfogliserat
(3C) (3C)
ADP ATP ATP ADP

3-fosfogliserat (3C) 3-fosfogliserat (3C)


H2O H 2O

2-fosfogliserat (3C) 2-fosfogliserat (3C)

ADP ATP ATP ADP

Fosfoenolpiruvat (3C) Fosfoenolpiruvat (3C)

Asam piruvat (3C) Asam piruvat (3C)

Gambar 11. Proses glikolisis

Metabolisme 1 14
Urutan dari proses glikolisis tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.

1.) Glukosa diubah menjadi glukosa, 6-fosfat. Tahap ini membutuhkan ATP
sebagai sumber energi. ATP akan dipecah menjadi ADP.

2.) Glukosa, 6-fosfat diubah menjadi fruktosa, 6-fosfat.

3.) Fruktosa, 6-fosfat diubah menjadi fruktosa, 1,6-bifosfat dengan menggunakan


4.) ATP sebagai sumber energi. ATP akan dipecah menjadi ADP.

5.) Fruktosa, 1,6-bifosfat (6 atom C) dipecah menjadi 1 molekul gliseraldehid


3-fosfat atau PGAL (3 atom C) dan 1 molekul dihidroksiaseton fosfat atau
DHAP (3 atom C). Molekul DHAP ini kemudian diubah menjadi senyawa PGAL,
sehingga terbentuk 2 molekul PGAL.

5.) Setiap PGAL diubah menjadi senyawa 1,3-bifosfogliserat dengan cara


mengikat Pi (fosfat anorganik). Dalam reaksi ini, dibentuk molekul NADH.

6.) 1,3-bifosfogliserat diubah menjadi 3-fosfogliserat disertai pembentukan ATP.

7.) 3-fosfogliserat diubah menjadi 2-fosfogliserat.

8.) 2-fosfogliserat diubah menjadi senyawa fosfoenolpiruvat (PEP).

9.) Fosfoenolpiruvat diubah menjadi asam piruvat disertai pembentukan ATP.

ATP yang diperoleh dari proses glikolisis akan digunakan untuk melakukan
transpor aktif dari sitosol kedalam mitokondria. Sementara itu, 2 molekul NADH
yang diperoleh akan ditransfer ke transpor elektron. Secara sederhana, reaksi
glikolisis dapat dituliskan sebagai berikut.

Glukosa + 2 ATP 2 Asam piruvat + 2 NADH + 2 ATP

Contoh Soal 6

Peristiwa yang terjadi pada proses glikolisis adalah ....

A. pemecahan glukosa menjadi PGAL


B. pemecahan glukosa menjadi asam laktat
C. pemecahan glukosa menjadi asam piruvat
D. pemecahan glukosa menjadi alkohol
E. pemecahan glukosa menjadi CO2 dan H2O

Jawaban: C

Metabolisme 1 15
Penjelasan:
Glikolisis adalah tahapan awal dalam proses katabolisme, baik pada respirasi
aerob maupun anaerob. Dalam proses ini, 1 molekul glukosa akan dipecah
menjadi 2 molekul asam piruvat, 2 senyawa NADH, dan 2 ATP.

Contoh Soal 7

Asam piruvat terbentuk baik pada respirasi aerob maupun anaerob. Pada reaksi
aerob, asam piruvat akan ....
A. dijadikan asam laktat
B. disintesis menjadi molekul yang lebih besar
C. masuk ke dalam siklus asam trikarboksilat (daur Krebs)
D. berubah menjadi etil alkohol
E. berubah menjadi asetaldehid

Jawaban: C

Penjelasan:
Asam piruvat adalah senyawa yang terbentuk dari proses glikolisis. Jika terdapat
oksigen yang cukup (reaksi aerob), asam piruvat akan diubah menjadi senyawa
asetil koA dan masuk ke dalam siklus asam trikarboksilat (siklus Krebs). Namun,
jika tidak tersedia oksigen (reaksi anaerob), asam piruvat akan diubah menjadi
alkohol atau asam laktat dalam proses fermentasi.

b. Dekarboksilasi Oksidatif dan Siklus Krebs


Asam piruvat yang masuk ke dalam mitokondria akan diubah menjadi senyawa
asetil koenzim A atau asetil koA melalui proses dekarboksilasi oksidatif. Selain
itu, akan dihasilkan juga molekul CO2 dan NADH dari proses tersebut.

Satu molekul asam piruvat akan menghasilkan 1 molekul asetil koA, 1 molekul
CO2, dan 1 molekul NADH. Oleh karena asam piruvat yang diperoleh dari reaksi
sebelumnya berjumlah dua molekul, maka terjadi dua kali reaksi dekarboksilasi
oksidatif. Akibatnya, hasil yang diperoleh juga menjadi dua kali lipat. Proses
dekarboksilasi oksidatif dapat digambarkan sebagai berikut.

NAD + NADH

Asam piruvat koA

CO2 Koenzim A

Gambar 12. Proses dekarboksilasi oksidatif

Metabolisme 1 16
Urutan proses dekarboksilasi oksidatif tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.

1.) Asam piruvat melepaskan gugus karboksilat (COO–) yang kemudian diubah
menjadi CO2.

2.) Sisa atom C dalam bentuk CH3COO– akan mentransfer kelebihan elektronnya
pada molekul NAD+, sehingga terbentuk NADH. Sementara itu, CH3COO–
berubah menjadi asetat.

3.) Koenzim A akan berikatan dengan asetat membentuk asetil koenzim A atau
asetil koA.

Secara sederhana, reaksi dekarboksilasi oksidatif dapat dituliskan sebagai berikut.

2 Asam piruvat + 2 Koenzim A 2 Asetil koA + 2 CO2 + 2 NADH

Asetil koA merupakan senyawa yang diperlukan untuk berlangsungnya siklus


Krebs. Siklus ini juga berlangsung di dalam matriks mitokondria. Oleh karena
asetil koA yang bereaksi ada dua molekul, maka siklus Krebs akan berlangsung
dua kali. Dari dua kali siklus Krebs ini akan diperoleh hasil berupa 2 molekul ATP,
6 molekul NADH, 2 molekul FADH2, dan 4 molekul CO2. Proses siklus Krebs dapat
digambarkan sebagai berikut.

Asetil koA(2C)

Asam
Asam sitrat (6C)
oksaloasetat (4C)

Asam
Asam malat (4C) isositrat (6C)

Asam Asam a-
fumarat (4C) ketoglutarat (5C)

FAD KoA NAD+


FADH2 CO2 NADH
Asam Suksinil koA (4C)
suksinat (4C)

GTP GDP + P

ADP ATP

Gambar 13. Proses siklus Krebs

Metabolisme 1 17
Urutan proses siklus Krebs tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.

1.) Asetil koA (2 atom C) berikatan dengan asam oksaloasetat (4 atom C)


membentuk asam sitrat (6 atom C).

2.) Asam sitrat kemudian diubah menjadi asam isositrat.

3.) Asam isositrat (6 atom C) diubah menjadi asam a-ketoglutarat (5 atom C).
Dalam reaksi ini dilepaskan CO2 dan dibentuk NADH.

4.) Asam a-ketoglutarat (5 atom C) diubah menjadi suksinil koA (4 atom C). Dalam
reaksi ini juga dilepaskan CO2 dan dibentuk NADH.

5.) Suksinil koA selanjutnya akan diubah menjadi asam suksinat (4 atom C).
Dalam reaksi ini dihasilkan GTP yang kemudian berubah menjadi ATP.

6.) Asam suksinat diubah menjadi asam fumarat (4 atom C), dan menghasilkan
senyawa FADH2.

7.) Asam fumarat diubah menjadi asam malat (4 atom C) yang dilakukan dengan
penambahan air.

8.) Asam malat diubah menjadi asam oksaloasetat kembali, dan menghasilkan
senyawa NADH.

Secara sederhana, reaksi siklus Krebs dapat dituliskan sebagai berikut.

2 Asetil koA + 2 Asam oksaloasetat 6 NADH + 2 FADH2 + 2 ATP + 4 CO2

Contoh Soal 8

Pada proses dekarboksilasi oksidatif, CO2 yang dihasilkan berasal dari ....

A. asetil koenzim A
B. gugus karboksilat asam piruvat
C. senyawa asetat
D. asetaldehid
E. fosfogliseraldehid

Jawaban: B

Penjelasan:
Pada proses dekarboksilasi oksidatif, asam piruvat akan melepaskan gugus
karboksilatnya yang kemudian diubah menjadi CO2.

Jadi, CO2 yang dihasilkan pada proses dekarboksilasi oksidatif berasal dari gugus
karboksilat asam piruvat.

Metabolisme 1 18
Contoh Soal 9

Senyawa yang hanya dihasilkan dalam siklus Krebs adalah ....

A. NADH
B. ATP
C. CO2
D. asetil koA
E. FADH2

Jawaban: B

Penjelasan:
Senyawa yang hanya dihasilkan dalam siklus Krebs adalah FADH2. Senyawa ini
terbentuk saat proses pengubahan asam suksinat menjadi asam fumarat.

c. Transpor Elektron
Transpor elektron merupakan tahap akhir dari proses respirasi aerob. Dalam
proses ini dihasilkan energi dalam bentuk ATP dengan jumlah yang paling banyak
daripada reaksi-reaksi sebelumnya.

Transpor elektron berlangsung di dalam krista (membran dalam) mitokondria,


dan merupakan suatu proses reduksi-oksidasi dua senyawa. Senyawa tersebut
adalah NADH dan FADH2 yang diperoleh dari reaksi sebelumnya. Dalam transpor
elektron juga akan terlibat beberapa molekul seperti koenzim Q (ubikuinon),
sitokrom B, sitokrom C, sitokrom A, sitokrom A3, dan oksigen. Proses transpor
elektron dapat digambarkan sebagai berikut.

ATP 2H+ ADP + P ADP + P


FADH + H+
NAD+

KoQ
AH2

Fe+2

Fe+3

Fe+2

Fe+2

O–2

Hasil samping
CYTa3
CYTb

CYTa
CYTc

daur Krebs
NADH + H

KoQH2
FAD

Fe+3

Fe+2

Fe+3

Fe+3
A

2 2
O
1

2H+
6

ADP + P ATP ATP H2O

Gambar 14. Proses transpor elektron

Metabolisme 1 19
Urutan proses transpor elektron dapat dijelaskan sebagai berikut.

1.) NADH mengalami oksidasi, sehingga dihasilkan elektron berenergi tinggi


yang akan ditransfer ke koenzim Q. Energi yang cukup tinggi dari elektron ini
memungkinkan bersatunya ADP dan fosfat anorganik membentuk ATP.

2.) Koenzim Q akan dioksidasi oleh sitokrom B. Pada tahap ini, koenzim Q akan
melepas elektron dan 2 ion H+.

3.) Sitokrom B akan dioksidasi oleh sitokrom C. Pada tahap ini juga dihasilkan
energi yang cukup tinggi, sehingga terjadi penyatuan ADP dan fosfat anorganik
menjadi ATP.

4.) Sitokrom C akan mereduksi sitokrom A.

5.) Sitokrom A akan mengoksidasi sitokrom A3. Pada tahap ini juga terjadi
penyatuan ADP dan fosfat organik menjadi ATP.

6.) Sitokrom A3 akan dioksidasi oleh sebuah atom oksigen. Setelah menerima
elektron dari sitokrom A, oksigen akan bergabung dengan ion H+ (hasil dari
oksidasi koenzim Q oleh sitokrom B), sehingga terbentuk molekul H2O.
Oksigen di sini berperan sebagai akseptor terakhir ion H+.

7.) Dari proses transpor elektron yang diawali dengan oksidasi NADH, akan
diperoleh 3 ATP dan 1 H2O.

8.) Hal yang sama juga terjadi pada FADH2. Bedanya, energi yang dihasilkan
saat oksidasi FADH2 tidak cukup tinggi untuk membentuk ATP. Oleh sebab
itu, proses transpor elektron yang berawal dari oksidasi FADH2 hanya
memperoleh 2 ATP dan 1 H2O. Secara sederhana, pembentukan ATP dari
NADH dan FADH2 dapat dituliskan sebagai berikut.

Oksidasi 1 NADH akan menghasilkan 3 ATP


Oksidasi 1 FADH2 akan menghasilkan 2 ATP

Jika jumlah total NADH yang diperoleh mulai dari glikolisis sampai siklus Krebs
adalah 10 molekul dan FADH2 2 molekul, pada transpor elektron akan diperoleh
hasil sebagai berikut.

10 NADH + 5O2 10 NAD+ + 10 H2O + 30 ATP


2 FADH2 + O2 2 FAD+ + 2 H2O + 4 ATP

Metabolisme 1 20
Jadi, dalam proses transpor elektron akan dihasilkan 34 ATP dan 12 H2O. Dari hasil
tersebut, dapat dikatakan bahwa transpor elektron merupakan penyumbang ATP
terbanyak dalam proses respirasi aerob.

Dengan menjumlahkan seluruh ATP yang dihasilkan dari respirasi aerob ini, yaitu
2 ATP dari glikolisis, 2 ATP dari siklus Krebs, dan 34 ATP dari transpor elektron,
total ATP yang diperoleh adalah 38 ATP. Namun, karena 2 ATP yang berasal
glikolisis telah digunakan untuk proses transpor aktif dari sitosol ke mitokondria,
maka hasil bersih respirasi aerob dari 1 molekul glukosa adalah 36 ATP dan 12
H2O. Berikut ini adalah tabel jumlah ATP yang diperoleh selama berlangsungnya
proses respirasi aerob.

Tabel Jumlah ATP yang Diperoleh Selama Berlangsungnya Proses Respirasi Aerob

Reaksi Jumlah

2 ATP
Glikolisis
(langsung digunakan untuk transpor aktif)

Dekarboksilasi oksidatif -

Siklus Krebs 2 ATP

Transpor elektron 34 ATP

TOTAL 36 ATP

Contoh Soal 10

Senyawa-senyawa yang digunakan dalam tahapan transpor elektron pada proses


respirasi sel sehingga dihasilkan ATP dan H2O adalah ....

A. asam piruvat
B. NADH dan FADH2
C. asetil koA
D. PGAL
E. asam sitrat

Jawaban: B

Metabolisme 1 21
Penjelasan:
Perhatikan gambar proses transpor elektron berikut ini.

ATP 2H+ ADP + P ADP + P

FADH + H+
NAD+

KoQ
AH2

Fe+2

Fe+3

Fe+2

Fe+2

O–2
Hasil samping

CYTa3
CYTb

CYTa
CYTc
daur Krebs

NADH + H

KoQH2
FAD

Fe+3

Fe+2

Fe+3

Fe+3
A

2 2
O
1
2H+

6
ADP + P ATP ATP H2O

Pada proses transpor elektron, dibutuhkan senyawa NADH dan FADH2. Keduanya
akan melepaskan ion H+ dan elektron dalam reaksi tersebut. Pada setiap oksidasi,
1 molekul NADH akan menghasilkan 3 molekul ATP dan 1 molekul FADH2 akan
menghasilkan 2 molekul ATP.

Jadi, senyawa-senyawa yang digunakan dalam tahapan transpor elektron adalah


NADH dan FADH2.

Contoh Soal 11

Pada proses oksidasi FADH2 tidak terbentuk ATP. Hal ini terjadi karena ....

A. ketersediaan ADP hanya sedikit


B. elektron yang dibutuhkan cukup besar
C. energi yang diperoleh kecil
D. ketersediaan fosfat anorganik sedikit
E. oksidasi FADH2 hanya melepaskan ion H+

Jawaban: C

Penjelasan:
Pada proses oksidasi FADH2, energi yang diperoleh tidak cukup untuk menyatukan
ADP dan fosfat anorganik, sehingga tidak terbentuk ATP. Hal ini berbeda dengan
oksidasi NADH yang dapat menghasilkan ATP.

Jadi, pada proses oksidasi FADH2 tidak terbentuk ATP karena energi yang diperoleh
kecil.

Metabolisme 1 22
2. Respirasi Anaerob
Respirasi anaerob adalah proses respirasi yang tidak memerlukan oksigen bebas.
Proses ini disebut juga fermentasi. Respirasi anaerob dapat terjadi pada manusia
dan hewan ketika tubuh sedang membutuhkan energi dengan cepat. Selain itu,
respirasi anaerob juga dapat dilakukan oleh beberapa mikroorganisme seperti
jamur dan bakteri.

Persamaan antara respirasi anaerob dan respirasi aerob hanya terletak pada tahap
glikolisis. Oleh karena pada respirasi anaerob tidak tersedia oksigen yang cukup,
maka asam piruvat yang dihasilkan pada tahap glikolisis tidak diubah menjadi asetil
koA. Akan tetapi, diubah menjadi senyawa lain melalui proses fermentasi. Ada dua
macam fermentasi, yaitu fermentasi alkohol dan fermentasi asam laktat.

a. Fermentasi Alkohol
Fermentasi alkohol dilakukan oleh beberapa organisme tingkat rendah seperti
jamur dan bakteri. Sebagai contoh, jamur ragi (Saccharomyces cerevisiae)
dapat menfermentasi gula menjadi alkohol. Kemampuan jamur ini kemudian
dimanfaatkan oleh manusia untuk membuat minuman beralkohol atau membuat
roti sejak ribuan tahun yang lalu.

Fermentasi alkohol dimulai dengan proses glikolisis seperti pada respirasi aerob.
Dari proses ini akan dihasilkan 2 asam piruvat, 2 ATP, dan 2 NADH. Proses
selanjutnya dapat dilihat pada gambar berikut.

ATP ADP

2 Asam
Glukosa (6C) Glikolisis
piruvat (3C)

NADH NAD+ CO2

2 Etanol 2 Asetaldehid (2C)


(2C)

Gambar 15. Proses fermentasi alkohol

Urutan proses fermentasi alkohol tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.

1.) Glukosa mengalami proses glikolisis, sehingga dihasilkan 2 asam piruvat, 2


ATP, dan 2 NADH.

2.) Asam piruvat diubah menjadi asetaldehid dengan melepas CO2.

Metabolisme 1 23
3.) NADH melepaskan elektron dan ion H+ menjadi NAD+. Elektron dan ion H+akan
bergabung dengan asetaldehid membentuk alkohol.

4.) NAD+ akan digunakan kembali pada proses glikolisis.

5.) Hasil akhir dari fermentasi alkohol adalah 2 etanol, 2 ATP, dan 2 CO2.

Fermentasi alkohol dapat merugikan organisme yang melakukannya. Hal


ini disebabkan karena alkohol yang dihasilkan dapat membunuh organisme
tersebut. Selain itu, dari perolehan energi juga sangat sedikit, hanya berupa ATP
yang diperoleh dari proses glikolisis.

b. Fermentasi Asam Laktat


Fermentasi asam laktat terjadi di dalam sel-sel otot manusia. Fermentasi ini
biasa terjadi saat otot membutuhkan pasokan energi dalam waktu yang cepat,
yaitu saat melakukan kontraksi. Terbentuknya asam laktat di dalam otot dapat
menimbulkan kelelahan otot. Oleh sebab itu, asam laktat disebut juga asam
lelah. Asam laktat yang terbentuk di dalam otot akan dibawa ke hati untuk diubah
kembali menjadi asam piruvat.

Selain pada manusia, fermentasi asam laktat juga dapat dilakukan oleh bakteri
asam laktat, misalnya Lactobacillus. Bakteri Lactobacillus dapat menfermentasi
susu menjadi keju atau yoghurt. Kemampuan bakteri ini juga telah dimanfaatkan
manusia dalam industri pengolahan susu menjadi produk-produk fermentasi
yang bermanfaat.

Fermentasi asam laktat juga dimulai dari proses glikolisis yang menghasilkan 2
asam piruvat, 2 ATP, dan 2 NADH. Proses selanjutnya dapat dilihat pada gambar
berikut.

ATP ADP

2 Asam
Glukosa (6C) Glikolisis
piruvat (3C)

NADH NAD+

2 Asam laktat (3C)

Gambar 16. Proses fermentasi asam laktat

Metabolisme 1 24
Urutan proses fermentasi asam laktat tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.

1.) Glukosa mengalami glikolisis, sehingga dihasilkan 2 asam piruvat, 2 ATP, dan
2 NADH.

2.) Asam piruvat akan direduksi oleh NADH menjadi asam laktat, tanpa
membebaskan CO2.

3.) NAD+ yang terbentuk akan digunakan kembali dalam proses glikolisis.

4.) Hasil akhir dari proses fermentasi asam laktat adalah 2 ATP dan 2 asam
laktat.

Contoh Soal 13

Persamaan antara fermentasi alkohol dan fermentasi asam laktat adalah sebagai
berikut, kecuali ....

A. tidak menghasilkan molekul air


B. menghasilkan 2 molekul ATP
C. tidak memerlukan oksigen bebas
D. hanya melewati tahap glikolisis
E. menghasilkan karbon dioksida

Jawaban: E

Penjelasan:
Fermentasi alkohol menghasilkan 2 etanol, 2 ATP, dan 2 CO2. Sementara
fermentasi asam laktat menghasilkan 2 ATP dan 2 asam laktat. Dengan demikian,
yang bukan persamaan antara fermentasi alkohol dan fermentasi asam laktat
adalah menghasilkan karbon dioksida.

SUPER "Solusi Quipper"

GULA DAN BUAH PIR DIMAKAN ASEP DAN UCOK BERSAMA ENO
(glukosa → asam piruvat → asetaldehid dan CO2 → etanol)

GULA DAN BUAH PIR DIMAKAN DENGAN LAKSA


(glukosa → asam piruvat → asam laktat)

Metabolisme 1 25
Contoh Soal 13

Saat melakukan proses respirasi anaerob, sel-sel ragi akan menghasilkan zat-zat
berikut ini, kecuali ....

A. karbon dioksida
B. air
C. asetaldehid
D. etanol
E. ATP

Jawaban: B

Penjelasan:
Tahapan transpor elektron tidak terjadi pada respirasi anaerob. Transpor elektron
merupakan tahapan yang dapat menghasilkan molekul air. Dengan demikian, zat
yang tidak dihasilkan oleh sel-sel ragi saat melakukan proses respirasi anaerob
adalah air.

Metabolisme 1 26
Kurikulum 2013 Revisi

Kelas XII
B I O LO G I
Metabolisme 2

Tujuan Pembelajaran

Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut.


1. Memahami pengertian dan jenis-jenis anabolisme.
2. Memahami tahap-tahap fotosintesis pada berbagai tumbuhan.
3. Memahami kemosintesis dan jenis-jenisnya.
4. Memahami faktor-faktor yang memengaruhi proses katabolisme dan anabolisme.
5. Memahami keterkaitan antara proses katabolisme dan anabolisme.
6. Memahami keterkaitan metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak.

A. Pengantar Anabolisme
Anabolisme adalah proses penyusunan/sintesis senyawa-senyawa anorganik (senyawa
sederhana, misalnya CO2 dan H2O) menjadi senyawa-senyawa organik (senyawa
kompleks, misalnya karbohidrat, protein, dan lemak). Senyawa-senyawa organik hasil
proses anabolisme inilah yang akan digunakan sebagai bahan dasar pada proses
katabolisme.

Proses anabolisme membutuhkan energi. Berdasarkan energi yang digunakan, ada dua
macam proses anabolisme, yaitu fotosintesis dan kemosintesis. Fotosintensis adalah
proses pengubahan senyawa anorganik oleh klorofil menjadi senyawa organik dengan
bantuan cahaya. Oleh karena itu, fotosintesis hanya dapat dilakukan oleh organisme
yang memiliki klorofil, seperti alga dan tumbuhan tingkat tinggi. Klorofil atau pigmen
hijau daun terdapat di dalam suatu organel yang disebut kloroplas. Akan tetapi, pada
kelompok Cyanobacteria, klorofil terdapat di dalam lembar tilakoid.
Ada dua tahap reaksi di dalam fotosintesis, yaitu reaksi terang dan reaksi gelap.

1. Reaksi terang
Reaksi terang adalah reaksi yang membutuhkan cahaya matahari langsung sebagai
sumber energi.

2. Reaksi gelap
Reaksi gelap adalah reaksi yang tidak membutuhkan cahaya matahari langsung
sebagai sumber energi. Akan tetapi, sumber energinya berupa ATP yang diperoleh
dari reaksi terang. Oleh karena itu, reaksi gelap tidak akan berlangsung jika tidak ada
reaksi terang.

Berikut ini adalah gambar struktur kloroplas yang menjadi tempat berlangsungnya
proses fotosintesis.

Granum
Membran luar Lumen

Membran dalam
Stroma Tilakoid

Gambar 1. Struktur kloroplas

B. Fotosintesis: Reaksi Terang


Reaksi terang adalah reaksi yang membutuhkan cahaya matahari langsung sebagai
sumber energi. Reaksi ini berlangsung di dalam kantong-kantong tilakoid yang terdapat
di dalam kloroplas. Kumpulan beberapa tilakoid disebut granum (jamak = grana). Selain
cahaya matahari, reaksi terang juga membutuhkan pigmen fotosintesis dan air. Pada
reaksi terang, dihasilkan ATP, NADPH, dan O2. ATP dan NADPH akan digunakan dalam
reaksi gelap, sedangkan O2 akan dibebaskan ke udara.

Tidak semua spektrum warna dapat digunakan untuk fotosintesis. Spektrum yang efektif
digunakan untuk fotosintesis adalah spektrum merah dan biru. Sprektrum merah dan
biru ini sesuai dengan serapan pigmen fotosintesis. Pigmen fotosintesis terdiri atas
klorofil a dan klorofil b. Kedua klorofil tersebut dapat membentuk kelompok-kelompok
yang disebut fotosistem. Ada dua macam fotosistem, yaitu sebagai berikut.

Metabolisme 2 2
Fotosistem I
Fotosistem I terdiri atas klorofil a dan klorofil b dengan perbandingan 12 : 1.
Fotosistem ini dapat menangkap gelombang cahaya dengan panjang gelombang
700 nm, sehingga disebut P700.
Fotosistem II
Fotosistem II terdiri atas klorofil a dan klorofil b dengan perbandingan 1 : 2.
Fotosistem ini dapat menangkap gelombang cahaya dengan panjang gelombang
680 nm, sehingga disebut P680.

Reaksi terang dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu aktivasi klorofil, fotolisis air, serta sistem
transpor elektron siklik dan nonsiklik.

1. Aktivasi Klorofil
Aktivasi klorofil merupakan proses pelepasan elektron (eksitasi) dari klorofil,
sehingga klorofil menjadi tidak stabil. Hal ini terjadi karena klorofil menangkap foton
(cahaya matahari).

2. Fotolisis Air
Fotolisis air merupakan proses pemecahan molekul air oleh elektron yang berasal
dari fotosistem II. Dari proses fotolisis ini dihasilkan ion H+, elektron, dan O2 yang
akan dilepas ke udara.

3. Sistem Transpor Elektron Siklik dan Nonsiklik


Sistem transpor elektron siklik dan nonsiklik merupakan suatu rantai transpor
elektron yang melibatkan fotosistem I dan fotosistem II. Pada kedua sistem transpor
elektron ini akan dibentuk ATP dari ADP. Sistem transpor elektron siklik dan nonsiklik
juga disebut sebagai proses fotofosforilasi siklik dan nonsiklik.

a. Transpor Elektron Siklik (Fotofosforilasi Siklik)


Pada transpor elektron siklik, elektron dari P700 diangkut melalui beberapa
akseptor dan kembali lagi ke P700. Oleh karena itu, proses ini hanya membutuhkan
fotosistem I. Hasil dari transpor elektron siklik ini adalah ATP. Tahap-tahap dalam
transpor elektron siklik dapat dijelaskan sebagai berikut.

1.) Aktivasi klorofil, terjadi saat energi cahaya diterima oleh fotosistem I,
sehingga elektron-elektron dari fotosistem I mengalami eksitasi.

2.) Transpor elektron, yaitu elektron dari P700 ditransfer ke akseptor elektron,
kemudian kembali lagi ke P700.

3.) Pembentukan ATP, terjadi saat elektron dari akseptor elektron masuk ke
dalam kompleks sitokrom. Masuknya elektron ke dalam kompleks sitokrom
ini menyebabkan peningkatan energi yang dapat digunakan untuk mengubah
ADP menjadi ATP.

Metabolisme 2 3
b. Transpor Elektron Nonsiklik (Fotofosforilasi Nonsiklik)
Pada transpor elektron nonsiklik, elektron dari P680 diangkut melalui beberapa
akseptor menuju P700, dan tidak kembali lagi. Oleh karena itu, proses ini
membutuhkan fotosistem I dan II. Hasil dari transpor elektron nonsiklik adalah O2,
ATP, dan NADPH. Tahap-tahap dalam transpor elektron nonsiklik dapat dijelaskan
sebagai berikut.

1.) Aktivasi klorofil, terjadi saat energi cahaya diterima oleh fotosistem II,
sehingga elektron-elektron dari fotosistem II tereksitasi.

2.) Fotolisis air, merupakan proses pemecahan molekul air oleh elektron dari
fotosistem II, sehingga dihasilkan O2, ion H+, dan elektron.

3.) Transpor elektron, yaitu elektron dari P680 ditransfer melalui beberapa
akseptor elektron menuju P700.

4.) Pembentukan ATP dan NADPH


ATP terbentuk saat elektron dari akseptor elektron masuk ke dalam kompleks
sitokrom, sedangkan NADPH terbentuk setelah elektron dari akseptor
elektron diterima oleh senyawa NADP. Senyawa NADP akan mengikat ion H+
yang berasal dari fotolisis air.

Berikut ini adalah gambar dari proses reaksi terang fotosintesis.

Penerima Penerima
ATP NADP
elektron elektron
ADP

e– e–
e–
Sit Siklis
ok NADPH
rom e–

ADP

e–
ATP Fotosistem I (P700)
Fotosistem II (P680)
e–

H2O H+

O2

Gambar 2. Proses reaksi terang fotosintesis

Metabolisme 2 4
Urutan dari proses reaksi terang tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.

1.) Fotosistem II menangkap foton, sehingga elektronnya tereksitasi.

Elektron dari fotosistem II selanjutnya akan memecah molekul air sehingga


2.) terbentuk ion H+, elektron, dan O2 yang akan dilepas ke udara bebas.

3.) Elektron dari hasil pemecahan air akan masuk ke dalam fotosistem II,
kemudian diteruskan ke akseptor (penerima) elektron.

4.) Dari akseptor elektron, elektron diangkut menuju kompleks sitokrom. Pada
saat melalui sitokrom, terjadi peningkatan energi, sehingga energi tersebut
dapat digunakan untuk mengubah ADP menjadi ATP.

5.) Elektron dari sitokrom kemudian diangkut menuju fotosistem I.

6.) Dari fotosistem I, elektron akan diteruskan ke akseptor elektron berikutnya.

7.) Selanjutnya, elektron akan diterima oleh senyawa NADP. Masuknya elektron
ini menyebabkan NADP dapat mengikat ion H+ yang diperoleh dari pemecahan
air. Proses pengangkutan elektron ini disebut transpor elektron nonsiklik.

8.) Jika kebutuhan ATP kurang mencukupi, elektron dari fotosistem I akan
diangkut ke akseptor elektron menuju ke kompleks sitokrom dan kembali ke
fotosistem I. Proses ini disebut transpor elektron siklik.

Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat diketahui bahwa hasil akhir dari proses
reaksi terang adalah sebagai berikut.

NADPH, ATP, dan O2

SUPER "Solusi Quipper"

Untuk mengingat hasil akhir dari reaksi terang, gunakan cara SUPER berikut.

Siang hari Anak di Atas Pohon lompat ke atap untuk menghirup oksigen

NADPH, ATP, O2

Metabolisme 2 5
Contoh Soal 1

Fotosistem yang diperlukan dalam proses fotosintesis merupakan ....

A. kumpulan klorofil dalam tilakoid yang dapat menangkap cahaya pada panjang
gelombang tertentu
B. kumpulan klorofil dalam tilakoid yang dapat mengubah energi kimia menjadi energi
listrik
C. kumpulan klorofil dalam tilakoid yang dapat menyusun zat makanan berupa gula
D. kumpulan klorofil dalam tilakoid yang dapat membentuk ATP
E. kumpulan klorofil dalam tilakoid yang dapat membentuk oksigen
Jawaban: A

Penjelasan:
Fotosistem adalah kumpulan klorofil yang terdiri atas klorofil a dan klorofil b dengan
perbandingan tertentu. Fungsi dari fotosistem ini adalah untuk menangkap cahaya
pada panjang gelombang tertentu. Ada dua macam fotosistem, yaitu fotosistem I dan
fotosistem II. Fotosistem I yang memiliki perbandingan klorofil a dan b = 12 : 1 dapat
menangkap cahaya dengan panjang gelombang 700 nm. Sementara fotosistem II yang
memiliki perbandingan klorofil a dan b = 1 : 2 dapat menangkap cahaya dengan panjang
gelombang 680 nm.

Jadi, fotosistem yang diperlukan dalam proses fotosintesis merupakan kumpulan klorofil
dalam tilakoid yang dapat menangkap cahaya pada panjang gelombang tertentu.

Contoh Soal 2

Senyawa hasil reaksi terang yang dibutuhkan untuk reaksi gelap adalah ....

A. ATP dan O2
B. ATP dan CO2
C. NADPH dan ATP
D. NADPH dan O2
E. NADPH dan CO2

Jawaban: C

Metabolisme 2 6
Penjelasan:
Pada reaksi terang, dihasilkan senyawa-senyawa ATP, NADPH, dan O2. Akan tetapi, yang
digunakan untuk proses reaksi gelap hanya ATP dan NADPH.

Jadi, senyawa hasil reaksi terang yang dibutuhkan untuk reaksi gelap adalah ATP dan
NADPH.

C. Fotosintesis: Reaksi Gelap


Reaksi gelap disebut juga dengan siklus Calvin. Reaksi gelap adalah reaksi fotosintesis
yang tidak membutuhkan energi cahaya matahari secara langsung sebagai sumber
energi. Akan tetapi, sumber energinya berupa ATP yang diperoleh dari reaksi terang.
Meskipun tidak menggunakan energi cahaya matahari, reaksi gelap tetap berlangsung
pada siang hari.

Selain ATP, senyawa dari reaksi terang yang juga diperlukan untuk berlangsungnya
reaksi gelap adalah NADPH. Pada reaksi gelap juga diperlukan adanya CO2. Reaksi gelap
berlangsung di dalam stroma kloroplas. Hasil dari reaksi gelap adalah glukosa (C6H12O6).

Reaksi gelap dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu fiksasi CO2, reduksi senyawa PGA, dan
regenerasi RuBP.

1. Fiksasi CO2
Pada tahap ini, terjadi pengikatan (fiksasi) karbon dioksida dengan senyawa ribulosa
bifosfat (RuBP) oleh enzim rubisco. Akibatnya, akan terbentuk molekul dengan
6 atom karbon yang tidak stabil. Molekul ini kemudian pecah menjadi 12 molekul
asam fosfogliserat (PGA).

2. Reduksi Senyawa PGA


Pada tahap ini, senyawa PGA akan menerima fosfat dari ATP sehingga terbentuk
senyawa 1,3 bifosfogliserat. Selanjutnya, senyawa 1,3 bifosfogliserat akan direduksi
oleh NADPH menjadi senyawa fosfogliseraldehid-3P (PGAL). Dari tahapan ini,
sebagian PGAL akan digunakan sebagai bahan dasar glukosa, dan sebagian lagi akan
digunakan untuk membentuk RuBP.

3. Regenerasi RuBP
Pada tahap ini, senyawa PGAL akan menerima fosfat dari ATP dan diubah kembali
menjadi RuBP.

Metabolisme 2 7
Berikut ini adalah gambar dari proses reaksi gelap fotosintesis.

6 molekul
CO2

6 molekul
12 molekul
ribulosa 1,5-difosfat
6 ADP 3-asam fosfogliserat
12 ATP

6 ATP 6 molekul
ribulosa 5-fosfat 12 ADP
12 molekul
1,3-bifosfogliserat
12 NADPH
10 molekul
fosfogliseraldehid
12 molekul 12 NADP+
fosfogliseraldehid

2 molekul
fosfogliseraldehid

1 molekul
glukosa

Gambar 3. Proses reaksi gelap fotosintesis

Urutan dari proses reaksi gelap tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. 6 molekul CO2 difiksasi dengan 6 molekul RuBP oleh enzim rubisco, sehingga
terbentuk 6 molekul dengan 6 atom C yang tidak stabil. Ke-6 molekul ini kemudian
pecah menjadi 12 molekul 3-fosfogliserat (PGA).

2. Selanjutnya, 12 molekul PGA akan mendapatkan 12 gugus fosfat dari 12 ATP, sehingga
terbentuk 12 molekul 1,3 bifosfogliserat.

3. 12 molekul 1,3 bifosfogliserat akan menerima ion H+ dari NADPH, sehingga tereduksi
menjadi 12 molekul fosfogliseraldehid-3P (PGAL).

4. 10 molekul PGAL akan mengalami regenerasi menjadi RuBP kembali setelah


menerima 6 gugus fosfat dari 6 ATP.

5. 2 molekul PGAL lainnya akan bergabung membentuk 1 molekul glukosa (C6H12O6).

Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat diketahui bahwa hasil akhir dari proses reaksi
gelap adalah sebagai berikut.

C6H12O6 (glukosa)

Metabolisme 2 8
Contoh Soal 3

Dalam reaksi gelap, urutan perubahan yang benar adalah ....

A. RuBP → PGA → PGAL → glukosa


B. PGA → PGAL → glukosa → RuBP
C. PGAL → PGA → RuBP → glukosa
D. Glukosa → PGA → PGAL → RuBP
E. RuBP → PGA → glukosa → PGAL
Jawaban: A

Penjelasan:
Proses pembentukan glukosa pada reaksi gelap dapat diurutkan sebagai berikut.
RuBP memfiksasi CO2 menjadi senyawa PGA.
Senyawa PGA direduksi menjadi senyawa PGAL oleh ATP dan NADPH.
Sebagian senyawa PGAL akan disintesis menjadi glukosa.

Jadi, urutan perubahan yang benar dalam reaksi gelap adalah RuBP → PGA → PGAL →
glukosa.

Contoh Soal 4

Reaksi gelap pada fotosintesis dinamakan demikian karena ....

A. tidak dapat berlangsung pada siang hari


B. hanya berlangsung pada siang hari
C. tidak memerlukan cahaya
D. terjadi terutama pada malam hari
E. proses yang belum dapat dijelaskan
Jawaban: C

Penjelasan:
Reaksi gelap pada fotosintesis tetap berlangsung pada siang hari. Namun, reaksi ini
tidak menggunakan energi cahaya secara langsung, melainkan menggunakan energi
kimia berupa ATP dan senyawa NADPH. ATP dan senyawa NADPH ini dibentuk di dalam
reaksi terang.

Jadi, reaksi gelap pada fotosintesis dinamakan demikian karena tidak memerlukan
cahaya.

Metabolisme 2 9
C. Tumbuhan C3, C4, dan CAM
Berdasarkan tipe fotosintesis, tumbuhan dibagi menjadi tiga kelompok besar, yaitu
tumbuhan C3, C4, dan CAM (Crassulacean Acid Metabolism).

1. Tumbuhan C3
Tumbuhan C3 adalah tumbuhan yang membentuk molekul berkarbon 3, yaitu
3-fosfogliserat saat proses fiksasi CO2 di awal reaksi gelap. Jenis tumbuhan C3 dapat
hidup baik pada lingkungan yang mengandung CO2 tinggi, dengan intensitas cahaya
dan temperatur sedang, juga air tanah yang melimpah. Contoh tumbuhan C3 adalah
gandum, kentang, kacang-kacangan, dan kapas.

Pada tumbuhan C3, CO2 hanya difiksasi dengan RuBP oleh enzim rubisco di dalam
sel-sel mesofil. Dalam kerjanya, enzim rubisco sering menyertakan molekul oksigen
ke dalam RuBP sebagai pengganti karbon dioksida. Jika hal ini dilakukan, akan
terjadi peristiwa fotorespirasi, yaitu proses pembongkaran karbohidrat untuk
menghasilkan energi dan hasil samping. Fotorespirasi terjadi pada siang hari. Untuk
menghambat terjadinya fotorespirasi, kadar CO2 di atmosfer harus ditingkatkan.
Selain itu, fotorespirasi juga dapat terjadi saat panas terik sehingga mendorong
stomata untuk menutup. Keadaan ini dapat menghalangi masuknya CO2 dari luar
dan keluarnya O2 dari dalam.

Proses fiksasi CO2 pada tumbuhan C3 sama dengan proses fiksasi pada reaksi gelap
yang sudah diterangkan sebelumnya.

2. Tumbuhan C4
Tumbuhan C4 adalah tumbuhan yang membentuk molekul berkarbon 4,
yaitu oksaloasetat. Oksaloasetat terbentuk setelah CO2 berikatan dengan PEP
(fosfoenolpiruvat) dengan bantuan enzim PEP karboksilase di dalam sel-sel mesofil.
Berbeda dengan rubisco, PEP karboksilase tidak dapat mengikat O2, sehingga tidak
terjadi kompetisi antara O2 dan CO2. Tumbuhan C4 lebih adaptif terhadap lingkungan
yang kering dan panas, dengan konsentrasi CO2 yang tidak terlalu tinggi. Contoh
tumbuhan C4 adalah jagung, tebu, dan sorghum.

Pada tumbuhan C4, proses fotosintesis berlangsung di dua tempat, yaitu sel-sel
mesofil dan sel-sel sarung berkas pengangkut. Berikut ini adalah gambar proses
fotosintesis pada tumbuhan C4.

Metabolisme 2 10
Pada sel-sel sarung
Pada mesofil daun
berkas pengangkut
CO2
OAA
6 CO2 12 Asam 12 ATP
CO2 3- fosfogliserat
(3C) 12 ADP
PEP SIKLUS Malat
(4C) 12 Asam 1, 3-
(3C) HATCH-SLACK Ribulosa bisosfat bifosfogliserat
6 ADP (3C) SIKLUS (3C)
CALVIN 12 NADPH

6 ATP
Asam 12 NADP+
10 Dihidroksiaseton 12 Gliseraldehid 3P
piruvat (3C)
fosfat (3C) (3C)

2 Gliseraldehid 3P
(3C)

1 C6H12O6

Gambar 4. Proses fotosintesis pada tumbuhan C4

Urutan dari proses fotosintesis pada tumbuhan C4 tersebut dapat dijelaskan sebagai
berikut.

a. CO2 masuk ke dalam sel-sel mesofil dan berikatan dengan PEP dengan bantuan
PEP karboksilase. Hasil dari ikatan ini adalah OAA (Oksaloasetat Acid) yang beratom
4C.

b. Dengan bantuan NADPH, oksaloasetat diubah menjadi malat.

c. Malat akan mengalami dekarboksilasi menjadi asam piruvat (3C) dengan melepas
1 molekul CO2.

d. CO2 kemudian akan masuk ke dalam sel-sel sarung berkas pengangkut untuk
memasuki siklus Calvin.

3. Tumbuhan CAM (Crassulacean Acid Metabolism)


Kelompok tumbuhan CAM memiliki ciri khusus, yaitu mengikat CO2 pada malam hari
dan menggunakannya pada siang hari. Tumbuhan ini hidup di daerah panas dan
kering. Contohnya adalah kaktus, lili, dan anggrek.

Pada tumbuhan CAM, pengikatan CO2 yang dibantu oleh PEP karboksilase akan
membentuk oksaloasetat yang beratom 4C. Perbedaannya dengan tumbuhan C4
adalah waktu untuk melakukannya. Pada tumbuhan CAM, pengikatan CO2 terjadi
pada malam hari saat stomata membuka. Oksaloasetat yang terbentuk akan diubah
menjadi malat dan disimpan di dalam vakuola. Pada siang harinya, saat stomata
menutup, malat akan mengalami dekarboksilasi membentuk asam piruvat dan
CO2. Selanjutnya, CO2 akan masuk ke dalam siklus Calvin. Berikut ini adalah gambar
proses fotosintesis pada tumbuhan CAM.

Metabolisme 2 11
Siklus Hatch-Slack Siklus Calvin
(malam hari) (siang hari)
Karbohidrat Karbohidrat

CO2 F triosa
Stomata PEP Daur Calvin
PEP
terbuka
RuDP PGA

Piruvat
CO2
Asam malat Asam malat

Gambar 5. Proses fotosintesis pada tumbuhan CAM

Urutan dari proses fotosintesis pada tumbuhan CAM dapat dijelaskan sebagai
berikut.

a. CO2 masuk melalui stomata yang terbuka pada malam hari. CO2 akan berikatan
dengan PEP dengan bantuan PEP karboksilase membentuk oksaloasetat.

b. Oksaloasetat kemudian diubah menjadi malat dan disimpan di dalam vakuola.

c. Pada siang hari, saat stomata menutup, malat akan mengalami dekarboksilasi
menjadi asam piruvat dan CO2.

d. CO2 kemudian akan masuk ke dalam kloroplas untuk menjalani siklus Calvin.

Contoh Soal 5

Perbedaan fiksasi CO2 antara tumbuhan C4 dan CAM terletak pada ....

A. enzim yang digunakan


B. senyawa hasil fiksasi CO2 dengan PEP
C. waktu pengikatan CO2
D. tempat berlangsungnya siklus Calvin
E. hasil dari siklus Calvin

Jawaban: C
Penjelasan:
Pada tumbuhan C4, proses fiksasi CO2 dengan PEP berlangsung pada siang hari,
sedangkan pada tumbuhan CAM, proses fiksasi CO2 dengan PEP berlangsung pada
malam hari.

Jadi, perbedaan fiksasi CO2 antara tumbuhan C4 dan CAM terletak pada waktu pengikatan
CO2.

Metabolisme 2 12
E. Kemosintesis
Kemosintesis adalah proses penyusunan senyawa organik dari senyawa anorganik
dengan menggunakan energi yang berasal dari reaksi kimia. Proses ini dilakukan
oleh organisme autotrof nonfotosintetik atau disebut juga organisme kemoautotrof.
Organisme yang tergolong kemoautotrof antara lain adalah kelompok bakteri nitrifikasi
(Nitrosomonas, Nitrosococcus, dan Nitrobacter), bakteri besi, bakteri metana, bakteri
hidrogen, dan bakteri sulfur.

Berbeda dengan organisme fotoautotrof yang berperan sebagai produsen di alam,


organisme kemoautotrof umumnya berperan sebagai dekomposer (pengurai) atau
produsen di laut dalam yang tidak memungkinkan adanya fotosintesis.

Berdasarkan sumber energi kimianya, kemosintesis dibagi menjadi lima macam, yaitu
sebagai berikut.

1. Kemosintesis oleh Bakteri Nitri kasi


a. Bakteri nitrit adalah bakteri yang mampu mengoksidasi amonia menjadi nitrit.
Bakteri yang tergolong nitrit adalah Nitrosomonas dan Nitrosococcus. Berikut ini
merupakan reaksi kimia pada oksidasi amonia menjadi nitrit.

2NH2 + 3O2 2HNO2 + 2H2O + Energi (158 kal)


Nitrosomonas

b. Bakteri nitrat adalah bakteri yang mampu mengoksidasi nitrit menjadi nitrat.
Bakteri yang tergolong nitrat adalah Nitrobacter. Berikut ini merupakan reaksi
kimia pada oksidasi nitrit menjadi nitrat.

2HNO2 + O2 2HNO3 + Energi (43 kal)


Nitrobacter

SUPER "Solusi Quipper"

AMOY MAIN KE MONAS KARENA IRIT


Amoniak → Nitrosomonas → nitrit

TRIA BAWA MARTABAK BUAT NITA


Nitrit → Nitrobacter → nitrat

Metabolisme 2 13
2. Kemosintesis oleh Bakteri Sulfur
Contoh dari bakteri sulfur adalah Beggiatoa atau Thiospirillum. Bakteri ini hidup di
sumber-sumber air panas yang memiliki kandungan senyawa hidrogen sulfida.
Bakteri-bakteri sulfur mampu mengoksidasi logam sulfida menjadi sulfur dengan
reaksi kimia berikut.

2H2S + O2 2S + 2H2O + energi (122,2 kal)


Beggiatoa/Thiospirillum

Jika cadangan hidrogen sulfida habis, endapan sulfur (S) akan dioksidasi menjadi
asam sulfat (H2SO4) dengan reaksi kimia berikut.

2S + 2H2 + 4O2 2H2SO4 + energi (284,4 kal)

3. Kemosintesis oleh Bakteri Besi


Contoh dari bakteri besi adalah Ferrobacillus, Crenothrix, dan Spiruphyllum. Bakteri-
bakteri besi mampu mengoksidasi ion ferro menjadi ion ferri dengan reaksi kimia
berikut.

2Fe (HCO3)2 + H2O + O 2Fe (OH)3 + 4CO2 + energi (29 kkal)


4FeCO3 + O2 + 6H2O 4Fe (OH)3 + 4CO2 + energi (81 kkal)

4. Kemosintesis oleh Bakteri Hidrogen


Salah satu contoh bakteri hidrogen adalah Bacillus panctotrophus. Bakteri ini mampu
tumbuh pada medium anorganik dengan kandungan senyawa hidrogen, CO2, dan
O2. Selain itu, bakteri ini juga mampu mengoksidasi hidrogen dengan membebaskan
(menghasilkan) energi. Reaksi kimianya adalah sebagai berikut.

2H2 + O2 2H2O + energi (137 kkal)


2H2 + CO2 + energi (115 kkal) CH2O + H2O

5. Kemosintesis oleh Bakteri Metana


Salah satu bakteri metana yang melakukan kemosintesis adalah Methanomonas.
Bakteri ini mampu mengoksidasi metana menjadi CO2. Reaksi kimianya adalah
sebagai berikut.

CH4 + 2O2 CO2 + 2H2O + energi

Metabolisme 2 14
Energi yang dihasilkan dari proses tersebut digunakan untuk proses fosforilasi dan
reduksi CO2 menjadi karbohidrat.

Contoh Soal 6

Organisme kemoautotrof dapat menyusun senyawa organik tanpa bantuan energi


matahari. Energi yang mereka gunakan berasal dari ....

A. oksidasi senyawa-senyawa organik


B. reduksi senyawa-senyawa organik
C. oksidasi senyawa-senyawa anorganik
D. reduksi senyawa-senyawa anorganik
E. fiksasi senyawa-senyawa anorganik

Jawaban: C

Penjelasan:
Organisme kemoautotrof tidak memiliki klorofil, sehingga tidak dapat memanfaatkan
energi matahari sebagai sumber energinya. Untuk mendapatkan energi yang dibutuhkan,
mereka melakukan oksidasi terhadap senyawa-senyawa anorganik tertentu. Dari
proses tersebut akan dihasilkan energi kimia. Energi kimia inilah yang selanjutnya
mereka gunakan untuk menyusun senyawa organik. Contohnya adalah bakteri nitrit
mengoksidasi amoniak menjadi nitrit, disertai pembentukan energi dan air.

Jadi, energi yang mereka gunakan berasal dari oksidasi senyawa-senyawa anorganik.

Contoh Soal 7

Pernyataan berikut ini yang menjelaskan arti kemosintesis adalah .…

A. proses pemecahan senyawa kompleks menjadi senyawa sederhana menggunakan


energi kimia
B. proses pemecahan senyawa kompleks menjadi senyawa sederhana disertai
pembebasan energi
C. penyusunan senyawa kompleks dari senyawa sederhana menggunakan energi kimia
D. pembentukan makanan pada tumbuhan hijau dengan membebaskan energi kimia
E. pembebasan energi menggunakan oksigen atau tanpa oksigen
Jawaban: C

Metabolisme 2 15
Penjelasan:
Kemosintesis adalah proses penyusunan senyawa-senyawa sederhana menjadi senyawa
kompleks dengan bantuan energi kimia. Energi kimia ini diperoleh dari hasil oksidasi
senyawa anorganik.

Jadi, kemosintesis adalah penyusunan senyawa kompleks dari senyawa sederhana


menggunakan energi kimia.

F. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Proses Katabolisme dan


Anabolisme
Faktor-faktor yang memengaruhi proses katabolisme dan anabolisme dapat dibedakan
menjadi dua kelompok, yaitu faktor luar dan faktor dalam.

1. Faktor Luar
a. Cahaya
Pada katabolisme dan anabolisme, cahaya dapat mempercepat laju reaksi pada
batas optimal.

b. Suhu
Suhu dapat mempercepat laju reaksi katabolisme dan anabolisme pada batas
optimal. Jika melebihi batas optimal, enzim-enzim yang terlibat dalam proses
tersebut akan rusak, sehingga dapat menurunkan laju reaksi.

c. Ketersediaan CO2
Pada proses katabolisme, ketersediaan CO2 yang tinggi dapat menurunkan
laju respirasi. Namun, pada anabolisme, ketersediaan CO2 yang tinggi dapat
menaikkan laju reaksi sampai batas optimum.

d. Ketersediaan O2
Pada proses katabolisme, ketersediaan O2 yang tinggi dapat menaikkan
laju respirasi. Namun, pada anabolisme, ketersediaan O2 yang tinggi dapat
menghambat laju reaksi.

e. Ketersediaan H2O
Kadar H2O yang tinggi dapat menurunkan laju reaksi katabolisme, sedangkan
pada anabolisme tidak berpengaruh langsung, seperti pada proses membuka
dan menutupnya stomata.

f. Kecukupan unsur atau senyawa


Pada proses katabolisme, unsur atau senyawa yang tersedia dalam jumlah sedikit
akan meningkatkan laju reaksi, tetapi dalam jumlah besar akan menurunkan
laju reaksi. Hal ini terjadi karena terhambatnya kerja enzim. Pada anabolisme,
kekurangan unsur seperti N dapat menurunkan laju reaksi karena menghambat
sintesis klorofil.
Metabolisme 2 16
g. Ada tidaknya luka
Luka dapat meningkatkan laju reaksi katabolisme, sehingga terbentuk kalus di
luka tersebut. Namun, luka tidak memengaruhi laju reaksi anabolisme.

h. Rangsang mekanis
Rangsang mekanis dapat meningkatkan laju reaksi katabolisme, asalkan tidak
terjadi berulang-ulang. Namun, rangsang mekanis tidak memengaruhi laju reaksi
anabolisme.

SUPER "Solusi Quipper"

Untuk memudahkan mengingat faktor-faktor luar yang memengaruhi proses


katabolisme dan anabolisme, gunakan cara SUPER berikut.

Kata Ana, Cahaya luar membuat Suhu panas sehingga anak Cowok2 butuh
Oksigen (O2) dan Air (H2O) untuk mengobati luka akibat unsur mekanis

Cahaya, Suhu, CO2, Oksigen (O2), Air (H2O), ada tidaknya luka, unsur, rangsang
mekanis

2. Faktor Dalam
Faktor-faktor dalam yang memengaruhi proses katabolisme adalah sebagai berikut.
a. Substrat respirasi yang dapat mempercepat laju reaksi katabolisme.
b. Kualitas dan kuantitas protoplasma.

Faktor-faktor dalam yang memengaruhi proses anabolisme adalah sebagai berikut.


a. Klorofil.
b. Anatomi daun.
c. Morfologi daun (tebal-tipisnya daun, kasar-halusnya permukaan daun).
d. Membuka dan menutupnya stomata.
e. Hambatan pada transportasi hasil fotosintesis yang dapat menurunkan laju reaksi
anabolisme.

G. Keterkaitan antara Proses Katabolisme dan Anabolisme


Katabolisme dan anabolisme adalah dua proses yang saling mendukung dan tidak
dapat dipisahkan satu sama lain. Di dalam katabolisme, terjadi penguraian senyawa-
senyawa organik menjadi senyawa-senyawa anorganik yang disertai pembebasan
energi. Energi dari katabolisme ini dibutuhkan oleh organisme, baik tingkat seluler
maupun individu untuk melaksanakan aktivitas kehidupannya, termasuk melaksanakan
proses anabolisme. Selain itu, katabolisme juga menyediakan bahan baku untuk sintesis
senyawa-senyawa lain.

Metabolisme 2 17
Anabolisme merupakan proses yang berkebalikan dengan katabolisme. Pada anabolisme,
terjadi penyusunan senyawa-senyawa anorganik menjadi senyawa organik. Proses ini
membutuhkan energi, baik berupa energi cahaya maupun energi kimia. Energi cahaya
diperoleh langsung dari alam, sedangkan energi kimia diperoleh dari hasil katabolisme.

H. Keterkaitan Metabolisme Karbohidrat, Protein, dan Lemak


Metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak saling berkaitan satu sama lain. Ketiga
senyawa tersebut bertemu di jalur siklus Krebs dalam bentuk asetil koenzim A. Senyawa
asetil koenzim A merupakan bahan baku untuk siklus Krebs.

Pertemuan karbohidrat, protein, dan lemak di jalur metabolisme ini berguna untuk
saling menggantikan bahan bakar di dalam sel. Hasil dari metabolisme karbohidrat,
protein, dan lemak dapat digunakan untuk menyusun senyawa-senyawa lain. Berikut ini
adalah bagan keterkaitan metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak.

Protein Karbohidrat Lemak

Gula Gliserol Asam


Asam Amino
lemak
Deaminasi
Glikolisis
Glukosa

NH3 Asam keto Gliseraldehid - 3P

Urea Piruvat

Beta-oksidasi

Dikeluarkan Asetil koA


dalam bentuk
urin

Siklus
Krebs

Rantai transpor
elektron dan fosforilasi
oksidatif

Gambar 6. Keterkaitan metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak

Metabolisme 2 18
Karbohidrat merupakan molekul pertama yang menjadi substrat untuk proses respirasi.
Jika karbohidrat habis, lemak akan dioksidasi sebagai pengganti karbohidrat. Jika
karbohidrat dan lemak habis, giliran protein yang akan dipecah menjadi asam amino
untuk dioksidasi.

Lemak tersusun atas gabungan asam lemak dan gliserol. Oleh sebab itu, untuk menjadi
substrat respirasi, lemak harus diuraikan dahulu menjadi asam lemak dan gliserol.
Selanjutnya, gliserol akan diubah menjadi dihidroksiaseton fosfat (DHAP) dan diubah lagi
menjadi fosfogliseraldehid (PGAL). PGAL akan diubah menjadi asam piruvat, kemudian
mengalami dekarboksilasi oksidatif menjadi asetil koenzim A dan masuk ke dalam siklus
Krebs. Sementara itu, asam lemak akan diubah menjadi asetil koenzim A yang juga
masuk ke dalam siklus Krebs. Oleh karena gliserol dan asam lemak sama-sama dapat
masuk ke dalam jalur respirasi, maka lemak dapat menghasilkan energi yang lebih besar
dibandingkan karbohidrat dan protein.

Protein tersusun dari rangkaian asam amino. Untuk menjadi substrat respirasi, protein
harus diuraikan terlebih menjadi asam amino melalui proses transaminasi maupun
deaminasi. Transaminasi adalah proses pemindahan gugus amina –NH2, sedangkan
deaminasi adalah proses pembuangan gugus amino. Asam amino seperti glisin,
serin, alanin, dan sistein akan diubah dahulu menjadi asam piruvat, kemudian melalui
dekarboksilasi oksidatif akan diubah menjadi asetil koenzim A, dan selanjutnya masuk
ke dalam siklus Krebs. Asam lain seperti tirosin, leusin, fenilalanin, isoleusin, dan lisin
akan langsung diubah menjadi asetil koenzim A dan masuk ke dalam siklus Krebs.

Metabolisme 2 19
Kurikulum 2013 Revisi

Kelas XII
B I O LO G I
Materi Genetik

Tujuan Pembelajaran

Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut.


1. Memahami tentang materi genetik yang terdiri atas kromosom, gen, DNA, dan
RNA.
2. Memahami tentang hubungan antara kromosom, gen, dan DNA.
3. Memahami tentang sintesis protein.

A. Pendahuluan
Materi genetik adalah informasi yang terdapat pada setiap sel makhluk hidup dan
dapat diturunkan pada keturunan berikutnya. Materi genetik sering kali disebut sebagai
asam nukleat atau faktor hereditas. Pada makhluk hidup, materi genetik terdiri atas
kromosom, gen, DNA, dan RNA. Semua materi genetik ini akan diturunkan melalui proses
reproduksi. Bagaimanakah sebenarnya hubungan antara DNA, gen, dan kromosom itu?
Hubungan antara DNA, gen, dan kromosom secara sederhana dapat dijelaskan sebagai
berikut.

DNA merupakan penyusun gen → gen terdapat di dalam kromosom → kromosom


terdapat di dalam inti sel → inti sel terdapat pada hampir semua sel tubuh

B. Kromosom
Kromosom adalah benda-benda halus seperti kumpulan benang yang berfungsi sebagai
pembawa dan penyimpan informasi genetik makhluk hidup. Kromosom terdiri atas zat-
zat yang mudah menyerap warna di dalam inti sel. Di dalam sel tubuh, kromosom terlihat
berpasang-pasangan. Sepasang kromosom ini disebut sebagai kromosom homolog,
yaitu kromosom yang memiliki bentuk, ukuran, dan komposisi yang sama atau hampir
sama karena berasal dari induk yang sama.

Di dalam sel, sepasang kromosom homolog memiliki bentuk, ukuran, dan komposisi
yang berbeda dengan pasangan lainnya. Oleh sebab itu, dalam kariotipe kromosom
(pengaturan kromosom suatu individu secara standar berdasarkan panjang, jumlah, dan
bentuknya), tampak pasangan kromosom dengan bentuk yang berbeda-beda. Pasangan
kromosom homolog disebut dengan genom atau ploidi. Sementara itu, kromosom yang
bukan pasangannya disebut dengan kromosom nonhomolog.

Kromosom memiliki ukuran dan bentuk yang bervariasi. Kromosom memiliki panjang
sekitar 12–50 µm dengan diameter 0,2–20 µm. Pada umumnya, kromosom pada
tumbuhan berukuran lebih besar daripada kromosom pada hewan dan manusia.
Panjang kromosom pada tumbuhan mencapai sekitar 50 µm, sedangkan pada hewan
sekitar 4–6 µm dan pada manusia sekitar 6 µm.

1. Komponen dan Struktur Kromosom


Kromosom tersusun atas DNA dan protein yang saling berikatan. Protein penyusun
kromosom ada dua macam, yaitu protein yang bersifat basa dan protein yang
bersifat asam. Protein yang bersifat basa disebut protein histon, sedangkan protein
yang bersifat asam disebut protein nonhiston. Di dalam inti sel, setiap kromosom
memiliki bagian-bagian sebagai berikut.

Satelit

Gambar 1. Bagian-bagian kromosom

a. Lengan atau kromatid merupakan badan kromosom yang berisi kromonema.


Kromonema merupakan benang-benang kromosom yang dikelilingi oleh matriks.
Lengan atau kromatid berwarna lebih gelap karena menyerap zat warna.

Materi Genetik 2
b. Sentromer atau kinetokor merupakan pusat kromosom yang membagi
kromosom menjadi dua lengan. Sentromer tidak mengandung gen dan terjadi
karena konstriksi (mengecil) primer. Sentromer berwarna lebih terang karena
kurang menyerap zat warna.

c. Kromomer merupakan bagian kromonema yang mengalami penebalan. Di dalam


kromomer, terdapat lokus yang menjadi tempat kedudukan gen.

d. Telomer merupakan bagian ujung kromosom yang berfungsi untuk menghalangi


terjadinya perlekatan antarkromosom. Selain itu, telomer juga berfungsi menjaga
agar DNA di dalamnya tidak mudah terurai.

e. Satelit merupakan ujung kromosom yang mengalami konstriksi (mengecil)


sekunder.

2. Tipe-Tipe Kromosom
Berdasarkan letak sentromernya, kromosom dibagi menjadi empat tipe sebagai
berikut.

a. Tipe metasentrik, jika sentromer tepat berada di tengah-tengah kromatid


sehingga kromatid sama panjang. Tipe ini dapat digambarkan seperti huruf V.

b. Tipe submetasentrik, jika sentromer tidak tepat di tengah-tengah kromatid


sehingga kromatid tidak sama panjang. Tipe ini dapat digambarkan seperti huruf
L.

c. Tipe akrosentrik, jika sentromer terletak di dekat ujung kromatid, sehingga salah
satu kromatid lebih panjang dari yang lain. Tipe ini dapat digambarkan seperti
huruf J.

d. Tipe telosentrik, jika sentromer terletak di ujung kromatid sehingga hanya ada
satu kromatid. Tipe ini dapat digambarkan seperti huruf I.

Gambar 2. Bentuk-bentuk kromosom

Berdasarkan jumlah sentromernya, kromosom dibagi menjadi empat tipe sebagai


berikut.

Materi Genetik 3
a. Asentrik, jika kromosom tidak memiliki sentromer.

b. Monosentrik, jika kromosom memiliki satu sentromer.

c. Disentrik, jika kromosom memiliki dua sentromer.

d. Polisentrik, jika kromosom memiliki banyak sentromer.

Berdasarkan bentuknya, kromosom dibagi menjadi enam tipe sebagai berikut.

a. Tipe bulat

b. Tipe cerutu

c. Tipe koma
d. Tipe batang

e. Tipe huruf V

f. Tipe huruf L

Berdasarkan fungsinya, kromosom dibagi menjadi dua macam sebagai berikut.

a. Kromosom tubuh atau autosom.

b. Kromosom kelamin atau gonosom. Ada dua macam gonosom, yaitu gonosom X
dan gonosom Y.

3. Jumlah Kromosom
Setiap organisme memiliki jumlah kromosom tertentu. Berikut ini adalah tabel yang
menggambarkan jumlah kromosom pada beberapa organisme.

No. Nama Organisme Jumlah Kromosom

1. Manusia 46

2. Kera 42

3. Simpanse 48

4. Sapi 60

5. Merpati 80

6. Tomat 24

7. Jagung 20

8. Bawang putih 16

9. Kentang 48

10. Pepaya 18

Materi Genetik 4
4. Penulisan Kariotipe Kromosom pada Manusia
a. Pada sel kelamin atau sel gamet
Sel gamet mengandung 1 set kromosom (haploid) yang terdiri atas 23 buah
kromosom dengan komposisi berikut.
1.) Sel sperma: 22 A + X atau 22 A + Y
2.) Sel ovum: 22 A + X

b. Pada sel tubuh atau sel somatik


Sel tubuh mengandung 2 set kromosom (diploid) yang terdiri atas 23 pasang
kromosom atau 46 buah kromosom dengan komposisi berikut.
1.) Pria: 22 AA + XY atau 44 A + XY atau 46, XY
2.) Wanita: 22 AA + XX atau 44 A + XX atau 46, XX

Contoh Soal 1

Jumlah kromosom pada otot binaragawan adalah ....

A. 22A + X
B. 22A + Y
C. 44A + XX
D. 44A + XY
E. 44A + X atau Y
Jawaban: D

Penjelasan:
Seorang binaragawan pasti berjenis kelamin laki-laki dan sel-sel ototnya bersifat diploid.
Oleh karena manusia memiliki 46 buah kromosom pada sel-sel tubuhnya, maka jumlah
kromosom pada otot binaragawan tersebut terdiri atas:
44 buah kromosom tubuh atau autosom (A); dan
2 buah kromosom kelamin penanda laki-laki, yaitu XY.

Jadi, penulisannya adalah 44A + XY.

C. Gen dan Alel


1. Gen
Gen merupakan zarah atau unit terkecil dari materi genetik yang mengendalikan sifat-
sifat hereditas organisme. Gen terdiri atas DNA yang terpintal oleh protein histon,
terletak dalam lokus-lokus pada kromosom, serta tersusun dalam satu deret secara
linear dan beraturan. Setiap kromosom memiliki ratusan lokus sehingga di dalam

Materi Genetik 5
sel, terdapat ribuan gen. Pada sel tubuh manusia yang mengandung 46 kromosom,
diperkirakan terdapat 26.000–40.000 gen. Setiap satu gen mengendalikan satu sifat
tertentu sehingga satu individu memiliki ribuan sifat.

Komponen penyusun gen ada tiga macam, yaitu sebagai berikut.

a. Rekon, komponen yang lebih kecil dari gen dan terdiri atas satu atau dua pasang
nukleotida saja.

b. Muton, komponen yang lebih besar dari rekon dan terdiri atas satu atau dua
pasang nukleotida saja.

c. Sistron, komponen yang terdiri dari ratusan nukleotida.

Gen-gen yang terletak dalam lokus yang sama pada sepasang kromosom homolog
dapat memiliki tugas yang sama, hampir sama, atau berlawanan. Gen-gen juga
dapat memiliki keaktifan yang berbeda-beda sehingga dapat dibedakan menjadi gen
aktif (ekspresif) dan gen pasif. Sebagai contoh, gen penumbuh rambut hanya aktif
pada sel-sel kulit, tetapi tidak aktif di sel-sel lainnya. Keaktifan ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor, antara lain tempat gen, jenis kelamin, dan umur.

Berdasarkan jumlah sentromernya, kromosom dibagi menjadi empat tipe sebagai


berikut.

a. Gen dominan merupakan gen yang ekspresinya kuat dan dilambangkan dengan
huruf besar.

b. Gen setengah dominan merupakan gen yang ekspresinya di antara gen dominan
dan resesif.

c. Gen resesif merupakan gen yang ekspresinya lemah dan dilambangkan dengan
huruf kecil.

Berdasarkan perannya, ada dua macam gen sebagai berikut.

a. Gen struktural merupakan gen yang mengode protein (enzim) dan ekspresinya
dikendalikan oleh gen regulator.

b. Gen regulator merupakan gen yang berperan mengatur ekspresi gen struktural.

Di dalam kromosom, gen memiliki fungsi dan sifat-sifat sebagai berikut.

a. Fungsi gen
1.) Sebagai zarah tersendiri di dalam kromosom.
2.) Pembawa informasi genetik dari generasi ke generasi.
3.) Pengatur proses metabolisme dan perkembangan pada organisme.

Materi Genetik 6
b. Sifat-sifat gen
1.) Mengandung materi genetik dan dapat menduplikasikan diri.
2.) Setiap gen memiliki fungsi yang berbeda-beda.
3.) Ditentukan oleh kombinasi basa nitrogennya.

2. Alel
Alel merupakan pasangan gen yang terletak dalam lokus yang bersesuaian pada
kromosom homolog. Alel memiliki tugas yang sama atau berlawanan untuk suatu
sifat tertentu. Susunan gen dan alelnya dalam kromosom homolog disebut genotipe.
Ada tiga kemungkinan genotipe yang dapat dimiliki oleh suatu individu, yaitu sebagai
berikut.

a. Genotipe homozigot dominan, jika pasangan alel terdiri atas dua gen dominan.
Contoh: AA

b. Genotipe homozigot resesif, jika pasangan alel terdiri atas dua gen resesif.
Contoh: aa

c. Genotipe heterozigot, jika pasangan alel terdiri atas dua gen yang berbeda, yaitu
satu dominan dan satu resesif.
Contoh: Aa

Ada dua macam alel, yaitu alel tunggal dan alel ganda.

a. Alel tunggal
Alel tunggal adalah gen yang hanya memiliki satu gen sealel sehingga hanya muncul
satu sifat. Contoh: gen A untuk pigmentasi kulit dan gen a tidak menghasilkan
pigmentasi kulit.

b. Alel ganda
Alel ganda adalah gen yang memiliki lebih dari dua pasang gen sealel dan
menempati lokus yang sama. Pada alel ganda, akan muncul beberapa sifat.
Contoh: golongan darah sistem ABO pada manusia dan warna bulu pada kelinci.

1.) Golongan darah sistem ABO pada manusia dipengaruhi oleh tiga macam gen,
yaitu gen IA, IB, dan IO. Ketiga gen tersebut dapat menjadi alel satu sama lain
sehingga terbentuk 6 macam genotipe. Perhatikan tabel berikut ini.

Materi Genetik 7
No. Pasangan Alel Genotipe Golongan Darah

1. IA x IA IAIA A (homozigot)

2. IA x IO IAIO A (heterozigot)

3. IB x IB IBIB B (homozigot)

4. IB x IO IBIO B (heterozigot)

5. IA x IB IAIB AB

6. IO x IO IOIO O

2.) Warna bulu pada kelinci dipengaruhi oleh empat macam gen, yaitu gen W, wch,
wh, dan w. Pengaruh gen-gen tersebut terhadap warna bulu adalah sebagai
berikut.
W = bulu normal, warna kelabu
wch = bulu chinchilla
wh = bulu himalayan
w = bulu albino

Dominansi gen-gen tersebut secara berurutan dari yang paling dominan


hingga resesif adalah sebagai berikut.

W > wch > wh > w

Keempat gen tersebut dapat menjadi alel satu sama lain sehingga terbentuk
10 macam genotipe. Perhatikan tabel berikut ini.

No. Pasangan Alel Genotipe Warna Bulu

1. WxW WW bulu normal (homozigot)


2. W x wch Wwch bulu normal (heterozigot)
3. W x wh Wwh bulu normal (heterozigot)
4. Wxw Ww bulu normal (heterozigot)
5. wch x wch wchwch bulu chinchilla (homozigot)
6. wch x wh wchwh bulu chinchilla (heterozigot)
7. wch x w wchw bulu chinchilla (heterozigot)
8. wh x wh whwh bulu himalayan (homozigot)
9. wh x w whw bulu himalayan (heterozigot)
10 wxw ww bulu albino (homozigot)

Materi Genetik 8
Contoh Soal 2

Gen adalah substansi hereditas yang memiliki sifat-sifat berikut, kecuali ….

A. dapat bermutasi
B. dapat menduplikasi diri
C. hanya terdapat pada gamet
D. mengandung informasi genetik
E. menempati satu lokus di dalam kromosom

Jawaban: C
Penjelasan:
Gen adalah materi genetik penentu sifat makhluk hidup yang terdapat di dalam
kromosom. Oleh karena itu, gen tidak hanya terdapat di dalam sel-sel gamet. Akan
tetapi, juga terdapat di dalam sel-sel tubuh lainnya yang memiliki inti sel.

Jadi, yang bukan sifat gen adalah hanya terdapat pada gamet.

D. DNA dan RNA


1. DNA
DNA atau deoxyribonucleic acid adalah suatu asam nukleat yang merupakan
penyusun gen di dalam inti sel. DNA menyimpan segala informasi biologis dari setiap
mahluk hidup dan beberapa virus. Selain di dalam inti sel, DNA juga bisa ditemukan
di dalam mitokondria, kloroplas, sentriol, dan plastid. Pada beberapa organisme
tertentu seperti katak dan tumbuhan paku, DNA ditemukan di dalam sitoplasmanya.

a. Struktur DNA
DNA merupakan suatu molekul besar yang kompleks. DNA terdiri atas dua pita
panjang yang saling berpilin membentuk heliks ganda (double helix). Setiap pita
merupakan suatu polimer dari ratusan hingga ribuan nukleotida. Setiap nukleotida
terdiri atas tiga komponen sebagai berikut.

1.) Gula pentosa deoksiribosa


Gula deoksiribosa adalah gula pentosa (beratom 5C) yang kehilangan satu
atom oksigen.

2.) Gugus fosfat


Gugus fosfat terikat pada atom C nomor 5 dari gula pentosa.

Materi Genetik 9
3.) Basa nitrogen
Basa nitrogen terikat pada atom C nomor 1 dari gula pentosa. Ada dua jenis
basa nitrogen, yaitu basa purin dan basa pirimidin. Basa purin terdiri atas
adenin (A) dan guanin (G), sedangkan basa pirimidin terdiri atas sitosin (S/C)
dan timin (T).

Keempat jenis basa nitrogen tersebut membentuk pasangan yang tetap.


Basa nitrogen dari pita satu akan berpasangan secara tetap dengan basa
nitrogen dari pita lainnya. Pasangan tersebut adalah A dengan T dan G
dengan C. Menurut Erwin Chargaff, jumlah adenin pada setiap DNA hampir
sama dengan timin dan jumlah guanin hampir sama dengan sitosin.

Ada tiga macam ikatan kimia yang terdapat pada rantai DNA, yaitu sebagai berikut.

1.) Ikatan fosfodiester adalah ikatan kimia antara gugus fosfat dari satu
nukleotida dan gula dari nukleotida berikutnya. Ikatan antara gula dan fosfat
ini diilustrasikan sebagai “ibu tangga” dari struktur heliks DNA.

2.) Ikatan hidrogen adalah ikatan kimia antarpasangan basa nitrogen. Adenin
yang berikatan dengan timin dihubungkan dengan dua ikatan hidrogen (A =
T), sedangkan guanin yang berikatan dengan sitosin dihubungkan dengan tiga
ikatan hidrogen (G → C). Ikatan hidrogen dari pasangan basa purin–pirimidin
ini diilustrasikan sebagai “anak tangga” dari struktur heliks DNA.

3.) Ikatan antara gula deoksiribosa dan basa nitrogen. Ikatan ini ada empat
macam, yaitu sebagai berikut.

Deoksiadenosin monofosfat (dAMP) adalah ikatan kimia antara gula


deoksiribosa dan basa adenin.
Deoksiguanin monofosfat (dGMP) adalah ikatan kimia antara gula
deoksiribosa dan basa guanin.
Deoksisistidin monofosfat (dCMP) adalah ikatan kimia antara gula
deoksiribosa dan basa sitosin.
Deoksitimidin monofosfat (dTMP) adalah ikatan kimia antara gula
deoksiribosa dan basa timin.

Satu molekul gula yang berikatan dengan satu molekul basa nitrogen akan
membentuk satu nukleosida. Jika satu nukleosida berikatan dengan satu gugus
fosfat, akan terbentuk satu nukleotida. Dengan demikian, diketahui bahwa satu
nukleotida terdiri atas satu gugus fosfat, satu gula, dan satu basa nitrogen.

Rantai DNA merupakan rangkaian panjang nukleotida sehingga DNA merupakan


suatu polinukleotida. Heliks ganda DNA yang terdiri atas dua rantai polinukleotida

Materi Genetik 10
berjalan antiparalel satu sama lain. Satu rantai berjalan dengan arah 5’ → 3’ dan
rantai pasangannya berjalan berlawanan dengan arah 3’ → 5’. Untuk memahami
struktur DNA dengan baik, perhatikan gambar berikut.

= gugus fosfat

= gugus pentosa

= basa nitrogen

Gambar 3. Struktur DNA

b. Fungsi DNA
DNA memiliki beberapa fungsi, yaitu sebagai berikut.
1.) Sebagai pembawa informasi genetik.
2.) Berperan dalam pewarisan sifat.
3.) Ekspresi informasi genetik.
4.) Dapat menyintesis molekul kimia lain, seperti RNA dan protein (disebut fungsi
heterokatalisis).
5.) Dapat menduplikasikan diri atau bereplikasi (disebut fungsi autokatalisis).

c. Sifat DNA
DNA memiliki beberapa sifat sebagai berikut.
1.) Jumlah DNA konstan pada setiap jenis sel dan spesies.
2.) Kandungan DNA dalam sel bergantung sifat ploidi (genom) atau jumlah
kromosom.
3.) Bentuk DNA pada inti sel eukariotik seperti benang yang tidak bercabang,
sedangkan pada sel prokariotik, plastida, dan mitokondria berbentuk sirkuler.

d. Replikasi DNA
DNA memiliki kemampuan untuk menduplikasikan diri atau replikasi diri. Proses
replikasi terjadi saat interfase sebelum sel membelah. Tujuan replikasi ini agar sel
anakan hasil pembelahan mengandung DNA yang identik dengan DNA sel induk.
Jika terjadi kesalahan dalam proses replikasi, sifat pada sel-sel anakannya akan
mengalami perubahan. Ada tiga hipotesis tentang terjadinya replikasi DNA, yaitu
sebagai berikut.

1.) Hipotesis konservatif


Hipotesis ini menyatakan saat replikasi, dua rantai polinukleotida tidak
terpisah dan tidak menjadi cetakan bagi rantai baru. Dengan demikian, pada
rantai polinukleotida baru, tidak terkandung rantai polinukleotida lama.

Materi Genetik 11
2.) Hipotesis semikonservatif
Hipotesis ini menyatakan saat replikasi, dua rantai polinukleotida terpisah
kemudian masing-masing rantai membuat rantai pelengkapnya. Dengan
demikian, akan terbentuk dua pasang rantai polinukleotida yang setiap
pasangannya terdiri atas rantai baru dan rantai lama.
3.) Hipotesis dispersif
Hipotesis ini menyatakan saat replikasi, kedua rantai polinukleotida induk
terputus-putus pada beberapa bagian. Setiap bagian yang putus akan
mencetak pelengkapnya. Pada akhirnya, kedua rantai polinukleotida hasil
replikasi terdiri atas potongan rantai lama dan rantai baru yang berselang-
seling.

Dari ketiga hipotesis tersebut, setelah dilakukan percobaan oleh Matthew


Meselson dan Franklin Stahl, yang lebih diyakini kebenarannya adalah hipotesis
semikonservatif sesuai dengan prediksi Watson dan Crick.

Dalam proses replikasi DNA, ada beberapa enzim yang berperan di dalamnya,
yaitu sebagai berikut.

1.) Helikase berfungsi memutuskan ikatan hidrogen sehingga heliks ganda DNA
terbuka dan memisah menjadi rantai tunggal.
2.) RNA primase berfungsi menggabungkan nukleotida-nukleotida RNA sehingga
membentuk primer (kelas lain asam nukleat).
3.) DNA polimerase berfungsi menggabungkan nukleotida-nukleotida menjadi
polimer DNA.
4.) DNA ligase berfungsi menyambungkan fragmen-fragmen DNA yang baru
terbentuk menjadi rantai DNA yang lengkap.
5.) Topoisomerase berfungsi untuk mematahkan tegangan ikat pada heliks
ganda DNA sehingga pembukaan heliks ganda dapat dimulai.

Setelah kamu memahami tentang hipotesis dan enzim-enzim pada replikasi DNA,
sekarang perhatikan langkah-langkah atau mekanisme replikasi DNA berikut.

Gambar 4. Proses replikasi DNA

Materi Genetik 12
1.) Dua rantai DNA dibuka oleh enzim helikase (nomor 9) dengan bantuan enzim
topoisomerase (nomor 11).
2.) Rantai tunggal DNA dilekati oleh protein-protein pengikat untaian tunggal
(nomor 10) agar tidak terbentuk heliks ganda kembali.
3.) Enzim RNA primase (nomor 6) menggabungkan nukleotida-nukleotida
menjadi primer RNA, yaitu potongan pendek RNA.
4.) Molekul DNA polimerase (nomor 3 dan 8) melekat pada untaian tunggal
DNA dan bergerak di sepanjang untaian tersebut. Dari proses ini, terbentuk
untaian DNA baru yang disebut leading strand atau untaian utama (nomor
2) dan lagging strand atau untaian lamban (nomor 1). Leading strand
disintesis secara terus-menerus pada arah 5’ → 3’, sedangkan lagging strand
disintesis secara tidak kontinu. Pada sintesis lagging strand, DNA polimerase
harus membentuk segmen-segmen polinukleotida diskontinu yang disebut
fragmen Okazaki.
5.) DNA ligase (nomor 4) kemudian menyambungkan fragmen-fragmen tersebut.

2. RNA
RNA atau ribonucleic acid adalah makromolekul polinukleotida berupa rantai tunggal
atau ganda, tetapi tidak berpilin, seperti pada DNA. Rantai pada RNA juga pendek-
pendek karena dibentuk melalui transkripsi fragmen-fragmen DNA. Tidak seperti
DNA yang umumnya ditemukan di dalam inti sel, RNA banyak ditemukan di dalam
ribosom atau sitoplasma. Keberadaan RNA di dalam sel tidak tetap karena mudah
terurai dan harus dibentuk kembali.

a. Struktur RNA
RNA merupakan suatu polinukleotida yang tersusun atas banyak ribonukleotida.
Setiap ribonukleotida tersusun atas 3 komponen, yaitu sebagai berikut.

1.) Gula pentosa ribosa


2.) Gugus fosfat
Gugus fosfat dan ribosa akan membentuk tulang punggung RNA.
3.) Basa nitrogen
Basa nitrogen terdiri atas basa purin dan basa pirimidin. Basa purin terdiri
atas adenin (A) dan guanin (G), sedangkan basa pirimidin terdiri atas sitosin
(S/C) dan urasil (U). Pasangan basa nitrogen antara rantai DNA dan RNA
dalam sintesis protein adalah A dengan U dan C dengan G.

Materi Genetik 13
Di dalam nukleoplasma, ribonukleotida RNA terdapat bebas dalam bentuk
nukleosida trifosfat, seperti:
1.) adenosin trifosfat (ATP);
2.) guanosin trifosfat (GTP);
3.) sistidin trifosfat (STP); dan
4.) uridin trifosfat (UTP).

b. Fungsi RNA
RNA berperan dalam proses sintesis protein di dalam sel. Akan tetapi, pada
beberapa jenis virus, RNA berperan seperti DNA, yaitu pembawa informasi
genetik.

c. Macam-Macam RNA
RNA dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu sebagai berikut.

1.) RNA genetik


RNA genetik adalah RNA yang memiliki peran seperti DNA, yaitu sebagai
pembawa informasi genetik. RNA tipe ini hanya terdapat pada beberapa
jenis virus. Oleh karena virus hanya memiliki satu macam materi genetik
saja, yaitu DNA atau RNA, maka pada virus yang tidak memiliki DNA, sebagai
penggantinya adalah RNA.
2.) RNA nongenetik
RNA nongenetik adalah RNA yang tidak berperan sebagai informasi genetik,
tetapi hanya berperan dalam proses sintesis protein. RNA tipe ini terdapat
pada organisme yang memiliki DNA. Ada tiga macam RNA nongenetik, yaitu
sebagai berikut.

RNA duta atau mRNA


RNA duta atau mRNA merupakan rantai tunggal yang panjang dan
tersusun atas ratusan nukleotida. RNA ini dibentuk oleh DNA melalui
proses transkripsi di dalam inti sel. Urutan basa nitrogen pada mRNA
adalah pasangan komplementer atau pelengkap dari rantai sense DNA.

Basa-basa nitrogen yang terdapat di sepanjang rantai mRNA tersusun


dalam bentuk triplet. Setiap triplet terdiri atas tiga basa nitrogen dengan
urutan tertentu. Triplet ini disebut juga kodon. Satu triplet atau satu kodon
akan menentukan satu jenis asam amino.

Fungsi dari mRNA sebagai pembawa kode genetik (kodon) dari inti sel ke
sitoplasma. Oleh sebab itu, rantai mRNA disebut juga rantai kodon.

Materi Genetik 14
RNA pemindah atau tRNA
RNA pemindah atau tRNA merupakan rantai tunggal yang pendek. RNA
ini dibentuk oleh DNA di dalam inti sel kemudian diangkut ke sitoplasma.
Rantai tRNA berupa struktur tiga dimensi yang mempunyai ikatan hidrogen
antarbasa nitrogen pada tempat-tempat tertentu.

Pada rantai tRNA, terdapat dua ujung perlekatan yang penting, yaitu ujung
untuk perlekatan asam amino dan ujung untuk perlekatan kodon dari
mRNA. Ujung tempat perlekatan kodon disebut antikodon. Antikodon
terdiri atas triplet basa nitrogen yang dapat berikatan secara spesifik
dengan kodon. Antikodon jumlahnya lebih sedikit dari kodon karena
antikodon mampu mengenali dua atau lebih kodon yang berbeda. Jumlah
total kodon adalah 64, sedangkan jumlah antikodon sekitar 45.

Fungsi dari tRNA adalah sebagai penerjemah kodon dari mRNA dan
pengangkut asam-asam amino dari sitoplasma ke ribosom. Asam-asam
amino yang diangkut oleh tRNA ini merupakan bahan dasar pembentuk
protein.

RNA ribosom atau rRNA


RNA ribosom atau rRNA merupakan RNA yang terdapat di dalam ribosom,
tetapi dibentuk oleh DNA di dalam inti sel. rRNA berupa rantai tunggal,
tidak bercabang, dan fleksibel. Dalam satu sel, jumlah rRNA lebih banyak
dibandingkan dengan jumlah mRNA dan tRNA.

Fungsi rRNA adalah sebagai mesin perakit polipeptida pada sintesis protein
yang bergerak ke satu arah di sepanjang rantai mRNA.

3. Perbedaan antara DNA dan RNA


Perbedaan antara DNA dan RNA dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Faktor
No. DNA RNA
Pembeda

1. Struktur Rantai ganda (double Rantai tunggal yang


helix) yang panjang pendek

2. Fungsi Pembawa informasi Sintesis protein


genetik dan sintesis
protein

Materi Genetik 15
Faktor
No. DNA RNA
Pembeda

3. Letak Inti sel, kloroplas, Sitoplasma, ribosom, dan


mitokondria, sentriol, dan inti sel
plastida

4. Jenis gula Deoksiribosa Ribosa

5. Basa nitrogen Purin: adenin dan guanin Purin: adenin dan guanin
Pirimidin: sitosin dan Pirimidin: sitosin dan
timin urasil

6. Kadar jumlah Tetap, tidak terpengaruh Tidak tetap, dipengaruhi


oleh aktivitas sintesis oleh aktivitas sintesis
protein protein

7. Keberadaannya Permanen Tidak permanen, karena


mudah terurai

Contoh Soal 3

Berikut ini adalah komponen penyusun nukleotida pada DNA, kecuali ....

A. gugus fosfat
B. gula deoksiribosa
C. basa adenin
D. basa urasil
E. basa sitosin
Jawaban: D

Penjelasan:
Komponen penyusun nukleotida pada DNA adalah gula deoksiribosa, gugus fosfat, basa
purin yang terdiri atas adenin dan guanin, serta basa pirimidin yang terdiri atas sitosin
dan timin. Sementara itu, basa urasil adalah basa pirimidin penyusun nukleotida pada
RNA.

Jadi, komponen yang bukan komponen penyusun nukleotida pada DNA adalah basa
urasil.

Materi Genetik 16
SUPER "Solusi Quipper"

DINA mengajak ADE, GANI, SITI, dan TINI


(DNA terdiri atas ADENIN – GUANIN – SITOSIN – TIMIN)

RIANA mengajak ADE, GANI, SITI, dan USI


(RNA terdiri atas ADENIN – GUANIN – SITOSIN – URASIL)

Contoh Soal 4

Berikut ini yang merupakan fungsi dari tRNA adalah ....

A. bertindak sebagai pola cetakan untuk membentuk polipeptida


B. sebagai pembawa kode-kode genetik yang disebut kodon
C. mengikat asam–asam amino yang akan disusun menjadi protein
D. sebagai mesin perakit polipeptida pada sintesis protein
E. sebagai cetakan untuk menyintesis protein di dalam ribosom
Jawaban: C

Penjelasan:
Fungsi dari tRNA adalah sebagai penerjemah kodon dari mRNA dan pengangkut asam-
asam amino dari sitoplasma ke ribosom. Asam-asam amino yang diangkut oleh tRNA ini
merupakan bahan dasar pembentuk protein.

Jadi, fungsi dari tRNA adalah mengikat asam–asam amino yang akan disusun menjadi
protein.

E. Sintesis Protein
Sintesis protein adalah proses pembentukan protein yang dikode oleh DNA dan
dilaksanakan oleh RNA. Proses sintesis protein sebagian berlangsung di dalam inti sel
dan sebagian lagi berlangsung di dalam ribosom. Bahan baku dalam sintesis protein
adalah asam amino. Terdapat 20 jenis asam amino. Jenis asam amino yang digunakan
dalam sintesis protein ditentukan oleh DNA. Perbedaan jenis, jumlah, dan susunan
asam amino menentukan jenis protein yang disintesis.

Hasil dari proses sintesis protein adalah protein fungsional. Aktivitas dari protein
fungsional akan memengaruhi sifat-sifat tubuh organisme. Perbedaan sifat-sifat
tubuh ini selanjutnya akan menghasilkan perbedaan fenotipe (sifat yang tampak) pada
organisme. Contoh protein fungsional adalah enzim, hormon, keratin, atau hemoglobin.

Materi Genetik 17
Lantas, bagaimanakah mekanisme sintesis protein? Mekanisme sintesis protein terdiri
atas dua tahap utama, yaitu transkripsi dan translasi. Transkripsi adalah proses
pencetakan RNA oleh DNA, sedangkan translasi adalah proses penerjemahan kode
genetik pada RNA menjadi urutan asam amino.

1. Transkripsi
Pada proses transkripsi, disintesis mRNA, tRNA, dan rRNA. Akan tetapi, yang berperan
dalam menentukan urutan asam amino penyusun protein adalah basa-basa
nitrogen pada rantai mRNA. Proses transkripsi sendiri terdiri atas tiga tahap, yaitu
insiasi (permulaan) transkripsi, elongasi (pemanjangan) rantai RNA, dan terminasi
(pengakhiran) transkripsi. Di samping ini adalah gambar dari proses transkripsi.

Gambar 5. Proses Transkripsi oleh DNA

Urutan proses transkripsi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.

a. Enzim RNA polimerase yang berfungsi membuka ikatan heliks DNA dan membuat
salinan informasi genetik dari DNA menempel pada DNA. Tempat menempelnya
RNA polimerase pada DNA disebut promoter.

b. Dua rantai DNA, yaitu rantai cetakan (template/sense) dan rantai komplemennya
(antitemplate/antisense) mulai memisah. Promoter menempel pada rantai cetakan
(sense).

Materi Genetik 18
c. RNA polimerase mulai membentuk RNA dari titik awal promoter dan terus
bergerak di sepanjang rantai cetakan DNA. Heliks DNA terbuka secara berurutan,
sekitar 10 – 20 basa nitrogen sekaligus. Perakitan nukleotida-nukleotida RNA ini
selalu dari arah 5’ → 3’.

d. Basa-basa nitrogen yang dibentuk pada RNA merupakan komplemen dari basa-
basa nitrogen pada rantai DNA sense sebagai berikut.
1.) Basa T pada DNA untuk cetakan A pada RNA.
2.) Basa C pada DNA untuk cetakan G pada RNA.
3.) Basa A pada DNA untuk cetakan U pada RNA.
4.) Basa G pada DNA untuk cetakan C pada RNA.
Contoh: triplet TAG pada DNA akan dicetak menjadi AUC pada RNA.

e. Proses transkripsi RNA akan berhenti setelah RNA polimerase mentranskripsi


DNA terminator.

f. RNA kemudian akan terlepas dari RNA polimerase dan heliks DNA akan menutup
kembali.

g. mRNA yang terbentuk pada transkripsi selanjutnya akan keluar dari inti sel menuju
ke ribosom.

2. Translasi
Pada proses translasi, disintesis polipeptida dengan menggunakan kode genetik
pada mRNA. Proses ini berlangsung di dalam ribosom dan dilakukan oleh tRNA serta
ribosom itu sendiri. Setiap asam amino digabungkan oleh tRNA pada kodon mRNA
dengan bantuan enzim sintetase tRNA-aminoasil. Seperti halnya transkripsi, translasi
juga terdiri atas tiga tahap, yaitu inisiasi translasi, elongasi translasi, dan terminasi
translasi. Di samping ini adalah gambar dari proses translasi.

Gambar 6. Proses translasi oleh tRNA

Materi Genetik 19
Urutan dari proses translasi tersebut adalah sebagai berikut.

a. Subunit kecil ribosom berikatan dengan molekul mRNA di ujung 5’.

b. Translasi dimulai dari kodon start, yaitu AUG yang terdapat pada mRNA. Setelah
itu, tRNA inisiator dengan antikodon UAC akan membawa asam amino metionin
untuk dilekatkan pada kodon AUG. Metionin selalu menjadi asam amino awal
dalam sintesis protein.

c. Setelah itu, asam-asam amino akan ditambahkan satu per satu oleh enzim
sintetase tRNA-aminoasil sampai terbentuk rantai polipeptida yang lengkap.

d. Proses translasi berakhir jika sudah sampai pada kodon stop. Triplet kodon stop
ada tiga macam, yaitu UAA, UGA, dan UAG. Ketiga kodon stop tersebut berfungsi
untuk menghentikan proses translasi dan tidak mengode asam amino lagi.

e. Selanjutnya, polipeptida yang terbentuk dilepaskan dari ribosom.

Proses sintesis protein secara ringkas dapat dituliskan sebagai berikut.

DNA melakukan transkripsi di dalam inti sel membentuk RNA → mRNA


meninggalkan inti sel menuju ribosom dengan membawa kodon → tRNA
akan membawa asam amino sesuai kodon menuju ribosom (translasi) →
asam amino dirangkai sesuai kode genetik pada kodon → terbentuk senyawa
polipeptida (protein).

Berikut ini adalah kode genetik untuk menentukan asam amino sesuai dengan
kodonnya.

Kodon basa kedua


Kodon basa ketiga
Kodon basa pertama

Gambar 7. Kode genetik

Materi Genetik 20
Contoh Soal 5

Perhatikan diagram sintesis protein berikut!

A Kodon

Menempel
pada ribosom

Ribosom C

Translasi

Asam amino

Pada diagram tersebut, A, B, dan C secara berurutan adalah ….

A. RNA duta, RNA transfer, dan protein


B. DNA, RNA transfer, dan polipeptida
C. RNA transfer, RNA duta, dan RNA ribosom
D. kodogen, kodon, dan antikodon
E. kodogen, RNA ribosom, dan asam amino
Jawaban: B

Penjelasan:
Pada diagram sintesis protein tersebut, A adalah DNA yang bertugas melakukan
transkripsi sehingga dihasilkan mRNA (RNA duta) dengan kodon tertentu. Selanjutnya,
kodon tersebut akan dibawa ke ribosom. B adalah tRNA atau RNA transfer yang bertugas
menerjemahkan kodon pada mRNA. C adalah polipeptida, yaitu hasil dari sintesis
protein.

Jadi, A, B, dan C secara berurutan adalah DNA, RNA transfer, dan polipeptida.

Contoh Soal 6

Berikut ini adalah peristiwa yang terjadi selama sintesis protein.


1. tRNA mengangkut asam amino ke ribosom.
2. mRNA meninggalkan inti menuju ribosom.
3. Asam amino dirangkai menjadi senyawa polipeptida.
4. DNA mengadakan transkripsi membentuk RNA.
5. Terbentuklah protein sesuai kode genetik.
Urutan sintesis protein yang benar adalah ....

Materi Genetik 21
A. 4 – 2 – 1 – 3 – 5
B. 3 – 4 – 5 – 2 – 1
C. 4 – 2 – 3 – 1 – 5
D. 1 – 2 – 3 – 4 – 5
E. 5 – 4 – 3 – 2 – 1
Jawaban: A

Penjelasan:
Secara ringkas, proses sintesis protein dapat dituliskan sebagai berikut.

DNA mengadakan transkripsi membentuk RNA → mRNA meninggalkan inti menuju


ribosom → tRNA mengangkut asam amino ke ribosom → asam amino dirangkai menjadi
senyawa polipeptida → terbentuklah protein sesuai kode genetik.

Jadi, urutan sintesis protein yang benar adalah 4 – 2 – 1 – 3 – 5.

F. Pengontrolan Ekspresi Gen


Ekspresi gen adalah proses penyalinan informasi genetik yang ada di dalam DNA melalui
proses transkripsi dan translasi. Dalam proses tersebut, perlu pengontrolan yang efisien
agar sel tidak kehilangan banyak energi.

Ada dua sistem pengaktifan ekspresi gen, yaitu ekspresi gen secara konstitutif dan
ekspresi gen secara induktif. Gen yang diekspresikan secara konstitutif akan dinyatakan
secara terus-menerus dalam keadaan apapun. Gen yang tergolong jenis ini adalah
gen-gen yang bertanggung jawab terhadap proses-proses metabolisme, seperti gen
penghasil enzim-enzim pengkatalisis reaksi metabolisme. Sementara itu, gen yang
diekspresikan secara induktif hanya akan dinyatakan jika keadaan memungkinkan atau
ada induksi, misalnya gen untuk efisiensi selular.

Proses pengontrolan suatu gen sehingga dapat terekspresi atau tidak pada waktu
dan kondisi yang berbeda disebut regulasi ekspresi gen. Regulasi ekspresi gen ini
memungkinkan sel untuk mengatur struktur dan fungsi yang menjadi dasar dari
diferensiasi, morfogenesis, dan kemampuan adaptif setiap organisme. Pengontrolan
ekspresi gen pada sel eukariotik (sel yang memiliki membran inti, misalnya pada
manusia) lebih kompleks daripada sel prokariotik (sel yang tidak memiliki membran inti,
misalnya pada bakteri). Pada sel prokariotik, pengontrolan ekspresi gen hanya terjadi
pada tingkat transkripsi. Sementara pada sel eukariotik, pengontrolan ekspresi gen
terjadi mulai dari tingkat transkripsi hingga pascatranslasi.

Materi Genetik 22
Kurikulum 2013 Revisi

Kelas XII
B I O LO G I
Pembelahan Sel

Tujuan Pembelajaran

Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut.


1. Memahami tentang pembelahan sel.
2. Dapat membedakan antara pembelahan mitosis dan meiosis.
3. Memahami tentang gametogenesis pada manusia dan hewan.
4. Memahami tentang mikrosporogenesis, megasporogenesis, mikrogametogenesis,
dan megagametogenesis.

A. Pendahuluan
Sel memiliki kemampuan untuk memperbanyak diri melalui proses pembelahan sel.
Pembelahan sel dapat terjadi pada organisme uniseluler maupun multiseluler. Fungsi
dari pembelahan sel adalah untuk pertumbuhan, reproduksi, atau regenerasi. Sel yang
membelah disebut sel induk. Sel induk akan mewariskan sifat-sifat genetiknya pada sel
turunannya. Sel turunan dari sel induk ini disebut sebagai sel anak.

Ada dua macam pembelahan sel, yaitu pembelahan langsung dan pembelahan tidak
langsung. Pembelahan langsung atau disebut juga pembelahan amitosis merupakan
pembelahan tanpa melalui tahap-tahap pembelahan. Sementara itu, pembelahan tidak
langsung adalah pembelahan yang melalui tahap-tahap pembelahan. Ada dua tipe
pembelahan tidak langsung, yaitu pembelahan mitosis dan pembelahan meiosis.
B. Pembelahan Amitosis
Pembelahan amitosis atau disebut juga pembelahan biner terjadi pada organisme
bersel satu (uniseluler). Pembelahan ini terjadi baik pada organisme prokariotik, seperti
bakteri dan alga biru, maupun pada organisme eukariotik seperti Paramaecium dan
Amoeba. Pembelahan amitosis merupakan salah satu cara reproduksi vegetatif yang
dilakukan oleh organisme uniseluler. Pembelahan amitosis berlangsung sangat cepat,
yaitu hanya berkisar antara 20–30 menit. Hasil dari pembelahan amitosis adalah dua
sel anak yang memiliki jumlah kromosom identik dengan sel induknya. Ciri-ciri dari
pembelahan amitosis adalah tidak terjadi peleburan membran inti dan tidak terbentuk
benang spindel.

Untuk lebih memahami tentang pembelahan amitosis, mari perhatikan mekanisme


pembelahan amitosis pada bakteri berikut.

1. Pengikatan kromosom
Kromosom dari bakteri yang berupa DNA sirkuler melekat pada mesosom untuk
mempermudah proses replikasi. Mesosom adalah bagian membran sel yang
melekuk ke arah dalam.

2. Replikasi kromosom
Titik awal/start replikasi akan menempel di bagian mesosom membran sel. Senyawa
kimia dalam mesosom akan menginisiasi proses replikasi tersebut. Akibatnya, akan
terbentuk dua kromosom yang identik, yaitu kromosom induk dan kromosom anak.
Kromosom anak akan memisahkan diri dari kromosom induk dan melekat pada
mesosom yang berbeda. Pemisahan kedua kromosom ini melibatkan protein FtsZ.

3. Penyekatan sitoplasma
Setelah kedua kromosom memisah, membran sel akan melekuk ke arah dalam.
Membran sel membagi sel menjadi dua bagian yang sama besar. Protein FtsZ
membentuk cincin di daerah pelekukan.

4. Pemisahan sel
Pelekukan membran sel terus berlangsung dengan arahan protein FtsZ. Pelekukan
berhenti jika lekukan sudah saling bertemu dan membentuk sekat (septum) yang
membagi kedua sel sama besar. Selanjutnya, di daerah septum akan terbentuk
dinding sel baru sehingga kedua sel benar-benar terpisah.

C. Pembelahan Mitosis
Pembelahan mitosis terjadi pada sel-sel tubuh (sel somatik) dan sel-sel induk gamet.
Pada pembelahan mitosis, sel induk akan membelah menjadi dua sel anak yang sama
persis, termasuk jumlah kromosomnya. Jika sel induk memiliki kromosom diploid,
kromosom sel anak juga akan diploid.

Pembelahan Sel 2
Dalam satu kali siklus sel, ada dua fase utama yaitu interfase dan mitosis. Interfase adalah
fase persiapan sel sebelum membelah, sedangkan mitosis adalah fase pembelahan sel
itu sendiri. Berikut ini adalah penjelasan tentang fase-fase tersebut.

1. Teori Lock-Key
Interfase merupakan fase terlama dalam suatu siklus sel. Pada fase ini, terjadi
persiapan pembelahan sel, sehingga interfase bukanlah fase istirahat. Interfase
meliputi 3 subfase, yaitu sebagai berikut.

a. Subfase G-1 (Gap-1 atau Growth-1 = Pertumbuhan Primer)


Pada tahap ini, sel mengalami pertumbuhan sehingga tampak lebih besar. Di
dalam G-1, terjadi beberapa peristiwa, antara lain sebagai berikut.
1.) Pembesaran ukuran nukleus.
2.) Penambahan sitoplasma.
3.) Pembentukan DNA.
4.) Pembentukan enzim-enzim untuk replikasi DNA.
5.) Pembentukan protein melalui tahap-tahap sintesis protein (transkripsi dan
translasi) untuk memacu pembelahan nukleus.
6.) Pembentukan tubulin dan protein untuk membentuk benang spindel atau
gelendong inti.

G-1 merupakan subfase terlama dalam interfase, yaitu berlangsung sekitar 12–24
jam. Lama tidaknya G-1 bervariasi. Akan tetapi, adakalanya sel tidak mengalami
G-1 karena harus segera membelah. Contohnya, pada awal pembentukan embrio
manusia. G-1 juga dapat berlangsung sangat lama hingga 151 jam. Contohnya,
pada pembelahan sel-sel dewasa akar jagung. Sel-sel somatik yang sudah tidak
membelah lagi, seperti sel-sel saraf, hanya berada pada subfase G-1. Menurut
beberapa ahli, keadaan ini disebut dengan fase G-0.

b. Subfase S (Sintesis)
Pada tahap ini, terjadi sintesis dan replikasi DNA, serta pembentukan histon. Selain
itu, terjadi pula pembentukan fosfolipid dalam jumlah besar. Fosfolipid akan
digunakan sebagai bahan penyusun membran sel dan membran organel-organel
sel. Pada akhir subfase S, tiap kromosom sudah tersusun atas dua kromatid
saudara (kembar) yang terikat pada satu sentromer. Keadaan ini merupakan
aktivitas yang paling penting dalam subfase S. Waktu yang dibutuhkan sel untuk
melakukan tahap ini berkisar antara 6–8 jam.

c. Subfase G-2 (Gap-2 atau Growth-2 = Pertumbuhan Sekunder)


Pada tahap ini, terjadi pembentukan organel-organel sel, pembentukan RNA, dan
sintesis protein. Waktu yang dibutuhkan sel untuk melakukan tahap ini berkisar

Pembelahan Sel 3
antara 3–4 jam. Fase ini merupakan fase persiapan akhir untuk proses mitosis.
Untuk lebih jelasnya, perhatikan gambar dari tahap-tahap interfase berikut.

Gambar 1. Tahap-tahap interfase

Pada akhir interfase, sebuah sel sudah memiliki nukleus dengan satu atau dua
anak inti (nukleolus, jamak nukleoli). Di dalam nukleus, terdapat benang-benang
kromatin halus dan panjang yang telah terduplikasi. Sementara di luar nukleus,
terdapat sepasang sentrosom. Sentrosom adalah organel sel yang memiliki
peran dalam pembelahan sel. Sentrosom berfungsi untuk mempertahankan
jumlah kromosom dan membantu pemisahan kromosom saat pembelahan sel.
Sentrosom hanya terdapat pada sel-sel hewan.

2. Mitosis
Mitosis merupakan pembelahan sel yang menghasilkan dua sel anakan yang
sama persis dengan sel induk, termasuk jumlah kromosomnya. Jika sel induknya
berkromosom diploid (2n), kromosom sel anak juga akan diploid. Tujuan dari
pembelahan mitosis adalah untuk memperbanyak jumlah sel. Oleh sebab itu, mitosis
disebut juga pembelahan replikasi.

Mitosis terjadi pada sel-sel yang aktif membelah karena berada pada masa
pertumbuhan. Contohnya, pada sel-sel jaringan embrional hewan atau jaringan
meristem tumbuhan. Selain itu, mitosis juga terjadi pada jaringan tubuh yang sel-
selnya mengalami kerusakan sehingga dapat kembali seperti semula.

Pembelahan mitosis terdiri atas dua tahap, yaitu kariokinesis (pembelahan inti
sel) dan sitokinesis (pembagian sitoplasma). Kariokinesis terdiri atas 5 fase, yaitu
profase, prometafase, metafase, anafase, dan telofase. Sementara tahap sitokinesis
biasanya dimasukkan dalam tahap telofase.

Pembelahan Sel 4
a. Profase
Profase merupakan fase awal dari mitosis. Pada tahap ini, terjadi hal-hal berikut.
1.) Benang-benang kromatin yang tipis dan panjang akan memendek dan
menebal menjadi kromosom. Kromosom sudah mengalami penggandaan
dan tersusun atas sepasang kromatid saudara yang bersatu di sentromer.
2.) Nukleolus (anak inti) menghilang.
3.) Kedua sentrosom mulai menjauh dan terbentuk benang-benang spindel
yang memancar di antara kedua sentrosom.

b. Prometafase
Pada tahap prometafase, terjadi hal-hal berikut.
1.) Membran inti mulai menghilang.
2.) Benang-benang spindel mulai berinteraksi dengan kromosom.
3.) Sebagian benang spindel berikatan dengan kromosom pada kinetokor di
dalam sentromer. Sebagian lagi berhubungan dengan benang spindel dari
kutub yang berlawanan.

c. Metafase
Pada tahap metafase, terjadi hal-hal berikut.
1.) Kromosom menuju bidang ekuatorial pembelahan.
2.) Sentromer dari seluruh kromosom berjajar lurus dalam satu formasi.
Tahap metafase disebut juga fase aster (bintang). Hal ini karena jika dilihat dari
kutub pembelahan, susunan kromosom akan tampak seperti bintang. Metafase
merupakan fase terpendek dari mitosis.

d. Anafase
Pada tahap anafase, terjadi hal-hal berikut.
1.) Sentromer membelah sehingga masing-masing kromatid saudara dalam
setiap kromosom terpisah.
2.) Kromatid saudara kemudian ditarik ke arah kutub yang berlawanan. Pada
akhir anafase, seluruh kromatid sudah di kutubnya masing-masing.
Tahap anafase disebut juga fase diaster (dua bintang). Hal ini karena jika dilihat
dari kutub pembelahan, susunan kromosom akan tampak seperti dua bintang.
Pada fase ini, jumlah kromosom paling mudah untuk dihitung.

d. Telofase
Pada tahap telofase, terjadi hal-hal berikut.
1.) Kromosom-kromosom pada masing-masing kutub kembali menipis menjadi
benang-benang kromatin.
2.) Nukleolus dan membran inti terbentuk kembali.
3.) Di bagian ekuator, terjadi penebalan sehingga sitoplasma terbagi menjadi
dua (sitokinesis).
4.) Terbentuk dua anak sel baru yang identik dengan sel induk.

Pembelahan Sel 5
Untuk lebih jelasnya, perhatikan tahap-tahap pembelahan mitosis berikut.

Gambar 2. Tahap-tahap pembelahan mitosis

SUPER "Solusi Quipper"

Cara mudah mengingat tahap-tahap pembelahan mitosis adalah sebagai


berikut.

PRABU PROTES MATANYA KENA TELUR


(profase – prometafase – metafase – anafase – telofase)

Pembelahan Sel 6
Contoh Soal 1

Suatu sel yang mempunyai 10 kromosom membelah secara mitosis. Banyaknya


kromosom pada tahap anafase adalah ....

A. 5
B. 10
C. 20
D. 40
E. 80
Jawaban: C

Penjelasan:
Pada pembelahan mitosis, kromosom akan mengalami duplikasi sehingga jumlahnya
menjadi dua kali lipat. Jika mula-mula sel memiliki 10 buah kromosom, pada saat
pembelahan akan menjadi 20 buah kromosom. Saat memasuki tahap anafase, terjadi
pemisahan kromosom menuju kutub-kutub yang berlawanan. Masing-masing kutub
memiliki 10 buah kromosom. Oleh sebab itu, pada anafase, jumlah kromosomnya ada
20 buah.

D. Pembelahan Meiosis
Pembelahan meiosis merupakan pembelahan sel yang menghasilkan empat sel anak
dengan jumlah kromosom pada setiap sel anak hanya setengah dari sel induknya. Jika
sel induk berkromosom diploid (2n), kromosom sel anak menjadi haploid (n). Oleh sebab
itu, pembelahan meiosis disebut juga pembelahan reduksi.

Pembelahan meiosis terjadi pada pembentukan sel-sel gamet dan pembentukan spora
pada tumbuhan. Tujuan dari pembelahan meiosis adalah untuk menjaga agar jumlah
kromosom dari generasi ke generasi tetap konstan.

Meiosis terdiri atas dua tahap pembelahan yang terjadi secara berurutan, yaitu meiosis
I dan meiosis II. Meiosis I terdiri atas 4 fase, yaitu profase I, metafase I, anafase I, dan
telofase I. Meiosis II juga terdiri atas 4 fase, yaitu profase II, metafase II, anafase II, dan
telofase II. Sebelum meiosis, terlebih dahulu terjadi tahap interfase. Di antara meiosis I
dan meiosis II, juga terjadi tahap interkinesis.

Pembelahan Sel 7
1. Interfase
Interfase meiosis terjadi sebelum sel memasuki tahap meiosis I. Pada tahap interfase,
terjadi hal-hal berikut.
a. DNA melakukan replikasi sehingga terbentuk dua salinan DNA.
b. Sentrosom bereplikasi menjadi dua buah.

2. Meiosis I
Meiosis I merupakan tahap pembelahan reduksi. Hal ini karena pada tahap meiosis
terjadi pemisahan kromosom homolog dari sel induk yang bersifat diploid (2n)
menjadi dua sel anak yang bersifat haploid (n). Fase-fase pada meiosis I adalah
sebagai berikut.

a. Profase I
Profase I merupakan fase terpanjang pada meiosis I. Fase ini terdiri atas lima
subfase sebagai berikut.
1.) Leptoten/leptonema
Pada subfase ini, benang-benang kromatin menebal menjadi kromosom.
2.) Zigoten/zigonema
Pada subfase ini, terjadi hal-hal berikut.
Sentromer membelah menjadi dua, kemudian menuju kutub-kutub yang
berlawanan.
Kromosom homolog yang berasal dari gamet kedua induk saling mendekat
dan berpasangan. Proses ini disebut sinapsis. Pasangan kromosom yang
membentuk sinapsis ini disebut bivalen.
3.) Pakiten/pakinema
Pada subfase ini, setiap kromosom berduplikasi membentuk dua kromatid
dengan sentromer yang masih menyatu. Keadaan ini disebut tetrad.
4.) Diploten/diplonema
Pada subfase ini, terjadi hal-hal berikut.
Kromosom homolog saling menjauh. Akan tetapi, pada beberapa bagian,
terjadi perlekatan atau persilangan seperti huruf x membentuk kiasma
(jamak = kiasmata).
Pada kiasma, terjadi pindah silang (crossing over) yang mendorong terjadinya
kombinasi gen baru (rekombinan). Pindah silang dapat menyebabkan
terjadinya variasi individu dalam satu keturunan.
5.) Diakinesis
Pada subfase ini, terjadi hal-hal berikut.
Nukleolus dan membran inti mulai menghilang.
Terbentuk benang-benang spindel di antara kedua sentrosom yang
terpisah.

Pembelahan Sel 8
b. Metafase I
Pada tahap metafase I, terjadi hal-hal berikut.
1.) Kromosom tetrad menuju bidang ekuatorial sehingga akan tampak 2 barisan
kromosom kembar pada bidang ekuatorial.
2.) Benang-benang spindel melekat pada kinetokor masing-masing kromosom.
3.) Sentromer pada kromosom tetrad belum membelah.

c. Anafase I
Pada tahap anafase I, terjadi hal-hal berikut.
1.) Kromosom homolog yang masing-masing masih berupa kromosom tetrad
ditarik oleh benang-benang spindel. Akibatnya, kromosom terpisah satu
sama lain menuju kutub-kutub yang berlawanan.
2.) Pemisahan kromosom homolog menyebabkan unit kromosom diploid (2n)
terbagi menjadi dua unit kromosom haploid (n).

d. Telofase I
Pada tahap telofase I, terjadi hal-hal berikut.
1.) Kromosom homolog berada di setiap kutub sehingga masing-masing kutub
memiliki satu unit kromosom haploid.
2.) Terjadi sitokinesis sehingga terbentuk dua sel anak yang haploid. Akan tetapi,
setiap kromosom masih terdiri atas sepasang kromatid atau dapat dituliskan
sebagai 1n, 2c. Artinya, susunan kromosom haploid dengan DNA rangkap
atau 2 copy DNA.

3. Interkinesis
Interkinesis merupakan suatu tahapan di antara meiosis I dan meiosis II. Pada
interkinesis, tidak terjadi replikasi DNA. Hal ini disebabkan setiap sel anak hasil
meiosis I masih membawa kromosom-kromosom yang mengandung sepasang
kromatid. Ini berarti kandungan DNA pada sel anak tersebut masih rangkap.

4. Meiosis II
Meiosis II merupakan tahap pembagian salinan DNA yang masih rangkap. Pembagian
ini dilakukan dari sel-sel anak hasil meiosis I pada sel-sel anak hasil meiosis II. Fase-
fase pada meiosis II adalah sebagai berikut.
a. Profase II
Pada tahap profase II, terjadi hal-hal berikut.
1.) Kromosom saudara masih berlekatan pada sentromer.
2.) Sentrosom membentuk dua sentriol pada kutub-kutub yang berlawanan.
3.) Benang spindel mulai terbentuk.
4.) Nukleolus dan membran inti hilang.

Pembelahan Sel 9
b. Metafase II
Pada tahap ini, kromosom berjajar di bidang ekuatorial dalam satu baris.

c. Anafase II
Pada tahap anafase II, terjadi hal-hal berikut.
1.) Terjadi pemisahan sentromer sehingga kromosom saudara saling terpisah
menjadi kromosom individual.
2.) Setiap kromosom individual yang sudah terpisah akan ditarik ke arah kutub-
kutub yang berlawanan.

d. Telofase II
Pada tahap telofase II, terjadi hal-hal berikut.
1.) Kromosom telah berada di kutubnya masing-masing.
2.) Nukleolus dan membran inti terbentuk kembali.
3.) Terjadi sitokinesis sehingga terbentuk empat sel anak yang bersifat haploid.
Oleh karena sel anak hanya mengandung satu salinan DNA, maka dapat
dituliskan sebagai 1n, 1c. Artinya, susunan kromosom haploid dengan satu
salinan DNA atau 1 copy DNA.

Untuk lebih jelasnya, perhatikan tahap-tahap pembelahan meiosis berikut.

PROFASE Sel
IMdiploid (2n) ETAFASE I ANAFASE I
Sel diploid (2n)
Kromatid
Kromosom
Kromatid homolog
Sesaudara memisah
Pindah silang Bidang
Benang spindel
ekuatorial TELOFASE I
Terbentuk
TELOFASE II METAFASE II PROFASE II Terbentuk 2 anak sel
2 anak sel
haploid (n) (n)
haploid
Kromatid sesaudara memsiah Sel Sel
haploid
anak (n)
haploid (n)
Sel anak
Sel anak
haploid (n)haploid (n)
Fragmen membran
inti

Gambar 3. Tahap-tahap pembelahan meiosis

Pembelahan Sel 10
Pembelahan mitosis dan pembelahan meiosis memiliki beberapa perbedaan. Tabel
berikut ini menunjukkan beberapa perbedaan antara pembelahan mitosis dan
pembelahan meiosis.

No. Faktor Pembeda Pembelahan Mitosis Pembelahan Meiosis

1. Jumlah pembelahan Satu kali Dua kali

2. Jumlah sel anak yang 2 buah sel 4 buah sel


dihasilkan

3. Sifat sel anak Identik dengan sel Tidak identik dengan


induk sel induk

4. Jumlah kromosom sel Diploid (2n) Haploid (n)


anak

5. Tujuan pembelahan Memperbanyak jumlah Mengurangi jumlah


sel kromosom

6. Peranan bagi Menghasilkan sel Menghasilkan sel


organisme multiseluler somatik gamet

Contoh Soal 2

Peristiwa crossing over (pindah silang) antara kromosom dan pasangan yang homolog
terjadi pada fase ....

A. profase I
B. anafase II
C. metafase I
D. profase II
E. telofase I
Jawaban: A

Penjelasan:
Crossing over (pindah silang) terjadi karena lengan-lengan kromosom homolog yang
berada pada tahap tetrad saling bersilangan atau berlekatan pada beberapa tempat. Ini
terjadi pada profase I, yaitu pada subfase diploten.

Pembelahan Sel 11
E. Gametogenesis pada Manusia dan Hewan
Gametogenesis adalah proses pembentukan sel gamet atau sel kelamin yang
berlangsung di dalam organ reproduksi seksual. Gametogenesis dimulai dengan
pembelahan mitosis. Tujuan pembelahan mitosis ini adalah untuk memperbanyak
jumlah sel induk. Setelah pembelahan mitosis, masing-masing sel induk akan melakukan
pembelahan meiosis. Pada manusia dan hewan tingkat tinggi, ada dua macam
gametogenesis, yaitu spermatogenesis dan oogenesis.

1. Spermatogenesis
Spermatogenesis adalah proses pembentukan sel-sel spermatozoa atau sel gamet
jantan. Proses ini terjadi di dalam organ testis dan saluran epididimis. Tahapan-
tahapan dalam spermatogenesis adalah sebagai berikut.

a. Sel induk sperma atau spermatogonium memperbanyak diri melalui pembelahan


mitosis. Setiap sel spermatogonium bersifat diploid (2n) dengan susunan
kromosom 22 AA + XY.

b. Spermatogonium kemudian membesar. Setelah itu, kromosom homolog memben-


tuk sinapsis dan mengalami duplikasi sehingga terbentuk kromosom tetrad. Sel
ini disebut spermatosit primer atau spermatosit I yang bersifat diploid.

c. Spermatosit I mengalami pembelahan meiosis I membentuk dua sel anak yang


disebut spermatosit sekunder atau spermatosit II. Spermatosit II bersifat
haploid, tetapi kedua sel tersebut memiliki gonosom atau kromosom kelamin yang
berbeda. Satu sel spermatosit II mengandung gonosom X dan sel spermatosit II
lainnya mengandung gonosom Y. Susunan kromosom pada spermatosit II adalah
22 A + X atau 22 A + Y.

d. Kedua sel spermatosit II mengalami pembelahan meiosis II sehingga terbentuk


empat sel anak haploid yang disebut spermatid. Proses pembelahan
spermatogonium hingga membentuk spermatid berlangsung di dalam testis.

e. Spermatid selanjutnya mengalami deferensiasi menjadi sel-sel spermatozoa


yang haploid di dalam saluran epididimis. Dari seluruh sel spermatozoa yang
dihasilkan, 50% mengandung gonosom X dan 50% mengandung gonosom Y.
Oleh sebab itu, jika terjadi pembuahan atau fertilisasi, peluang mendapatkan
keturunan laki-laki dan perempuan masing-masing adalah 50%.

Dengan demikian, pada spermatogenesis, setiap spermatosit primer akan


menghasilkan empat buah sel spermatozoa yang fungsional. Untuk lebih jelasnya,
perhatikan gambar proses spermatogenesis berikut.

Pembelahan Sel 12
Gambar 4. Proses spermatogenesis

2. Oogenesis
Oogenesis adalah proses pembentukan sel ovum atau sel telur atau sel gamet
betina. Proses ini terjadi di dalam organ ovarium dan saluran telur (oviduk). Tahapan-
tahapan dalam oogenesis adalah sebagai berikut.

a. Sel induk ovum atau oogonium memperbanyak diri melalui pembelahan mitosis.
Setiap sel oogonium bersifat diploid (2n) dengan susunan kromosom 22 AA + XX.

b. Oogonium melalui pembelahan mitosis membentuk oosit primer atau oosit I


yang bersifat diploid. Oosit primer kemudian membesar. Setelah itu, kromosom
homolognya membentuk sinapsis dan mengalami duplikasi sehingga terbentuk
kromosom tetrad.

c. Oosit I mengalami pembelahan meiosis I membentuk dua sel anak yang berukuran
tidak sama besar. Sel yang berukuran besar disebut oosit sekunder atau oosit II.
Oosit II memiliki hampir seluruh sitoplasma dan kuning telur. Sementara sel yang
berukuran kecil disebut badan polar I atau badan kutub I. Badan polar I hanya
memiliki kuning telur saja. Oosit I dan badan polar I masing-masing memiliki
kromosom haploid dengan susunan 22 A + X.

d. Oosit II dan badan polar I selanjutnya akan menuju ke saluran telur. Jika terjadi
fertilisasi, oosit II dan badan polar I akan mengalami pembelahan meiosis II.
Oosit II akan membelah tidak sama besar. Sel yang besar menjadi ootid dan sel
yang kecil menjadi badan polar II. Badan polar I akan membelah menjadi dua sel
badan polar II. Ootid kemudian akan mengalami pematangan menjadi ovum yang
fungsional, sedangkan ketiga badan polar II akan mengalami degenerasi.

Pembelahan Sel 13
Dengan demikian, pada oogenesis, oosit primer akan menghasilkan satu buah ovum
yang fungsional. Untuk lebih jelasnya, perhatikan gambar proses oogenesis berikut.

O n

n n

n n n
Ovum n

Gambar 5. Proses oogenesis

Contoh Soal 3

Pada peristiwa spermatogenesis, setiap sel spermatogonium akan membentuk ....

A. 1 sperma fungsional dan 3 sperma degenerasi


B. 2 sperma fungsional dan 2 sperma degenerasi
C. 3 sperma fungsional
D. 4 sperma fungsional
E. 2 sperma fungsional
Jawaban: D

Penjelasan:
Sel spermatogonium akan tumbuh menjadi spermatosit primer. Spermatosit primer
selanjutnya akan mengalami pembelahan meiosis I membentuk dua sel spermatosit
sekunder. Setelah itu, melalui meiosis II, spermatosit sekunder akan membentuk empat
sel spermatid. Keempat sel spermatid ini akan mengalami pematangan menjadi sperma
yang fungsional.

Jadi, setiap sel spermatogonium akan membentuk empat sperma fungsional.

Pembelahan Sel 14
F. Mikrosporogenesis dan Mikrogametogenesis
1. Mikrosporogenesis
Mikrosporogenesis adalah proses pembentukan mikrospora atau serbuk sari
yang merupakan alat reproduksi generatif pada tumbuhan. Proses ini berlangsung
di dalam kepala sari (anther). Pada mikrosporogenesis, sel induk mikrospora atau
mikrosporosit yang diploid akan mengalami pembelahan meiosis I dan meiosis
II membentuk empat sel mikrospora yang haploid. Keempat sel mikrospora
tersebut mula-mula saling melekat membentuk kelompok tetrad. Setelah itu, akan
memisahkan diri jika sudah siap dikeluarkan dari kepala sari.

Gambar 6. Proses mikrosporogenesis

2. Mikrogametogenesis
Mikrogametogenesis merupakan proses pembentukan gamet jantan yang
ada di dalam serbuk sari. Gamet yang dimaksud adalah inti sel serbuk sari yang
nantinya akan membuahi ovum dan inti kandung lembaga sekunder pada bakal
biji. Mikrogametogenesis berlangsung di dalam serbuk sari. Setelah itu, dilanjutkan
di dalam buluh serbuk sari saat proses penyerbukan terjadi. Tahapan dalam
mikrogametogenesis adalah sebagai berikut.

a. Mula-mula, serbuk sari hanya memiliki satu inti yang terletak di bagian tepi sel.
Setelah itu, inti sel mengalami proses kariokinesis atau pembelahan inti menjadi
dua sel, yaitu inti generatif dan inti vegetatif. Inti generatif terletak di tepi sel,
sedangkan inti vegetatif lebih di tengah.

b. Inti generatif kemudian membelah menjadi dua, yaitu inti generatif 1 dan inti
generatif 2. Kedua inti ini disebut juga sel sperma.

c. Inti vegetatif berperan sebagai penunjuk jalan bagi kedua inti generatif untuk
masuk ke dalam kantong embrio. Inti generatif 1 akan membuahi ovum, sedangkan
inti generatif 2 akan membuahi inti kandung lembaga sekunder.

Pembelahan Sel 15
Inti vegetatif
Vakuola Inti generatif Inti vegetatif
vegetatif
Kariokinesis Kariokinesis
Inti generatif

Gambar 7. Proses Mikrogametogenesis

Contoh Soal 4

Mikrosporogenesis pada angiospermae (tumbuhan berbiji tertutup) akan menghasilkan


....

A. serbuk sari yang diploid


B. serbuk sari yang haploid
C. sel induk serbuk sari yang diploid
D. sel induk serbuk sari yang haploid
E. kepala sari (anther)
Jawaban: B

Penjelasan:
Mikrosporogenesis adalah proses pembentukan mikrospora atau serbuk sari yang
berlangsung di dalam kepala sari (anther). Pada mikrosporogenesis, sel induk mikrospora
yang diploid akan mengalami pembelahan meiosis I dan meiosis II membentuk empat
sel mikrospora (serbuk sari) yang haploid.

G. Megasporogenesis dan Megagametogenesis


1. Megasporogenesis
Megasporogenesis adalah proses pembentukan megaspora atau bakal biji yang
merupakan alat reproduksi generatif pada tumbuhan. Proses ini berlangsung di
dalam bakal buah (ovarium). Pada megasporogenesis, sel induk megaspora atau
megasporosit yang bersifat diploid akan mengalami pembelahan meiosis I dan
meiosis II membentuk empat sel megaspora yang haploid. Tiga dari empat sel
megaspora akan mati, sedangkan satu megaspora yang tersisa akan berkembang
sempurna. Sel ini memiliki satu inti yang nantinya akan mengalami kariokinesis
(pembelahan inti) di dalam tahap megagametogenesis.

Pembelahan Sel 16
Megasporosit

Gambar 8. Proses megasporogenesis

2. Megagametogenesis
Megagametogenesis merupakan proses pembentukan gamet betina yang ada
di dalam bakal biji. Pada proses ini, inti megaspora akan mengalami pembelahan
mitosis tiga kali berturut-turut tanpa diselingi dengan pembelahan sel. Pembelahan
inti ini disebut juga kariokinesis. Tahapan dalam megagametogenesis adalah sebagai
berikut.

a. Inti megaspora mengalami kariokinesis I menjadi 2 inti.

b. Kedua inti mengalami kariokinesis II menjadi 4 inti.

c. Keempat inti mengalami kariokinesis III menjadi 8 inti.

d. Inti yang berjumlah 8 akan mengalami perpindahan tempat atau migrasi menuju
ke tiga tempat sebagai berikut.
1.) Tiga inti menuju bagian atas (wilayah kalaza) dari bakal biji dan akan menjadi
inti antipoda yang haploid.
2.) Dua inti menuju bagian tengah dari bakal biji dan akan melebur membentuk
inti kandung lembaga sekunder yang diploid.
3.) Tiga inti lainnya akan menuju ke bawah (wilayah mikropil) dari bakal biji. Dari
3 inti ini, 2 inti akan menjadi inti sinergid dan 1 inti akan berkembang menjadi
ovum. Sinergid dan ovum bersifat haploid.

Pembelahan Sel 17
e. Pada pembuahan ganda, ovum akan dibuahi oleh inti generatif 1 membentuk
zigot. Sementara itu, inti kandung lembaga sekunder akan dibuahi oleh inti
generatif 2 membentuk endosperma. Endosperma adalah cadangan makanan
pada biji.

Ke

Ovum
Sinergid

Gambar 9. Proses Megagametogenesis

Contoh Soal 5

Megasporogenesis adalah ....

A. proses pembentukan megaspora (bakal biji) melalui pembelahan meiosis di dalam


bakal buah
B. proses pembentukan megaspora (bakal biji) melalui pembelahan mitosis di dalam
bakal buah
C. proses pembentukan ovum di dalam bakal biji melalui pembelahan meiosis
D. proses pembentukan inti kandung lembaga sekunder di dalam bakal biji melalui
pembelahan meiosis
E. proses pembentukan sinergid di dalam bakal biji melalui pembelahan meiosis
Jawaban: A

Penjelasan:
Megasporogenesis adalah proses pembentukan megaspora (bakal biji) melalui
pembelahan meiosis di dalam bakal buah. Pada proses ini, sel induk megaspora
(megasporosit) akan mengalami pembelahan meiosis I dan meiosis II membentuk
empat sel megaspora. Tiga sel akan mengalami degenerasi, sedangkan satu sel akan
mengalami proses megagametogenesis pada inti selnya.

Pembelahan Sel 18
Kurikulum 2013 Revisi

Kelas XII
B I O LO G I
Pewarisan Sifat

Tujuan Pembelajaran

Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut.


1. Memahami Hukum Mendel I dan Hukum Mendel II.
2. Memahami istilah-istilah dalam persilangan.
3. Dapat menentukan persilangan pada makhluk hidup.
4. Dapat menghitung jumlah gamet yang dihasilkan oleh suatu individu.
5. Dapat menentukan jumlah kemungkinan genotipe dan fenotipe pada suatu
individu.

A. Pendahuluan
Pada semua organisme termasuk manusia, ada hubungan yang erat antara anak
(keturunan) dan induknya. Hubungan ini tampak dalam sifat-sifat yang diturunkan dari
induk (orang tua) ke anak-anaknya. Penurunan atau pewarisan sifat terjadi melalui
proses fertilisasi antara gamet jantan dan gamet betina. Masing-masing gamet yang
membawa sifat kedua induk akan disatukan dalam zigot. Oleh karena itu, sifat kedua
induk akan menurun kepada anaknya. Penurunan sifat induk kepada anaknya melalui
gen disebut hereditas. Mekanisme hereditas ini mengikuti aturan-aturan tertentu yang
disebut pola-pola hereditas.

Tokoh penting yang berpengaruh terhadap perkembangan pewarisan sifat adalah


Gregor Johann Mendel. Berdasarkan teori-teori yang dikemukakannya, Mendel kemudian
dikenal sebagai “Bapak Genetika”. Menurut Mendel, suatu sifat dapat muncul pada satu
generasi, namun dapat menghilang pada generasi berikutnya. Mendel meyakini ada
faktor pembawa sifat yang dapat diturunkan dari induk kepada keturunannya. Faktor
ini kemudian dikenal dengan nama gen. Setelah melalui beberapa percobaan, Mendel
akhirnya menetapkan dua hukum tentang pewarisan sifat, yaitu Hukum Mendel I dan
Hukum Mendel II.

Sebelum maupun sesudah terbitnya buku Mendel, ada beberapa teori lain tentang
pewarisan sifat sebagai berikut.

1. Teori darah
Teori ini menyatakan pewarisan sifat dari induk kepada keturunannya terjadi melalui
darah. Akan tetapi, teori ini dapat dipatahkan setelah ditemukannya transfusi darah.
Hal ini terjadi karena darah yang diterima oleh pasien tidak mengubah sifat pasien
menjadi seperti sifat pendonornya.

2. Teori preformasi
Teori ini menyatakan pewarisan sifat terjadi melalui sel gamet yang di dalamnya
terdapat makhluk hidup kecil sebagai calon individu baru.

3. Teori epigenesis
Teori ini menyatakan pewarisan sifat terjadi melalui sel telur yang telah dibuahi oleh
sel sperma. Sel telur ini selanjutnya akan mengalami pertumbuhan secara bertahap
menjadi individu baru.

4. Teori pangenesis
Teori ini menyatakan setelah ovum dibuahi oleh sel sperma, di dalam ovum tersebut
terdapat tunas-tunas yang tumbuh menjadi makhluk hidup baru. Melalui makhluk
hidup baru inilah pewarisan sifat dapat terjadi.

5. Teori Heckel
Teori ini menyatakan pewarisan sifat adalah tanggung jawab dari substansi inti sel
sperma/spermatozoid.

B. Hukum Mendel I
Hukum Mendel I disebut juga hukum segregasi (pemisahan). Prinsip dari hukum
segregasi adalah gen-gen yang mengendalikan suatu sifat atau ciri tertentu akan
memisah saat terjadi pembentukan gamet. Hukum Mendel I dapat dibuktikan pada
persilangan monohibrid, yaitu persilangan dengan satu sifat beda. Contohnya, pada
persilangan kacang ercis berbunga ungu dengan kacang ercis berbunga putih.

Mendel memilih tanaman kacang ercis sebagai objek penelitiannya karena alasan
berikut.

Pewarisan Sifat 2
1. Kacang ercis memiliki banyak varietas dengan pasangan yang kontras, misalnya:
a. warna bunga: ungu atau putih;
b. bentuk biji: bulat atau keriput;
c. ukuran batang: panjang atau pendek;
d. warna biji: kuning atau hijau;
e. posisi bunga: aksial atau terminal; dan
f. warna polong: hijau atau kuning.

2. Dapat melakukan penyerbukan sendiri (autogami).

3. Mudah dilakukan penyerbukan silang.

4. Menghasilkan banyak keturunan.

5. Cepat menghasilkan biji.

Untuk memudahkan mengingat alasan Mendel memilih kacang ercis sebagai objek
penelitiannya, kamu dapat menggunakan SUPER "Solusi Quipper" berikut.

SUPER "Solusi Quipper"

Mendel memilih Ercis karena BaVer minum susu Bubuk Sendirian di Silang
Monas, kemudian Turun hujan Biji.

Banyak varietas, penyerbukan sendiri, mudah disilangkan, banyak menghasilkan


keturunan, dan cepat menghasilkan biji)

Dalam eksperimennya, Mendel menyilangkan kacang ercis berbunga ungu dengan


kacang ercis berbunga putih. Hasil keturunan I seluruhnya berbunga ungu. Jika bunga
ungu keturunan I (F1) disilangkan dengan sesamanya, akan dihasilkan keturunan II (F2)
yang terdiri atas bunga ungu 75% dan bunga putih 25%.

C. Hukum Mendel II
Hukum Mendel II disebut juga hukum pengelompokan secara bebas. Prinsip hukum
pengelompokan secara bebas adalah apabila ada dua pasang alel dalam suatu
persilangan, ciri atau sifat yang diberikan oleh alel akan membentuk pengelompokan
secara bebas terhadap sesamanya. Hukum Mendel II dapat dibuktikan pada persilangan
dihibrid, yaitu persilangan dengan dua sifat beda. Contohnya, pada persilangan kacang
ercis biji bulat warna ungu dengan kacang ercis biji keriput warna putih.

Pewarisan Sifat 3
Dalam eksperimennya, Mendel menyilangkan tanaman kacang ercis biji bulat warna
kuning dengan kacang ercis biji keriput warna hijau. Ternyata, seluruh keturunan I
berbiji bulat warna kuning. Jika keturunan I (F1) disilangkan dengan sesamanya, akan
dihasilkan keturunan II (F2) dengan fenotipe bulat kuning, bulat hijau, keriput kuning,
dan keriput hijau dengan perbandingan 9 : 3 : 3 : 1.

D. Istilah-Istilah dalam Persilangan


Untuk mempelajari pola-pola hereditas, terdapat beberapa istilah yang harus diketahui
terlebih dahulu, yaitu sebagai berikut.

1. Parental (P)
Parental merupakan induk jantan dan induk betina yang disilangkan. Induk pada
persilangan pertama disebut P1, sedangkan induk pada persilangan kedua disebut
P2 dan seterusnya. P2 merupakan persilangan antarketurunan yang dihasilkan.

2. Gamet (G)
Gamet adalah sel kelamin jantan dan sel kelamin betina yang berperan pada
persilangan.

3. Filial (F)
Filial merupakan hasil persilangan atau keturunan atau anak. Keturunan pertama
disebut F1, keturunan kedua disebut F2, dan seterusnya.

4. Gen
Gen merupakan faktor pembawa sifat. Gen dapat dibedakan menjadi tiga macam,
yaitu gen dominan penuh, gen dominan tidak penuh (intermediet), dan gen resesif.
Gen dominan penuh adalah gen yang kuat, sedangkan gen resesif adalah gen yang
lemah. Gen dominan penuh ditulis dengan huruf besar, sedangkan gen resesif
ditulis dengan huruf kecil. Sifat dari gen dominan penuh akan menutup sifat dari
gen resesif jika keduanya bersama-sama. Contohnya, pada gen M yang menentukan
warna bunga merah dan gen m yang menentukan warna bunga putih. Jika keduanya
bersama-sama, Mm akan berwarna merah, bukan putih.

Untuk gen dominan tidak penuh (intermediet), jika dalam keadaan homozigot
(pasangan gen dan alelnya identik), sifat yang muncul adalah sifat gen itu sendiri.
Akan tetapi, jika dalam keadaan heterozigot (pasangan gen dan alelnya tidak identik),
sifat yang muncul adalah sifat antara gen dominan dan resesif. Contohnya, pada
gen H yang menentukan warna bulu hitam dan gen h yang menentukan warna bulu
putih. Jika keduanya bersama-sama, Hh akan berwarna abu-abu.

Pewarisan Sifat 4
5. Alel
Alel merupakan pasangan gen yang terdapat pada kromosom homolog dari kedua
induknya. Alel menunjukkan sifat alternatif sesamanya, seperti sifat halus dengan
kasar, tinggi dengan pendek, bulat dengan lonjong, dan sebagainya. Pasangan gen
sealel dituliskan dengan huruf sejenis, tetapi dapat berupa huruf besar atau huruf
kecil. Contoh adalah AA, Aa, aa, BB, Bb, dan seterusnya.

6. Genotipe
Genotipe adalah sifat tidak tampak yang ditentukan oleh gen dalam suatu individu.
Genotipe merupakan faktor pembawa sifat dari kedua induknya. Ada tiga macam
genotipe sebagai berikut.
a. Genotipe homozigot dominan, misalnya BB.
b. Genotipe heterozigot, misalnya Bb.
c. Genotipe homozigot resesif, misalnya bb.

7. Fenotipe
Fenotipe merupakan sifat organisme yang muncul atau dapat diamati. Contohnya,
warna bunga, bentuk biji, bentuk daun, warna bulu, dan sebagainya. Penampakan
sifat pada fenotipe dapat dipengaruhi oleh faktor gen dan faktor lingkungan.

8. Karakter
Karakter merupakan istilah yang digunakan oleh para ahli genetika untuk menjelaskan
sifat yang dapat diturunkan. Misalnya, warna bunga, bentuk biji, atau bentuk daun.

Contoh Soal 1

Berdasarkan Hukum Mendel II, genotipe PpQQRr tidak akan membentuk gamet ....

A. pqR
B. PQR
C. PQr
D. pQR
E. pQr
Jawaban: A

Penjelasan:
Menurut Hukum Mendel II, setiap pasangan alel mula-mula akan memisah dari
pasangannya. Setelah itu, setiap alel yang sudah berpisah akan mengelompok dengan

Pewarisan Sifat 5
alel-alel yang lain. Pada soal tersebut, pengelompokan secara bebas pada genotipe
PpQQRr akan membentuk gamet PQR, PQr, pQR, dan pQr. Genotipe QQ hanya memiliki
gen Q saja, sehingga tidak mungkin membentuk gamet yang mengandung gen q.

Contoh Soal 2

Keadaan genetik dari suatu individu atau populasi dan merupakan faktor pembawa sifat
dari kedua induknya disebut ....

A. genotipe
B. fenotipe
C. alel
D. gamet
E. filial

Jawaban: A

Penjelasan:
Genotipe adalah keadaan genetik dari suatu individu atau populasi dan termasuk faktor
pembawa sifat dari kedua induknya. Genotipe merupakan faktor yang tidak dapat dilihat
dan dilambangkan dengan huruf-huruf tertentu.

E. Persilangan Monohibrid
Persilangan monohibrid adalah persilangan dengan satu sifat beda yang merupakan
satu pasangan alel. Berikut ini adalah contoh persilangan monohibrid dominansi penuh.

Tanaman tomat buah bulat disilangkan dengan tanaman tomat buah lonjong.
Sifat bulat ditentukan oleh gen B dan bersifat dominan terhadap sifat lonjong yang
ditentukan oleh gen b. Keturunan I seluruhnya berbuah bulat. Jika tanaman hasil
keturunan I disilangkan dengan sesamanya, pada keturunan II akan diperoleh
tanaman tomat buah bulat sebanyak 75% dan tanaman tomat buah lonjong
sebanyak 25%.

Pewarisan Sifat 6
Diagram untuk persilangan monohibrid tersebut adalah sebagai berikut.

P1 : BB × bb
Buah bulat Buah lonjong
G1 : B b
F1 : Bb
100% buah bulat
P2 : Bb × Bb
Buah bulat Buah bulat
G2 : B, b B, b
F2 :
B b

BB Bb
B
Buah bulat Buah bulat

Bb bb
b
Buah bulat Buah lonjong

Perbandingan genotipe F2 = BB : Bb : bb = 1 : 2 : 1
Perbandingan fenotipe F2 = buah bulat : buah lonjong = 75% : 25% = 3 : 1

Untuk lebih jelasnya, peristiwa persilangan monohibrid tersebut dapat dijelaskan


sebagai berikut.

1. Tanaman buah bulat bersifat dominan. Tanaman buah bulat betina pada induk
pertama (P1) memiliki genotipe homozigot BB. Dengan demikian, pada saat
pembentukan gamet, terjadi pemisahan pasangan alel BB dan terbentuklah satu
macam gen B.

2. Tanaman buah lonjong bersifat resesif. Tanaman buah lonjong jantan pada induk
pertama (P1) memiliki genotipe homozigot bb. Dengan demikian, saat pembentukan
gamet, terjadi pemisahan pasangan alel bb dan terbentuklah satu macam gen b.

3. Terjadi fertilisasi antara gamet betina B dan gamet jantan b sehingga dihasilkan
keturunan pertama (F1) yang seluruhnya atau 100% bergenotipe Bb dan berfenotipe
buah bulat.

4. F1 kemudian disilangkan dengan sesama F1 sebagai parental kedua (P2). Saat


pembentukan gamet, setiap pasangan alel Bb berpisah. Dengan demikian, terbentuk
dua macam gamet jantan (B dan b) dan dua macam gamet betina (B dan b).

Pewarisan Sifat 7
5. Jika keempat gamet tersebut mengalami fertilisasi, akan terjadi pertemuan silang
antara keempat gamet sehingga terbentuk keturunan F2 yang bergenotip BB, Bb, dan
bb. Genotipe BB dan Bb berfenotipe buah bulat, sedangkan genotipe bb berfenotipe
buah lonjong.

6. Perbandingan genotipe pada F2 adalah BB : Bb : bb = 1 : 2 : 1. Sementara perbandingan


fenotipenya adalah buah bulat : buah lonjong = 3 : 1.

Contoh Soal 3

Tanaman kacang ercis berbunga ungu disilangkan dengan tanaman kacang ercis
berbunga putih. Sifat ungu dominan terhadap sifat putih. Ternyata, seluruh keturunan
F1 berbunga ungu. Jika F1 disilangkan dengan sesamanya dan diperoleh 100 tanaman,
jumlah tanaman yang berbunga ungu homozigot adalah … tanaman.

A. 25
B. 20
C. 10
D. 30
E. 50
Jawaban: A

Penjelasan:
Persilangan pada soal merupakan persilangan monohibrid. Diagram untuk persilangan
monohibrid tersebut adalah sebagai berikut.
P1 : UU × uu
Ungu Putih
G1 : U u
F1 : Uu
100% bunga ungu
P2 : Uu × Uu
Ungu Ungu
G2 : U U
u u
F2 : UU = bunga ungu = 25%
Uu = bunga ungu = 50%
uu = bunga putih = 25%
Dengan demikian, diperoleh:
Keturunan homozigot UU = 25% × 100 = 25 tanaman.

Jadi, jumlah tanaman yang berbunga ungu homozigot adalah 25 tanaman.

Pewarisan Sifat 8
Contoh Soal 4

Kucing berbulu hitam disilangkan dengan kucing berbulu putih. Ternyata, seluruh F1
berbulu hitam. Jika F1 disilangkan dengan sesamanya, perbandingan genotipe pada F2-
nya adalah ....

A. HH : Hh : hh = 1 : 2 : 1
B. HH : Hh : hh = 1 : 1 : 2
C. HH : Hh : hh = 2 : 1 : 1
D. HH : Hh = 2 : 1
E. Hh : hh = 1 : 1
Jawaban: A

Penjelasan:
Persilangan pada soal merupakan persilangan monohibrid. Diagram untuk persilangan
monohibrid tersebut adalah sebagai berikut.
P1 : HH × hh
Hitam Putih
G1 : H h
F1 : Hh
Hitam
P2 : Hh × Hh
Hitam Hitam
G2 : H H
h h
F2 : HH = bulu hitam = 25%
Hh = bulu hitam = 50%
hh = bulu putih = 25%
Dengan demikian, diperoleh:
Perbandingan genotipe pada F2 = HH : Hh : hh = 1 : 2 : 1.

Jadi, perbandingan genotipe pada F2-nya adalah HH : Hh : hh = 1 : 2 : 1.

F. Persilangan Dihibrid
Persilangan dihibrid adalah persilangan dengan dua sifat beda yang merupakan dua
pasangan alel. Berikut ini adalah contoh persilangan dihibrid dominansi penuh.

Pewarisan Sifat 9
Tanaman tomat buah bulat batang tinggi disilangkan dengan tanaman tomat
buah lonjong batang pendek. Sifat bulat ditentukan oleh gen B dan bersifat
dominan terhadap sifat lonjong yang ditentukan oleh gen b. Sementara itu,
sifat tinggi ditentukan oleh gen T dan bersifat dominan terhadap sifat pendek
yang ditentukan oleh gen t. Keturunan I seluruhnya berbuah bulat batang tinggi.
Jika tanaman hasil keturunan I disilangkan dengan sesamanya, pada keturunan
F2 akan diperoleh tanaman tomat dengan fenotipe bulat tinggi, bulat pendek,
lonjong tinggi, dan lonjong pendek dengan perbandingan 9 : 3 : 3 : 1.

Diagram untuk persilangan dihibrid tersebut adalah sebagai berikut.

P1 : BBTT × bbtt
Buah bulat batang tinggi Buah lonjong batang pendek
G1 : BT bt

F1 : BbTt
100% Buah bulat batang tinggi
P2 : BbTt × BbTt
Buah bulat batang tinggi Buah bulat batang tinggi
G2 : BT, Bt, bT, bt BT, Bt, bT, bt
F2 :

BT Bt bT bt

BBTT BBTt BbTT BbTt


BT
Bulat tinggi Bulat tinggi Bulat tinggi Bulat tinggi

BBTt BBtt BbTt Bbtt


Bt
Bulat tinggi Bulat pendek Bulat tinggi Bulat pendek

BbTT BbTt bbTT bbTt


bT
Bulat tinggi Bulat tinggi lonjong tinggi lonjong tinggi

BbTt Bbtt bbTt bbtt


bt
Bulat tinggi Bulat pendek lonjong tinggi lonjong pendek

Perbandingan genotipe F2 = BBTT : BBTt : BBtt : BbTT : BbTt : Bbtt : bbTT : bbTt : bbtt
1 : 2 : 1 : 2 : 4 : 2 : 1 : 2 : 1
Perbandingan fenotipe F2 = bulat tinggi : bulat pendek : lonjong tinggi : lonjong pendek
9 : 3 : 3 : 1

Pewarisan Sifat 10
Untuk lebih jelasnya, peristiwa persilangan dihibrid tersebut dapat dijelaskan sebagai
berikut.

1. Tanaman tomat buah bulat batang tinggi bersifat dominan. Tanaman tomat buah
bulat batang tinggi betina pada induk pertama (P1) memiliki genotipe homozigot
BBTT. Terjadi pemisahan alel secara bebas sehingga BB berpisah menjadi B dan B,
sedangkan TT berpisah menjadi T dan T. Saat pembentukan gamet betina, terjadi
penggabungan alel secara bebas sehingga terbentuk gamet BT.

2. Tanaman tomat buah lonjong batang pendek bersifat resesif. Tanaman tomat buah
lonjong batang pendek jantan pertama (P1) memiliki genotipe bbtt. Terjadi pemisahan
alel secara bebas, yaitu bb berpisah menjadi b dan b, sedangkan tt berpisah menjadi
t dan t. Saat pembentukan gamet, terjadi penggabungan alel secara bebas sehingga
terbentuk gamet bt.

3. Terjadi fertilisasi antara gamet betina BT dan gamet jantan bt sehingga dihasilkan
keturunan pertama (F1) yang seluruhnya atau 100% bergenotipe BbTt dan berfenotipe
buah bulat batang tinggi.

4. F1 kemudian disilangkan dengan sesama F1 sebagai parental kedua (P2). Saat


pembentukan gamet, setiap pasangan alel memisah dan bergabung secara bebas
dengan alel bukan pasangannya. Dengan demikian, akan terbentuk empat macam
gamet jantan (BT, Bt, bT, dan bt) dan empat macam gamet betina (BT, Bt, bT, dan bt).

5. Jika keempat pasang gamet tersebut mengalami fertilisasi, akan terjadi pertemuan
silang antara mereka sehingga terbentuk keturunan F2 dengan 9 macam genotipe
dan 4 macam fenotipe.

6. Perbandingan genotipe pada F2 adalah BBTT : BBTt : BBtt : BbTT : BbTt : Bbtt : bbTT :
bbTt : bbtt = 1 : 2 : 1 : 2 : 4 : 2 : 1 : 2 : 1. Sementara perbandingan fenotipenya adalah
bulat tinggi : bulat pendek : lonjong tinggi : lonjong pendek = 9 : 3 : 3 : 1.

Contoh Soal 5

Kelinci hitam ekor panjang disilangkan dengan kelinci putih ekor panjang. Jika diperoleh
keturunan dengan perbandingan hitam ekor panjang : putih ekor panjang : hitam ekor
pendek : putih ekor pendek = 3 : 3 : 1 : 1, genotipe kedua induknya adalah ....

A. HhPp >< hhPp


B. HHpp >< hhpp
C. HHpp >< hhPp
D. Hhpp >< hhPp
E. HHPP >< HhPp
Jawaban: A

Pewarisan Sifat 11
Penjelasan:
Berdasarkan informasi pada soal, dapat diketahui beberapa hal berikut.

Jumlah angka perbandingannya adalah 3 + 3 + 1 + 1 = 8. Ini berarti, persilangan


yang terjadi adalah antara dua individu yang heterozigotik, dengan salah satunya
heterozigotik untuk dua sifat dan satunya lagi heterozigotik untuk satu sifat.

Kelinci hitam ekor panjang dapat bersifat heterozigotik untuk dua sifat karena hitam
dan panjang bersifat dominan.

Kelinci putih ekor panjang bersifat heterozigotik untuk satu sifat saja, yaitu ekor
panjang. Hal ini karena panjang bersifat dominan, sedangkan putih bersifat resesif.

Dengan demikian, kelinci hitam ekor panjang bergenotipe HhPp dan menghasilkan
empat macam gamet. Sementara itu, kelinci putih ekor panjang bergenotipe hhPp dan
menghasilkan 2 macam gamet. Persilangan yang terjadi adalah sebagai berikut.
P : HhPp × hhPp
Hitam panjang Putih panjang
G :
HP hP

Hp hp
hP
hp
F :

HP Hp hP hp

HhPP HhPp hhPP hhPp


hP
Hitam panjang Hitam panjang putih panjang putih panjang

HhPp Hhpp hhPp hhpp


hp
Hitam panjang Hitam pendek Putih panjang Putih pendek

Perbandingan fenotipe yang diperoleh adalah sebagai berikut.


Hitam panjang : putih panjang : hitam pendek : putih pendek = 3 : 3 : 1 : 1.

Jadi, genotipe kedua induknya adalah HhPp >< hhPp.

Contoh Soal 6

Pada marmot, warna bulu hitam dominan terhadap warna bulu albino dan bulu kasar
dominan terhadap bulu halus. Marmot bulu hitam kasar disilangkan dengan marmot
bulu albino halus menghasilkan keturunan F1 yang semuanya berbulu hitam kasar. Jika
marmot keturunan F1 disilangkan dengan marmot yang albino halus, kemungkinan
diperoleh keturunan berbulu kasar sebanyak ....

Pewarisan Sifat 12
A. 6,25%
B. 12,5%
C. 25%
D. 50%
E. 75%
Jawaban: D

Penjelasan:
Persilangan pada soal merupakan persilangan dihibrid. Diagram untuk persilangan
dihibrid tersebut adalah sebagai berikut.
P1 : HHKK × hhkk
Hitam kasar Albino halus
G1 : HK hk
F1 : HhKk
Hitam kasar
P2 : HhKk × hhkk
Hitam kasar Albino halus
G2 : HK hk
Hk
hK
hk
F2 :

HK Hk hK hk

HhKk Hhkk hhKk hhkk


hk
Hitam kasar Hitam halus Albino kasar Albino halus

Pada F2, diperoleh keturunan sebagai berikut.


HhKk → hitam kasar = 1
Hhkk → hitam halus = 1
hhKk → albino kasar = 1
hhkk → albino halus = 1

Dari hasil tersebut, diketahui yang berbulu kasar ada dua, yaitu hitam kasar dan albino
2
kasar. Dengan demikian, jumlah keturunan yang berbulu kasar adalah × 100% = 50%.
4

Jadi, jika marmot keturunan F1 disilangkan dengan marmot yang albino halus,
kemungkinan diperoleh keturunan berbulu kasar sebanyak 50%.

Pewarisan Sifat 13
SUPER "Solusi Quipper"

Hasil persilangan antara keturunan F1 dan induk resesif selalu memiliki


perbandingan fenotipe yang setara antarketurunan yang dihasilkan.

Contoh:
Aa × aa → Aa : aa = 1 : 1
AaBb × aabb → AaBb : Aabb : aaBb : aabb = 1 : 1 : 1 : 1
AaBbCc × aabbcc
→ AaBbCc : AaBbcc : AabbCc : Aabbcc : aaBbCc : aaBbcc : aabbCc : aabbcc
1 : 1 : 1 : 1 : 1 : 1 : 1 : 1

Banyaknya angka 1 yang harus dituliskan dalam perbandingan dapat langsung


ditentukan dengan melihat genotipe F1-nya.
• Jika monohibrid, berarti jumlah angka 1 = 21 = 2.
• Jika dihibrid, berarti jumlah angka 1 = 22 = 4.
• Jika trihibrid, berarti jumlah angka 1 = 23 = 8 dan seterusnya.

Dengan cara ini, kamu tidak perlu menyilangkan terlebih dulu.

G. Persilangan Testcross, Backcross, dan Resiprok


1. Persilangan Testcross
Persilangan testcross atau uji silang adalah persilangan antara individu yang
belum diketahui genotipenya (apakah homozigot atau heterozigot) dan induk yang
bergenotipe resesif. Adapun tujuan dari testcross adalah untuk menguji apakah suatu
individu yang berfenotipe dominan memiliki genotipe homozigot atau heterozigot.

Jika keturunan hasil testcross tidak memisah atau berfenotipe seragam, individu
yang diuji memiliki genotipe homozigot atau bergalur murni. Akan tetapi, jika
keturunannya memisah 1 : 1 atau memiliki lebih dari satu fenotipe, individu yang
diuji bersifat heterozigot. Selain itu, testcross juga bertujuan untuk mengetahui jenis
gamet yang dihasilkan oleh individu yang genotipenya belum diketahui. Untuk lebih
jelasnya, perhatikan contoh persilangan testcross berikut.

Bunga mawar merah disilangkan dengan bunga warna putih. Warna merah
ditentukan oleh gen M dan bersifat dominan terhadap warna putih yang
ditentukan oleh gen m. Ada dua kemungkinan genotipe untuk warna merah,
yaitu MM atau Mm.

Pewarisan Sifat 14
Kemungkinan 1: Jika genotipe bunga merah adalah homozigot (MM)
P1 : MM × mm
Merah Putih
G1 : M m
F1 : Mm
Merah
Oleh karena seluruh keturunannya berwarna merah, maka bunga tersebut memiliki
genotipe homozigot atau termasuk suatu galur murni.

Kemungkinan 2: Jika genotipe bunga merah adalah heterozigot (Mm).


P1 : Mm × mm
Merah Putih
G1 : M, m m
F1 :
m

Mm
M
merah

mm
m
putih

Perbandingan genotipe pada F1 = Mm : mm = 1 : 1


Perbandingan fenotipe pada F1 = merah : putih = 1 : 1

Oleh karena pada keturunannya terbentuk dua macam fenotipe, yaitu merah dan
putih, maka bunga tersebut memiliki genotipe heterozigot.

Dari contoh tersebut, dapat disimpulkan bahwa pada persilangan testcross, jika
keturunannya berfenotipe seragam, individu yang diuji memiliki genotipe homozigot
atau bergalur murni. Akan tetapi, jika keturunannya memiliki lebih dari satu fenotipe,
individu yang diuji bersifat heterozigot.

2. Persilangan Backcross
Persilangan backcross atau silang balik adalah persilangan antara suatu individu dan
salah satu induknya. Tujuan dari persilangan backcross adalah untuk mendapatkan
kembali sifat-sifat galur murni, baik yang bergenotipe homozigot dominan maupun
bergenotipe homozigot resesif. Backcross akan menghasilkan progeni, yaitu
keturunan yang berasal dari sumber yang sama. Untuk lebih jelasnya, perhatikan
contoh persilangan backcross berikut ini.

Pewarisan Sifat 15
Tanaman padi berbiji pulen disilangkan dengan tanaman padi berbiji tidak
pulen. Sifat pulen ditentukan oleh gen P dan bersifat dominan terhadap sifat
tidak pulen yang ditentukan oleh gen p. Terhadap F1 dilakukan backcross.
Ada dua macam induk yang dapat digunakan, yaitu induk dominan dan induk
resesif.

Kemungkinan 1: Jika disilangkan dengan induk dominan


P1 : PP × pp
Biji pulen Biji tidak pulen
G1 : P p
F1 : Pp
Biji pulen
Backcross : PP × Pp
(P1) (F1)
Progeni : PP Pp
Perbandingan genotipe = PP : Pp = 1 : 1
Perbandingan fenotipe = seluruh keturunan berfenotipe biji pulen meskipun
genotipenya berbeda.

Kemungkinan 2: Jika disilangkan dengan induk resesif


P1 : PP × pp
Biji pulen Biji tidak pulen
G1 : P p
F1 : Pp
Biji pulen
Backcross : Pp × pp
(F1) (P1)
Progeni : Pp pp
Perbandingan genotipe = Pp : pp = 1 : 1
Perbandingan fenotipe = biji pulen : biji tidak pulen = 1 : 1

Dari contoh tersebut, dapat disimpulkan bahwa pada backcross, jika F1 disilangkan
dengan induk yang dominan, akan dihasilkan genotipe dengan perbandingan 1 : 1
dan fenotipenya 100% seragam. Akan tetapi, jika F1 disilangkan dengan induk yang
resesif, perbandingan genotipe dan fenotipenya akan sama, yaitu 1 : 1.

Pewarisan Sifat 16
3. Persilangan Resiprok
Persilangan resiprok atau persilangan ulang adalah persilangan dengan menukarkan
jenis kelamin. Perbandingan fenotipe dan genotipe hasil persilangan ini tidak akan
berubah selama gen-gen yang disilangkan tidak terpaut pada kromosom kelamin.
Akan tetapi, jika gen tersebut terpaut pada kromosom kelamin, perbandingan
keturunannya akan berubah. Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh persilangan
resiprok berikut ini.

Kacang ercis bunga ungu disilangkan dengan kacang ercis bunga putih. Sifat
ungu ditentukan oleh gen U dan bersifat dominan terhadap sifat putih yang
ditentukan oleh gen u. Terhadap parental pertama (P1) dilakukan persilangan
resiprok.

Persilangan 1: Kacang ercis ungu jantan dengan kacang ercis putih betina
P1 : UU × uu

Bunga ungu Bunga putih
G1
:
U u
F1 : Uu
100% berbunga ungu
P2
:
Uu × Uu
Bunga ungu Bunga ungu
F2 :
U u

UU Uu
U
Bunga ungu Bunga ungu

Uu uu
u
Bunga ungu Bunga putih

Perbandingan genotipe F2 = UU : Uu : uu = 1 : 2 : 1
Perbandingan fenotipe F2 = bunga ungu : bunga putih = 3 : 1

Pewarisan Sifat 17
Persilangan 2: Kacang ercis ungu betina dengan kacang ercis putih jantan

P1 : UU × uu

Bunga ungu Bunga putih
G1
:
U u
F1 : Uu
100% berbunga ungu
P2
:
Uu × Uu
Bunga ungu Bunga ungu
F2 :
U u

UU Uu
U
Bunga ungu Bunga ungu

Uu uu
u
Bunga ungu Bunga putih

Dari contoh tersebut, dapat disimpulkan bahwa pada persilangan resiprok, tidak
terjadi perubahan perbandingan genotipe maupun fenotipe pada keturunannya.

H. Menghitung Jumlah Macam Gamet, Genotipe, dan Fenotipe


1. Menghitung Jumlah Macam Gamet
Jumlah macam gamet yang dihasilkan oleh suatu individu dapat dihitung dengan
menggunakan rumus 2n, n adalah banyaknya sifat beda atau banyaknya pasangan
alel heterozigot yang bebas memisah.

Contoh:
Jika ada individu bergenotipe AaBBcc, hitunglah pasangan alel yang heterozigot saja.

Jawab:
Pada soal, pasangan alel yang heterozigot hanya satu, yaitu Aa. Dengan demikian,
jumlah macam gamet yang dihasilkan = 21 = 2. Macam gamet yang dihasilkan tersebut
adalah ABc dan aBc.

2. Menentukan Jumlah Kemungkinan Genotipe dan Fenotipe pada F2


Berdasarkan Jumlah Sifat Bedanya
Jumlah kemungkinan genotipe dan fenotipe pada F2 berdasarkan jumlah sifat
bedanya (monohibrid, dihibrid, trihibrid, dan seterusnya) dapat dilihat pada tabel
berikut ini.

Pewarisan Sifat 18
Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah
Jumlah Sifat Macam Macam Macam Perbandingan Perbandingan
Beda Gamet F1 Genotipe F2 Fenotipe F2 F2 Fenotipe F2

1 monohibrid) 21 = 2 31 = 3 2 4 3:1

2 (dihibrid) 22 = 4 32 = 9 4 16 9:3:3:1

3 (trihibrid) 23 = 8 33 = 27 8 64 27 : 9 : 9 : 9 : 3
:3:3:1

4 (tetrahibrid ) 24 = 16 34 = 81 16 256 81 : 27 : 27 :
27 : 27 : 9 : 9 :
9:9:9:9:3:
3:3:3:1

n 2n 3n 2n 4n

Untuk menentukan macam fenotipe, dapat digunakan rumus segitiga Pascal seperti
tabel berikut ini.

Kemungkinan Macam
Jumlah Sifat Beda Jumlah Macam Fenotipe
Fenotipe

1 1 1 2

2 1 2 1 4

3 1 3 3 1 8

4 1 4 6 4 1 16

n 2n

Pewarisan Sifat 19
Contoh Soal 7

Cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui suatu individu bergenotipe homozigot
atau heterozigot adalah ....

A. persilangan testcross
B. persilangan resiprok
C. mengamati fenotipe induk dominan
D. mengamati fenotipe kedua induknya
E. mengamati fenotipe individu tersebut
Jawaban: A

Penjelasan:
Persilangan testcross atau uji silang adalah persilangan antara individu yang belum
diketahui genotipenya (apakah homozigot atau heterozigot) dan induk yang bergenotipe
resesif. Oleh karena itulah, persilangan ini dapat digunakan untuk mengetahui jenis
genotipe suatu individu.

Contoh Soal 7

Jumlah macam kemungkinan fenotipe F2 pada perkawinan trihibrid adalah ....

A. 2
B. 4
C. 8
D. 16
E. 32
Jawaban: C

Penjelasan:
Individu trihibrid masing-masing akan menghasilkan 23 = 8 macam gamet. Jika terjadi
persilangan di antara dua individu trihibrid, kemungkinan macam fenotipe F2 yang
diperoleh adalah 23 = 8 macam dengan perbandingan fenotipe 27 : 9 : 9 : 9 : 3 : 3 : 3 : 1.

Pewarisan Sifat 20
Kurikulum 2006/2013
Kel a s

XII
biologi
PENYIMPANGAN HUKUM MENDEL I

Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut.
1. Mengetahui jenis-jenis penyimpangan hukum Mendel.
2. Memahami jenis-jenis penyimpangan hukum Mendel yang meliputi kodominan,
dominansi tidak sempurna, alel ganda, alel letal, atavisme, kriptomeri, dan epistasis-
hipostasis.
3. Dapat menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan penyimpangan hukum
Mendel.

A. Pola-Pola Hereditas
Pewarisan sifat dari induk kepada keturunannya melalui gen disebut hereditas. Mekanisme
hereditas ini mengikuti aturan-aturan tertentu yang disebut pola-pola hereditas. Seorang
sarjana Amerika bernama Walter Stanborough Sutton berhasil menjelaskan bahwa pola-
pola hereditas terjadi karena hal-hal berikut.
1. Gen merupakan karakteristik yang diturunkan. Oleh karena itu, meskipun terjadi
mitosis dan meiosis, bentuk dan identitas setiap gen di dalam kromosom adalah
tetap.
2. Saat terjadi meiosis, kedua perangkat kromosom yang berasal dari kedua induk
akan memisah secara bebas. Kromosom tersebut kemudian mengelompok dengan
kromosom lain yang bukan homolognya.
3. Jumlah kromosom yang terkandung dalam ovum dan sperma adalah sama (bersifat
haploid), yaitu setengah dari jumlah kromosom sel tubuh induknya.
4. Individu hasil pembuahan antara ovum dan sperma bersifat diploid, yaitu
mengandung dua perangkat kromosom.

B. Jenis-Jenis Penyimpangan Hukum Mendel


Hukum Mendel I dan II telah merumuskan perbandingan fenotipe keturunan F2.
Perbandingan tersebut juga sudah berlaku umum. Misalnya pada persilangan monohibrid,
perbandingan fenotipe F2 adalah 3 : 1. Sementara itu pada persilangan dihibrid,
perbandingannya adalah 9 : 3 : 3 : 1. Namun, dalam kenyataannya banyak ditemukan
hasil persilangan yang tidak sesuai dengan angka-angka perbandingan tersebut. Ada
penyimpangan yang masih mengacu pada perbandingan angka Mendel, tetapi ada juga
yang benar-benar berbeda. Penyimpangan yang masih mengacu pada perbandingan angka
Mendel ini disebut penyimpangan semu hukum Mendel. Sebagai contoh, perbandingan
9 : 3 : 4 diperoleh dari 9 : 3 : (3 + 1) atau 12 : 3 : 1 diperoleh dari (9 + 3) : 3 : 1.

Penyimpangan semu hukum Mendel terjadi karena interaksi antar-alel dan


antargenetik. Penyimpangan semu karena interaksi antar-alel, di antaranya adalah sebagai
berikut.
1. Kodominan adalah dua alel dari dari suatu gen yang ketika diekspresikan bersamaan
(heterozigot) akan menghasilkan fenotipe yang berbeda. Alel-alel kodominan tidak
memiliki hubungan dominan atau resesif.
2. Dominansi tidak sempurna adalah alel dominan yang tidak dapat menutup alel
resesif secara sempurna. Akibatnya, pada individu heterozigotik muncul fenotipe
campuran.
3. Alel ganda adalah gen yang memiliki lebih dari dua alel.
4. Alel letal adalah alel yang dalam keadaan homozigot dapat menyebabkan kematian
pada individu yang memilikinya. Ada tiga tipe alel letal, yaitu alel letal dominan, alel
letal resesif, dan alel subletal.
Sementara itu, yang termasuk penyimpangan semu karena interaksi antargenetik
adalah sebagai berikut.
1. Atavisme adalah interaksi beberapa gen yang menghasilkan fenotipe baru.
2. Epistasis-hipostasis adalah interaksi yang terjadi apabila suatu gen menutupi
(mengalahkan) gen lain yang bukan alelnya. Gen yang menutupi karakter disebut
epistasis, sedangkan gen yang tertutup karakternya disebut hipostasis.
3. Kriptomeri adalah sifat gen dominan yang tersembunyi jika berdiri sendiri. Namun,

2
akan tampak pengaruhnya jika bertemu dengan gen dominan lain yang bukan
alelnya.
4. Polimeri adalah interaksi dua gen atau lebih yang memengaruhi dan menguatkan
sifat yang sama dari suatu organisme (bersifat kumulatif ).
5. Gen komplementer adalah interaksi antara gen-gen dominan yang saling
melengkapi dalam mengekspresikan suatu sifat. Jika salah satu dari gen-gen
dominan tidak hadir, pengaruh gen-gen tersebut tidak akan tampak.
6. Gen dominan rangkap adalah dua gen dominan yang memengaruhi bagian tubuh
yang sama. Jika berada bersama-sama, fenotipe yang muncul merupakan gabungan
kedua sifat gen dominan tersebut. Gen dominan rangkap disebut juga epistasis gen
dominan rangkap.
Penyimpangan yang benar-benar berbeda dengan angka Mendel antara lain sebagai
berikut.
1. Tautan/pautan adalah peristiwa yang terjadi ketika dua gen atau lebih pada
kromosom yang sama tidak dapat memisah secara bebas saat pembelahan meiosis.
2. Pindah silang adalah peristiwa bertukarnya gen-gen suatu kromosom dengan gen-
gen pada kromosom lain, baik kromosom homolog atau kromosom nonhomolog.
3. Gagal berpisah (nondisjunction) adalah peristiwa yang terjadi ketika sebuah
kromosom atau lebih gagal memisahkan diri dari pasangannya saat meiosis I maupun
meiosis II.

C. Penyimpangan Semu karena Interaksi antar-alel


1. Kodominan
Kodominan merupakan dua alel dari suatu gen yang ketika diekspresikan bersamaan
(heterozigot) akan menghasilkan fenotipe yang berbeda. Alel-alel kodominan tidak
memiliki hubungan dominan atau resesif. Alel-alel ini dituliskan dengan huruf besar
ditambah huruf-huruf lain di atasnya. Contoh: alel-alel yang mengatur golongan darah
sistem MN dan warna bulu pada sapi. Berikut ini adalah contoh persilangan pada peristiwa
kodominan.

Disilangkan sapi Shorthorn jantan rambut merah dengan sapi betina rambut putih.
Warna merah dipengaruhi oleh gen CR dan putih dipengaruhi oleh gen CW. Kedua gen
tersebut bersifat kodominan. Seluruh F1 adalah sapi berambut roan. Jika F1 disilangkan
dengan sesamanya, bagaimanakah perbandingan genotipe dan fenotipe pada F2-
nya?

Untuk mengetahui jawabannya, perhatikan diagram persilangan berikut ini.

3
P1 : CRCR × CWCW
rambut merah rambut putih

G1 : CR CW

F1 : CRCW
100% rambut roan

P2 : CRCW × CRCW
rambut roan rambut roan

G2 : CR CR
CW CW

F2 : 1 CRCR = 25% rambut merah


2 CRCW = 50% rambut roan
1 CWCW = 25% rambut putih

Perbandingan genotipe = CRCR : CRCW : CWCW = 1 : 2 : 1 = 25% : 50% : 25%


Perbandingan fenotipe = rambut merah : rambut roan : rambut putih = 1 : 2 : 1
= 25% : 50% : 25%

2. Dominansi Tidak Sempurna


Dominansi tidak sempurna merupakan alel dominan yang tidak dapat menutup
alel resesif secara sempurna. Akibatnya, pada individu heterozigotik muncul fenotipe
campuran. Contoh: jika bunga Mirabilis jalapa merah disilangkan dengan bunga yang
putih, akan muncul bunga merah muda. Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh
persilangan dominansi tidak sempurna berikut.

Bunga Mirabilis jalapa merah disilangkan dengan bunga Mirabilis jalapa putih. Sifat
merah ditentukan oleh gen M dan putih oleh gen m. Sifat gen M dominan tidak
sempurna terhadap gen m, sehingga seluruh keturunan F1 berwarna merah muda. Jika
F1 disilangkan dengan sesamanya, bagaimanakah perbandingan fenotipe F2?

Untuk menentukan perbandingan fenotipe F2-nya, perhatikan diagram persilangan


berikut ini.

4
P1 : MM × mm
bunga merah bunga putih

G1 : M m

F1 : Mm
bunga merah muda

P2 : Mm × Mm
bunga merah muda bunga merah muda

G2 : M, m M, m

F2 : 1 MM = bunga merah
2 Mm = bunga merah muda
1 mm = bunga putih

Perbandingan genotipe = MM : Mm : mm = 1 : 2 : 1
Perbandingan fenotipe = bunga merah : bunga merah muda : bunga putih = 1 : 2 : 1

Contoh Soal 1
Bunga mawar merah yang bersifat dominan disilangkan dengan bunga mawar putih.
Apabila keturunan pertamanya yang berwarna merah muda disilangkan dengan
sesamanya, persentase keturunan keduanya yang memiliki fenotipe merah adalah .…
A. 10%
B. 25%
C. 50%
D. 75%
E. 100%
Jawaban: B

5
Penjelasan:
Perhatikan diagram persilangan berikut.

P1 : MM × mm
merah putih
G1 : M m
F1 : Mm
merah muda
P2 : Mm × Mm
merah muda merah muda
G2 : M M

m m

F2 : 1 MM = merah
2 Mm = merah muda
1 mm = putih

Dari persilangan tersebut, diperoleh 4 genotipe dengan genotipe MM jumlahnya 1.


1
Dengan demikian, persentase jumlah keturunan yang berfenotipe merah = × 100%
4
= 25%.

Berdasarkan contoh tersebut dapat disimpulkan bahawa pada persilangan dominansi


tidak sempurna, jika F1 disilangkan dengan sesamanya, akan diperoleh perbandingan
genotipe MM : Mm : mm = 1 : 2 : 1 dan perbandingan fenotipe merah : merah muda : putih
= 1 : 2 : 1.

3. Alel Ganda
Alel ganda merupakan gen yang memiliki lebih dari dua alel. Contohnya golongan darah
sistem ABO, warna bulu kelinci, dan warna mata pada lalat Drosophila. Berikut ini adalah
contoh persilangan pada alel ganda.

6
Seorang wanita bergolongan darah A heterozigotik menikah dengan pria bergolongan
darah B heterozigotik. Jika penentu golongan darah A dan B berturut-turut adalah gen
IA dan IB, bagaimanakah kemungkinan golongan darah anak-anak mereka?

Untuk mengetahui jawabannya, perhatikan diagram persilangan berikut.

P : IAIO × IBIO
golongan darah A golongan darah B

G : IA IB
IO IO

F :
IAIO = golongan darah A
IBIO = golongan darah B
IAIB = golongan darah AB
IOIO = golongan darah O

Perbandingan genotipe = IAIO : IBIO : IAIB : IOIO = 1 : 1 : 1 : 1


Perbandingan fenotipe = A : B : AB : O = 1 : 1 : 1 : 1

Jadi, kemungkinan golongan darah anak-anak mereka adalah A, B, AB, O dengan


perbandingan 1 : 1 : 1 : 1.

4. Alel Letal
Alel letal merupakan alel yang dalam keadaan homozigot dapat menyebabkan kematian
pada individu yang memilikinya. Ada tiga macam alel letal, yaitu alel letal dominan, alel
letal resesif, dan alel subletal.
a. Alel letal dominan merupakan sepasang gen dominan yang dapat menyebabkan
kematian jika berada dalam keadaan homozigot. Individu yang memiliki genotipe
homozigot ini akan meninggal sebelum lahir. Sementara itu, jika dalam keadaan
heterozigot, individu akan mengalami subletal. Contoh: ayam creeper, penyakit
Huntington, tikus kuning, dan brakhidaktili.
b. Alel letal resesif merupakan sepasang gen resesif yang dapat menyebabkan
kematian jika berada dalam keadaan homozigot. Berbeda dengan alel letal
dominan, individu yang mengalami kematian sebelum lahir hanya yang bergenotipe

7
homozigot resesif. Sementara itu, individu yang bergenotipe homozigot dominan
dan heterozigot merupakan individu yang normal. Contoh: sapi bulldog dan albino
pada tanaman.
c. Alel subletal merupakan sepasang gen dominan atau resesif yang dalam keadaan
homozigot dapat menyebabkan kematian pada usia anak-anak hingga dewasa.
Contoh: thalasemia untuk subletal dominan dan hemofilia untuk subletal resesif.

SUPER "Solusi Quipper"


Untuk mengingat macam-macam alel letal, gunakan SUPER, Solusi Quipper berikut.
DeRaS
Dominan, Resesif, Subletal

Berikut ini adalah contoh persilangan pada alel letal.

Pada tanaman jagung, gen A menyebabkan pembentukan klorofil. Sementara itu,


alelnya gen a menghalangi pembentukan klorofil sehingga bersifat letal dalam keadaan
homozigot. Jika tanaman jagung bergenotipe Aa disilangkan dengan sesamanya,
berapa persen keturunan yang hidup?

Untuk mengetahui jawabannya, perhatikan diagram persilangan berikut.

P : Aa × Aa
berklorofil berklorofil

G : A A
a a

F : AA = berklorofil = 25%
Aa = berklorofil = 50%
aa = tidak berklorofil, letal = 25%

Jadi, keturunan yang hidup adalah 75% (25% AA + 50% Aa).

8
Contoh Soal 2
Kelinci himalayan (whw) disilangkan dengan kelinci kelabu kehitaman (Ww). Kemungkinan
perbandingan antara keturunan kelabu kehitaman : himalayan : albino adalah ....
A. 1:1:1
B. 1:2:1
C. 2:1:1
D. 3:2:3
E. 4:1:3
Jawaban: C
Penjelasan:
Perhatikan diagram persilangan berikut.

P : whw × Ww
himalayan kelabu kehitaman
G : wh W
w w
F : Wwh = kelabu kehitaman
=2
Ww = kelabu kehitaman
whw = himalayan =1
ww = albino =1
Jadi, perbandingan antara keturunan kelabu kehitaman : himalayan : albino = 2 : 1 : 1.

5. Atavisme
Atavisme merupakan interaksi beberapa gen yang menghasilkan fenotipe baru. Contoh
peristiwa atavisme adalah adanya beberapa tipe jengger atau pial pada ayam. Ada empat
tipe pial, yaitu rose (mawar), pea (biji), walnut (sumpel), dan single (bilah).
a. Rose adalah fenotipe yang muncul karena interaksi gen R dan pp.
b. Pea adalah fenotipe yang muncul karena interaksi gen rr dan P.
c. Walnut adalah fenotipe yang muncul karena interaksi gen R dan P.
d. Single adalah fenotipe yang muncul karena interaksi gen rr dan pp.

9
SUPER "Solusi Quipper"
Untuk mengingat tipe pial ayam, gunakan SUPER, Solusi Quipper berikut.
RAWA PESING
Rose, Walnut, Pea, Single

Berikut ini adalah contoh persilangan pada atavisme.

Ayam jantan berpial rose homozigotik disilangkan dengan ayam betina berpial pea
homozigotik. Seluruh F1 ternyata ayam berpial walnut. Jika F1 disilangkan dengan
sesamanya, bagaimanakah perbandingan fenotipe F2-nya?

Untuk mengetahui jawabannya, perhatikan diagram silang berikut.

P1 : RRpp × rrPP
rose pea
G1 : Rp rP
F1 : RrPp
Walnut
P2 : RrPp × RrPp
walnut walnut
F2 :
RP Rp rP rp
RRPP RRPp RrPP RrPp
RP
walnut walnut walnut walnut
RRPp RRpp RrPp Rrpp
Rp
walnut rose walnut rose
RrPP RrPp rrPP rrPp
rP
walnut walnut pea pea
RrPp Rrpp rrPp rrpp
rp
walnut rose pea single
9 R – P – = walnut
3 R – pp = rose
3 rrP – = pea
1 rrpp = single

Jadi, perbandingan fenotipe pada F2 = walnut : rose : pea : single = 9 : 3 : 3 : 1.

10
Contoh Soal 3
Ayam berpial walnut heterozigot untuk kedua sifat disilangkan dengan ayam berpial
bilah. Keturunan yang akan dihasilkan adalah ....
A. pial walnut 75%
B. pial walnut : pial bilah = 3 : 1
C. pial walnut 100%
D. pial walnut 50%
E. pial bilah 25%
Jawaban: E
Penjelasan:
Perhatikan diagram persilangan berikut.
P : RrPp × rrpp
walnut bilah
G : RP
Rp rp
rP
rp
F : RrPp = walnut =1
Rrpp = rose =1 Ada empat genotipe dengan
rrPp = pea =1 perbandingan yang sama

rrpp = bilah (single) = 1

Jadi, pada persilangan antara ayam pial walnut heterozigot untuk dua sifat dengan
ayam berpial bilah akan diperoleh perbandingan fenotipe dan genotipe yang sama,
yaitu 1 : 1 : 1 : 1.

6. Kriptomeri
Kriptomeri merupakan sifat gen dominan yang tersembunyi jika berdiri sendiri. Namun,
akan tampak pengaruhnya jika bertemu dengan gen dominan lain yang bukan alelnya.
Contoh peristiwa kriptomeri adalah persilangan pada bunga Linaria marocana. Jika bunga
Linaria marocana yang berwarna merah disilangkan dengan bunga Linaria marocana
yang berwarna putih, keturunan F1 seluruhnya akan berwarna ungu. Gen-gen yang
mengendalikan peristiwa kriptomeri pada bunga Linaria marocana adalah sebagai berikut.

11
• Gen A = mengendalikan produksi pigmen antosianin (pigmen warna bunga).
• Gen a = menghambat produksi pigmen antosianin.
• Gen B = menyebabkan sifat basa pada plasma sel.
• Gen b = menyebabkan sifat asam pada plasma sel.
Jika gen A bertemu dengan gen B, bunga akan berwarna ungu karena antosianin
berada di lingkungan plasma sel basa. Jika gen A bertemu dengan gen b, bunga akan
berwarna merah karena antosianin berada di lingkungan plasma sel asam. Sementara itu,
Jika gen a bertemu dengan gen B maupun b, bunga akan berwarna putih karena antosianin
tidak diproduksi. Berikut ini adalah contoh persilangan pada peristiwa kriptomeri.

Bunga Linaria marocana merah homozigot disilangkan dengan bunga Linaria marocana
putih homozigot. Seluruh F1 ternyata berbunga ungu. Jika F1 disilangkan dengan
sesamanya, bagaimanakah perbandingan fenotipe pada F2-nya?

Untuk mengetahui jawabannya, perhatikan diagram persilangan berikut.

P1 : AAbb × aaBB
bunga merah bunga putih
G1 : Ab aB
F1 : AaBb
bunga ungu
P2 : AaBb × AaBb
bunga ungu bunga ungu
F2 :
AB Ab aB ab

AABB AABb AaBB AaBb


AB
ungu ungu ungu ungu
AABb AAbb AaBb Aabb
Ab
ungu merah ungu merah
AaBB AaBb aaBB aaBb
aB
ungu ungu putih putih
AaBb Aabb aaBb aabb
ab
ungu merah putih putih
9 A – B – = bunga ungu
3 A – bb = bunga merah
3 aaB – = bunga putih
1 aabb = bunga putih

12
Perbandingan fenotipe pada F2 = ungu : merah : putih
= 9 : 3 : (3 + 1)
=9:3:4

Jadi, perbandingan fenotipe pada F2-nya adalah ungu : merah : putih = 9 : 3 : 4.

Contoh Soal 4
Disilangkan bunga Linaria marocana ungu hasil F1 dengan bunga Linaria marocana putih
yang bergenotipe aaBb. Jika pada persilangan tersebut dihasilkan 100 batang tanaman
baru, banyaknya tanaman yang berbunga putih adalah ....
A. 10%
B. 20%
C. 25%
D. 40%
E. 50%
Jawaban: E
Penjelasan:
Perhatikan diagram persilangan berikut.

P : AaBb × aaBb
ungu putih
G : AB aB
Ab ab
aB
ab
F :

AB Ab aB ab

AaBB AaBb aaBB aaBb


aB
ungu ungu putih putih

AaBb Aabb aaBb aabb


ab
ungu merah putih putih

13
3 A – B – = ungu ⇒3
1 A – bb = merah ⇒1
3 aaB – = putih
⇒4
1 aabb = putih
4
Jadi, banyaknya tanaman yang berbunga putih ada × 100 = 50 batang.
8

7. Epistasis-Hipostasis
Epistasis-hipostasis merupakan interaksi yang terjadi apabila suatu gen menutupi
(mengalahkan) gen lain yang bukan alelnya. Gen yang menutupi karakter disebut
epistasis, sedangkan gen yang tertutup karakternya disebut hipostasis. Ada empat tipe
epistasis, yaitu sebagai berikut.
a. Epistasis dominan
Epistasis dominan terjadi jika gen dominan menutupi kerja gen lain. Gen lain
ini dapat berupa gen dominan atau gen resesif yang tidak sealel. Contoh: warna
sekam pada gandum. Berikut ini adalah contoh persilangan pada peristiwa epistasis
dominan.

Disilangkan tanaman gandum bersekam hitam dengan tanaman gandum


bersekam kuning. Sifat hitam ditentukan oleh gen H dan sifat kuning ditentukan
oleh gen K. H bersifat epistasis terhadap gen K dan k. Seluruh F1 adalah tanaman
bersekam hitam. Jika F1 disilangkan dengan sesamanya, bagaimanakah
perbandingan fenotipe pada F2-nya?

Untuk mengetahui jawabannya, perhatikan diagram persilangan berikut.

P1 : HHkk × hhKK
sekam hitam sekam kuning

G1 : Hk hK

F1 : HhKk
sekam hitam

P2 : HhKk × HhKk
sekam hitam sekam hitam

14
F2 :
HK Hk hK hk
HHKK HHKk HhKK HhKk
HK
hitam hitam hitam hitam

HHKk HHkk HhKk Hhkk


Hk
hitam hitam hitam hitam

HhKK HhKk hhKK hhKk


hK
hitam hitam kuning kuning

HhKk Hhkk hhKk hhkk


hk
hitam hitam kuning putih
9 H – K – = sekam hitam
3 H – kk = sekam hitam
3 hhK – = sekam kuning
1 hhkk = sekam putih

Perbandingan fenotipe pada F2 = hitam : kuning : putih


= (9 + 3) : 3 : 1
= 12 : 3 : 1

b. Epistasis resesif
Epistasis resesif terjadi jika gen resesif homozigot bekerja menutupi gen lain. Gen
lain ini dapat berupa gen dominan maupun resesif, baik sealel atau tidak sealel.
Contohnya adalah warna rambut tikus yang dikendalikan oleh dua macam gen, yaitu
gen B dan gen G. Jika gen B bersama-sama dengan gen G,warna rambut yang akan
muncul adalah abu-abu. Namun, jika hanya ada gen B, warna rambut yang akan
muncul adalah hitam. Sementara itu, jika gen bb yang bekerja, warna rambut yang
akan muncul adalah putih. Jadi, gen bb akan menutupi kerja gen G dan g. Berikut ini
adalah contoh persilangan pada peristiwa epistasis resesif.

Disilangkan tikus berambut hitam dengan tikus berambut putih. Sifat hitam
ditentukan oleh gen B dan sifat putih dikendalikan oleh gen resesif bb. Gen bb
bersifat epistasis terhadap gen G yang mengendalikan warna abu-abu dan alelnya
gen g. Seluruh F1 berambut abu-abu. Jika F1 disilangkan dengan sesamanya,
bagaimanakah perbandingan fenotipe pada F2-nya?

15
Untuk mengetahui jawabannya, perhatikan diagram persilangan berikut.

P1 : BBgg × bbGG
rambut hitam rambut putih
G1 : Bg bG
F1 : BbGg
rambut abu-abu
P2 : BbGg × BbGg
rambut abu-abu rambut abu-abu
F2 :

BG Bg bG bg
BBGG BBGg BbGG BbGg
BG
abu-abu abu-abu abu-abu abu-abu

BBGg BBgg BbGg Bbgg


Bg
abu-abu hitam abu-abu hitam

BbGG BbGg bbGG bbGg


bG
abu-abu Abu-abu putih putih

BbGg Bbgg bbGg bbgg


bg
abu-abu hitam putih putih
9 B – G – = rambut abu-abu
3 B – gg = rambut hitam
3 bbG – = rambut putih
1 bbgg = rambut putih

Perbandingan fenotipe pada F2 = abu-abu : hitam : putih


= 9 : 3 : (3 + 1)
=9:3:4

c. Epistasis gen dominan rangkap


Epistasis gen dominan rangkap terjadi jika dua gen dominan atau lebih
menghasilkan satu fenotipe dominan yang sama. Akan tetapi, jika gen dominan tidak
hadir, fenotipe yang muncul bersifat resesif. Contoh peristiwa epistasis gen dominan
rangkap adalah karakter bentuk kapsul pada biji tanaman Capsella bursa-pastoris
yang dikendalikan oleh gen A dan gen B. Gen A dan gen B secara bersama-sama
atau sendiri-sendiri menyebabkan bentuk kapsul biji segitiga. Namun, jika keduanya

16
tidak ada, fenotipe yang muncul bersifat resesif, yaitu bentuk kapsul oval. Berikut ini
adalah contoh persilangan pada peristiwa epistasis gen dominan rangkap.

Disilangkan bunga Capsella yang memiliki bentuk kapsul biji segitiga dengan
bunga Capsella yang memiliki bentuk kapsul biji oval. Sifat segitiga dikendalikan
oleh gen A dan B, sedangkan sifat oval muncul jika gen A dan B tidak ada. Seluruh
F1 berkapsul biji segitiga. Jika F1 disilangkan dengan sesamanya, bagaimanakah
perbandingan fenotipe pada F2-nya?

Untuk mengetahui jawabannya, perhatikan diagram persilangan berikut.

P1 : AABB × aabb
kapsul segitiga kapsul oval
G1 : AB ab
F1 : AaBb
kapsul segitiga
P2 : AaBb × AaBb
kapsul segitiga kapsul segitiga
F2 :

AB Ab aB ab
AABB AABb AaBB AaBb
AB
segitiga segitiga segitiga segitiga
AABb AAbb AaBb Aabb
Ab
Segitiga segitiga segitiga segitiga
AaBB AaBb aaBB aaBb
aB
segitiga segitiga segitiga segitiga
AaBb Aabb aaBb aabb
ab
segitiga segitiga segitiga oval

9 A – B – = kapsul segitiga
3 A – bb = kapsul segitiga
3 aaB – = kapsul segitiga
1 aabb = kapsul oval

Perbandingan fenotipe pada F2 = segitiga : oval


= (9 + 3 +3) : 1
= 15 : 1

17
d. Epistasis gen rangkap dengan efek kumulatif
Epistasis gen rangkap dengan efek kumulatif terjadi jika pada kondisi dominan,
baik homozigot maupun heterozigot, pada salah satu lokus dihasilkan fenotipe yang
sama. Contoh peristiwa epistasis ini adalah pada pembentukan warna biji gandum.
Genotipe A-bb dan aaB- menghasilkan satu unit pigmen sehingga fenotipenya
sama. Genotipe aabb tidak menghasilkan pigmen. Sementara itu, genotipe A-B-
menghasilkan dua unit pigmen sehingga fenotipe yang muncul berefek kumulatif.
Berikut ini adalah contoh persilangan pada peristiwa epistasis gen rangkap dengan
efek kumulatif.

Disilangkan tanaman gandum warna biji ungu tua dengan tanaman gandum
warna biji putih. Gen penentu warna biji adalah gen A dan B yang memiliki efek
kumulatif jika hadir bersama-sama. Seluruh F1 adalah gandum dengan warna
biji ungu. Jika F1 disilangkan dengan sesamanya, bagaimanakah perbandingan
fenotipe pada F2-nya?

Untuk mengetahui jawabannya, perhatikan diagram persilangan berikut.

P1 : AABB × aabb
biji bunga tua biji putih
G1 : AB ab
F1 : AaBb
Biji ungu
P2 : AaBb × AaBb
biji ungu biji ungu
F2 :

AB Ab aB ab
AABB AABb AaBB AaBb
AB
ungu tua ungu tua ungu tua ungu tua

AABb AAbb AaBb Aabb


Ab
ungu tua ungu ungu tua ungu

AaBB AaBb aaBB aaBb


aB
ungu tua ungu tua ungu ungu

AaBb Aabb aaBb aabb


ab
ungu tua ungu ungu putih

18
9 A – B – = biji ungu tua
3 A – bb = biji ungu
3 aaB – = biji ungu
1 aabb = biji putih

Perbandingan fenotipe pada F2 = ungu tua : ungu : putih


= 9 : (3 +3) : 1
=9:6:1

SUPER "Solusi Quipper"


Untuk memudahkan mengingat tipe-tipe epistasis, gunakan SUPER, Solusi Quipper
berikut.
DASI PRAMUKA
Dominan, Resesif, Gen Dominan Rangkap, Gen Rangkap dengan Efek Kumulatif

Contoh Soal 5
Gen-gen yang mengendalikan sifat bulu pada kerbau adalah sebagai berikut.
• H = gen hitam epistasis dominan
• h = gen abu-abu hipostasis resesif
• W = gen warna epistasis dominan
• w = gen tidak berwarna hipostasis resesif
Jika disilangkan kerbau abu-abu (hhWw) dengan kerbau hitam (HhWw), turunan yang
dihasilkan adalah .…
A. abu-abu : hitam = 5 : 3
B. abu-abu : hitam : albino = 3 : 3 : 2
C. abu-abu : hitam : albino = 3 : 4 : 1
D. hitam : abu-abu : albino = 9 : 3 : 4
E. hitam : abu-abu : albino = 12 : 3 : 1
Jawaban: B

19
Penjelasan:
Perhatikan diagram persilangan berikut.
P : hhWw × HhWw
abu-abu hitam
G : hW HW
hw Hw
hW
hw
F : H – W – = hitam =3
H – ww = albino =1
Abu-abu : hitam : albino = 3 : 3 : 2
hhW - = abu-abu = 3
hhww = albino =1
Jadi, persilangan kerbau abu-abu (hhWw) dengan kerbau hitam (HhWw) akan menghasilkan
keturunan dengan perbandingan fenotipe abu-abu : hitam : albino = 3 : 3 : 2.

SUPER "Solusi Quipper"


Keturunan F2 yang merupakan hasil persilangan antara F1 dan F1 pada peristiwa
kriptomeri dan epistasis resesif memiliki perbandingan fenotipe yang pasti sama,
yaitu 9 : 3 : 4.

20
Kurikulum 2006/2013
Kel a s

XII
biologi
PENYIMPANGAN HUKUM MENDEL II

Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut.
1. Memahami jenis-jenis penyimpangan hukum Mendel yang meliputi gen komplementer,
polimeri, tautan, pindah silang, serta gagal berpisah.
2. Dapat menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan penyimpangan hukum Mendel.
3. Dapat menentukan jenis kelamin berdasarkan kromosomnya.

A. Gen Komplementer dan Polimeri


1. Gen Komplementer
Gen komplementer merupakan interaksi antara gen-gen dominan yang saling melengkapi
dalam mengekspresikan suatu sifat. Contoh peristiwa gen komplementer adalah pada
penentuan warna bunga Lathyrus odoratus. Pada bunga tersebut, bekerja gen C dan P.
• Gen C = gen penghasil pigmen antosianin
• Gen P = gen penghasil enzim untuk mengaktifkan antosianin
Warna ungu terbentuk jika gen C dan P bersama-sama. Akan tetapi, jika gen C atau P
atau keduanya tidak ada, akan terbentuk warna putih.
Contoh persilangan pada peristiwa gen komplementer adalah sebagai berikut.

Disilangkan tanaman Lathyrus odoratus yang keduanya berbunga putih. Ternyata,


seluruh F1 berbunga ungu. Jika F1 disilangkan dengan sesamanya, bagaimanakah
perbandingan fenotipe F2-nya?
Untuk menentukan perbandingan fenotipe F2-nya, perhatikan diagram persilangan
berikut ini.

P1 : CCpp × ccPP
Bunga putih Bunga putih

G1 : Cp cP
F1 : CcPp
Bunga ungu
P2 : CcPp × CcPp
Bunga ungu Bunga ungu
F2 : 9C–P– = bunga ungu
3 C – pp = bunga putih
3 ccP – = bunga putih
1 ccpp = bunga putih

Perbandingan fenotipe pada F2 = ungu : putih


= 9 : (3 + 3 + 1)
=9:7

Jadi, perbandingan fenotipe pada F2 adalah ungu : putih = 9 : 7.

2. Polimeri
Polimeri merupakan interaksi dua gen atau lebih yang memengaruhi dan menguatkan
sifat yang sama dari suatu organisme (bersifat kumulatif ). Contoh peristiwa polimeri
adalah pewarisan warna pada sekam gandum. Sifat ini dipengaruhi oleh gen M1 dan M2.
Semakin banyak gen M1 dan M2 pada genotipenya, warna sekam semakin tua. Sebaliknya,
jika gen M1 dan M2 yang bekerja semakin sedikit, warna sekam menjadi semakin muda.
Jika tidak ada gen M1 dan M2 yang bekerja, warna sekam menjadi putih.
Contoh persilangan pada peristiwa polimeri adalah sebagai berikut.

Disilangkan gandum bersekam merah tua dengan gandum bersekam putih.


Ternyata, seluruh F1 bersekam merah sedang. Jika F1 disilangkan dengan sesamanya,
bagaimanakah perbandingan fenotipe F2-nya?

Untuk menentukan perbandingan fenotipe F2-nya, perhatikan diagram persilangan


berikut ini!

2
P1 : M1M1M2M2 × m1m1m2m2
Sekam merah tua Sekam putih

G1 : M1M2 m1m2

F1 : M1m1M2m2
Sekam merah sedang

P2 : M1m1M2m2 × M1m1M2m2
Sekam merah sedang Sekam merah sedang

F2 : 9 M1 – M2 – = sekam merah
3 M1 – m2m2 = sekam merah
3 m1m1M2 – = sekam merah
1 m1m1m2m2 = sekam putih

Perbandingan fenotipe pada F2 = merah : putih


= (9 + 3 + 3) : 1
= 15 : 1

Jadi, perbandingan fenotipe pada F2 adalah merah : putih = 15 : 1.

Contoh Soal 1
Individu yang mengandung faktor K tanpa faktor M atau sebaliknya berfenotipe putih.
Akan tetapi, individu yang mengandung kedua faktor tersebut (K dan M) akan berfenotipe
ungu. Jika individu dengan genotipe Kkmm disilangkan dengan KkMm, perbandingan
fenotipe ungu dan putih yang diperoleh sebesar .…
A. 1:1
B. 3:1
C. 9:7
D. 3:5
E. 15 : 1
Jawaban: D

3
Penjelasan:
Perhatikan diagram persilangannya berikut!
P : Kkmm × KkMm
Putih Ungu
G : Km KM
km Km
kM
km
F : K – M – = ungu = 3
K – mm = putih = 3
ungu : putih = 3 : 5
kkM – = putih = 1
kkmm = putih = 1

Jadi, perbandingan fenotipe ungu dan putih yang diperoleh sebesar 3 : 5.

B. Tautan
Tautan merupakan peristiwa yang terjadi ketika dua gen atau lebih pada kromosom yang
sama tidak dapat memisah secara bebas saat pembelahan meiosis. Tautan biasanya terjadi
pada gen-gen yang berbeda, tetapi letaknya berdekatan. Gen-gen yang tertaut akan
diturunkan secara bersama-sama. Ada dua macam tautan, yaitu tautan pada autosom dan
tautan pada gonosom.

1. Tautan pada Autosom


Tautan ini terjadi jika gen-gen yang tertaut berada pada kromosom tubuh (autosom).
Misalnya, pada karakter warna tubuh dan ukuran sayap pada lalat buah Drosophila. Gen
untuk warna tubuh Drosophila adalah G dan g, sedangkan gen untuk ukuran sayapnya
adalah L dan l. Gen-gen warna dan ukuran sayap tersebut saling bertaut. Peristiwa tautan
menyebabkan variasi sifat berkurang.
Contoh persilangan pada peristiwa tautan autosomal adalah sebagai berikut.

Lalat buah jantan warna tubuh normal (kelabu) bersayap panjang dikawinkan dengan
lalat buah betina warna tubuh hitam bersayap pendek. Warna tubuh normal (kelabu)
ditentukan oleh gen G dan sayap panjang oleh gen L. Gen G dan L saling bertaut.
Seluruh F1 adalah lalat dengan tubuh normal (kelabu) bersayap panjang. Jika F1
disilangkan dengan sesamanya, bagaimanakah perbandingan fenotipe F2-nya?

4
Untuk menentukan perbandingan fenotipe F2-nya, perhatikan diagram persilangan
berikut ini!

P1 : GGLL × ggll
Tubuh kelabu, sayap panjang Tubuh hitam, sayap pendek

G1 : GL gl

F1 : GgLl
Tubuh kelabu, sayap panjang

P2 : GgLl × GgLl
Tubuh kelabu, sayap panjang Tubuh kelabu, sayap panjang

Pada G2, terjadi tautan sehingga gen G tetap bersama dengan gen L dan gen g bersama
gen l.

GL, gl GL, gl

F2 : 1 GGLL = tubuh kelabu, sayap panjang


2 GgLl = tubuh kelabu, sayap panjang
1 ggll = tubuh hitam, sayap pendek

Perbandingan fenotipe F2 adalah sebagai berikut.

Tubuh kelabu sayap panjang : tubuh hitam sayap pendek = 3 : 1

Jadi, perbandingan fenotipe F2-nya adalah kelabu sayap panjang : hitam sayap pendek =
3 : 1.

2. Tautan pada Gonosom (Tautan Seks)


Tautan ini terjadi jika gen-gen yang tertaut berada pada kromosom kelamin (gonosom).

5
Misalnya, pada warna mata lalat buah Drosophila. Gen penentu warna mata Drosophila
adalah gen M dan m yang tertaut pada kromosom X. Gen M menyebabkan warna mata
merah dan gen m menyebabkan warna mata putih.
Contoh persilangan pada peristiwa tautan seks adalah sebagai berikut.

Lalat buah betina mata merah dikawinkan dengan lalat jantan mata putih. Warna
merah ditentukan oleh gen M dan warna putih ditentukan oleh gen m. Gen-gen
tersebut tertaut pada kromosom X. Seluruh F1 bermata merah. Jika F1 disilangkan
dengan sesamanya, bagaimanakah perbandingan fenotipe F2-nya?

Untuk menentukan perbandingan fenotipe F2-nya, perhatikan diagram persilangan


berikut ini!

P1 : XMXM × Xm Y
Mata merah Mata putih

G1 : XM Xm, Y
F1 : XMxm = mata merah

XMY = mata merah

P2 : XMxm × XMY
Mata merah Mata merah
100 % bermata
F2 : 1 XMXM = mata merah merah
1 XMXm = mata merah
1 XMY = mata merah
1 XmY = mata putih

Perbandingan fenotipe F2 = mata merah : mata putih = 3 : 1

Lalat buah yang bermata putih berkelamin jantan.

Jadi, perbandingan fenotipe pada F2 adalah mata merah : mata putih = 3 : 1.

6
Contoh Soal 2
Pada Drosophila, sifat warna mata terpaut pada kromosom X dengan mata merah (M)
dominan terhadap mata putih (m). Jika Drosophila betina mata putih disilangkan dengan
jantan mata merah, perbandingan keturunan yang dihasilkan adalah .…
A. jantan mata merah : betina mata putih = 3 : 1
B. jantan mata putih : betina mata merah = 1 : 1
C. jantan mata merah : betina mata putih = 2 : 1
D. jantan mata putih : betina mata merah = 2 : 1
E. jantan mata putih : betina mata putih = 1 : 1
Jawaban: B
Penjelasan:
Perhatikan diagram persilangannya berikut!

P : XmXm × XMY
Mata putih Mata merah

G : Xm XM
Y
F : XMXm = mata merah Jantan mata putih : betina mata merah =
X mY = mata putih 1:1

Jadi, perbandingan keturunan yang dihasilkan adalah jantan mata putih : betina mata
merah = 1 : 1.

C. Pindah Silang
Pindah silang merupakan peristiwa bertukarnya gen-gen suatu kromosom dengan gen-
gen kromosom lain, baik kromosom homolog atau nonhomolog, saat meiosis I. Pindah
silang biasanya terjadi pada gen-gen yang berbeda, tetapi letaknya berjauhan. Pindah
silang menyebabkan terjadinya rekombinan (RK). Oleh karena tidak semua gen berpindah
silang, maka ada keturunan yang fenotipenya sama dengan induknya atau disebut dengan
Kombinasi Parental (KP). Semakin banyak pindah silang, semakin banyak rekombinan
yang dihasilkan. Banyaknya pindah silang dapat ditentukan dengan Nilai Pindah Silang

7
(NPS), yaitu perbandingan jumlah rekombinan dengan jumlah seluruh keturunan. Rumus
Nilai Pindah Silang (NPS) adalah sebagai berikut.

jumlah rekombinan(RK )
NPS = × 100%
jumlah total keturunan

Keterangan:
NPS = nilai pindah silang
RK = rekombinan
KP = kombinasi parental
Total keturunan = RK + KP

Pindah silang menghasilkan fenotipe keturunan KP > 50% dan RK < 50%.
Untuk mengingat rumus nilai pindah silang, gunakan cara SUPER berikut.

SUPER "Solusi Quipper"


Jeruk NiPiS dijual di RuKo lalu dibagi-bagi ke keturunannya

Contoh persilangan pada peristiwa pindah silang adalah sebagai berikut.

Disilangkan jagung berbiji licin warna kuning dengan jagung berbiji kisut warna
putih. Sifat licin ditentukan oleh gen L dan warna kuning oleh gen K. Seluruh F1 berbiji
licin warna kuning. Selanjutnya, F1 diuji silang (testcross) dengan induk yang resesif.
Ternyata, diperoleh F2 sebagai berikut.
• 350 batang jagung biji licin warna kuning
• 150 batang jagung biji licin warna putih
• 160 batang jagung biji kisut warna kuning
• 340 batang jagung biji kisut warna putih
Berapakah besarnya Nilai Pindah Silang (NPS) yang terjadi?

Untuk menentukan besarnya Nilai Pindah Silang (NPS) yang terjadi, perhatikan
diagram persilangannya berikut!

8
P1 : LLKK × llkk
Biji licin, warna kuning Biji kisut, warna putih

G1 : LK lk

F1 : LlKk
100% biji licin, warna kuning

P2 (testcross): LlKk × llkk


Biji licin, warna kuning Biji kisut, warna putih

F2 : 350 LlKk ⇒ Kombinasi Parental (KP)


150 Llkk ⇒ rekombinan (RK)
160 llKk ⇒ rekombinan (RK)
340 llkk ⇒ Kombinasi Parental (KP)

Dengan demikian, diperoleh:

150 + 160
NPS = × 100% = 31%
1.000

Jadi, besarnya Nilai Pindah Silang (NPS) yang terjadi adalah 31%.

SUPER "Solusi Quipper"


Untuk menentukan RK dan KP, lihatlah angka-angka yang menunjukkan jumlah
individu hasil testcross. Dua angka terbesar adalah KP dan dua angka terkecil adalah
RK.

Contoh Soal 3
Belalang jantan berbadan hijau sayap panjang (HhPp) dikawinkan dengan belalang
betina berbadan cokelat sayap pendek (hhpp). Dari hasil perkawinan tersebut, diperoleh
perbandingan fenotipe keturunan sebagai berikut.
• 530 hijau sayap panjang
• 450 hijau sayap pendek

9
• 310 cokelat sayap panjang
• 782 cokelat sayap pendek
Berdasarkan kasus tersebut, dapat disimpulkan bahwa saat pembentukan gamet telah
terjadi pindah silang dengan nilai pindah silang sebesar ....
A. 59,00%
B. 59,40%
C. 59,46%
D. 36,67%
E. 38,00%
Jawaban: D
Penjelasan:
Perhatikan diagram persilangannya berikut.
P : HhPp × hhpp
Badan hijau, sayap panjang Badan cokelat, sayap pendek
G : HP
Hp hp
hP
hp
F : HhPp = badan hijau sayap panjang = 530 ⇒ KP
Hhpp = badan hijau sayap pendek = 450 ⇒ RK
hhPp = badan cokelat sayap panjang = 310 ⇒ RK
hhpp = badan cokelat sayap pendek = 782 ⇒ KP
Dengan demikian, diperoleh:
450 + 310 760
Nilai Pindah Silang (NPS) = × 100% = × 100% = 36,67 %
530 + 450 + 310 + 782 2072
Jadi, nilai pindah silangnya sebesar 36,67 %.

D. Gagal Berpisah dan Penentuan Jenis Kelamin


1. Gagal Berpisah (Nondisjunction)
Gagal berpisah merupakan peristiwa yang terjadi ketika sebuah kromosom atau lebih
gagal memisahkan diri dari pasangannya saat meiosis I maupun meiosis II. Kromosom-
kromosom yang gagal berpisah akan tetap berpasangan saat menuju kutub yang
berlawanan. Akibatnya, salah satu kutub akan mengalami kelebihan kromosom dan kutub
lainnya kekurangan kromosom.

10
Gagal berpisah dapat disebabkan oleh mutagen (zat penyebab mutasi). Gagal
berpisah dapat terjadi pada autosom maupun gonosom. Akibat peristiwa gagal berpisah,
ada individu yang memiliki kromosom lebih dari jumlah normal, namun ada juga yang
kurang dari normal. Contoh peristiwa gagal berpisah terjadi pada lalat buah Drosophila.
Contoh persilangan pada peristiwa gagal berpisah adalah sebagai berikut.

Lalat buah Drosophila betina yang diduga mengalami gagal berpisah (nondisjunction)
saat membentuk gamet dikawinkan dengan lalat jantan normal. Lalat betina
membentuk tiga macam kemungkinan gamet, yaitu XX, X, dan 0. Bagaimanakah
fenotipe-fenotipe pada keturunannya?

Untuk menentukan fenotipe-fenotipe pada keturunannya, perhatikan diagram


persilangan berikut!

P : XX × XY
(nondisjunction) (normal)

G : X, XX, 0 X, Y

F : XX = Normal
XY = Normal
XXX = Super (biasanya mati)
XXY = Fertil
X0 = Steril
Y0 = Letal

Jadi, fenotipe-fenotipe pada keturunannya, yaitu betina normal, jantan normal,


betina super, betina fertil, jantan steril, dan letal.

2. Penentuan Jenis Kelamin (Determinasi Seks)


Jenis kelamin ditentukan oleh sepasang kromosom kelamin atau gonosom yang terdapat
pada tubuh. Berdasarkan jenis gonosom yang diperoleh dari induknya, ada dua tipe
individu, yaitu individu homogametik dan individu heterogametik.

11
• Individu homogametik adalah individu yang memiliki satu macam gonosom,
misalnya wanita memiliki XX dan ayam jantan memiliki ZZ.
• Individu heterogametik adalah individu yang memiliki dua macam gonosom,
misalnya pria memiliki XY dan ayam betina memiliki ZW.

Lantas, bagaimana cara menentukan jenis kelamin pada tumbuhan dan hewan?
Untuk mengetahuinya, perhatikan penjelasan tentang penentuan jenis kelamin pada
tumbuhan dan hewan berikut ini!

a. Penentuan Jenis Kelamin pada Tumbuhan


Pada tumbuhan, penentuan jenis kelamin menggunakan tipe XY. Tumbuhan betina
bertipe XX dan tumbuhan jantan bertipe XY.

b. Penentuan Jenis Kelamin pada Hewan


Ada beberapa tipe penentuan jenis kelamin pada hewan, yaitu sebagai berikut.
1.) Tipe X0
Tipe ini terdapat pada serangga golongan Orthoptera (seperti belalang, kecoa)
dan Hemiptera (seperti wereng, kutu busuk).
∙ Individu betina memiliki 24 kromosom dengan susunan 22A + XX.
∙ Individu jantan memiliki 23 kromosom dengan susunan 22A + X0 (jantan
hanya mempunyai satu gonosom, yaitu X).
2.) Tipe ZW
Tipe ini terdapat pada burung, ikan, beberapa jenis reptil, dan kupu-kupu. Hewan
betina memiliki gonosom ZW, sedangkan jantan memiliki gonosom ZZ.
X 2 1
3.) Tipe = =
A 2 2
X 2 1
Tipe =menggambarkan
= keseimbangan jumlah gonosom X dan autosom.
A 2 2
Tipe ini terdapat pada lalat buah Drosophila. Gonosom X seperti batang dan
gonosom Y seperti kail. Gonosom Y tidak menentukan jenis kelamin, tetapi
X 2 1
menentukan fertilitas (kesuburan). Berikut ini adalah indeks kelamin =pada
=
A 2 2
Drosophila.

12
X 2 1
Indeks Kelamin = = Jenis Kelamin
A 2 2

1 Betina
0,5 Jantan
X 2 1
0,5 < =< 1 = Interseks, steril
A 2 2

X 2 1
=1 =
> Betina super
A 2 2

X 2 1
= =
< 0,5 Jantan super
A 2 2

Contoh:
XX 22 11
Lalat betina (3 AA, XX) ⇒ === === 1
AA 22 22
X X2 21 1
Lalat jantan (3 AA, XY) ⇒ = == = = 0,5
A A2 22 2

d. Tipe Haploid-Diploid
Tipe ini terdapat pada golongan Hymenoptera, seperti lebah madu dan semut. Pada
tipe ini, jenis kelamin tidak ditentukan oleh gonosom, tetapi oleh sifat ploidi. Hal ini
karena pada sel tubuh golongan Hymenoptera tidak terdapat gonosom.
1.) Ovum (n) + sperma (n) → zigot (2n) → betina ratu (2n)
2.) Ovum (n) tidak dibuahi (parthenogenesis) → jantan (n)
Untuk mengingat tipe-tipe penentuan jenis kelamin pada hewan, gunakan
cara SUPER berikut.

SUPER "Solusi Quipper"


Orang ZimbabWe memukul KO seorang eXpert Ahli HP bergelar diploma
X 2 1
Maksudnya: ZZ-ZW, XX-XO, ,=Haploid-Diploid
=
A 2 2

13
Contoh Soal 4
Lalat buah betina mata putih dikawinkan dengan lalat buah jantan mata merah. Perhatikan
diagram persilangan dan diagram papan catur hasil persilangannya berikut!

P ×

1 2 3

gamet
4 5 6

Akibat peristiwa tersebut, dari beberapa ribu keturunan dihasilkan lalat buah berfenotipe
jantan mata merah dan betina mata putih. Keturunan tersebut terletak pada nomor ....
A. 1 dan 4 D. 3 dan 5
B. 2 dan 3 E. 4 dan 6
C. 2 dan 4
Jawaban: D
Penjelasan:
Perhatikan diagram persilangannya berikut!
P : XmXm × XMY
Mata putih (nondisjunction) Mata merah
G : X m
XM
XmXm Y
0
F : XMXm = betina mata merah ⇒ kotak 1
X Y m
= jantan mata putih ⇒ kotak 4
XMXmXm = betina mata merah (super) ⇒ kotak 2
X X Y
m m
= betina mata putih (fertil) ⇒ kotak 5
XM0 = jantan mata merah (steril) ⇒ kotak 3
Y0 = letal ⇒ kotak 6

Jadi, keturunan tersebut terletak pada nomor 3 dan 5.

14
Kurikulum 2006/2013
Kel a s

XII
biologi
PEWARISAN SIFAT PADA MANUSIA

Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut.
1. Memahami tentang variasi sifat manusia dan peta silsilah keluarga.
2. Dapat menentukan kemungkinan jenis kelamin pada manusia.
3. Memahami tentang sistem golongan darah pada manusia.
4. Dapat menyelesaikan permasalahan terkait pewarisan sifat pada manusia.

A. Pendahuluan
Penelitian tentang hereditas pada manusia berbeda dengan penelitian tentang hereditas
pada hewan dan tumbuhan. Perbedaan ini disebabkan oleh beberapa kendala berikut.
1. Manusia jarang yang bersedia untuk dijadikan objek penelitian.
2. Umur manusia cukup panjang.
3. Keturunan yang dihasilkan manusia relatif sedikit.
4. Suasana lingkungan hidup manusia sulit untuk dikontrol.
5. Pertumbuhan karakter pada manusia tidak mudah untuk diamati.

Untuk mengatasi kendala-kendala tersebut, dapat dilakukan beberapa hal berikut.


1. Pembuatan peta silsilah keluarga (pedigree) untuk mengetahui karakter tertentu.
2. Penelitian menggunakan hewan yang dianggap memiliki kedekatan kekerabatan
dengan manusia. Misalnya Macaca mulatta, bangsa kera yang digunakan untuk
meneliti golongan darah sistem rhesus.
3. Penelitian terhadap karakter anak kembar, terutama yang kembar lebih dari dua.

B. Variasi Sifat Manusia dan Peta Silsilah Keluarga


Manusia memiliki banyak karakter atau sifat, baik sifat fisik, sifat fisiologis, maupun
sifat psikologis. Sifat fisik adalah sifat yang tampak secara fisik, misalnya warna kulit,
bentuk mata, bentuk hidung, tipe rambut, dan sebagainya. Sifat fisiologis adalah sifat
yang berkaitan dengan sistem kerja tubuh, misalnya metabolisme, sistem hormonal,
dan sistem enzimatis. Sementara itu, sifat psikologis adalah sifat yang berkaitan dengan
kondisi kejiwaan, seperti IQ (Intelligence Quotient) dan watak. Sifat-sifat pada manusia ini
dikendalikan oleh gen yang diturunkan dari kedua orangtuanya dan faktor lingkungan.
Berikut ini adalah beberapa contoh sifat-sifat pada manusia yang dikendalikan oleh
gen, baik gen dominan maupun gen resesif.

Sifat yang Dikendalikan oleh Sifat yang Dikendalikan oleh


No.
Gen Dominan Gen Resesif

1. Rambut hitam Rambut pirang

2. Mata sipit Mata lebar

3. Rambut keriting Rambut lurus

4. Lidah dapat menggulung Lidah tidak dapat menggulung

5. Bibir tebal Bibir tipis

6. Tangan kidal Tangan tidak kidal

7. Bulu mata panjang Bulu mata pendek

Untuk mengetahui karakter-karakter tertentu pada manusia, termasuk penurunan


penyakit-penyakit genetik, dapat disusun suatu diagram yang disebut peta silsilah
keluarga atau pedigree. Manfaat dari pedigree antara lain adalah sebagai berikut.
1. Memperbaiki mutu genetik keluarga.
2. Mengatur perkawinan untuk menghindari atau menekan munculnya penyakit-
penyakit genetik pada keturunan berikutnya.
3. Mempertahankan sifat-sifat unggul dalam keluarga.

2
Berikut ini adalah contoh pedigree dari keluarga kerajaan Inggris. Pedigree ini
menggambarkan tentang pewarisan penyakit hemofilia.

RATU ALBERT = NORMAL = NORMAL


VICTORIA
= PEMBAWA = HEMOFILIA

EDWARD VICTORIA ALICE ALFRED ARTHUR LEOPOLD HELENA BEATRICE HENRY


VII

GEORGE HENRY OF IRENE MENINGGAL ALEXANDRIA ALICE VICTORIA ALFONSO LEOPOLD MAURICE
V PRUSSIA PADA UMUR EUGENIE
3TH

GEORGE VI WALDEMAR HENRY CZAREVIICH VISCOUNT MARY MENINGGAL ALFONSO GONZALO


OF PRUSSIA MENINGGAL ALEXIS TREMATON WAKTU BAYI
(HIDUP PADA UMUR (DIBUNUH) MENINGGAL
SAMPAI 56 4 TAHUN PADA UMUR (PERDARAHAN
TAHUN) 20 TAHUN SAMPAI AJAL SETELAH
KECELAKAAN)
DALAM KELUARGA
RAJA INGGRIS
SEKARANG TAK
TERDAPAT HEMOFILIA

Peta Silsilah Penyakit Hemofilia dari Keluarga Kerajaan Inggris

Berdasarkan peta silsilah tersebut, tampak bahwa Ratu Victoria sebagai pembawa
sifat hemofilia menurunkan gen tersebut kepada ketiga anaknya. Satu sebagai penderita
dan dua lainnya hanya sebagai pembawa sifat. Pada dua generasi di bawahnya, juga
ditemukan keturunan yang menderita hemofilia dan pembawa sifat hemofilia.
Untuk mengatasi masalah penyakit menurun, dapat diusahakan dengan cara
eugenetika, eutenika, dan eufenika.
1. Eugenetika
Eugenetika adalah usaha perbaikan generasi mendatang dengan menggunakan
hukum hereditas. Hal ini bertujuan untuk memeroleh keturunan yang baik dan
terhindar dari penyakit genetik. Hal-hal yang perlu dilakukan antara lain adalah
sebagai berikut.
a. Menghindari perkawinan antarsaudara dekat agar terhindar dari penyakit-
penyakit resesif.
b. Memahami karakter-karakter tertentu melalui peta silsilah keluarga.

3
c. Menghindari pernikahan dengan penderita gangguan mental seperti debil,
imbisil, atau idiot.
d. Calon pasangan suami istri hendaknya melakukan pemeriksaan kesehatan
sebelum menikah.
e. Bagi pasangan suami istri yang memiliki kualitas genetik kurang baik, hendaknya
tidak merencanakan memiliki banyak anak.

SUPER "Solusi Quipper"


Untuk mengingat hal-hal yang perlu dilakukan dengan cara eugenetika, kamu dapat
menggunakan cara SUPER berikut.
Eugene tidak Kawin dengan Keluarga Dekat meskipun Paham Karakter, Mental,
Kesehatan, dan Kualitasnya.

2. Eutenika
Eutenika adalah usaha perbaikan generasi mendatang dengan cara meningkatkan
mutu lingkungan, seperti makanan bergizi, pendidikan yang baik, dan faktor
pendukung kehidupan yang baik. Perbaikan yang dilakukan dalam eutenika dapat
menandakan perkembangan suatu negara. Jika banyak rakyat yang sudah maju,
dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan eutenika di negara tersebut telah berjalan
dengan baik. Namun sebaliknya, jika masih banyak rakyat yang hidup di bawah
garis kemiskinan, dapat disimpulkan bahwa negara tersebut belum melaksanakan
eutenika dengan baik.

3. Eufenika
Eufenika adalah usaha perbaikan generasi mendatang dengan menyembuhkan
gejala-gejala penyakit genetik. Misalnya penyakit karena terganggunya metabolisme
tubuh seperti fenilketonuria (PKU). Jika dapat terdeteksi lebih dini, seorang anak
yang dinyatakan mengidap PKU dapat disembuhkan dengan diet fenilalanin. Selain
itu, dunia kedokteran yang sudah maju juga dapat melakukan terapi gen dengan
teknologi plasmid. Gen-gen penghasil enzim akan disisipkan agar penderita dapat
memproduksi enzim secara normal.

Contoh Soal 1
Seseorang yang akan menikah dapat menggunakan eugenetika untuk menghindari
penyakit menurun. Cara yang dapat ditempuh adalah ....

4
A. tidak menikah dengan saudara atau kerabat dekat
B. meningkatkan pendidikan diri sendiri dan calon pasangan
C. meningkatkan gaya hidup diri sendiri dan calon pasangan
D. menikah dengan jodoh yang sudah ditentukan orang tua
E. meningkatkan pergaulan agar dapat bebas memilih pasangan
JAWABAN: A
Penjelasan:
Cara eugenetika yang dapat dilakukan oleh seseorang yang akan menikah antara
lain adalah tidak menikah dengan saudara atau kerabat dekat. Hal ini bertujuan untuk
menghindari munculnya penyakit-penyakit resesif.

Contoh Soal 2
Perhatikan peta silsilah keluarga berikut ini.

= laki-laki normal
= perempuan normal
= laki-laki buta warna
= perempuan buta warna

Berdasarkan peta silsilah tersebut, genotipe kedua orang tuanya adalah ....
A. XCY dan XCXc
B. XcY dan XCXc
C. XCY dan XCXC
D. XcY dan XCXC
E. XcY dan XcXc
JAWABAN: B
Penjelasan:
Untuk menentukan genotipe kedua orang tuanya, lihatlah dahulu fenotipe anak-anaknya.
Pada peta silsilah keluarga tersebut, muncul anak perempuan buta warna (XcXc). Akan
tetapi, ada anak laki-laki yang normal (XCY). Dengan demikian, dapat dipastikan bahwa
genotipe ayahnya adalah XcY (penderita) dan genotipe ibunya adalah XCXc (normal
carrier).

5
C. Penentuan Jenis Kelamin pada Manusia
Jenis kelamin pada manusia ditentukan oleh sepasang kromosom kelamin, yaitu XX
dan XY. Seorang wanita memiliki sepasang kromosom kelamin XX, sedangkan seorang
pria memiliki sepasang kromosom kelamin XY. Pada saat pembentukan gamet, wanita
menghasilkan ovum yang mengandung kromosom X, sedangkan pria menghasilkan
sperma yang mengandung kromosom X atau Y.
Jika sperma X membuahi ovum, akan dihasilkan anak perempuan karena terbentuk
pasangan kromosom XX. Namun, jika sperma Y yang membuahi ovum, akan dihasilkan
anak laki-laki karena terbentuk pasangan kromosom XY. Untuk lebih jelasnya, perhatikan
diagram perkawinan berikut ini.

X Y

XX XY
X
= wanita = pria

Dari diagram persilangan tersebut, tampak bahwa peluang untuk mendapatkan


anak perempuan dan anak laki-laki adalah sama besar, yaitu 50%.
Untuk mendapatkan anak dengan jenis kelamin tertentu, dapat digunakan teori
kemungkinan dengan rumus binomium berikut.

( + p)
n

Keterangan:
1
;
 = kemungkinan anak laki-laki = 50% =
2
1
p = kemungkinan anak perempuan = 50% = ; dan
2
n = jumlah anak yang diharapkan.

Contoh penggunaan rumus teori kemungkinan jenis kelamin ini dapat dilihat pada
contoh soal berikut.

Contoh Soal 3
Sepasang suami istri ingin memiliki 3 orang anak dengan komposisi 2 laki-laki dan 1
perempuan. Berapa persen kemungkinan terpenuhinya harapan keluarga tersebut?

6
Penjelasan:
Dengan menggunakan rumus binomium, diperoleh:

( + p)3 = 13 + 32p1 + 31p2 + p3

Oleh karena komposisi yang diharapkan adalah 2 laki-laki dan 1 perempuan, maka
gunakan bagian rumus 32p1. Dengan demikian, diperoleh:

2 1
1  1
3   ×   = 0,75 × 0,5 = 0,375 × 100% = 37,5%
2 2

Jadi, kemungkinan terpenuhinya harapan keluarga tersebut adalah 37,5%.

Contoh Soal 4
Neneng dan Nanang ingin memiliki 4 anak yang semuanya laki-laki. Berapakah peluang
untuk mendapatkan 4 anak laki-laki tersebut?
Penjelasan:
Dengan menggunakan rumus binomium, diperoleh:

( + p)4 = 4 + 43p1 + 62p2 + 41p3 + p4

Oleh karena komposisi yang diharapkan adalah 4 laki-laki, maka gunakan bagian rumus
4. Dengan demikian, diperoleh:
4
1 1
4 =   =
 2  16 4
 1 1
  = .
Jadi, peluang untuk mendapatkan 4 anak laki-laki tersebut adalah
 2  16
Contoh Soal 5
Anita dan Andi sedang merencanakan pernikahan. Mereka berencana untuk memiliki
4 orang anak yang terdiri atas 3 laki-laki dan 1 perempuan. Persentase kemungkinan
harapan pasangan tersebut adalah ....
A. 6,25%
B. 25%
C. 50%
D. 37,5%
E. 15%
JAWABAN: B

7
Penjelasan:
Besarnya kemungkinan mendapatkan anak laki-laki dan anak perempuan adalah sama,
yaitu 50%. Jika pasangan tersebut ingin mempunyai 3 anak laki-laki dan 1 anak perempuan,
besarnya kemungkinan harapan pasangan tersebut adalah sebagai berikut.

( + p)4 = 4 + 43p1 + 62p2 + 41p3 + p4

Oleh karena komposisi yang diharapkan adalah 3 laki-laki dan 1 perempuan, maka
gunakan bagian rumus 43p1. Dengan demikian, diperoleh:

3
 1  1
4   ×   = 0 , 25 × 100% = 25%
2 2

Jadi, besarnya kemungkinan harapan pasangan tersebut mendapatkan 3 anak laki-laki


dan 1 anak perempuan adalah 25%.

D. Sistem Golongan Darah


Ada tiga sistem golongan darah yang umum digunakan, yaitu golongan darah sistem
ABO, sistem rhesus, dan sistem MN.

1. Golongan Darah Sistem ABO


Golongan darah sistem ABO adalah golongan darah yang didasarkan pada perbedaan
kandungan aglutinogen (antigen) dan aglutinin (antibodi). Aglutinogen adalah sejenis
glikoprotein yang terdapat di permukaan eritrosit. Jika dilakukan transfusi darah dan
aglutinogennya tidak sesuai, darah akan dianggap sebagai benda asing. Sementara
itu, aglutinin adalah protein yang dihasilkan oleh sel limfosit B di dalam plasma darah.
Aglutinin berfungsi untuk merespons benda asing. Ada empat macam golongan darah,
yaitu A, B, AB, dan O.
a. Golongan darah A adalah golongan darah yang memiliki aglutinogen A dan
aglutinin β.
b. Golongan darah B adalah golongan darah yang memiliki aglutinogen B dan
aglutinin α.
c. Golongan darah AB adalah golongan darah yang memiliki aglutinogen A dan B,
tetapi tidak memiliki aglutinin α dan β.
d. Golongan darah O adalah golongan darah yang tidak memiliki aglutinogen A dan
B, tetapi memiliki aglutinin α dan β.

8
Golongan darah tipe A, B, AB, dan O dikendalikan oleh alel ganda. Ada tiga macam
gen yang mengendalikan golongan darah ini, yaitu IA, IB, dan IO atau i. Urutan dominansi
gen-gen tersebut adalah IA = IB > i (I = isoaglutinogen).
a. Golongan darah A memiliki genotipe IAIA (homozigot) atau IAi (heterozigot).
b. Golongan darah B memiliki genotipe IBIB (homozigot) atau IBi (heterozigot).
c. Golongan darah AB memiliki genotipe IAIB.
d. Golongan darah O memiliki genotipe IOIO atau ii.

Contoh Soal 6
Seorang wanita bergolongan darah A menikah dengan seorang pria bergolongan darah
O. Berapa persen kemungkinan mendapatkan anak laki-laki bergolongan darah seperti
ibunya?
Penjelasan:
Perhatikan diagram persilangan berikut.

P : IAi × ii
G : I A
i
i
1
F : IAi = A =
2
1
ii = O =
2

Oleh karena kemungkinan mendapatkan anak laki-laki dan anak perempuan adalah sama,
1
yaitu , maka:
2
1 1 1
A = × = × 100% = 25%
2 2 4

Jadi, persentase kemungkinan mendapatkan anak laki-laki bergolongan darah seperti


ibunya adalah 25%.

Contoh Soal 7
Seorang wanita bergolongan darah A menikah dengan seorang pria bergolongan darah
B. Mereka ingin mempunyai 3 orang anak yang terdiri atas 2 anak bergolongan darah
seperti ibunya dan 1 anak bergolongan darah seperti ayahnya. Berapakah peluang untuk
mendapatkan anak-anak seperti yang mereka inginkan?

9
Penjelasan:
Perhatikan diagram persilangan berikut.

P : IAi × IBi
G : IA IB
i i
1
F : IAIB = AB =
4
1
IAi = A = = a
4
1
IBi = B = = b
4
1
ii = O =
4

Dengan menggunakan rumus binomium, diperoleh:

(a + b)3 = 1a3 + 3a2b1 + 3a1b2 + b3

Oleh karena komposisi yang diharapkan adalah 2 anak bergolongan darah seperti ibunya
(a) dan 1 anak bergolongan darah seperti ayahnya (b), maka:

2
 1  1 1 1 3
3a b = 3   ×   = 3 ×
2 1
× =
4 4 16 4 64
3
Jadi, peluang untuk mendapatkan anak-anak seperti yang mereka inginkan adalah .
64

2. Golongan Darah Sistem Rhesus


Golongan darah sistem rhesus adalah golongan darah yang didasarkan pada ada atau
tidaknya antigen di permukaan membran plasma. Antigen tersebut adalah faktor rhesus.
Ada dua golongan darah dalam sistem rhesus ini, yaitu golongan darah rhesus positif
(Rh+) dan rhesus negatif (Rh–). Orang yang memiliki faktor Rh dikatakan bergolongan
darah Rh+, sedangkan orang yang tidak memiliki faktor Rh dikatakan bergolongan darah
Rh–.
Rhesus dikendalikan oleh gen Rh dan alelnya rh. Jika seseorang memiliki rhesus
positif, genotipe orang tersebut adalah RhRh atau Rhrh. Sementara itu, jika seseorang
memiliki rhesus negatif, genotipenya adalah rhrh.
Sistem rhesus sangat penting dalam suatu perkawinan, terutama jika pasangan suami
istri memiliki rhesus yang berbeda. Ada tiga kemungkinan tipe perkawinan berdasarkan
rhesus pasangan suami istri, yaitu sebagai berikut.

10
a. Keduanya memiliki rhesus yang sama, positif semua atau negatif semua.
Jika suami istri memiliki rhesus yang sama, anak-anak mereka akan lahir dengan
selamat. Hal ini terjadi karena mereka memiliki tipe rhesus yang sama dengan kedua
orang tuanya. Oleh karena tipe rhesusnya sama dengan orang tuanya, maka selama
kehamilan, embrio tidak mengalami penggumpalan.
b. Suami memiliki rhesus negatif dan istri memiliki rhesus positif.
Jika suami memiliki rhesus negatif dan istri memiliki rhesus positif, anak-anak mereka
akan memiliki rhesus positif atau negatif. Jika embrio yang dikandung ibu memiliki
rhesus negatif, darah ibu tidak akan menggumpalkan embrio tersebut, sehingga
bisa lahir dengan selamat.
c. Suami memiliki rhesus positif dan istri memiliki rhesus negatif.
Jika suami memiliki rhesus positif dan istri memiliki rhesus negatif, anak-anak
mereka akan memiliki rhesus positif atau negatif. Jika embrio yang dikandung ibu
memiliki rhesus negatif, tidak akan timbul masalah dan bayi dapat lahir dengan
selamat. Namun, jika anak yang dikandung memiliki rhesus positif, biasanya pada
kehamilan pertama anak tersebut dapat lahir dengan selamat. Akan tetapi, jika anak
kedua juga memiliki rhesus positif, antibodi ibu akan menyerang janin. Keadaan
ini disebut dengan eritroblastosis fetalis, yaitu anemia akut akibat sel-sel darah
merah mengalami hemolisis (pecah) yang hebat. Keadaan ini dapat mengancam
keselamatan jiwa bayi tersebut.

3. Golongan Darah Sistem MN


Golongan darah sistem MN adalah golongan darah yang didasarkan pada ada atau
tidaknya jenis antigen glikoprotein yang terdapat pada membran sel-sel darah merah,
yaitu glikoforin A. Ada dua macam antigen glikoforin, yaitu antigen glikoforin-M dan
antigen glikoforin-N. Kedua jenis antigen ini tidak membentuk antibodi jika ditransfusikan
dari golongan darah satu ke golongan darah lainnya. Akan tetapi, reaksi akan muncul jika
antigen tersebut ditransfusikan ke dalam tubuh kelinci. Tubuh kelinci akan membentuk
antibodi, yaitu anti-M atau anti-N. Jika zat tersebut disuntikkan ke dalam darah manusia,
akan terjadi reaksi.
Ada tiga golongan darah pada sistem ini, yaitu golongan darah M, N, dan MN.
Golongan darah M adalah golongan darah yang menunjukkan reaksi penggumpalan
jika disuntik dengan serum anti-M. Golongan darah N adalah golongan darah yang
menunjukkan reaksi penggumpalan jika disuntik dengan serum anti-N. Sementara itu,
golongan darah MN adalah golongan darah yang menunjukkan reaksi penggumpalan
terhadap kedua anti serum tersebut.

11
Golongan darah M, N, dan MN dikendalikan oleh gen-gen kodominan, yaitu gen
L dan gen LN. Golongan darah M memiliki genotipe LMLM, golongan darah N memiliki
M

genotipe LNLN, dan golongan darah MN memiliki genotipe LMLN.

Contoh Soal 8
Wanita bergolongan darah rhesus negatif, MN menikah dengan pria bergolongan darah
rhesus positif, N. Berapakah peluang:
a. mendapatkan anak bergolongan darah rhesus negatif, MN?
b. mendapatkan hanya anak pertama bergolongan darah rhesus positif, jika pasangan
tersebut memiliki 3 orang anak?
Penjelasan:
Perhatikan diagram persilangan berikut.

P : rhrh, LMLN × Rhrh, LNLN

Untuk rhesus:
P : rhrh × Rhrh
G : rh Rh, rh
1
F : Rhrh = rhesus positif = = 50%
2
1
rhrh = rhesus negatif = = 50%
2

Untuk MN:
P : LMLN × LNLN
G : LM, LN LN
1
F : LMLN = MN = = 50%
2
1
LNLN = N = = 50%
2

a. Peluang mendapatkan anak bergolongan darah rhesus negatif, MN:


1 1 1
× =
2 2 4
1
Jadi, peluang mendapatkan anak bergolongan darah rhesus negatif, MN adalah .
4
b. Peluang mendapatkan hanya anak pertama yang bergolongan darah rhesus positif
dari 3 anak:

12
1 1 1 1
K ( +, -, - ) = × × =
2 2 2 8

Jadi, peluang mendapatkan hanya anak pertama yang bergolongan darah rhesus positif
1
dari 3 anak adalah .
8

Contoh Soal 9
Seorang wanita bergolongan darah A, rhesus positif menikah dengan seorang pria
bergolongan darah O, rhesus negatif. Besarnya kemungkinan mendapatkan anak laki-laki
yang bergolongan darah seperti ibunya adalah ....
A. 50%
B. 6,25%
C. 12,5%
D. 37,5%
E. 25%
JAWABAN: C
Penjelasan:
Wanita bergolongan darah A, rhesus positif yang tidak diketahui genotipenya apakah
homozigot atau heterozigot, dianggap heterozigot. Dengan demikian,diagram
persilangannya adalah sebagai berikut.

P : IAi, Rhrh × ii, rhrh

Persilangan untuk golongan darah ABO:


P : IAi × ii
G : IA i
i
1
F : IAi = A =
2
1
ii = O =
2

Persilangan untuk golongan darah Rhesus:


P : Rhrh × rhrh
G : Rh, rh rh

13
1
F : Rhrh = rhesus positif =
2
1
rhrh = rhesus negatif =
2
1 1
Kemungkinan untuk jenis kelamin laki-laki = dan perempuan = .
2 2

Dengan demikian, kemungkinan mendapatkan anak laki-laki yang bergolongan darah


seperti ibunya adalah sebagai berikut.

1 1 1
× × × 100% = 12,5%
2 2 2

Jadi, kemungkinan mendapatkan anak laki-laki yang bergolongan darah seperti ibunya
adalah 12,5%.

14
Kurikulum
Kurikulum2006/2013
xxx
Kel a s

XII
biologi
KELAINAN GENETIS PADA MANUSIA

Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut.
1. Memahami kelainan-kelainan genetik yang dibawa oleh gen dominan autosomal.
2. Memahami kelainan-kelainan genetik yang dibawa oleh gen semidominan dan resesif
autosomal.
3. Memahami kelainan-kelainan genetik yang dibawa oleh gonosom X dan Y.
4. Memahami kelainan-kelainan genetik yang dipengaruhi oleh hormon kelamin.
5. Dapat menyelesaikan permasalahan terkait pewarisan sifat pada manusia.

A. Kelainan-Kelainan Genetik yang Dibawa oleh Autosom dan Bersifat


Dominan
Banyak kelainan genetik yang dapat ditemukan pada manusia. Kelainan-kelainan ini
dibawa oleh kromosom tubuh (autosom) dan kromosom kelamin (gonosom). Kelainan-
kelainan tersebut dapat bersifat dominan atau resesif. Ciri-ciri kelainan genetik yang
disebabkan oleh gen dominan adalah sebagai berikut.
1. Sifat tersebut mungkin ada pada pria maupun wanita.
2. Sifat tersebut juga terdapat pada salah satu orang tua pasangan.
3. Pola pewarisan bersifat vertikal, artinya tiap generasi pasti ada yang memiliki sifat
tersebut.
4. Jika sifat yang diwariskan berupa penyakit keturunan, pernikahan antara anak-
anak yang tidak menderita penyakit ini dan pasangan normal akan menghasilkan
keturunan yang normal juga.
5. Sekitar 50% anak yang dilahirkan akan mewarisi sifat tersebut, meskipun salah satu
pasangan tidak memiliki sifatnya.

Beberapa kelainan yang disebabkan oleh gen dominan autosomal adalah sebagai
berikut.
1. Kemampuan mengecap PTC
Kemampuan mengecap PTC merupakan kemampuan lidah untuk merasakan pahit
atau tidaknya suatu zat PTC (phenylthiocarbamide). Jika dapat merasakan pahitnya
PTC, orang tersebut digolongkan tester. Namun, jika tidak dapat merasakan pahitnya
PTC, orang tersebut digolongkan nontester. Orang yang tergolong tester memiliki
genotipe TT (homozigot) atau Tt (heterozigot). Sementara orang yang tergolong
nontester memiliki genotipe tt.
2. Huntington
Huntington merupakan kelainan yang dapat menyebabkan terjadinya degenerasi
pada sistem saraf. Gejala penyakit ini antara lain adalah hilangnya konsentrasi,
mudah lupa, cadel ketika berbicara, depresi, kesulitan makan, serta sering melakukan
gerakan abnormal yang tidak disadari pada kaki, jari, dan wajah. Gejala nyata kelainan
ini baru muncul setelah memasuki usia 35 – 44 tahun.
3. Dentinogenesis imperfecta
Dentinogenesis imperfecta adalah kelainan pada gigi manusia berupa dentin putih
seperti susu (opalesen). Pada hasil rontgen, email tampak normal. Namun, ruang-
ruang pulpa dan saluran akar gigi terhapus oleh dentin abnormal. Jika diamati, ada
penambahan perbatasan pada hubungan antara mahkota dan akar gigi molar. Gen
yang berpengaruh pada kelainan ini adalah gen dominan D.
4. Anonychia (Anonikia)
Anonychia (anonikia) adalah kelainan berupa tidak adanya kuku pada sebagian
jari. Penderita kelainan ini memiliki genotipe AA (homozigot) atau Aa (heterozigot).
Sementara individu normal memiliki genotipe aa.
5. Retinal aplasia
Retinal aplasia merupakan kelainan pada mata yang menyebabkan kebutaan sejak
lahir. Kelainan ini ditemukan 10% dari kasus kebutaan. Penyebab retinal aplasia
adalah gen dominan Ra. Penderita memiliki genotipe RaRa (homozigot) atau Rara
(heterozigot). Sementara individu normal memiliki genotipe rara.
6. Katarak
Katarak merupakan kelainan pada mata yang memiliki risiko menimbulkan
kebutaan. Gen yang berpengaruh pada kelainan ini adalah gen dominan K. Penderita

2
memiliki genotipe KK (homozigot) atau Kk (heterozigot). Sementara individu normal
memiliki genotipe kk.
7. Hipertensi
Hipertensi merupakan penyakit akibat tekanan darah berada di atas tekanan darah
normal. Ekspresi penyakit ini umumnya muncul pada usia dewasa dan dipengaruhi
oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah obesitas, polusi udara,
kurang olahraga, stress, dan nutrisi. Pengendali hipertensi adalah gen H, sehingga
genotipe penderitanya adalah HH atau Hh. Sementara individu normal genotipenya
adalah hh.
8. Sindrom marfan
Sindrom marfan merupakan sindrom yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut.
a. Tangan dan jari-jari kecil (araknodaktili).
b. Perawakan tubuh kecil.
c. Seringkali disertai kelainan pada tulang belakang (skoliosis, kifosis, atau
lordosis).
d. Tulang skapula bersayap.
e. Tulang dada seperti burung.
f. Otot tidak berkembang.
g. Mengalami defisiensi lemak akut.
9. Progeria
Progeria merupakan kelainan berupa penuaan dini. Pada waktu dilahirkan,
penderita tampak normal. Akan tetapi, pada usia 2 – 3 tahun, mulai terjadi gejala
penuaan seperti pengerasan arteri, kerontokan rambut, dan lemak di bawah kulit
mulai menghilang (keriput).
10. Akondroplasia
Akondroplasia merupakan kelainan berupa kekerdilan (cebol) yang disebabkan
oleh adanya kelainan pada epifisis atau penulangan pada kartilago. Ciri-ciri penderita
kelainan ini antara lain adalah anggota badan pendek, muka kecil, dan bentuk kepala
seperti kubah.
11. Tilosis (hyperkeratosis)
Tilosis (hyperkeratosis) adalah penebalan kulit pada telapak tangan atau telapak
kaki. Penderita tilosis cenderung terkena kanker esofagus yang dapat menyebabkan
kematian.
12. Sindrom achoo
Sindrom achoo adalah kelainan berupa sindrom bersin yang kronis.

3
13. Thalasemia
Thalasemia adalah kelainan darah yang ditandai dengan eritrosit berbentuk
lonjong dan kecil-kecil, sehingga daya ikat terhadap oksigen rendah. Thalasemia
mengakibatkan penyakit anemia. Penderita thalasemia mengalami kelainan pada
gen-gen yang mengatur pembentukan rantai globin. Akibatnya, terjadi kerusakan
atau pecahnya eritrosit. Beberapa ciri lain dari penderita thalasemia adalah sebagai
berikut.
a. Kandungan zat besi pada tubuh sangat tinggi.
b. Pembengkakan pada limpa dan hati.
c. Wajah sembab dan pangkal hidung terbenam.
d. Tulang panjang mudah patah.
e. Tulang tengkorak dan muka menebal.

Ada dua tipe thalasemia, yaitu thalasemia mayor dan thalasemia minor.
Thalasemia mayor bergenotipe ThTh, bersifat subletal, dan menyebabkan kematian
pada usia muda. Thalasemia minor bergenotipe Thth dan mengakibatkan anemia
yang tidak parah. Sementara itu, individu normal bergenotipe thth.
14. Kelainan pada jari, yaitu polidaktili, brakidaktili, dan sindaktili
a. Polidaktili
Polidaktili adalah kelainan yang menyebabkan jumlah jari lebih dari lima, bisa
di tangan atau di kaki. Jari tambahan ini dapat tumbuh di tempat yang berbeda-
beda, bisa di dekat kelingking atau ibu jari. Bentuknya pun bisa seperti jari
sempurna, abnormal, atau hanya berbentuk benjolan kecil. Penderita polidaktili
bergenotipe PP atau Pp, sedangkan orang berjari normal bergenotipe pp.
b. Brakidaktili
Brakidaktili adalah kelainan yang menyebabkan tulang ruas jari menjadi
pendek, baik pada ruas jari kaki atau pada jari tangan. Kelainan ini disebabkan
oleh gen B yang bersifat letal jika dalam keadaan homozigot (BB). Sementara
itu, penderita brakidaktili memiliki genotipe heterozigot (Bb) dan individu
normal memiliki genotipe bb.
c. Sindaktili
Sindaktili adalah kelainan yang menyebabkan jari-jari tangan atau kaki
saling berlekatan. Kelainan ini dikendalikan oleh gen S yang dalam keadaan
homozigot (SS) tidak bersifat letal.

4
Contoh Soal 1
Seorang pria yang dapat merasakan pahitnya PTC menikah dengan seorang wanita yang
memiliki sifat yang sama. Jika keduanya bergenotipe heterozigotik, besarnya kemungkinan
mendapatkan anak perempuan yang tidak dapat merasakan pahitnya PTC adalah ....
A. 12,5%
B. 15%
C. 6,25%
D. 25%
E. 50%
JAWABAN: A
Penjelasan:
Perhatikan diagram persilangan berikut.

P : Tt × Tt

G : T T
t t

F : 1 TT = merasakan PTC 3
2 Tt = merasakan PTC 4
1
1 tt = tidak merasakan PTC =
4
1
Oleh karena kemungkinan mendapatkan anak perempuan adalah , maka besarnya
2
kemungkinan mendapatkan anak perempuan yang tidak dapat merasakan pahitnya PTC
adalah sebagai berikut.

1 1
× × 100% = 12,5 %
2 4

Jadi, besarnya kemungkinan mendapatkan anak perempuan yang tidak dapat merasakan
pahitnya PTC adalah 12,5%.

5
B. Kelainan Genetik Terpaut Autosom yang Bersifat Semidominan dan Resesif
1. Kelainan Genetik yang Disebabkan oleh Gen Semidominan
Kelainan genetik yang disebabkan oleh gen semidominan adalah sistinuria. Sistinuria
merupakan kelainan yang menyebabkan tubuh terlalu banyak mensekresikan asam amino
sistein. Asam amino jenis ini sukar larut dalam air, sehingga dapat menimbulkan endapan
berupa batu ginjal. Genotipe homozigot (CC) adalah penderita batu ginjal, sedangkan
genotipe heterozigot (Cc) mensekresikan sistein tetapi tidak menimbulkan endapan batu
ginjal. Sementara itu, individu normal bergenotipe cc.

2. Kelainan Genetik yang Disebabkan oleh Gen Resesif


Ciri-ciri kelainan genetik yang disebabkan oleh gen resesif adalah sebagai berikut.
a. Sifat tersebut mungkin ada pada pria maupun wanita.
b. Sifat tersebut hanya muncul jika dalam keadaan homozigot resesif. Jika dalam
keadaan heterozigot, secara fenotipe tidak tampak. Namun, dapat muncul pada
keturunan berikutnya.
c. Pola pewarisan tidak bersifat vertikal, artinya sifat ini tidak muncul pada setiap
generasi.
d. Jika menikah dengan orang yang normal, keturunannya akan mewarisi kelainan
tersebut sebagai carrier (pembawa).
e. Pada umumnya, kedua orang tua dan anak-anak dari penderita yang memiliki gen
resesif homozigot adalah normal.
f. Sering terjadi pada perkawinan sedarah.
g. 25% saudara kandung penderita akan sakit.
h. Orang tua biasanya bukan penderita.
i. Dua orang tua yang sakit tidak dapat memiliki anak yang normal.

Beberapa kelainan yang disebabkan oleh gen resesif autosomal adalah sebagai
berikut.
a. Albino
Albino adalah penyakit menurun yang ditandai dengan tidak adanya pigmen pada
kulit, rambut, dan mata. Penyebab penyakit albino adalah tubuh tidak mempunyai
enzim tirosinase yang berperan mengubah tirosin menjadi melanin. Genotipe untuk
kelainan genetik ini adalah sebagai berikut.
1.) AA dan Aa = individu berkulit normal.
2.) aa = individu albino.

6
b. Siklemia
Siklemia adalah kelainan pada sel darah merah, yaitu sel-selnya berbentuk seperti
bulan sabit. Siklemia mengakibatkan daya ikat terhadap oksigen rendah dan
menimbulkan penyakit anemia pada penderitanya. Siklemia disebut juga dengan
sickle cell anemia. Genotipe untuk kelainan genetik ini adalah sebagai berikut.
1.) SS dan Ss = individu normal.
2.) ss = individu penderita.
c. Fibrosis sistik
Fibrosis sistik adalah kelainan yang menyebabkan tidak adanya suatu jenis protein
pada membran sel yang membantu transport ion klorida. Akibatnya, ion klorida di
luar sel lebih tinggi daripada di dalam sel. Genotipe untuk kelainan genetik ini adalah
sebagai berikut.
1.) FsFs dan Fsfs = individu normal.
2.) fsfs = individu penderita.
d. Galaktosemia
Galaktosemia adalah ketidakmampuan tubuh untuk menghasilkan enzim pemecah
galaktosa. Kadar galaktosa yang tinggi dalam darah penderita akan menyebabkan
kerusakan hati, otak, dan mata. Tanda-tanda yang muncul pada individu dengan
penyakit galaktosemia adalah kekurangan nutrisi, diare, dan muntah-muntah.
Genotipe untuk kelainan genetik ini adalah sebagai berikut.
1.) GG dan Gg = individu normal.
2.) gg = individu penderita.
e. Xeroderma pigmentosum
Xeroderma pigmentosum adalah kelainan pigmentasi yang menyebabkan kulit
sangat peka terhadap sinar matahari. Tanda-tanda yang muncul pada kulit penderita
penyakit xeroderma pigmentosum adalah timbul bercak-bercak, melepuh, dan
rentan terhadap kanker kulit pada usia lanjut. Genotipe untuk kelainan genetik ini
adalah sebagai berikut.
1.) PxPx dan Pxpx = individu normal.
2.) pxpx = individu penderita.
f. Gangguan mental
Gangguan mental terjadi karena tubuh tidak mampu membentuk enzim fenilalanin
hidroksilase untuk mengubah fenilalanin menjadi tirosin. Jika urin penderita
direaksikan dengan larutan ferioksida, akan dihasilkan warna hijau kebiruan karena
mengandung derivat fenilketonuria (PKU). Tingkat gangguan mental beragam, yaitu

7
debil (IQ 50 – 69), imbisil (IQ 25 – 49), dan idiot (IQ < 25). Genotipe untuk kelainan
genetik ini adalah sebagai berikut.
1.) FeFe dan Fefe = individu normal.
2.) fefe = individu penderita.
g. Alkaptonuria
Alkaptonuria adalah kelainan yang terjadi pada metabolisme tirosin. Hal ini
disebabkan karena seseorang tidak mempunyai enzim yang seharusnya mengubah
alkapton (asam homogetisin) menjadi asam asetoasetat sampai menjadi H2O dan
CO2. Alkapton akan keluar dari tubuh penderita bersama kemih. Segera setelah
terkena udara, kemih ini akan berubah warna menjadi cokelat atau hitam.
Alkapton juga masuk ke dalam darah dan diedarkan ke seluruh tubuh.
Timbunan alkapton ini akan diendapkan pada badan, tulang rawan, dan lendon
(urat). Adakalanya, alkapton juga diendapkan pada persendian, sehingga pada usia
tua menimbulkan rasa nyeri di kaki dan tulang punggung. Timbunan alkapton di
tubuh biasanya tampak sebagai noda-noda hitam pada bola mata, hidung, dan
telinga. Genotipe untuk kelainan genetik ini adalah sebagai berikut.
1.) AlAl dan Alal = individu normal.
2.) alal = individu penderita.
h. Tay-Sachs
Tay-Sachs adalah penyakit yang menyerang sistem saraf pusat pada bayi laki-laki
maupun perempuan dan dapat berakibat fatal. Bayi dengan kelainan ini pada awal
kelahirannya masih dapat berkembang secara normal. Namun, setelah bayi memasuki
usia 6 bulan, mulai muncul tanda-tanda bahwa bayi tersebut mengalami gangguan,
seperti penurunan kemampuan mental dan fisik. Bayi akan mulai berhenti tersenyum,
merangkak, berbalik, dan secara perlahan biasanya akan mengalami kebutaan
dan kelumpuhan. Kondisi semacam ini merupakan penyakit serius yang dapat
menyebabkan kematian. Genotipe untuk kelainan genetik ini adalah sebagai berikut.
1.) TsTs dan Tsts = individu normal.
2.) tsts = individu penderita.
i. Spinal Muskular Atrofi (SMA)
Spinal Muskular Atrofi (SMA) adalah penyakit yang menyerang saraf motorik
(saraf yang mengendalikan otot-otot untuk bergerak), sehingga menyebabkan
kelumpuhan. Penyakit ini tidak menyerang aktivitas intelektual penderita. Genotipe
untuk kelainan genetik ini adalah sebagai berikut.
1.) SaSa dan Sasa = individu normal.
2.) sasa = individu penderita.

8
Contoh Soal 2
Apabila seorang laki-laki berkulit normal heterozigot menikah dengan seorang perempuan
albino, perbandingan keturunan yang dihasilkan adalah ....
A. 50% anak normal homozigot : 25% anak albino : 25% anak normal heterozigot
B. 50% anak normal heterozigot : 25% anak normal homozigot : 25% anak albino
C. 50% anak albino : 50% anak normal heterozigot
D. 75% anak albino : 25% anak normal
E. 75% anak normal : 25% anak albino
JAWABAN: C
Penjelasan:
Perhatikan diagram persilangan berikut.

P : Aa × aa
normal albino
G : A a
a

F : Aa = kulit normal heterozigot = 50%


aa = kulit albino= 50%

Jadi, perbandingan keturunannya adalah 50% anak albino : 50% anak normal
heterozigot.

C. Kelainan-Kelainan Genetik yang Terpaut pada Gonosom


Selain dibawa oleh autosom, ada beberapa kelainan genetik yang dibawa oleh gonosom,
baik gonosom X maupun gonosom Y. Kelainan yang dibawa oleh gonosom X akan
diwariskan pada anak laki-laki maupun anak perempuan secara criss-cross inheritance
(pewarisan bersilang). Sementara kelainan yang dibawa oleh gonosom Y akan diwariskan
pada anak laki-laki saja.

1. Kelainan Genetik yang Dibawa oleh Gonosom X


a. Disebabkan oleh Gen Dominan
Kelainan genetik yang disebabkan oleh gen dominan dan terpaut gonosom X adalah
sebagai berikut.

9
1.) Gigi defektif
Gigi defektif adalah kelainan yang menyebabkan email gigi tersusun dalam
lajur-lajur vertikal yang tidak rata, kasar, dan keras. Genotipe untuk kelainan
genetik ini adalah sebagai berikut.
• XDdXDd dan XDdXdd = perempuan penderita
• XDdY = laki-laki penderita
• XddXdd = perempuan normal
• XddY = laki-laki normal
2.) Sindrom rett
Sindrom rett adalah kelainan yang menyebabkan hilangnya kemampuan
komunikasi dan keterampilan sosial seseorang. Kelainan ini terjadi secara
perlahan-lahan, dimulai sejak usia 1 – 4 tahun. Biasanya sindrom rett terjadi
pada anak perempuan. Genotipe untuk kelainan genetik ini adalah sebagai
berikut.
• XRXR = perempuan penderita
• XRY = laki-laki penderita
• XrXr = perempuan normal
• XrY = laki-laki normal
3.) Gigi tanpa email (anemail)
Gigi tanpa email (anemail) adalah kelainan yang menyebabkan gigi tidak
memiliki email, sehingga mudah rusak. Genotipe untuk kelainan genetik ini
adalah sebagai berikut.
• XAdXAd = perempuan penderita
• XAdY = laki-laki penderita
• XadXad = perempuan normal
• XadY = laki-laki normal
4.) Gigi cokelat
Gigi cokelat adalah kelainan yang menyebabkan gigi tidak dapat putih,
melainkan kecokelatan seperti warna gigi pecandu minuman kopi atau seperti
gigi perokok. Genotipe untuk kelainan genetik ini adalah sebagai berikut.
• XBdXBd = perempuan penderita
• XBdY = laki-laki penderita
• XbdXbd = perempuan normal
• XbdY = laki-laki normal

10
SUPER "Solusi Quipper"
Untuk mengingat kelainan genetik yang disebabkan oleh gen dominan dan terpaut
gonosom X, kamu dapat menggunakan cara SUPER berikut.
Dicoret Animal
Gigi Defektif, Gigi Cokelat, Sindrom Rett, Anemail

b. Disebabkan oleh Gen Resesif


Kelainan genetik yang disebabkan oleh gen resesif dan terpaut gonosom X adalah
sebagai berikut.
1.) Buta warna
Buta warna adalah kelainan yang menyebabkan seseorang tidak dapat
membedakan warna-warna tertentu akibat gangguan pada sel-sel kerucut
mata. Ada dua tipe buta warna, yaitu buta warna total dan buta warna parsial.
Penderita buta warna total tidak dapat membedakan semua warna. Sementara
itu, penderita buta warna parsial hanya dapat membedakan warna-warna
tertentu. Genotipe untuk kelainan genetik ini adalah sebagai berikut.
• XCXC dan XCXc = perempuan normal
• XCY = laki-laki normal
• XcXc = perempuan penderita
• XcY = laki-laki penderita
2.) Hemofilia
Hemofilia adalah kelainan yang menyebabkan darah seseorang sukar
membeku jika terjadi luka. Hemofilia terjadi karena darah penderita tidak
mengandung zat antihemofilia globulin. Akibatnya, tubuh tidak mampu
membentuk tromboplastin yang berperan dalam pembekuan darah. Genotipe
untuk kelainan genetik ini adalah sebagai berikut.
• XHXH dan XHXh = perempuan normal
• XHY = laki-laki normal
• XhXh = perempuan penderita
• XhY = laki-laki penderita
3.) Anodontia
Anadontia adalah kelainan yang menyebabkan penderita tidak memiliki gigi
(ompong). Genotipe untuk kelainan genetik ini adalah sebagai berikut.

11
• XAXA dan XAXa = perempuan normal
• XAY = laki-laki normal
• XaXa = perempuan penderita
• XaY = laki-laki penderita
4.) Amolar
Amolar adalah kelainan yang menyebabkan gigi tetap pada penderita tidak
tumbuh, meskipun gigi susu tumbuh. Genotipe untuk kelainan genetik ini
adalah sebagai berikut.
• XAmXAm dan XAmXam = perempuan normal
• XAmY = laki-laki normal
• XamXam = perempuan penderita
• XamY = laki-laki penderita
5.) Sindrom fragile X
Sindrom fragile X adalah keterbelakangan mental akibat adanya pelekukan
pada ujung lengan panjang kromosom X. Genotipe untuk kelainan genetik ini
adalah sebagai berikut.
• XFxXFx dan XFxXfx = perempuan normal
• XFxY = laki-laki normal
• XfxXfx = perempuan penderita
• XfxY = laki-laki penderita
6.) Sindrom Lesch-Nyhan
Sindrom Lesch-Nyhan adalah kelainan yang menyebabkan penderita
mengalami defisiensi enzim hipoksanti-guanin fosforil transferase (HGPRT).
Sindrom Lesch-Nyhan mengakibatkan sakit encok yang parah, gangguan ginjal,
degenerasi motorik, gerakan berulang-ulang pada lengan dan kaki, gangguan
mental, wajah meringis, serta kematian di usia muda. Genotipe untuk kelainan
genetik ini adalah sebagai berikut.
• XLnXLn dan XLnXln = perempuan normal
• XLnY = laki-laki normal
• XlnXln = perempuan penderita
• XlnY = laki-laki penderita
7.) Distrofi otot
Distrofi otot adalah kelainan berupa tidak adanya satu jenis protein otot
distrofin, sehingga otot melemah dan kehilangan keseimbangan badan. Pada

12
umumnya, penderita distrofi otot meninggal pada usia kurang dari 20 tahun.
Genotipe untuk kelainan genetik ini adalah sebagai berikut.
• XDfXDf dan XDfXdf = perempuan normal
• XDfY = laki-laki normal
• XdfXdf = perempuan penderita
• XdfY = laki-laki penderita

2. Kelainan Genetik yang Dibawa oleh Gonosom Y


Kelainan genetik yang disebabkan oleh gonosom Y adalah sebagai berikut.
a. Webbed toes
Webbed toes adalah kelainan yang menyebabkan terjadinya pertumbuhan selaput
di antara jari-jari kaki, sehingga mirip jari katak. Genotipe untuk kelainan genetik ini
adalah sebagai berikut.
1.) XYW = laki-laki normal.
2.) XYw = laki-laki penderita.
b. Hypertrichosis
Hypertrichosis adalah pertumbuhan rambut yang berlebihan pada daun telinga,
wajah, atau anggota tubuh lainnya. Genotipe untuk kelainan genetik ini adalah
sebagai berikut.
1.) XYH = laki-laki normal.
2.) XYh = laki-laki penderita.
c. Hystrix gravior
Hystrix gravior adalah pertumbuhan rambut yang panjang dan kasar seperti duri
landak di kulit. Genotipe untuk kelainan genetik ini adalah sebagai berikut.
1.) XYHg = laki-laki normal.
2.) XYhg = laki-laki penderita.
d. Ichtyosis congenital
Ichtyosis congenital adalah suatu kelainan yang ditandai dengan kulit kasar dan
kering seperti sisik ikan. Genotipe untuk kelainan genetik ini adalah sebagai berikut.
1.) XYIc = laki-laki normal.
2.) XYic = laki-laki penderita.

3. Kelainan yang Dipengaruhi oleh Hormon Kelamin


Kelainan genetik yang disebabkan oleh hormon kelamin adalah sebagai berikut.

13
a. Kebotakan
Kebotakan dikendalikan oleh gen dominan autosomal. Dalam keadaan homozigot,
baik laki-laki maupun perempuan, semuanya botak. Namun, dalam keadaan
heterozigot, laki-laki botak dan perempuan tidak botak. Keadaan tidak botak, baik
pada laki-laki maupun perempuan adalah jika genotipe mereka homozigot resesif.
Penurunan sifat botak dapat digambarkan pada tabel berikut ini.

Fenotipe Kebotakan
Genotipe
Pria Wanita
BB botak botak
Bb botak tidak botak
bb tidak botak tidak botak

b. Panjang jari telunjuk


Jika jari telunjuk dan jari manis disejajarkan di atas bidang datar, akan tampak dua
kemungkinan, yaitu jari telunjuk lebih pendek atau jari telunjuk lebih panjang
daripada jari manis. Jari telunjuk yang lebih pendek disebut jari pendek. Jari pendek
ini dikendalikan oleh gen dominan. Pada keadaan homozigot dominan, baik laki-
laki maupun perempuan, keduanya akan berjari pendek. Namun, jika genotipenya
heterozigot, laki-laki akan berjari pendek, sedangkan perempuan akan berjari
panjang. Sementara itu, laki-laki dan perempuan akan berjari panjang dalam keadaan
homozigot resesif. Penurunan sifat panjang jari telunjuk dapat digambarkan pada
tabel berikut ini.

Fenotipe Panjang Jari Telunjuk


Genotipe
Pria Wanita
TT jari pendek jari pendek
Tt jari pendek jari panjang
tt jari panjang jari panjang

Contoh Soal 3
Seorang pria penderita buta warna menikah dengan seorang wanita yang normal carrier.
Kemungkinan perbandingan fenotipe anak laki-lakinya yang normal dan buta warna
adalah ....

14
A. 50% : 50%
B. 75% : 25%
C. 25% : 75%
D. 12,5% : 87,5%
E. 30% : 70%
JAWABAN: A
Penjelasan:
Perhatikan diagram persilangan berikut.
P : XcY × XCXc
pria buta warna wanita normal carrier
G : Xc XC

Y Xc

F : XCXc = wanita normal carrier


XcXc = wanita buta warna
XCY = pria normal
50% : 50%
XcY = pria buta warna

Jadi, perbandingan fenotipe anak laki-laki yang normal dan buta warna adalah 50% : 50%
atau 1 : 1.

Contoh Soal 4
Seorang laki-laki botak heterozigotik menikah dengan seorang wanita berambut normal
heterozigotik. Kemungkinan mendapatkan anak perempuan berambut normal adalah ....
A. 12,5%
B. 6,25%
C. 50%
D. 15%
E. 75%
JAWABAN: E

15
Penjelasan:
Perhatikan diagram persilangan berikut.

P : Bb × Bb
botak normal
G : B, b B, b
1
F : 1 BB = botak = = 25%
4
2 Bb = normal 3
= 75%
1 bb = normal 4

Jadi, kemungkinan mendapatkan anak perempuan berambut normal adalah 75%.

16
Kurikulum
Kurikulum2006/2013
xxx
Kel a s

XII
biologi
MUTASI

Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut.
1. Memahami definisi dan jenis-jenis mutasi.
2. Memahami mutasi gen dan jenis-jenisnya.
3. Memahami mutasi kromosom yang terjadi karena perubahan struktur kromosom.
4. Memahami mutasi kromosom yang terjadi karena perubahan jumlah kromosom.
5. Memahami kelainan-kelainan yang ditimbulkan oleh mutasi.
6. Memahami macam-macam mutagen dan peranan mutasi dalam salingtemas.

A. Pendahuluan
Mutasi adalah perubahan materi genetik di dalam tubuh mahluk hidup yang terjadi secara
alami atau buatan. Materi genetik yang mengalami perubahan ini bisa berupa kromosom
atau gen. Makhluk hidup yang mengalami mutasi disebut mutan, sedangkan faktor
penyebab mutasi disebut mutagen. Sementara itu, peristiwa terjadinya mutasi disebut
mutagenesis. Mutasi ada yang bisa diturunkan, ada pula yang tidak bisa diturunkan.
Mutasi yang bisa diturunkan biasanya terjadi pada sel-sel gamet, sedangkan mutasi yang
tidak bisa diturunkan biasanya terjadi pada sel somatik.
Beberapa ilmuwan telah mengamati tentang peristiwa-peristiwa mutasi, di antaranya
adalah sebagai berikut.
1. Seth Wright
Pada tahun 1791, Seth Wright meneliti tentang anak domba berkaki pendek.
2. Hugo de Vries
Pada tahun 1901, Hugo de Vries meneliti tentang perubahan fenotipe pada bunga
Oenothera lamarckiana. Ia kemudian menyusun teori bahwa variasi genetik bersifat
menurun dan konstan. Sementara itu, variasi lingkungan tidak bersifat menurun dan
tidak konstan.
3. Thomas Hunt Morgan
Pada tahun 1910, Thomas Hunt Morgan menemukan lalat buah Drosophila jantan
yang bermata putih. Lalat buah jantan bermata putih dicurigai sebagai mutan,
karena lalat buah jantan lainnya bermata merah.
4. Herman J. Muller
Pada tahun 1926, Herman J. Muller melakukan penelitian dengan objek lalat buah
Drosophila yang diinduksi dengan bahan radioaktif.

B. Jenis-Jenis Mutasi
Penggolongan mutasi ada beberapa macam, antara lain adalah sebagai berikut.
1. Berdasarkan sel yang mengalaminya
Berdasarkan sel yang mengalaminya, mutasi dibagi menjadi dua macam, yaitu
mutasi somatik dan mutasi gametik.
a. Mutasi somatik yaitu mutasi yang terjadi pada sel-sel somatik atau sel-sel
tubuh. Mutasi ini hanya diturunkan pada sel-sel tubuh hasil pembelahan mitosis
dan tidak diwariskan pada keturunannya.
b. Mutasi germinal atau gametik yaitu mutasi yang terjadi pada sel-sel gamet.
Mutasi ini dapat diwariskan pada keturunannya.
2. Berdasarkan akibat yang ditimbulkan
Berdasarkan akibat yang ditimbulkan, mutasi dibagi menjadi dua macam, yaitu
mutasi menguntungkan dan mutasi merugikan.
a. Mutasi menguntungkan yaitu mutasi yang menghasilkan organisme yang
bersifat adaptif terhadap lingkungan.
b. Mutasi merugikan yaitu mutasi yang menghasilkan organisme yang tidak
adaptif terhadap lingkungan.
3. Berdasarkan faktor penyebabnya
Berdasarkan faktor penyebabnya, mutasi dibagi menjadi dua macam, yaitu mutasi
alami dan mutasi buatan.
a. Mutasi alami yaitu mutasi yang terjadi karena faktor-faktor alam, tanpa campur
tangan manusia. Mutasi alami berlangsung secara lambat dan jarang terjadi.

2
Penyebab mutasi alami antara lain adalah radiasi sinar kosmis, bahan radioaktif
alami, sinar ultraviolet matahari, kesalahan proses replikasi DNA, dan kesalahan
proses translasi oleh tRNA saat sintesis protein.
b. Mutasi buatan yaitu mutasi yang sengaja dilakukan oleh manusia. Mutasi
buatan dapat dilakukan dengan menyisipkan gen-gen asing pada organisme
tertentu, atau dengan menggunakan radiasi dan bahan-bahan kimia penyebab
mutasi lainnya.
4. Berdasarkan tingkatannya
Berdasarkan tingkatannya, mutasi dibagi menjadi dua macam, yaitu mutasi gen dan
mutasi kromosom.
a. Mutasi gen yaitu mutasi yang terjadi pada gen. Mutasi gen disebut juga dengan
mutasi titik (point mutations). Mutasi gen terjadi karena adanya perubahan
urutan basa nitrogen atau susunan nukleotida pada rantai DNA.
b. Mutasi kromosom yaitu mutasi yang terjadi pada kromosom. Mutasi kromosom
disebut juga dengan aberasi kromosom (gross mutations). Mutasi kromosom
merupakan mutasi besar yang terjadi karena perubahan struktur kromosom
dan perubahan jumlah kromosom.
5. Berdasarkan sifat genetik
Berdasarkan sifat genetiknya, mutasi dibagi menjadi dua macam, yaitu mutasi
dominan dan mutasi resesif.
a. Mutasi dominan yaitu mutasi yang pengaruhnya akan tampak dalam keadaan
homozigot atau heterozigot.
b. Mutasi resesif yaitu mutasi yang pengaruhnya hanya akan tampak dalam
keadaan resesif homozigot.
6. Berdasarkan arah mutasi
Berdasarkan arahnya, mutasi dibagi menjadi dua macam, yaitu mutasi maju dan
mutasi mundur.
a. Mutasi maju yaitu mutasi yang menyebabkan fenotipe organisme normal
menjadi abnormal.
b. Mutasi mundur yaitu mutasi yang menyebabkan fenotipe organisme abnormal
menjadi normal.
7. Berdasarkan jumlah faktor keturunan yang bermutasi
Berdasarkan jumlah faktor keturunan yang bermutasi, mutasi dibagi menjadi dua
macam, yaitu mutasi mikro dan mutasi makro.
a. Mutasi mikro yaitu mutasi yang terjadi pada sebagian kecil faktor keturunan.
b. Mutasi makro yaitu mutasi yang terjadi pada sebagian besar faktor keturunan.

3
Mutasi ini berpengaruh lebih nyata terhadap perubahan-perubahan fenotipe
dibandingkan dengan mutasi mikro.

C. Mutasi Gen
Mutasi gen adalah perubahan materi genetik pada gen. Mutasi gen disebut juga dengan
mutasi titik (point mutations). Penyebab terjadinya mutasi gen adalah adanya perubahan
urutan basa nitrogen atau susunan nukleotida pada rantai DNA.
Berdasarkan penyebabnya, mutasi gen dibagi menjadi tiga tipe, yaitu sebagai
berikut.
1. Mutasi penggantian basa nukleotida
Penggantian basa nukleotida dapat menyebabkan perubahan kodon, sehingga
memengaruhi jenis protein yang akan dibuat dalam proses sintesis protein. Mutasi
jenis ini dapat terjadi karena transisi atau transversi.
a. Transisi
Transisi adalah penggantian basa nitrogen oleh basa nitrogen lain yang masih
satu jenis, yaitu basa purin oleh basa purin atau basa pirimidin oleh basa
pirimidin. Basa purin terdiri atas adenin dan guanin, sedangkan basa pirimidin
terdiri atas sitosin dan timin. Oleh karena itu, adenin dapat digantikan oleh
guanin atau sitosin dapat digantikan oleh timin, dan sebaliknya.
Contoh:
• Rantai awal: AGG – GAT – ACT – GTA - ….
Basa A pada GAT diganti dengan basa G dan basa T pada GTA diganti
dengan basa C.
• Rantai setelah transisi: AGG – GGT – ACT – GCA - ….
b. Transversi
Transversi adalah penggantian basa nitrogen oleh basa nitrogen lain yang
berbeda jenis. Pada transversi, kelompok basa purin digantikan oleh basa
pirimidin, dan sebaliknya. Oleh karena itu, adenin dapat digantikan oleh timin
atau guanin dapat digantikan oleh sitosin.
Contoh:
• Rantai awal: AGG – GAT – ACT – GTA – ….
Basa G pada GAT diganti dengan basa C dan basa T pada ACT diganti
dengan basa A.
• Rantai setelah transversi: AGG – CAT – ACA – GTA – ….

4
2. Mutasi pergeseran kerangka nukleotida (frameshift mutations)
Pergeseran kerangka nukleotida menyebabkan berubahnya pasangan basa
nukleotida. Akibatnya, asam amino yang dibentuk saat proses sintesis protein ikut
berubah. Mutasi ini dapat terjadi karena duplikasi, adisi, insersi, dan delesi.
a. Duplikasi (penggandaan)
Duplikasi adalah penambahan satu atau lebih basa nitrogen yang sama pada
rantai nukleotida.
Contoh:
• Rantai awal : ACG – CGG – GTA – ....
• Rantai setelah duplikasi: AAC – GCG – GGT – A ….
b. Adisi (penambahan)
Adisi adalah penambahan satu atau lebih basa nitrogen di ujung atau pangkal
rantai nukleotida.
Contoh:
• Rantai awal: ACG – CGG – GTA –....
Ditambahkan basa nitrogen C di awal rantai.
• Rantai setelah adisi: CAC – GCG – GGT – A ….
c. Insersi (penyisipan)
Insersi adalah penambahan satu atau lebih basa nitrogen di tengah rantai
nukleotida.
Contoh:
• Rantai awal: ACG – CGG – GTA –....
Ditambahkan basa nitrogen T di tengah rantai pada CGG.
• Rantai setelah insersi: ACG –CTG – GGT – A ….
d. Delesi (pengurangan)
Delesi adalah pengurangan satu atau lebih basa nitrogen pada rantai
nukleotida.
Contoh:
• Rantai awal: ACG – CGG – GTA - ....
Pengurangan basa nitrogen A di ujung rantai.
• Rantai setelah delesi: CGC – GGG – TA ....

5
SUPER "Solusi Quipper"
Untuk mudah mengingat penyebab mutasi pergeseran kerangka nukleotida,
gunakan cara SUPER berikut.
DUA ADIK INGIN pakai DASI
Duplikasi – Adisi – Insersi - Delesi

3. Mutasi ganda tiga


Mutasi ganda tiga (triplet mutations) adalah mutasi karena penambahan atau
pengurangan tiga basa nitrogen secara bersama-sama.
Contoh:
• Rantai awal: GAG – CAG – GGT – AGA – GGC –….
Ditambahkan triplet CAT di antara CAG dan GGT.
• Rantai setelah mutasi: GAG – CAG – CAT – GGT – AGA – GGC –.…

Berdasarkan pengaruh mutasi terhadap jenis protein yang dihasilkan, ada tiga jenis
mutasi, yaitu sebagai berikut.
1. Mutasi salah arti (missense mutations)
Mutasi salah arti adalah mutasi yang menyebabkan kesalahan dalam mengode
asam amino. Akibatnya, asam amino yang terbentuk berbeda dengan asam amino
asal. Hal ini terjadi karena adanya penggantian atau perubahan suatu basa nitrogen,
sehingga asam amino yang dihasilkan menjadi berbeda. Untuk lebih jelasnya,
perhatikan gambar berikut.

A U G A A G U U U G G C U A A

Met Lys Phe Gly


Stop

G diganti A

A U G A A G U U U A G C U A A

Met Lys Phe Ser


Stop

Mutasi Salah Arti

6
Pada gambar tersebut, terlihat bahwa ketika basa G pada GGC diganti oleh
basa A menjadi AGC, asam amino yang dibentuk ikut berubah. Pada awalnya, GGC
untuk glisin berubah menjadi AGC yang mengode serin.

2. Mutasi tanpa arti (nonsense mutations)


Mutasi tanpa arti adalah mutasi yang terjadi karena terhentinya proses sintesis
protein sebelum proses tersebut selesai. Hal ini terjadi karena dalam pembacaan
kodon-kodon, terbentuk kodon stop saat proses masih berlangsung. Akibatnya,
protein selanjutnya tidak terbentuk. Untuk lebih jelasnya, perhatikan gambar
berikut.

A U G A A G U U U G G C U A A

Met Lys Phe Gly


Stop

Susunan mRNA normal

A U G U A G U U U G G C U A A

Met
Stop

Mutasi Tanpa Arti

3. Mutasi diam (silent mutations)


Mutasi diam adalah mutasi yang tidak menimbulkan efek apapun. Hal ini terjadi
karena asam amino yang dihasilkan tidak berubah jenisnya. Misalnya GGC yang
menghasilkan glisin. Jika C diganti U menjadi GGU, asam amino yang dihasilkan
tetap sama, yaitu glisin. Untuk lebih jelasnya, perhatikan gambar berikut.

RNAd A U G A A G U U U G G C U A A

Protein Met Lys Phe Gly


Stop
Tipe normal
C diganti U

A U G A A G U U U G G U U A A

Met Lys Phe Gly


Stop

Mutasi Diam

7
Contoh Soal 1
Perhatikan bagan berikut.

AGC C TG AGC CT C
| | | | | | | | | | | |
T CG GAC TCG GA G

Perubahan DNA tersebut terjadi karena ….


A. insersi
B. inversi
C. transisi
D. transversi
E. translokasi
JAWABAN: D
Penjelasan:
Pada gambar tersebut, susunan basa nitrogen AGC – CTG berubah menjadi AGC – CTC.
Ada penggantian basa guanin oleh basa sitosin. Oleh karena guanin dan sitosin termasuk
kelompok basa nitrogen yang berbeda, maka perubahan DNA tersebut terjadi karena
transversi.

D. Mutasi Kromosom yang Terjadi karena Perubahan Struktur Kromosom


Kromosom dapat mengalami perubahan pada strukturnya, sehingga berbeda dengan
struktur normalnya. Perubahan ini dapat terjadi karena peristiwa delesi, duplikasi, inversi,
translokasi, katenasi, dan isokromosom.
1. Delesi
Delesi kromosom adalah hilangnya sebagian segmen kromosom karena patah.
Berdasarkan letak patahnya, delesi dibagi menjadi empat, yaitu sebagai berikut.
a. Delesi terminal, terjadi jika bagian yang patah di dekat ujung kromosom,
sehingga bagian ujung hilang.

8
a b c d e f g h

a b c d e f g h

Delesi Terminal

b. Delesi interstitial, terjadi jika kromosom patah di dua tempat, sehingga bagian
tengah kromosom hilang.

a b c d e f g h

a b c d e f g h

a b c g h d e f

Delesi Interstitial

c. Delesi cincin, terjadi jika kromosom kehilangan segmennya, sehingga


berbentuk lingkaran seperti cincin.

a
a
b
b
c
c
d i i
j h d j
h
e
f g e f g
k
k
l
l
m m

Delesi Cincin

9
d. Delesi loop adalah delesi cincin yang membentuk lengkungan pada kromosom
lainnya. Peristiwa ini terjadi pada waktu meiosis, sehingga memungkinkan
adanya kromosom lain (homolognya) yang tetap normal.

A B E F G H kromosom
terdelesi

kromosom
normal
A B E F G F

Delesi loop
C D

Delesi Loop

Delesi pada manusia menimbulkan beberapa kelainan, di antaranya adalah sebagai


berikut.
a. Sindrom Cri du Chat
Sindrom Cri du Chat terjadi karena adanya delesi pada lengan pendek
kromosom nomor 5. Ciri-ciri penderita sindrom ini antara lain sebagai berikut.
1.) Pita suara kecil.
2.) Epiglotis melengkung sehingga suara tangisan pada saat bayi seperti
suara kucing.
3.) Mental terbelakang.
4.) Muka bundar.
5.) Kepala lebar.
6.) Rahang bawah kecil.
7.) Pertumbuhan badan terhambat.
8.) Mengalami kelainan pada jantung.
9.) Umumnya meninggal saat lahir atau usia anak-anak.
b. Sindrom Wolf
Sindrom wolf terjadi karena adanya delesi pada lengan pendek kromosom
nomor 4. Ciri-ciri penderita sindrom wolf antara lain sebagai berikut.
1.) Pangkal hidung menonjol.
2.) Mengalami kelainan pada jantung.
3.) Bibir sumbing.
4.) Mengalami keterbelakangan mental.
5.) Pertumbuhan lambat.

10
2. Duplikasi
Duplikasi kromosom adalah penambahan segmen kromosom yang berasal dari
kromosom homolognya. Akibat dari duplikasi ini, dalam satu kromosom terdapat
penambahan gen-gen yang sama. Peristiwa duplikasi ditemukan pada lalat
Drosophila melanogaster, yaitu pada kromosom X segmen nomor 16A. Duplikasi
pada lalat Drosophila melanogaster menyebabkan munculnya mutan bermata ‘bar’
(mata kecil).

A B C D E F G H

A B C B C D E F G H

Duplikasi Kromosom

3. Inversi
Inversi adalah perubahan urutan letak gen pada kromosom akibat pembalikan
segmen kromosom. Pembalikan segmen ini terjadi karena kromosom patah di
dua tempat, kemudian diikuti dengan penyisipan kembali gen-gen dengan urutan
terbalik. Ada dua macam inversi, yaitu inversi parasentris dan inversi perisentris.
a. Inversi parasentris
Inversi parasentris adalah inversi yang terjadi pada lengan kromosom yang
sama.

a b c d e f g h

a b c d e f g h

a g f e d c b h

Inversi Parasentris

11
b. Inversi perisentris
Inversi perisentris adalah inversi yang terjadi pada lengan kromosom yang
berbeda. Ini berarti, sentromernya terletak di antara dua bagian yang patah.

a b c d e f g h i j k l

a b c d e f g h i j k l

patah

a b j i h g f e d c k l

Inversi Perisentris

SUPER "Solusi Quipper"


Untuk mudah membedakan macam-macam inversi, kamu dapat menggunakan cara
SUPER berikut.
PARAsnya SAMA, PERIlakunya BEDA
Maksudnya: Parasentris terjadi pada lengan kromosom yang sama, sedangkan
perisentris terjadi pada lengan kromosom yang berbeda.

4. Translokasi
Translokasi adalah peristiwa patahnya segmen kromosom, kemudian segmen yang
patah tersebut melekat ke kromosom nonhomolognya. Translokasi dibagi menjadi
tiga macam, yaitu sebagai berikut.
a. Translokasi tunggal/simple
Translokasi tunggal terjadi jika kromosom patah pada satu tempat, kemudian
patahannya melekat pada kromosom nonhomolognya.

12
1 2 3 4 5 6 7

kromosom
patah non-homolog
8 9 10 11 12

1 2 3 4 5

8 9 10 11 12 6 7

Translokasi Tunggal

b. Translokasi perpindahan
Translokasi perpindahan terjadi jika kromosom patah pada dua tempat,
kemudian patahannya melekat pada kromosom nonhomolognya.

patah

1 2 3 4 5 6 7

kromosom non-
homolog
8 9 10 11 12

patah

1 4 5 6 7

8 9 10 11 2 3 12

Translokasi Perpindahan

13
c. Translokasi resiprok
Translokasi resiprok terjadi jika dua buah kromosom nonhomolog mengalami
patah pada tempat tertentu, kemudian patahannya saling bertukar tempat
untuk melekat.Translokasi resiprok dibagi menjadi tiga macam, yaitu sebagai
berikut.
1.) Translokasi resiprok homozigot adalah translokasi resiprok yang terjadi
karena pertukaran segmen dua kromosom homolog dengan segmen dua
kromosom nonhomolog.
2.) Translokasi resiprok heterozigot adalah translokasi resiprok yang terjadi
karena pertukaran satu segmen kromosom ke satu segmen kromosom
nonhomolognya.
3.) Translokasi Robertson adalah translokasi resiprok yang terjadi karena
penggabungan dua kromosom akrosentris menjadi satu kromosom
metasentris. Peristiwa ini disebut juga fusi kromosom. Fusi kromosom
dapat terjadi antarkromosom homolog atau nonhomolog. Translokasi
Robertson ditemukan pada tikus-tikus liar.

patah

1 2 3 4 5 6 7

kromosom non-
homolog
8 9 10 11 12

patah

1 2 3 12

8 9 10 11 4 5 6 7

Translokasi Resiprok

14
5. Katenasi
Katenasi terjadi karena ujung-ujung kromosom homolog saling mendekat, sehingga
membentuk lingkaran.

A
A A B A
B B A A
K B B B
C C C C K
translokasi
K K K
L L C L C K
M M L L L
M
M M M
posisi normal translokasi antara C dan K katenasi, gen yang aleik
saling mendekati

Katenasi Kromosom

6. Isokromosom
Isokromosom terjadi pada waktu menduplikasikan diri. Pembelahan sentromernya
mengalami perubahan arah sehingga terbentuklah dua kromosom yang masing-
masing berlengan identik (sama). Jika dilihat dari pembelahan sentromernya,
isokromosom disebut juga fision yang peristiwanya berlawanan dengan translokasi
Robertson (fusion).

SUPER "Solusi Quipper"


Cara mudah mengingat peristiwa penyebab mutasi kromosom karena perubahan
strukturnya adalah sebagai berikut.

DEDI dan DUDUNG INGIN BAKSO pakai NASI DI LOKASI

Delesi – duplikasi – inversi – isokromosom – katenasi - translokasi.

15
Contoh Soal 2
Akibat dari mutasi, sebuah kromosom mengalami perubahan seperti pada gambar
berikut.

A B C D E F G A B L M N O

H I J K L M N O H I J K C D E F G

Jenis mutasi tersebut adalah ....


A. translokasi
B. katenasi
C. inversi
D. duplikasi
E. delesi
JAWABAN: A
Penjelasan:
Pada gambar tersebut, terdapat sepasang kromosom nonhomolog, yaitu kromosom
yang berbeda macam gennya. Kromosom I (ABCDEFG) dan kromosom II (HIJKLMNO)
masing-masing mengalami patah pada lengannya. Selanjutnya, patahan tersebut saling
bertukar tempat untuk melekat. Kromosom I berubah menjadi ABLMNO dan kromosom II
berubah menjadi HIJKCDEFG. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kromosom I dan
II mengalami mutasi translokasi.

E. Mutasi Kromosom yang Terjadi karena Perubahan Jumlah Kromosom


Perubahan jumlah kromosom menyebabkan jumlah kromosom individu menjadi
abnormal, bisa lebih banyak atau lebih sedikit daripada jumlah normal. Perubahan jumlah
kromosom ada dua macam, yaitu sebagai berikut.
1. Perubahan jumlah pada seluruh kromosom (euploid)
Euploid adalah perubahan jumlah pada seluruh set kromosom, sehingga jumlah
kromosom menjadi kelipatan dari set kromosom haploidnya. Satu set kromosom
disebut juga genom. Ada beberapa tipe euploid, yaitu monoploid, diploid, triploid,
tetraploid, dan seterusnya. Individu yang memiliki kromosom 3n, 4n, dan seterusnya
disebut poliploid. Poliploid umumnya ditemukan pada tumbuhan. Tumbuhan

16
poliploid memiliki jumlah kromosom yang lebih banyak, tetapi ukuran kromosomnya
lebih kecil.
Berdasarkan asal kromosomnya, euploid dibagi menjadi dua macam, yaitu
autopoliploid dan allopoliploid.
a. Autopoliploid
Autopoliploid adalah penggandaan sendiri pada kromosom sehomolog
dari spesies yang sama. Peristiwa ini dapat terjadi saat pembelahan meiosis.
Autopoliploid dapat dilakukan secara buatan, misalnya pada tanaman tomat
heksaploid yang dibuat melalui pemotongan tunas (dekapitasi).
b. Allopoliploid
Allopoliploid adalah penggandaan dengan cara menyilangkan dua spesies
yang berbeda. Dua spesies ini memiliki ploidi yang berbeda pada kromosom
nonhomolognya. Sebagai contoh, penyilangan gandum alotetraploid Triticum
turgidum (28 AABB) dengan rumput liar yang diploid Triticum tauschii (14 DD)
menghasilkan gandum aloheksaploid Triticum aestivum. Individu allopoliploid
bersifat steril sehingga harus dikembangkan secara vegetatif, namun kuat
(vigor).

Euploid dapat juga terjadi pada manusia (misalnya sel kanker) dan hewan.
Euploid pada manusia dan hewan terjadi melalui peristiwa digini dan diandri.
a. Digini adalah dua sel telur yang terlindung dalam satu plasma dibuahi oleh
satu sperma. Peristiwa ini terjadi karena sel-sel polosit gagal memisah.
b. Diandri adalah satu sel telur yang dibuahi oleh dua sperma. Peristiwa ini terjadi
karena keterlambatan pembuahan.

2. Perubahan jumlah pada sebagian kromosom (aneuploid)


Aneuploid adalah perubahan jumlah kromosom di dalam satu set kromosom.
Peristiwa ini menyebabkan jumlah kromosom suatu individu lebih banyak atau lebih
sedikit dibandingkan jumlah kromosom pada individu normal. Aneuploid dapat
dibedakan menjadi berikut.
a. Penambahan jumlah kromosom
Aneuploid yang terjadi karena penambahan jumlah kromosom meliputi
trisomik dan tetrasomik.
1.) Trisomik adalah aneuploid karena penambahan satu kromosom. Tipe
kromosom pada trisomik adalah 2n + 1. Trisomik ganda terjadi jika di

17
dalam sel ada 2 pasangan kromosom yang masing-masing kelebihan satu
kromosom. Rumus untuk tipe kromosom trisomik ganda adalah 2n + 1 + 1.
2.) Tetrasomik adalah aneuploid karena penambahan dua kromosom. Tipe
kromosom pada tetrasomik adalah 2n + 2.
b. Pengurangan jumlah kromosom
Aneuploid yang terjadi karena pengurangan jumlah kromosom meliputi
monosomik dan nulisomik.
1.) Monosomik adalah aneuploid karena pengurangan satu kromosom. Tipe
kromosom pada monosomik adalah 2n – 1. Monosomik ganda terjadi jika
di dalam sel ada 2 pasangan kromosom yang masing-masing kekurangan
satu kromosom. Rumus untuk tipe kromosom monosomik ganda adalah
2n – 1 – 1.
2.) Nulisomik adalah aneuploid karena pengurangan dua kromosom. Tipe
kromosom pada nulisomik adalah 2n – 2.

Pada manusia, peristiwa perubahan jumlah kromosom menimbulkan berbagai


macam sindrom. Sindrom-sindrom tersebut terjadi karena peristiwa aneuploid, baik pada
autosom maupun gonosom. Berikut ini adalah beberapa sindrom pada manusia akibat
peristiwa monosomik maupun trisomik.
1. Sindrom karena monosomik
Sindrom karena monosomik yang sudah ditemukan adalah Sindrom turner. Sindrom
ini terjadi karena peristiwa nondisjunction (gagal berpisah) pada saat oogenesis. Ciri-
ciri sindrom turner antara lain sebagai berikut.
a. Susunan kromosomnya 45 A, X0.
b. Jenis kelamin perempuan.
c. Ovarium tidak tumbuh.
d. Tanda-tanda kelamin sekunder tidak berkembang.
e. Tubuh pendek (pada wanita dewasa tingginya ± 120 cm).
f. Leher pendek.
2. Sindrom karena trisomik
Sindrom karena trisomik dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu trisomik pada
autosom dan trisomik pada gonosom.
a. Trisomik pada autosom
1.) Sindrom Down
Sindrom down merupakan sindrom yang terjadi karena kelebihan satu

18
autosom di kromosom ke-21. Ciri-ciri penderita sindrom down antara lain
sebagai berikut.
• Susunan kromosomnya 45A + XX atau 45A + XY, atau bisa juga ditulis
45A, XX + 21 atau 45A, XY + 21. Angka 21 menunjukkan tempat
kelebihan kromosomnya.
• Jenis kelamin pria atau wanita.
• Cacat mental.
• IQ rendah.
• Tubuh pendek.
• Mulut terbuka dan lidah menjulur.
• Gigi kecil-kecil dan jarang.
• Telapak tangan tebal.
2.) Sindrom Edwards
Sindrom Edwards merupakan sindrom yang terjadi karena kelebihan satu
autosom di kromosom nomor 16, 17, atau 18. Ciri-ciri penderita sindrom
Edwards antara lain sebagai berikut.
• Susunan kromosomnya 45A + XX atau 45A + XY, atau bisa juga ditulis
45A, XX + 16/17/18 atau 45A, XY + 16/17/18.
• Jenis kelamin pria atau wanita.
• Bentuk kepala panjang.
• Bentuk muka khas.
• Letak telinga dan rahang bawah rendah.
• Mulut kecil.
• Mental terbelakang.
• Jari tangan tumpang tindih.
• Pola sidik jari sederhana.
• Memiliki kelainan jantung dan ginjal.
• Berumur pendek
3.) Sindrom Patau
Sindrom Patau merupakan sindrom yang terjadi karena kelebihan satu
autosom di kromosom nomor 13, 14, atau 15. Ciri-ciri penderita sindrom
Patau antara lain sebagai berikut.
• Susunan kromosomnya 45A + XX atau 45A + XY, atau bisa juga ditulis
45A, XX + 13/14/15 atau 45A, XY + 13/14/15.

19
• Jenis kelamin pria atau wanita.
• Kepala kecil.
• Memiliki celah pada langit-langit mulut.
• Polidaktili.
• Mental terbelakang.
• Mengalami kelainan jantung, otak, dan usus.
• Berumur pendek.
b. Trisomik pada gonosom
1.) Sindrom Klinefelter
Sindrom Klinefelter merupakan sindrom yang terjadi karena kelebihan
satu gonosom X. Peristiwa ini disebabkan oleh gagalnya kromosom XX
memisah (nondisjunction) saat oogenesis. Sindrom Klinefelter terjadi
karena ovum yang mengandung kromosom XX dibuahi oleh sperma Y,
sehingga susunan kromosomnya menjadi 44 A +XXY. Ciri-ciri penderita
sindrom Klinefelter antara lain sebagai berikut.
• Berkelamin pria, tetapi memiliki ciri-ciri wanita, seperti tumbuhnya
payudara dan suara tinggi.
• Tubuh tinggi.
• Biasanya cacat mental.
• Tingkat kecerdasan di bawah normal.
• Testis kecil, sehingga tidak dapat memproduksi sperma.
2.) Sindrom triple X
Sindrom triple X merupakan sindrom yang terjadi karena kelebihan satu
gonosom X. Peristiwa ini terjadi karena ovum yang mengandung kromosom
XX dibuahi oleh sperma X, sehingga susunan kromosomnya menjadi 44 A +
XXX. Ciri-ciri penderita sindrom triple X antara lain sebagai berikut.
• Berkelamin wanita.
• Pada usia 22 tahun, masih memiliki alat kelamin seperti alat kelamin
bayi.
• Payudara dan alat kelamin dalam tidak berkembang.
• Mental sedikit terganggu.
• Jika terjadi menstruasi, siklusnya tidak teratur.
3.) Sindrom pria XYY (sindrom Jacobs)
Sindrom Jacobs merupakan sindrom yang terjadi karena kelebihan satu

20
gonosom Y. Peristiwa ini terjadi karena kromosom YY gagal memisah
(nondisjunction) saat spermatogenesis. Sperma YY ini kemudian membuahi
ovum X yang normal, sehingga susunan kromosomnya menjadi 44A +
XYY. Ciri-ciri penderita sindrom pria XYY antara lain sebagai berikut.
• Jenis kelamin pria.
• Bertubuh tinggi melebihi normal.
• Cenderung bersikap agresif, antisosial, dan kriminal.
• Alat kelamin luar dan dalam mengalami abnormalitas.
4.) Hermafrodit
Hermafrodit adalah kelainan yang menyebabkan individu memiliki
kromosom XX dan XY dalam sel tubuhnya, sehingga susunan kromosom-
nya adalah 22 AA + XX + XY. Individu ini memiliki testis dan ovarium.
Peristiwa hermafrodit bisa terjadi karena beberapa hal berikut.
• Gagal berpisah (nondisjunction) yang berlangsung dua kali pada
beberapa sel dalam spermatogenesis.
• Oosit sekunder yang terdiri atas ovum dan badan polar yang masih
menyatu dibuahi oleh dua macam sperma, yaitu sperma X dan
sperma Y.

Contoh Soal 3
Penderita sindrom Klinefelter kelebihan satu kromosom. Kariotipe sindrom Klinefelter
adalah ....
A. 44 A + XYY
B. 44 A + XXY
C. 44 A + XXX
D. 44 A + XY
E. 44 A + XX
JAWABAN: B
Penjelasan:
Penderita sindrom Klinefelter mengalami kelebihan gonosom X yang berasal dari hasil
fertilisasi ovum XX yang gagal berpisah dengan sperma Y. Klinefelter termasuk peristiwa
trisomik pada gonosom dengan susunan kromosom 44 A + XXY.

21
F. Macam-Macam Mutagen dan Peranan Mutasi dalam Salingtemas
1. Macam-Macam Mutagen
Berdasarkan sifatnya, mutagen dibagi menjadi tiga macam, yaitu mutagen fisika, kimia,
dan biologi.
a. Mutagen fisika
Mutasi yang disebabkan oleh mutagen fisika antara lain adalah putusnya ikatan
gen-gen atau berubahnya susunan kimia gen-gen. Berikut ini adalah contoh-contoh
mutagen fisika.
1.) Suhu tinggi, dapat mendorong terjadinya autopoliploid, misalnya pada jagung.
2.) Sinar X, umumnya digunakan pada rontgen.
3.) Sinar ultraviolet, berasal dari matahari, dapat memicu timbulnya kanker kulit.
4.) Sinar-sinar berenergi tinggi, seperti α, β, γ, dan neutron yang menimbulkan
reaksi ionisasi sehingga mendorong terjadinya aberasi kromosom.
b. Mutagen kimia
Mutagen kimia menyebabkan mutasi dengan cara mengubah susunan kimia pada
kromosom. Mutagen ini umumnya bersifat racun yang tidak dapat larut dalam air,
tetapi dapat terikat dengan lemak sehingga menimbulkan penimbunan dalam
tubuh. Berikut ini adalah contoh-contoh mutagen kimia.
1.) Pestisida
Pestisida seperti DDT dapat memicu munculnya karsinoma, yaitu kanker pada
sel-sel epitel yang dapat menutupi organ-organ tubuh.
2.) Asam nitrit
Asam nitrit dapat menyebabkan deaminasi oksidatif pada basa nitrogen adenin,
guanin, dan sitosin pada rantai DNA sehingga menyebabkan delesi.
3.) Agen alkilase
Senyawa yang tergolong alkilase adalah gas mustard atau dimetil sulfat.
Senyawa ini akan memberikan gugus alkilnya yang dapat bereaksi dengan
gugus fosfat. Akibatnya, proses replikasi DNA bisa terganggu.
4.) Akridin
Senyawa ini dapat menyebabkan pita DNA kaku dan patah.
5.) Digitonin dan kolkisin
Senyawa-senyawa tersebut dapat menghambat terbentuknya benang-benang
spindel sehingga pada saat anafase, kromatid sulit memisah ke kutub-kutub.
Hal ini mengakibatkan jumlah kromosom menjadi dua kali lipat. Digitonin dan
kolkisin ini digunakan untuk membuat buah poliploid.

22
6.) Asam nitrat
Senyawa ini mampu mengubah gugus amina (NH2) menjadi gugus keton (C = O).
Hal ini menyebabkan basa sitosin berubah menjadi basa urasil.
7.) Benzopyrene
Senyawa ini terkandung di dalam asap rokok dan dapat menyebabkan
timbulnya tumor pada organ pernapasan.
8.) 5-bromourasil (5-BU)
Senyawa ini analog dengan timin dan mampu mengambil alih posisi basa
nitrogen.
c. Mutagen biologi
Mutagen biologi adalah mutagen berupa mikroorganisme seperti virus dan bakteri.
Mutagen ini dapat merusak kromosom, sehingga dapat menyebabkan sel menjadi
abnormal.
Berdasarkan sumbernya, mutagen terdiri atas mutagen alami dan mutagen
buatan.
1.) Mutagen alami
Contoh mutagen alami adalah sinar matahari, sinar ultraviolet, sinar kosmis,
unsur radioaktif, gas-gas yang berasal dari bumi, serta virus dan bakteri.
2.) Mutagen buatan
Contoh mutagen buatan adalah pestisida, formalin, boraks, sinar X, sinar α,
sinar β, sinar γ, narkoba, serta radiasi yang berasal dari televisi atau komputer.

2. Peranan Mutasi dalam Salingtemas


Beberapa teknik dalam mutasi buatan menghasilkan keuntungan yang dapat mendorong
terciptanya kesejahteraan hidup bagi manusia, antara lain adalah sebagai berikut.
a. Penggunaan sinar-sinar radioaktif (α, β, dan γ) untuk meningkatkan produksi pertanian.
b. Penyinaran secara bertahap pada biji jagung dan biji gandum dapat menghasilkan
varietas-varietas jagung dan gandum yang unggul.
c. Radiasi terhadap tomat dan apel dapat menghasilkan buah berukuran besar.
d. Pembentukan buah tanpa biji dengan kualitas vitamin dan gizi yang tinggi melalui
cara poliploid.
e. Radiasi terhadap umbi-umbian untuk menghambat pertunasan.
f. Radiasi untuk menghasilkan padi varietas unggul, misalnya padi jenis IRRI.
g. Penggunaan radioisotop untuk proses pemupukan.

23
h. Pemberantasan hama dengan cara sterilisasi hama jantan menggunakan radiasi.
i. Pemanfaatan radiasi untuk sterilisasi makanan agar lebih awet.
j. Pemanfaatan sinar X untuk mendeteksi penyakit seperti kanker.
k. Pemanfaatan sinar ultraviolet untuk sterilisasi ruang operasi dan alat-alat operasi.

Contoh Soal 4
Keuntungan yang diperoleh manusia melalui mutasi buatan tidak selalu memberikan
keuntungan yang sama bagi tanaman atau hewan mutan. Contoh berikut ini yang
menunjukkan kerugian mutan akibat mutasi adalah ....
A. semangka mutan tidak berbiji dan berbiak secara vegetatif
B. padi atomita produksi tinggi dan tahan terhadap wereng
C. kedelai tengger tahan penyakit karat daun dan mengandung protein tinggi
D. kacang hijau camar polongnya matang secara serempak
E. padi gogo situgintung cocok ditanam pada lahan kering
JAWABAN: A
Penjelasan:
Kerugian yang dialami oleh tanaman hasil mutasi seperti semangka tanpa biji atau
tomat tanpa biji adalah hilangnya kemampuan untuk bereproduksi secara generatif.
Tanaman hasil mutasi ini hanya bisa dikembangbiakkan melalui cara vegetatif. Jadi, yang
menunjukkan kerugian mutan akibat mutasi adalah semangka mutan tidak berbiji dan
berkembang biak secara vegetatif.

24
Kurikulum
Kurikulum xxx
2006/2013
Kel a s

XII
biologi
BIOTEKNOLOGI

Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut.
1. Memahami definisi bioteknologi.
2. Mengetahui bermacam-macam produk bioteknologi.
3. Memahami perbedaan antara bioteknologi konvensional dan modern.
4. Memahami peran mikroorganisme dalam proses bioteknologi.
5. Memahami proses-proses rekayasa genetika dalam memanipulasi sifat organisme.
6. Memahami manfaat dan bahaya bioteknologi dalam kehidupan.

A. Pendahuluan
Kamu tentu sering makan roti atau donat, bukan? Tahukah kamu bahwa pembuatan roti
dan donat membutuhkan jasa mikroorganisme? Bagaimana mikroorganisme tersebut
dapat bermanfaat sesuai dengan yang kita inginkan? Dengan bioteknologi, kita bisa
melakukannya. Apa itu bioteknologi? Pada sesi ini, kamu akan mempelajarinya. Mari
simak dengan saksama.
Bioteknologi adalah teknologi dengan menggunakan organisme dan agen-
agen biologis untuk mendapatkan sesuatu yang bermanfaat, baik berupa barang atau
jasa untuk kepentingan manusia. Dalam pelaksanaannya, bioteknologi membutuhkan
keterlibatan berbagai disiplin ilmu, seperti biologi molekuler, mikrobiologi, biokimia,
genetika, enzimologi, ilmu pangan, dan fisiologi.
Manusia sudah menerapkan bioteknologi sederhana sejak ribuan tahun yang lalu untuk
membuat roti dan donat. Bioteknologi semakin berkembang setelah dilakukan serangkaian
penelitian tentang proses fermentasi oleh mikroorganisme. Penelitian ini dipelopori oleh
Louis Pasteur. Oleh sebab itu, Louis Pasteur dianggap sebagai Bapak Bioteknologi.
Bioteknologi modern mengembangkan biomolekuler dan pengendalian proses
dengan menerapkan rekayasa genetika. Rekayasa genetika adalah teknologi molekuler
untuk mengubah komposisi genetik suatu organisme. Caranya dengan memindahkan
materi genetik dari satu organisme ke organisme lain. Dalam jangka panjang, bioteknologi
memberikan suatu harapan untuk membantu memecahkan berbagai masalah. Selain
itu, pada masa mendatang, ada peluang untuk mengembangkan revolusi bioindustri.
Khususnya, yang berhubungan dengan produksi makanan, obat-obatan, pengendalian
polusi, dan pengembangan sumber energi baru.

B. Bioteknologi Konvensional dan Bioteknologi Modern


1. Perbedaan antara Bioteknologi Konvensional dan Bioteknologi Modern
Pada awalnya, penerapan bioteknologi sangat sederhana dan hanya dilakukan sebatas
untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan,
penerapan bioteknologi juga semakin berkembang. Penerapan bioteknologi modern
semakin meningkat sejak ditemukannya struktur dan fungsi DNA.
Berikut ini adalah beberapa perbedaan antara bioteknologi konvensional dan
bioteknologi modern.

Tabel Perbedaan Bioteknologi Konvensional dan Bioteknologi Modern

No. Faktor Pembeda Bioteknologi Konvensional Bioteknologi Modern


1. Pelaksanaan Sejak ribuan tahun yang lalu Sejak ditemukannya
struktur dan fungsi DNA
2. Peralatan dan Sederhana Modern dan canggih
metode yang
digunakan
3. Proses dan hasil • Proses kurang steril • Proses steril
• Kualitas belum terjamin • Kualitas terjamin
4. Pemanfaatan Menggunakan hasil produksi Menggunakan
mikroorganisme secara mikroorganisme,
langsung makroorganisme, atau
bagian-bagiannya untuk
meningkatkan kinerja
genetik organisme

2
No. Faktor Pembeda Bioteknologi Konvensional Bioteknologi Modern
5. Contoh Pembuatan tempe, tapai, Organisme transgenik,
arak, roti, yoghurt, nata de kloning, kultur jaringan,
coco, keju insulin buatan

2. Pengembangan Bioteknologi
Pengembangan bioteknologi dilakukan melalui empat tahap, yaitu bioteknologi produksi
makanan dan tanaman, bioteknologi produksi asam-asam organik, zat pelarut, dan
biomassa dalam kondisi nonsteril, proses-proses bioteknologi dalam kondisi steril, serta
aplikasi hasil-hasil keilmuan baru dalam bioteknologi.

a. Bioteknologi Produksi Makanan dan Tanaman


1.) Produksi makanan dilakukan melalui proses fermentasi dengan bantuan
mikroorganisme. Contohnya, Rhizopus oligosporus untuk pembuatan tempe,
Neurospora crassa untuk pembuatan oncom, atau Saccharomyces cerevisiae
untuk pembuatan tapai.
2.) Pemanfaatan mikroorganisme, seperti Rhizobium untuk fiksasi nitrogen pada
tanaman Leguminosae. Dengan memanfaatkan mikroorganisme tersebut,
tanaman mampu hidup dengan baik tanpa pupuk dan dapat memberikan
hasil.

b. Bioteknologi Produksi Asam-Asam Organik, Zat Pelarut, dan Biomassa dalam Kondisi
Nonsteril
1.) Fermentasi dalam pembuatan etanol, asam laktat, asam sitrat, butanol, dan
gliserol dilakukan dalam kondisi nonsteril dan terbuka. Kondisi nonsteril
memungkinkan tumbuhnya mikroorganisme yang tidak diinginkan.
2.) Pengolahan air limbah dan pembuatan kompos padat dari sampah organik
dilakukan dalam kondisi terbuka. Hal ini terjadi karena proses tersebut
membutuhkan udara bebas dan oksigen untuk menghindari terjadinya
pembusukan yang dapat menghasilkan bau tidak sedap.

c. Proses-Proses Bioteknologi dalam Kondisi Steril


Proses bioteknologi dalam kondisi steril terjadi jika fermentasi berlangsung tanpa
adanya kontaminasi mikroorganisme lain (steril). Misalnya, dalam produksi antibiotik
(seperti penisilin, streptomisin, dan tetrasiklin), vitamin B12, hormon-hormon buatan
(seperti giberelin, insulin, dan estrogen), steroid, asam aminoglutamat, dan enzim-
enzim lainnya.

3
d. Aplikasi Hasil-Hasil Keilmuan Baru dalam Bioteknologi
Beberapa contoh aplikasi hasil-hasil keilmuan baru dalam bioteknologi adalah
sebagai berikut.
1.) Penggunaan enzim endonuklease untuk menghentikan aktivitas sel.
2.) Penggunaan metabolit sekunder seperti hormon insulin sintetis. Hormon ini
diproduksi oleh bakteri Escherichia coli yang telah disisipi gen penghasil insulin
manusia.
3.) Optimalisasi proses-proses fermentasi dalam reaktor-reaktor baru, seperti
pembuatan yoghurt dengan menggunakan peralatan modern dan canggih.

Contoh Soal 1
Bioteknologi modern berbeda dengan bioteknologi konvensional sebab bioteknologi
modern ....
A. menggunakan hasil produksi mikroorganisme secara langsung
B. pelaksanaannya kurang steril
C. menggunakan peralatan yang modern dan canggih
D. hasilnya kurang terjamin
E. dilakukan dengan prosedur yang sederhana
Jawaban: C
Pembahasan:
Bioteknologi modern dilakukan dengan menggunakan peralatan yang modern
dan canggih, serta prosedur yang lebih rumit dan teliti. Sementara itu, bioteknologi
konvensional dilakukan dengan menggunakan peralatan yang sederhana dan prosedur
yang sederhana pula.

C. Pemanfaatan Mikroorganisme dalam Bioteknologi


Mikroorganisme memiliki peranan yang sangat penting dalam bioteknologi. Sampai saat
ini, telah banyak mikroorganisme yang dimanfaatkan dalam proses tersebut. Berikut ini
adalah peran mikroorganisme dalam berbagai bidang.
1. Penghasil bahan makanan dan minuman
a. Fermentasi susu dengan bantuan bakteri Propioni bacterium untuk membuat
keju keras, seperti keju cheddar dan keju Swiss. Jamur Penicillium requeforti
untuk membuat keju lunak, seperti keju Requeforti.
b. Fermentasi susu dengan menggunakan bakteri Lactobacillus bulgaricus dan
Streptobacillus thermophillus untuk menghasilkan minuman seperti yoghurt.

4
c. Nata de coco dibuat dari air kelapa yang difermentasi menggunakan bakteri
Acetobacter xylinum.
d. Tapai dibuat dari singkong atau beras ketan yang difermentasi menggunakan
jamur Saccharomyces cerevisiae.
e. Pembuatan oncom dari ampas tahu dan kacang yang difermentasi
menggunakan jamur Neurospora sitophila atau Neurospora crassa.
f. Pembuatan kecap dari kacang kedelai yang difermentasi menggunakan jamur
Aspergillus wentii.

2. Penghasil obat-obatan
Obat-obatan yang dihasilkan dari mikroorganisme dapat dibagi menjadi tiga
kelompok, yaitu antibiotik, vaksin, dan interferon.
a. Antibiotik
Antibiotik adalah zat yang mampu menghambat bahkan mematikan
mikroorganisme patogen. Contohnya sebagai berikut.
1.) Penisilin yang dihasilkan oleh jamur Penicillium notatum dan Penicillium
chrysogenum.
2.) Sefalosporin yang dihasilkan oleh jamur Cephalosporium.
3.) Streptomisin yang dihasilkan oleh bakteri Streptomyces griceus.
4.) Tetrasiklin yang dihasilkan oleh bakteri Streptomyces aureofaciens dan
Streptomyces rimosus.
b. Vaksin
Vaksin adalah bahan antigenetik yang digunakan untuk memicu terbentuknya
sistem kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit. Vaksin diproduksi dari
mikroorganisme atau bagian mikroorganisme yang telah dilemahkan. Selain
itu, vaksin juga dapat dibuat dari substansi toksoid bakteri yang sudah tidak
berbahaya bagi tubuh. Contohnya, vaksin polio, campak, hepatitis, BCG
(untuk mencegah TBC), dan vaksin DPT (untuk mencegah difteri, pertusis, dan
tetanus).
c. Interferon
Interferon merupakan zat yang dihasilkan oleh sel-sel hewan vertebrata
akibat terinfeksi oleh virus, bakteri, protozoa, atau senyawa lainnya. Sekarang,
interferon dapat dihasilkan dari fusi sel menggunakan teknologi hibridoma.

5
3. Penghasil protein
Protein Sel Tunggal (PST) dibuat dari alga Spirulina dan Chlorella. Selain itu, PST
juga dapat dibuat dari jamur Fusarium venenatum, Candida utilis, dan Saccharomyces
cerevisiae.

4. Penghasil zat-zat organik, enzim, dan vitamin


a. Asam amino
Asam amino yang dapat dihasilkan oleh mikroorganisme, antara lain asam
glutamat dan lisin. Asam glutamat digunakan untuk pembuatan MSG atau
vetsin, sedangkan lisin digunakan untuk pembuatan suplemen makanan
ternak. Mikroorganisme yang digunakan untuk menghasilkan jenis asam amino
tersebut adalah Corynebacterium glutamicum.
b. Asam sitrat
Asam sitrat dapat dihasilkan oleh jamur Aspergillus niger yang ditumbuhkan
pada media sirup atau tetes gula. Asam nitrat digunakan untuk pemberi rasa,
campuran es krim, pembuatan detergen, atau antioksidan.
c. Asam cuka
Asam cuka dibuat dari bahan baku alkohol yang dioksidasi oleh bakteri
Acetobacter aceti atau Gluconobacter sp.
d. Vitamin
Vitamin-vitamin yang dapat dibuat dengan bantuan mikroorganisme, antara
lain vitamin B2 dan B12. Vitamin B2 dihasilkan dari fermentasi Ashbya gossypii,
sedangkan vitamin B12 dihasilkan dari fermentasi Pseudomonas denitrificans
dan Propionibacterium shermanii.
e. Enzim
Beberapa enzim yang dapat dihasilkan dari proses fermentasi adalah sebagai
berikut.
1.) Enzim selulase yang dihasilkan oleh jamur Aspergillus niger dimanfaatkan
dalam industri tekstil, detergen, pengolahan kopi, atau pembuatan
kertas.
2.) Enzim laktase yang dihasilkan oleh jamur Saccharomyces fragilis
dimanfaatkan untuk menghidrolisis laktosa dalam susu skim. Selain itu,
enzim ini dapat digunakan untuk mencegah kristalisasi laktosa dalam
susu kental manis dan es krim.
3.) Enzim amilase yang dihasilkan oleh Aspergillus oryzae dimanfaatkan
dalam produksi lem, kanji, kertas, tekstil, dan glukosa. Selain itu, enzim

6
ini juga dapat diperoleh dari jamur Aspergillus niger yang dimanfaatkan
untuk melembutkan adonan roti.
4.) Enzim lipase yang dihasilkan oleh jamur Aspergillus niger dimanfaatkan
dalam industri lemak dan minyak, serta untuk menambah cita rasa keju.
5.) Enzim pektinase yang dihasilkan oleh jamur Aspergillus niger digunakan
untuk memecah molekul pektin dalam industri minuman sari buah dan
teh.
6.) Enzim penisilase yang dihasilkan oleh bakteri Bacillus subtilis digunakan
sebagai agen diagnostik dalam farmasi.
5. Pembasmi hama (bioinsektisida)
Beberapa mikroorganisme yang digunakan sebagai pembasmi hama biologi atau
bioinsektisida adalah sebagai berikut.
a. Baculovirus
Virus ini dapat menyebabkan kematian pada serangga yang memakannya.
Baculovirus dapat berpindah dari satu serangga ke serangga lain melalui
perkawinan sehingga dapat menimbulkan kematian secara massal.
b. Bacillus thuringiensis (bakteri Bt)
Bakteri ini dapat menghasilkan senyawa delta-endotoksin yang disebut
toksin Bt. Toksin Bt dapat merusak saluran pencernaan larva dari golongan
Lepidoptera dan Coleoptera. Beberapa varietas dari Bacillus thuringiensis yang
dikomersialkan adalah sebagai berikut.
1.) Bacillus thuringiensis varietas aizawai untuk membunuh ngengat.
2.) Bacillus thuringiensis varietas tenebrionis untuk membunuh kumbang
kentang dan larva kumbang daun.
3.) Bacillus thuringiensis varietas kurstaki untuk membunuh berbagai ulat
tanaman pertanian.
4.) Bacillus thuringiensis varietas israelensis untuk membunuh larva nyamuk
dan lalat hitam.
6. Penghasil energi
Dewasa ini, para ilmuwan telah berhasil membuat senyawa-senyawa dan gas-gas
yang mampu menghasilkan energi dengan bantuan mikroorganisme. Senyawa dan
gas tersebut dapat digunakan sebagai energi alternatif pengganti minyak bumi.
a. Gas hidrogen
Gas hidrogen memiliki sifat mudah terbakar sehingga dapat digunakan sebagai
bahan bakar alternatif. Gas ini dibuat dengan cara menggabungkan dua atom
hidrogen melalui bantuan enzim hidrogenase. Enzim hidrogenase dapat

7
diperoleh dari ganggang air tawar Chlorella pyrenoidosa dan bakteri Clostridium
butyricum. Reaksi pembuatan gas hidrogen adalah sebagai berikut.

2 H2O → 2 H2 + O2

Kelebihan dari gas hidrogen sebagai bahan bakar adalah tidak


menimbulkan polusi jika dibakar.
b. Gas metana
Gas metana (CH4) termasuk biogas yang dapat diperoleh dari penguraian sampah
organik dengan bantuan bakteri metanogen (bakteri dari kotoran ternak). Proses
pembentukan metana oleh bakteri metanogen disebut metanogenesis. Bakteri
yang tergolong metanogen, antara lain Methanobacterium sp., Methanohalobium
sp., Methanosarcina sp., Methanococcus sp., dan Methanomicrobium sp. Selain
mendapatkan gas metana yang dapat menghasilkan energi besar, pembuatan
biogas ini juga menghasilkan limbah cair yang dapat digunakan sebagai pupuk
organik.
c. Bahan bakar alkohol
Alkohol untuk bahan bakar dapat diperoleh dari proses fermentasi substrat
gula tebu, pati, selulosa, atau jagung. Proses fermentasi ini menggunakan
bakteri Zymomonas mobilis, Clostridium thermocellum, Thermoanaerobacter
ethanolicus, dan khamir mutan petite dari Saccharomyces cerevisiae.
7. Pengolahan limbah dan polutan (bioremediasi)
Bioremediasi bertujuan untuk memecah atau mendegradasi bahan-bahan pencemar
menjadi bahan yang kurang beracun atau tidak beracun.
a. Pengolahan limbah organik
Pengolahan limbah organik dari industri alkohol dilakukan dengan
menggunakan bakteri Clostridium butyricum. Dari hasil pengolahan ini, didapat
gas hidrogen yang bisa digunakan untuk bahan bakar.
b. Pengolahan limbah dengan biofilm
Biofilm adalah lapisan yang terbentuk dari kumpulan mikroorganisme, seperti
bakteri yang melekat di suatu permukaan. Kumpulan mikroorganisme ini
diselimuti oleh pelekat karbohidrat yang dihasilkan mikroorganisme tersebut.
Cara pengolahan limbah dengan biofilm adalah sebagai berikut.
1.) Bagian dasar bak limbah ditutup dengan saringan yang terdiri atas
tumpukan arang batok kelapa dan batu kerikil.
2.) Di atas saringan, diletakkan biofilm.

8
3.) Limbah yang akan diproses disemprotkan perlahan-lahan di atas biofilm.
4.) Saat limbah menetes melalui biofilm, materi organik yang terdapat di
dalamnya akan diuraikan oleh mikroorganisme pada biofilm tersebut.
c. Penguraian lumpur secara anaerob
Lumpur diuraikan dengan bantuan bakteri Methanobacterium yang dapat
mengubah bahan organik menjadi gas metana, CO2, H2, dan H2O.
d. Mikroorganisme pembersih limbah minyak
Limbah minyak yang mengandung hidrokarbon dapat dimakan oleh bakteri
Pseudomonas putida dan jamur Cladosporium resinae.
e. Pengolahan limbah dengan sistem lumpur aktif
Pengolahan limbah dengan sistem lumpur aktif merupakan pengolahan limbah
cair dengan menggunakan mikroorganisme aerob pengoksidasi material
organik. Sistem ini sangat baik digunakan untuk mengatasi limbah dari industri
nata de coco, tahu, tapioka, atau kecap.
8. Pemanfaatan di bidang peternakan
a. Penggunaan hormon BGH (Bovin Growth Hormone) yang dihasilkan oleh
Escherichia coli hasil rekayasa genetika pada hewan ternak dapat meningkatkan
produksi daging dan susu.
b. Penggunaan hormon EGF (Epidermal Growth Factor) dapat memacu
pertumbuhan rambut pada domba penghasil wol.

9. Pemanfaatan di bidang pertambangan


Untuk memisahkan logam dari bijihnya, dapat digunakan bakteri Thiobacillus
ferrooxidans yang banyak ditemukan di daerah pertambangan.

10. Bioplastik
Bioplastik adalah plastik yang dibuat dari bahan-bahan organik, seperti pati,
selulosa, minyak nabati, amilum jagung, klobot jagung, amilum ercis, dan biopolimer
lainnya yang berasal dari mikroorganisme. Bioplastik dibuat dengan tujuan untuk
menggantikan plastik berbahan kimia polietilena yang sulit terurai di alam. Bioplastik
biasanya digunakan sekali pakai, seperti kemasan makanan dan alat makan, wadah
buah dan sayuran, atau botol minuman ringan. Mikroorganisme yang berperan
dalam pembuatan bioplastik, antara lain bakteri Alxaligenes eutrophus dan jamur
Aureobasidium pullulans.

9
Contoh Soal 2
Protein Sel Tunggal (PST) adalah protein yang berasal dari organisme bersel satu. Protein
ini dapat digunakan sebagai bahan makanan yang berkualitas karena mengandung kadar
protein yang tinggi. Organisme yang dapat menghasilkan PST adalah ….
A. Thiobacillus ferrooxidans
B. Methanobacterium
C. Bacillus thuringiensis
D. Spirulina sp.
E. Aspergillus flavus
Jawaban: D
Pembahasan:
Organisme penghasil Protein Sel Tunggal (PST), antara lain Spirulina sp., Chlorella, Fusarium
venenatum, Candida utilis, dan Saccharomyces cerevisiae.

D. Kultur Jaringan dan Kloning


1. Kultur Jaringan
Kultur jaringan (mikropropagasi) yang dilakukan pada tumbuhan adalah salah satu cara
perbanyakan tanaman secara vegetatif berdasarkan sifat totipotensi. Totipotensi adalah
kemampuan setiap sel tumbuhan untuk tumbuh menjadi individu baru yang sempurna.
Kultur jaringan dilakukan dengan cara mengisolasi sel atau jaringan yang ditanam pada
media tumbuh yang kaya nutrisi. Proses ini dilakukan dalam kondisi yang steril sehingga
bagian yang ditanam tersebut dapat tumbuh menjadi tanaman lengkap.

SUPER "Solusi Quipper"


Cara mudah untuk mengingat tentang kultur jaringan adalah sebagai berikut.
KUJARING PAKE TOPI
Maksudnya: kultur jaringan memakai sifat totipotensi

10
Urutan pertumbuhan sel atau jaringan pada kultur jaringan adalah sebagai berikut.

Bagian tumbuhan yang akan dikultur.


Eksplan Dapat diambil dari jaringan meristem di
batang, akar, daun, atau mata tunas.

Kumpulan sel-sel yang belum terdiferensiasi,


hasil pertumbuhan dari eksplan. Nantinya,
Kalus
kalus akan berdiferensiasi membentuk akar,
batang, dan daun.

Tanaman lengkap berukuran kecil, hasil


Plantlet
pertumbuhan dari kalus.

Urutan Pertumbuhan Sel atau Jaringan dalam Kultur Jaringan

Jika sudah mencapai usia tertentu, plantlet bisa dipindahkan ke media tanam biasa,
baik berupa tanah atau media hidroponik. Tanaman yang biasa dikembangkan melalui
kultur jaringan, antara lain anggrek, tanaman obat-obatan, kentang, wortel, mawar,
mangga, atau pisang abaca.
Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh dari metode kultur jaringan adalah
sebagai berikut.
• Eksplan yang dibutuhkan hanya sedikit dan dapat diambil dari hampir seluruh
bagian tubuh tumbuhan.
• Sifat genetik dari tanaman yang dihasilkan tetap sama dengan induknya sehingga
dapat digunakan untuk melestarikan plasma nutfah.
• Bibit yang dihasilkan seragam.
• Tidak bergantung pada musim.
• Dapat menghasilkan metabolit sekunder.
• Diperoleh bibit tanaman dalam jumlah besar yang bebas dari penyakit.
• Tidak membutuhkan banyak waktu.

2. Kloning
Kloning pada hewan adalah usaha perbanyakan individu secara vegetatif. Ada dua cara
pelaksanaan kloning, yaitu kloning embrio dan kloning transfer inti.

11
a. Kloning Embrio
Kloning embrio merupakan usaha untuk menghasilkan individu baru yang secara
genetik sama dengan kedua induknya, tetapi tanpa perkawinan secara alamiah.
Tujuan dari kloning ini untuk diperoleh hewan berkualitas baik dalam jumlah besar
dan dalam waktu yang relatif singkat. Hewan-hewan yang dapat dikloning adalah
mamalia, seperti sapi, kelinci, dan domba.
Tahapan-tahapan dalam kloning embrio adalah sebagai berikut.
1.) Dilakukan fertilisasi ovum oleh sperma secara in vitro (di luar tubuh induk betina).
2.) Zigot hasil fertilisasi ditumbuhkan menjadi embrio.
3.) Embrio-embrio yang sudah terbentuk selanjutnya ditanamkan ke dalam rahim
sapi betina dengan cara menyuntikkannya ke dalam rahim.
4.) Embrio di dalam rahim sapi betina akan tumbuh menjadi anak sapi hingga
dilahirkan.

Untuk lebih jelasnya, perhatikan skema berikut.

Sperma diambil dari sapi jantan unggul

Sapi betina diinseminasi buatan dengan sperma

Terbentuk zigot yang berkembang menjadi embrio

Embrio dibagi menjadi beberapa embrio yang lebih kecil

Setiap embrio ditanamkan ke dalam uterus sapi betina lain

Lahir anak-anak sapi yang sifatnya sama dengan kedua induk asal

Proses Kloning Embrio pada Sapi

Kloning embrio pada manusia disebut bayi tabung. Teknik bayi tabung
diterapkan kepada pasangan suami-istri yang sulit mendapatkan keturunan karena
adanya hambatan pada sistem reproduksi. Misalnya, ketidakmampuan menghasilkan

12
sperma atau ovum yang subur, dinding rahim perempuan yang terlalu lemah,
terhambatnya fertilisasi, atau terhambatnya pertumbuhan embrio di dalam rahim.
Berikut ini adalah tahapan dalam pelaksanaan bayi tabung.
1.) Sel telur dan sel sperma diambil dari pasangan suami-istri yang sah. Setelah itu,
kedua sel tersebut difertilisasikan secara in vitro dalam tabung berisi medium
khusus untuk pertumbuhan zigot hingga membentuk morula.
2.) Morula selanjutnya diimplantasikan ke dalam rahim ibu.
3.) Di dalam rahim, morula akan berkembang menjadi janin hingga dilahirkan.

Untuk lebih jelasnya, perhatikan skema berikut!

Ovum diambil setelah ovulasi Sperma diambil dan dipekatkan


atau langsung dari folikel dengan cara membuang cairan
seminal

Dilakukan fertilisasi secara in vitro

Terbentuk zigot

Zigot yang sudah tumbuh menjadi morula diimplantasiknan ke dalam rahim ibu

Terjadi pertumbuhan membentuk janin hingga waktunya dilahirkan

Proses Pelaksanaan Bayi Tabung

b. Kloning Transfer Inti


Kloning transfer inti adalah proses pemindahan inti sel donor ke sel lain agar
diperoleh individu baru dengan sifat yang sama dengan inti sel donor. Kloning ini
bertujuan menghasilkan individu baru dengan sifat dan jenis kelamin yang sama
dalam jumlah banyak.
Proses kloning dengan cara transfer inti telah diterapkan pada domba dan
hasilnya adalah domba Dolly. Domba Dolly berasal dari ovum domba betina yang
inti selnya telah diganti dengan inti sel ambing (sel kelenjar susu) domba betina

13
lainnya. Setelah itu, ovum tersebut ditumbuhkan dan dibiarkan berkembang dalam
rahim domba betina sampai saatnya dilahirkan. Akan tetapi, domba hasil kloning ini
memiliki perkembangan yang kurang baik, yaitu paru-paru kecil, kaki pendek, dan
rentan terhadap penyakit. Selain itu, domba tersebut juga mandul.
Berikut ini adalah tahapan dalam kloning transfer inti untuk menghasilkan
domba Dolly.
1.) Ovum dari induk I (pendonor ovum) dirusak intinya dengan menggunakan
radiasi sinar ultraviolet sehingga tidak memiliki kromosom.
2.) Sel somatik berupa sel ambing (sel kelenjar susu) dari induk II (pendonor inti)
diambil inti selnya saja.
3.) Inti sel somatik ditransfer ke dalam ovum dengan bantuan kejutan listrik.
Hasilnya, ovum memiliki inti sel somatik yang diploid.
4.) Ovum kemudian membelah berkali-kali hingga membentuk stadium morula.
5.) Morula selanjutnya diimplantasikan ke dalam uterus induk III (pendonor uterus atau
induk asuh) dan ditumbuhkan hingga menjadi bayi domba yang siap dilahirkan.

Untuk lebih jelasnya, perhatikan skema berikut!

Diambil ovumnya, kemudian inti Diambil inti sel kambingnya


ovumnya dirusak

Inti sel ambing ditransfer ke dalam ovum dengan bantuan kejutan listrik

Ovum yang berinti sel diploid kemudian membelah berkali-kali membentuk


stadium morula

Morula selanjutnya diimplantasikan ke dalam uterus induk III (pendonor uterus


atau induk asuh)

Morula tumbuh dan berkembang menjadi bayi domba hingga siap dilahirkan

Proses Pembuatan Domba Dolly

14
Domba Dolly yang dilahirkan memiliki sifat yang sama dengan induk II
(pendonor inti). Karena pendonor inti adalah domba berumur 6 tahun, domba Dolly
yang baru dilahirkan seakan-akan sudah berumur 6 tahun atau mengalami penuaan
dini. Domba Dolly akhirnya meninggal pada umur 6 tahun.

SUPER "Solusi Quipper"


Cara mudah untuk mengingat cara pelaksanaan kloning adalah sebagai berikut.
KAMBING MENGEMBIK DITABRAK INDUKNYA
Maksudnya: kloning embrio dan transfer inti

Contoh Soal 3
Pemanfaatan sifat totipotensi pada tumbuhan dalam bidang pertanian adalah ….
A. memperbaiki kualitas tanaman budidaya
B. membuktikan bahwa sel tumbuhan dapat diperbanyak melalui teknik kultur
jaringan
C. meneliti kemampuan bagian tumbuhan yang mudah dikembangkan
D. memperoleh bibit tanaman yang seragam dalam jumlah besar
E. meningkatkan hasil panen tanaman budi daya.
Jawaban: D
Pembahasan:
Sifat totipotensi yang dimiliki oleh tumbuhan memungkinkan tumbuhan dapat
diperbanyak melalui teknik kultur jaringan. Dalam bidang pertanian, kultur jaringan
bertujuan untuk mendapatkan bibit tumbuhan yang seragam dalam jumlah besar dan
dalam waktu yang relatif singkat.

E. Rekayasa Genetika dan Dampak Negatif dari Bioteknologi


1. Rekayasa Genetika
Rekayasa genetika adalah usaha memanipulasi sifat mahluk hidup untuk menghasilkan
makhluk hidup baru yang memiliki sifat sesuai dengan yang diinginkan. Rekayasa genetika
dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu fusi sel (teknik hibridoma) dan rekombinasi DNA.
a. Fusi Sel (Teknik Hibridoma)
Hibridoma adalah sel-sel yang dihasilkan dari fusi atau peleburan dua tipe sel yang
berbeda menjadi satu kesatuan tunggal. Hibridoma mengandung gen dari kedua sel

15
asli. Teknik hibridoma dilakukan dengan cara mengambil dua jenis sel dari jaringan
yang berbeda, baik dari organisme yang sama atau berbeda. Setelah itu, kedua jenis
sel tersebut disatukan menjadi satu sel tunggal. Contohnya, sel penghasil antibodi
dengan sel kanker.
Pada pelaksanaannya, teknik hibridoma menggunakan sel wadah, sel sumber
gen, dan zat fusi gen.
1.) Sel wadah merupakan sel yang memiliki kemampuan membelah dengan
cepat, misalnya sel kanker (myeloma).
2.) Sel sumber gen merupakan sel dengan sifat yang diinginkan.
3.) Zat fusi gen merupakan zat- zat yang memicu terjadinya penggabungan sel,
seperti medan listrik, PEG (polietilen glikol), dan DMSO (dimetil sulfoksida).

Teknik hibridoma telah dikembangkan untuk memproduksi hormon maupun


antibodi. Jika sel penghasil hormon atau antibodi dilebur dengan sel kanker, dalam
waktu singkat akan diperoleh hormon atau antibodi dalam jumlah besar. Cara yang
digunakan untuk mempercepat terjadinya fusi sel dengan metode elektrofusi.
Metode ini dilakukan dengan menggabungkan dua sel dalam satu bidang elektris
pada frekuensi tinggi sehingga sel-sel yang akan difusikan tertarik satu sama lain
dan akhirnya melebur.
Teknik hibridoma dapat dimanfaatkan untuk pembuatan antibodi monoklonal,
pemetaan kromosom, dan pembentukan spesies baru.
1.) Pembuatan antibodi monoklonal
Antibodi yang dihasilkan oleh tubuh adalah antibodi multiklonal (poliklonal).
Antibodi ini terbentuk karena tubuh dimasuki oleh beberapa benda asing
sehingga tubuh membentuk lebih dari satu macam antibodi.
Dengan menggunakan teknik hibridoma, dapat dibentuk antibodi
monoklonal, yaitu antibodi yang hanya mengenali dan melawan satu jenis
antigen tertentu. Berikut ini adalah tahapan dalam pembuatan antibodi
monoklonal dengan teknik hibridoma.
• Hewan dari kelompok mamalia (misalnya tikus) disuntik dengan antigen
(misalnya bibit penyakit dari manusia).
• Sel penghasil antibodi, seperti sel limfosit B dari limpa, kelenjar limfa,
atau darah dari hewan tersebut diambil dan difusikan dengan sel kanker
sehingga dihasilkan sel hibridoma.
• Sel hibridoma kemudian diklon dan diseleksi untuk memperoleh satu sel
hibridoma penghasil antibodi monoklonal sesuai keinginan manusia.

16
• Sel hibridoma yang sudah dipilih selanjutnya dikembangkan (dikultur)
untuk menghasilkan antibodi monoklonal.

Untuk lebih jelasnya, perhatikan skema berikut!

Tikus disuntik dengan antigen

Sel penghasil antibodi diambil dari limpa

Sel penghasil antibodi difusikan dengan sel kanker, terbentuk sel


hibridoma

Sel hibridoma yang terpilih kemudian dikultur agar menghasilkan


antibodi monoklonal

Antibodi monoklonal siap dipanen

Skema Pembuatan Antibodi Monoklonal

Antibodi monoklonal telah dikembangkan untuk beberapa tujuan sebagai


berikut.
• Tes kehamilan.
• Mengikat dan menonaktifkan racun.
• Mencegah penolakan jaringan terhadap jaringan yang ditransplantasikan.
• Meningkatkan imunitas tubuh.
• Memurnikan obat-obatan.
• Pengobatan kanker, AIDS, hepatitis, flu burung, malaria, lepra,
tripanomiasis, dan leismaniasis.

2.) Pemetaan kromosom


Pemetaan kromosom merupakan usaha manusia untuk mengetahui letak
kromosom yang mengandung gen-gen pembawa sifat tertentu. Pemetaan
kromosom memberikan sumbangan informasi pada diagnosis dan pengobatan

17
suatu penyakit. Selain itu, pemetaan kromosom juga berfungsi sebagai
pencegahan penyakit keturunan serta memberikan gambaran pada evolusi
biologi.

3.) Pembentukan spesies baru


Fusi sel memberikan gambaran peluang diciptakannya spesies baru melalui
penggabungan dua sel dari organisme yang berbeda. Misalnya, antarsel hewan
yang berbeda spesies, antarsel tumbuhan yang berbeda spesies, atau antarsel
hewan dan sel tumbuhan.

b. Rekombinasi DNA
Rekombinasi DNA dapat dilakukan dengan pemotongan dan penyambungan
DNA secara in vitro. Untuk mendapatkan rekombinasi DNA, perlu disiapkan hal-hal
berikut ini.
1.) Metode untuk memperoleh gen
Gen dapat diperoleh dengan cara-cara berikut.
• Metode tembak langsung dengan memotong DNA secara keseluruhan.
• Metode transkripsi balik, yaitu RNA ditranskripsi balik menjadi DNA
dengan bantuan enzim.
• Metode sintesis gen dengan cara membuat gen secara sintetik.
2.) Enzim pemotong dan penyambung DNA
• Enzim pemotong DNA adalah endonuklease restriksi.
• Enzim penyambung DNA adalah DNA ligase.
Hasil hibrid dua potongan DNA disebut DNA rekombinan (kimera).
3.) Sel wadah
Sel wadah adalah sel yang menerima DNA rekombinan. Setelah menerima
DNA rekombinan, sel ini akan mengalami perubahan sifat yang disebut
transformasi. Sel yang sering digunakan sebagai sel wadah adalah bakteri
Escherichia coli.
4.) Vektor pembawa gen sisipan
Untuk memasukkan DNA rekombinan ke dalam sel wadah, dibutuhkan vektor
(pembawa) gen sisipan. Vektor yang sering digunakan adalah plasmid bakteri,
yaitu DNA nonkromosom yang berbentuk sirkuler.

18
Rekombinasi DNA dapat dilakukan dengan teknologi plasmid. Penerapan
teknologi plasmid yang sudah dilakukan adalah proses pembuatan hormon insulin
dengan tahapan sebagai berikut.
1.) Plasmid bakteri dan DNA yang mengandung gen insulin masing-masing
dipotong menggunakan enzim pemotong endonuklease restriksi.
2.) Potongan DNA gen insulin disambungkan pada plasmid dengan menggunakan
enzim DNA ligase sehingga terbentuk plasmid rekombinan.
3.) Plasmid rekombinan dimasukkan kembali ke dalam tubuh bakteri sehingga
diperoleh bakteri yang memiliki gen kromosom asli dan gen insulin.
4.) Bakteri dikembangbiakkan sehingga diperoleh populasi bakteri yang mampu
memproduksi insulin dalam jumlah besar.
5.) Hormon insulin tersebut dapat digunakan untuk para penderita diabetes mellitus.

Untuk lebih jelasnya, perhatikan skema berikut.

Plasmid dikeluarkan dari tubuh DNA yang mengandung gen


bakteri dan dipotong dengan insulin diambil dari sel pankreas
enzim endonuklease restriksi dan dipotong dengan enzim
endonuklease restiksi

Kedua fragmen digabung dengan menggunakan enzim DNA ligase, terbentuk


plasmid rekombinan

Plasmid rekombinan dimasukkan kembali ke dalam tubuh bakteri

Bakteri rekombinan dikembangbiakkan agar menghasilkan insulin dalam jumlah


besar

Tahapan Pembuatan Hormon Insulin dengan Teknologi Plasmid

2. Pemanfaatan Rekayasa Genetika


Rekayasa genetika dapat dimanfaatkan, antara lain untuk terapi gen, pembuatan vaksin

19
baru, dan pembuatan organisme transgenik.
a. Terapi gen
Terapi gen merupakan usaha perbaikan kelainan genetik dengan memperbaiki
susunan basa nitrogen pada rantai DNA dalam gen. Terapi gen telah diterapkan untuk
memperbaiki kelainan genetik ADD (Adenosine Deaminase Deficiency), yaitu kelainan
berupa hilangnya daya tahan tubuh akibat tidak memiliki enzim ADA (Adenosine
Deaminase). ADD menyebabkan penyakit SCID (Severe Combined Immunodeficiency
disease).
b. Pembuatan vaksin baru
Vaksin baru yang telah dibuat dengan teknik rekayasa genetik adalah vaksin
subunit. Vaksin ini dibuat dari bagian tertentu mikroorganisme yang imunogenik
secara alami. Contoh: vaksin untuk hepatitis B, yaitu Recombivax HB vaccine.
c. Pembuatan organisme transgenik
Organisme transgenik adalah organisme yang mendapatkan gen-gen dari
organisme lain. Berikut ini adalah jenis-jenis organisme transgenik.
1.) Tanaman transgenik
Tanaman transgenik merupakan tanaman hasil rekayasa genetik dengan
sistem penggabungan gen-gen pada suatu rangkaian DNA. Penggabungan
gen ini dapat dilakukan secara langsung dengan alat penembak gen atau secara
tidak langsung dengan menggunakan vektor, misalnya bakteri Agrobacterium
tumefaciens. Tumbuhan yang termasuk tanaman transgenik adalah sebagai
berikut.
• Tumbuhan yang tahan hama.
• Tumbuhan yang memupuk sendiri.
• Tumbuhan yang mengandung gizi tambahan.
• Buah-buahan yang lebih tahan lama untuk disimpan.
• Tumbuhan yang tahan herbisida.
• Tumbuhan yang tahan terhadap perubahan cuaca.
• Tumbuhan bioluminesensi.
2.) Hewan transgenik
Hewan transgenik merupakan hewan yang mengandung sisipan gen asing di
dalam genomnya. Pembuatan hewan transgenik dapat dilakukan dengan dua
cara sebagai berikut.
• Pronuclear injection
Pronuclear injection merupakan teknik memasukkan transgen (gen

20
terpilih yang akan dipindahkan) secara langsung ke dalam pronukleus
ovum yang sudah dibuahi.
• Embryonic stem (ES) cell electroporation dan subsequent blastocyst injection
Cara ini dilakukan dengan menginsersi transgen ke dalam sel induk
embrionik (ES) dan dilanjutkan dengan memasukkan ES cells ke dalam
blastokista.

3. Dampak Negatif dari Bioteknologi


Selain membawa banyak manfaat yang luar biasa bagi manusia, ternyata, bioteknologi
juga memiliki dampak negatif. Dampak negatif ini timbul jika penggunaan bioteknologi
tidak diawasi dan akhirnya disalahgunakan oleh pihak-pihak yang kurang bertanggung
jawab. Berikut ini adalah beberapa dampak negatif dari bioteknologi.
a. Munculnya tanaman supergulma
Dampak ini muncul jika yang dijadikan tanaman transgenik adalah tanaman yang
tahan terhadap herbisida atau hama dan sangat adaptif terhadap lingkungan.
b. Erosi plasma nutfah
Dampak ini muncul akibat tanaman transgenik lebih dikembangkan dibandingkan
tanaman nontransgenik.
c. Terganggunya keseimbangan ekosistem
Dampak ini muncul akibat kematian organisme nontarget ketika memakan tanaman
transgenik yang resisten terhadap pestisida.
d. Penyebaran bakteri strain secara liar
Penyebaran bakteri ini dapat membawa kerugian besar dan membahayakan.
Misalnya, bakteri pembersih tumpahan minyak yang berada di pengeboran-
pengeboran minyak bumi.
e. Kemungkinan diciptakan mikroorganisme patogen jenis baru
Mikroorganisme hasil rekayasa genetika yang bersifat patogen sangat berbahaya
jika terlepas keluar dari laboratorium.
f. Timbulnya bahan makanan yang mengandung protein baru bersifat toksik
Protein baru yang berasal dari organisme transgenik kemungkinan dapat
menimbulkan alergi pada sebagian orang, bahkan bisa bersifat toksik.
g. Risiko tinggi bagi organisme hasil kloning
Risiko ini muncul karena organisme hasil kloning kemungkinan mengalami kelainan,
seperti sistem kekebalan tubuh tidak baik, penuaan dini, kelainan fungsi hati, jantung,
dan gangguan darah.

21
h. Teknik bayi tabung yang dapat membingungkan status orang tuanya
Pembuatan bayi tabung yang menggunakan sel sperma dan sel telur yang keduanya
diambil dari bank sel kelamin, akan menimbulkan kebingungan untuk menetapkan
status orang tua bagi si bayi.
i. Penyalahgunaan senjata biologis
Senjata biologis berupa bakteri atau virus patogen lebih berbahaya jika digunakan
dalam perang. Hal ini karena organisme-organisme tersebut dapat berkembang biak
secara liar sehingga keberadaannya lebih lestari.

Contoh Soal 4
Pembuatan hormon insulin menggunakan teknologi plasmid membutuhkan hal-hal
berikut ini, kecuali….
A. plasmid bakteri sebagai vektor pembawa gen sisipan
B. gen penghasil insulin yang diambil dari sel-sel pankreas
C. enzim DNA ligase sebagai pemotong DNA
D. sel wadah berupa bakteri Escherichia coli
E. kimera yang akan dimasukkan ke dalam sel wadah
Jawaban: C
Pembahasan:
Teknologi plasmid untuk membuat hormon insulin membutuhkan hal-hal berikut ini.
• Gen insulin yang diambil dari pankreas manusia.
• Plasmid bakteri sebagai vektor pembawa gen sisipan.
• Kimera yang merupakan hasil penggabungan plasmid dan gen insulin.
• Enzim DNA ligase sebagai penyambung plasmid dan gen insulin
• Enzim endonuklease restriksi sebagai pemotong DNA.
• Bakteri Escherichia coli sebagai sel wadah.

22
Kurikulum 2013 Revisi

Kelas XII
B I O LO G I
Evolusi

Tujuan Pembelajaran

Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut.


1. Memahami tentang teori-teori evolusi.
2. Memahami tentang bukti-bukti evolusi.
3. Memahami tentang mekanisme evolusi.
4. Memahami tentang Hukum Hardy-Weinberg.
5. Memahami tentang spesiasi.
6. Memahami tentang pohon filogeni.
7. Memahami tentang teori asal-usul kehidupan.

Tahukah kamu tentang orang utan? Orang utan adalah makhluk yang cerdas. Menurut
Darwin, orang utan dianggap sebagai nenek moyang manusia. Untuk menjadi manusia,
orang utan harus mengalami “perjalanan yang sangat panjang”. Benarkah demikian? Untuk
lebih jelasnya kamu bisa mempelajari sesi Evolusi ini.

Evolusi adalah perubahan pada makhluk hidup yang terjadi secara perlahan-lahan dan
dalam waktu yang lama. Evolusi juga merupakan perkembangan makhluk hidup secara
bertahap menuju kesempurnaan yang memerlukan waktu sangat lama.

A. Macam-Macam Evolusi
Evolusi dapat dibagi menjadi beberapa macam, antara lain sebagai berikut.

1. Berdasarkan Akibat yang Ditimbulkan


Berdasarkan akibat yang ditimbulkannya, evolusi dibagi menjadi dua macam, yaitu
evolusi progresif dan evolusi regresif.
a. Evolusi progresif adalah evolusi yang mengarah kepada terbentuknya spesies
baru yang mampu bertahan hidup dan berkelanjutan. Misalnya evolusi pada
manusia.

b. Evolusi regresif adalah evolusi yang mengarah kepada terbentuknya spesies


baru yang tidak mampu bertahan hidup dan akhirnya punah. Misalnya evolusi
pada dinosaurus.

2. Berdasarkan Objek yang Mengalami


Berdasarkan objek yang mengalaminya, evolusi dibagi menjadi dua macam, yaitu
evolusi kosmik dan evolusi organik.

a. Evolusi kosmik adalah evolusi yang terjadi pada lingkungan abiotik. Misalnya,
perubahan suatu daerah beberapa ratus atau ribu tahun yang lalu akan berbeda
bila dibandingkan dengan keadaan sekarang.

b. Evolusi organik (evolusi makhluk hidup) adalah evolusi yang terjadi pada
makhluk hidup dan berlangsung dari generasi ke generasi. Misalnya, ular dulu
dianggap memiliki kaki, tetapi sekarang ular tidak memiliki kaki.

Evolusi organik disebut juga evolusi biologi. Evolusi biologi dibagi menjadi dua
macam, yaitu mikroevolusi dan makroevolusi.
1.) Mikroevolusi adalah perubahan pada makhluk hidup yang terjadi pada
tingkat gen dan berlangsung dari generasi ke generasi hingga menimbulkan
perubahan fenotipe pada populasi.

2.) Makroevolusi adalah perubahan pada makhluk hidup yang menyebabkan


terbentuknya kelompok-kelompok baru dalam taksonomi. Misalnya
terbentuknya spesies baru, genus baru, sampai kingdom baru.

3. Berdasarkan Jumlah Spesies yang Berevolusi dan yang Dihasilkan


Berdasarkan jumlah spesies yang berevolusi dan yang dihasilkan, evolusi dibagi
menjadi dua macam, yaitu evolusi divergensi dan evolusi konvergensi.
a. Evolusi divergensi adalah evolusi yang diawali dari satu spesies kemudian
menghasilkan banyak spesies. Misalnya, evolusi yang terjadi pada burung finch
di kepulauan Galapagos.

b. Evolusi konvergensi adalah evolusi yang diawali dari banyak spesies kemudian
mengalami penyusutan spesies. Misalnya evolusi yang terjadi pada kelompok
reptil.

B. Teori-Teori Evolusi
Banyak teori tentang evolusi yang sudah dibuat oleh para ahli. Berikut ini adalah beberapa
teori evolusi yang disusun sebelum dan setelah Charles Darwin mengemukakan teori
evolusinya yang sangat terkenal.

Evolusi 2
1. Teori Evolusi Sebelum Charles Darwin
Sebelum Charles Darwin menyusun teorinya tentang evolusi, sudah ada beberapa
ilmuwan yang mengemukakan tentang adanya evolusi pada makhluk hidup.

a. Plato
Plato adalah ilmuwan Yunani yang hidup pada tahun 428 – 348 SM. Menurut
Plato, pencipta yang menciptakan dunia, juga menciptakan para dewa yang akan
membuat manusia dengan jenis kelamin laki-laki. Wanita dan hewan muncul dari
reinkarnasi jiwa laki-laki.

b. Aristoteles
Aristoteles adalah ilmuwan Yunani yang hidup pada tahun 384 – 322 SM. Menurut
Aristoteles, organisme yang telah ada dianggap tidak sempurna dan bergerak ke
arah keadaan yang lebih baik.

c. Anaximander
Anaximander adalah filsuf Yunani yang hidup pada tahun 611 – 574 SM. Menurut
Anaximander, makhluk hidup tingkat tinggi berasal dari makhluk hidup tingkat
rendah.

d. Copernicus dan Galileo


Copernicus dan Galileo pada tahun 1543 menunjukkan bahwa matahari adalah
pusat dari rotasi planet-planet, bukan bumi. Dunia organik dan dunia fisik dapat
diatur dengan hukum-hukum alam.

e. Erasmus Darwin
Erasmus Darwin merupakan kakek dari Charles Darwin, hidup pada tahun 1731 –
1802. Menurut Erasmus Darwin, kehidupan di bumi memiliki asal-usul yang sama
dan respons fungsional akan diwariskan pada keturunannya. Hewan-hewan yang
ada sekarang ini mungkin berasal dari hewan-hewan lain.

f. Comte de Buffon (1707 – 1788)


Menurut Buffon, makhluk hidup yang ada sekarang berasal dari makhluk hidup
yang lain.

g. George Cuvier(1797 – 1875)


Menurut Cuvier, kepunahan spesies akan digantikan oleh spesies yang baru.
Teori ini dikenal dengan Teori Katastropisme.

2. Teori Evolusi Charles Darwin


Sebelum menyusun teorinya, Charles Darwin melakukan serangkaian penelitian
terhadap burung-burung finch yang hidup di kepulauan Galapagos. Menurut Darwin,
terdapat 14 spesies burung finch yang hidup di Galapagos. Burung-burung tersebut
memiliki kemiripan dengan burung finch yang ada di daratan Amerika Selatan, tetapi

Evolusi 3
merupakan spesies yang berbeda. Kemungkinan burung finch yang ada di Galapagos
semula adalah anggota dari populasi finch di Amerika selatan, tetapi kemudian
melakukan migrasi ke Galapagos.

Sekembalinya dari Galapagos, Darwin melanjutkan penelitiannya, dan kemudian


berhasil menyusun teori evolusinya yang sangat terkenal, yaitu Teori Seleksi Alam.
Menurut teori Darwin, asal mula spesies terjadi melalui seleksi alam. Dengan adanya
seleksi alam, makhluk hidup selalu berjuang untuk mempertahankan hidupnya.
Hanya makhluk hidup yang dapat menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan
yang dapat bertahan hidup dan memenangkan perjuangan untuk meneruskan
keturunannya.

Dalam bukunya yang berjudul “On the Origin of Species by Means of Natural Selection”,
terdapat dua teori utama Darwin tentang evolusi, yaitu sebagai berikut.

a. Spesies-spesies yang hidup sekarang ini berasal dari spesies-spesies yang hidup
pada masa lalu.

b. Kejadian evolusi karena seleksi alam atau seleksi alam merupakan penyebab
evolusi adaptif.

SUPER "Solusi Quipper"

Untuk mengingat teori utama Darwin, gunakan cara SUPER berikut.

Si Sekar Si Pemalu Kepo Semalam

Si Sekar Si Pemalu = Spesies-spesies yang hidup sekarang ini berasal dari


spesies-spesies yang hidup pada masa lalu.

Kepo Semalam = Kejadian evolusi karena seleksi alam

Beberapa ahli yang memengaruhi pemikiran Darwin dalam menyusun teori


evolusinya antara lain sebagai berikut.

a. Jean Baptiste Lamarck


Menurut Lamarck:

1.) lingkungan berpengaruh terhadap ciri atau sifat yang diwariskan;


2.) ciri atau sifat yang dimiliki oleh makhluk hidup akan diwariskan kepada
keturunannya; dan

Evolusi 4
3.) organ yang digunakan terus menerus akan berkembang, sedangkan organ
yang tidak digunakan akan mengalami kemunduran. Pernyataan ini kemudian
dikenal dengan use and disuse theory.

b. Sir Charles Lyell


Menurut Lyell, batuan, pulau-pulau, dan benua selalu mengalami perubahan.
Perubahan-perubahan tersebut akan berpengaruh terhadap makhluk hidup.

Berdasarkan pendapat Lyell dan pengamatannya terhadap fosil, Darwin


menyimpulkan bahwa fosil yang ditemukan pada batuan tua memiliki umur
yang lebih tua dibandingkan dengan fosil yang ditemukan pada batuan muda.

c. Alfred Russel Wallace


Wallace yang seorang naturalis, mengemukakan teori evolusi yang sama
dengan teori evolusi Darwin.

d. Thomas Robert Malthus


Menurut Malthus, kenaikan jumlah penduduk cenderung lebih cepat daripada
kenaikan produksi makanan. Oleh sebab itu, akan muncul masalah kelaparan.

3. Perbandingan Teori Evolusi Darwin dengan Lamarck dan Weismann


a. Perbandingan Teori Evolusi Darwin dan Lamarck
Dengan memperhatikan panjangnya leher jarapah, dapat disimpulkan bahwa:

1.) Menurut Lamarck


Nenek moyang jerapah kemungkinan berleher pendek. Jerapah-jerapah
kemudian berusaha menjangkau daun-daun yang tinggi, sehingga lehernya
tertarik menjadi panjang. Akhirnya keturunan jerapah berikutnya berleher
panjang.

Jadi, menurut Lamarck evolusi terjadi melalui mekanisme adaptasi. Organ


yang sering digunakan akan terus berkembang, sedangkan organ yang tidak
digunakan akan mengalami kemunduran (teori use and disuse)

2.) Menurut Darwin


Panjang leher jerapah bervariasi, ada yang panjang dan ada yang pendek.
Jerapah yang berleher panjang kemudian memenangkan kompetisi dalam
mencari makanan, sehingga jerapah berleher pendek mengalami kepunahan.

Jadi, menurut Darwin, evolusi terjadi melalui mekanisme seleksi alam.


Makhluk hidup yang dapat beradaptasi dan memenangkan perjuangan akan
terus bertahan. Sebaliknya makhluk hidup yang tidak dapat beradaptasi akan
mengalami kepunahan.

b. Perbandingan Teori Evolusi Lamarck dan Weismann


Weismann menentang teori evolusi Lamarck dengan melakukan percobaan
terhadap pemotongan ekor tikus. Dari hasil percobaannya, tikus-tikus yang

Evolusi 5
dipotong ekornya, kemudian dikawinkan, ternyata menghasilkan anak-anak tikus
yang tetap berekor panjang.

c. Perbandingan Teori Evolusi Darwin dan Weismann


Teori evolusi Weismann tidak menentang teori evolusi Darwin. Menurut
Weismann, evolusi merupakan gejala seleksi alam terhadap faktor-faktor genetik.

Contoh Soal 1

Menurut Charles Darwin, yang menyebabkan adanya jerapah berleher panjang hingga
sekarang adalah ....

A. matinya jerapah berleher pendek


B. memanjangnya leher induk jerapah untuk menjangkau daun yang tinggi
C. memanjangnya leher anak jerapah untuk menjangkau daun yang tinggi
D. memanjangnya leher induk jerapah karena menjangkau daun yang tinggi dan sifat
tersebut diturunkan pada keturunannya
E. matinya jerapah berleher pendek dan berkembang biaknya jerapah berleher panjang

Jawaban: E
Pembahasan:
Menurut Darwin, dalam populasi jerapah terdapat jerapah berleher panjang dan jerapah
berleher pendek. Ketika terjadi persaingan dalam memperebutkan makanan, jerapah
berleher panjang dapat menjangkau daun-daunan di tempat yang tinggi, sementara
jerapah berleher pendek tidak. Hal ini menyebabkan kematian pada jerapah berleher
pendek, sedangkan jerapah berleher panjang tetap hidup dan berkembang biak.

C. Petunjuk-Petunjuk Evolusi
Beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai petunjuk adanya evolusi antara lain variasi
dalam satu keturunan, pengaruh penyebaran geografis, fosil, perbandingan anatomi,
perbandingan embriologi, petunjuk biokimia, domestikasi, dan organ tubuh yang tersisa.

1. Variasi dalam satu keturunan


Tidak ada dua individu dalam satu keturunan yang sama persis. Menurut Darwin,
variasi individu dipengaruhi oleh faktor-faktor luar seperti suhu, tanah, dan makanan.

2. Pengaruh penyebaran geografis


Penyebaran geografis akan memengaruhi flora dan fauna yang berpindah dari satu
wilayah ke wilayah lain, menjadi berbeda dengan sebelumnya. Flora dan fauna di
lingkungan yang baru menunjukkan arah perkembangan yang menyimpang dari
perkembangan flora dan fauna di tempat asalnya.

Evolusi 6
3. Fosil
Fosil adalah sisa-sisa organisme masa lalu yang mengalami mineralisasi di dalam
batuan. Fosil umumnya ditemukan pada batuan sedimen, yang mengendap di dasar
laut, danau, atau rawa.

Fosil terlengkap yang ditemukan adalah fosil kuda. Fosil kuda tertua diperkirakan
berumur 50 juta tahun yang lalu, diberi nama Hyracotherium (Eohippus), sedangkan
fosil termuda ditemukan berumur 1 juta tahun yang lalu dengan nama Equus.

Urutan dari fosil kuda yang telah ditemukan, dari yang tertua hingga yang termuda
adalah sebagai berikut.

Hyracotherium (Eohippus) ⇒ awal Eosen, 60 juta tahun yang lalu



Mesohippus ⇒ akhir Eosen, 35 juta tahun yang lalu

Meryhippus ⇒ pertengahan Miosen, 15 juta tahun yang lalu

Pliohippus ⇒ akhir Miosen, 8 juta tahun yang lalu

Equus ⇒ pleistosen, 1 juta tahun yang lalu

Adapun perubahan-perubahan yang diperkirakan terjadi pada evolusi kuda yaitu


sebagai berikut.

a. Tubuh mengalami pertambahan besar dari hanya sebesar kucing menjadi


berukuran seperti kuda sekarang.

b. Jarak antara mulut dan mata semakin jauh.

c. Leher semakin panjang.

d. Kepala bertambah besar.

e. Geraham depan dan geraham belakang semakin lebar, bentuk penyesuaian


terhadap makanan yang berupa rumput-rumputan.

f. Anggota gerak semakin panjang, sehingga gerakan semakin lincah dan makin
cepat larinya.

g. Terjadi reduksi jumlah jari kaki depan, dari 5 buah jari menjadi satu jari.

Evolusi 7
4. Perbandingan anatomi
Ada dua kelompok organ, yaitu organ homolog dan organ analog.
a. Organ homolog adalah organ-organ yang memiliki struktur asal sama, tetapi
fungsinya berbeda.
Contoh:

Tangan manusia, terdiri atas:


Tulang lengan atas
(humerus)
Kaki depan kuda ⇒ untuk berjalan
Tulang pengumpil (radius)
Sayap burung ⇒ terbang
Tulang hasta (ulna)
HOMOLOG
Tulang pergelangan Sirip paus ⇒ berenang
DENGAN
tangan (carpal) Struktur asal dari kaki depan,
Tulang telapak tangan sayap, dan sirip hewan-hewan
(metacarpal) tersebut sama dengan tangan
Tulang ruas jari manusia.
(phalanges)

Tangan manusia untuk


memegang

b. Organ analog adalah organ-organ yang fungsinya sama, tetapi struktur asalnya
berbeda.
Contoh: sayap burung dan sayap kupu-kupu keduanya berfungsi untuk terbang,
kaki depan kuda dan kaki depan sapi keduanya berfungsi untuk berjalan.

5. Perbandingan embriologi
Berdasarkan perbandingan embriologi, perkembangan awal dari embrio vertebrata
menunjukkan persamaan, meskipun pada perkembangan selanjutnya menunjukkan
perbedaan. Jika pada perkembangan awal embrio makin banyak perbedaannya,
hubungan kekerabatannya juga semakin jauh.

Perkembangan embrio vertebrata dari zigot hingga dewasa dapat digunakan untuk
membandingkan perkembangan makhluk hidup dari filum yang sederhana hingga
filum yang kompleks. Pada perkembangan embriologi digunakan istilah ontogeni
dan filogeni.

Evolusi 8
a. Ontogeni adalah perkembangan makhluk hidup dari zigot hingga dewasa. Waktu
yang dibutuhkan untuk mengamati tidak panjang.

b. Filogeni adalah perkembangan makhluk hidup dari filum yang sederhana hingga
filum yang kompleks. Waktu yang dibutuhkan untuk mengamati sangat lama,
sehingga sulit dilakukan. Oleh sebab itu ontogeni disebut juga gambaran singkat
dari suatu filogeni.

6. Perbandingan fisiologi
Jika ditinjau proses fisiologinya, beberapa hewan memiliki persamaan. Misalnya
paus dan burung adalah dua jenis hewan yang berbeda bentuk dan habitatnya,
tetapi keduanya memiliki persamaan, yaitu menggunakan paru-paru sebagai alat
pernapasannya. Kemiripan-kemiripan yang ada pada makhluk hidup memperkuat
dugaan adanya hubungan kekerabatan antarmakhluk hidup.

7. Petunjuk biokimia
Uji endapan atau presipitin yang dikembangkan oleh Natael dapat digunakan untuk
menentukan seberapa jauh hubungan kekerabatan antarorganisme. Presipitin
diperoleh dari hasil reaksi antara antigen dan antibodi. Semakin banyak presipitin
yang terbentuk, makin dekat hubungan kekerabatannya.

Berikut ini adalah hasil uji presipitin pada beberapa jenis hewan dari golongan
primata, karnivora, ungulata, dan rodentia.

Asal Serum Organisme Jumlah Presipitin

Manusia 100
Gorilla 64
Primata
Orang utan 42
Baboon 29

Kucing 3
Karnivora
Anjing 3

Banteng 10
Kambing 7
Ungulata
Kuda 2
Babi hutan 0

Marmot 0
Rodentia
Kelinci 0

Evolusi 9
8. Domestikasi
Domestikasi adalah usaha manusia untuk menjadikan hewan dan tumbuhan liar
menjadi hewan dan tumbuhan budidaya. Pada domestikasi, hewan dan tumbuhan
mengalami perubahan habitat, jenis, atau perilaku. Selain itu, biasanya domestikasi
disertai dengan seleksi dan perkawinan silang yang memungkinkan munculnya
spesies baru. Oleh sebab itu, domestikasi dapat dianggap sebagai faktor yang
mempercepat terjadinya evolusi.

9. Organ tubuh yang tersisa


Beberapa organisme termasuk manusia masih memiliki organ sisa pada tubuhnya.
Organ-organ tersebut sudah tidak berfungsi bagi organisme yang bersangkutan,
namun dapat dianggap sebagai sisa dari perjalanan evolusi makhluk hidup. Beberapa
organ sisa yang terdapat pada manusia antara lain sebagai berikut.

a. Umbai cacing (apendiks).


b. Gigi taring.
c. Kelenjar susu pada pria.
d. Tulang ekor.
e. Otot penggerak telinga.
f. Selaput mata pada sudut mata sebelah dalam.
g. Rambut dada pada pria.
h. Otot-otot piramida yang terdapat di bagian perut.

Beberapa organ sisa yang terdapat pada hewan antara lain sebagai berikut.

a. Sayap pada burung kiwi yang sudah tidak difungsikan untuk terbang.
b. Rambut pada embrio paus akan mereduksi setelah dewasa karena dapat menghambat
pergerakan tubuh di dalam air.

Contoh Soal 2

Salah satu petunjuk evolusi adalah homologi organ tubuh. Di antara struktur-struktur
berikut, yang tidak homolog dengan organ tangan manusia adalah ….

A. sirip lumba-lumba
B. sayap kelelawar
C. sayap kupu-kupu
D. sayap burung
E. kaki depan kadal

Jawaban: C

Evolusi 10
Pembahasan:
Organ homolog adalah organ-organ yang memiliki struktur asal sama, tetapi fungsinya
berbeda. Tangan manusia homolog dengan kaki depan kadal, sayap burung, sayap
kelelawar, maupun sirip lumba-lumba. Akan tetapi tangan manusia tidak homolog
dengan sayap kupu-kupu, karena keduanya tidak memiliki struktur asal yang sama.

D. Mekanisme Evolusi
Ada tiga mekanisme yang menyebabkan terjadinya evolusi, yaitu mutasi gen, seleksi
alam, dan seleksi buatan.

1. Mutasi Gen
Mutasi gen merupakan perubahan pada struktur kimia DNA yang menyebabkan
perubahan sifat pada suatu organisme dan bersifat menurun. Menurut Hugo
de Vries, mutasi gen dan rekombinasi genetik pada keturunan-keturunan baru
menyebabkan terbentuknya variasi genetik.

Mutasi ada yang merugikan dan ada yang menguntungkan bagi organisme
bersangkutan.

a. Ciri-ciri mutasi yang menguntungkan:


1.) menghasilkan spesies yang memiliki viabilitas dan vitalitas yang tinggi; dan
2.) menghasilkan spesies yang adaptif.

b. Ciri-ciri mutasi yang merugikan:


1.) menghasilkan spesies yang tidak adaptif;
2.) menghasilkan gen letal; serta
3.) menghasilkan spesies yang memiliki viabilitas dan vitalitas yang rendah.

Besarnya peran mutasi gen dalam evolusi dapat diketahui dari besarnya angka
laju mutasi. Angka laju mutasi adalah angka yang menunjukkan jumlah gen yang
bermutasi dari seluruh gamet yang dihasilkan oleh individu dalam suatu spesies.
Angka laju mutasi umumnya sangat kecil karena gen bersifat tetap dan tidak mudah
berubah. Berdasarkan penelitian, angka laju mutasi rata-rata berkisar 1 : 100.000,
artinya dalam 100.000 gamet yang dihasilkan oleh individu, terdapat 1 gen yang
mengalami mutasi.

Secara alamiah, angka laju mutasi yang menguntungkan lebih kecil daripada yang
merugikan, yaitu rata-rata 1 : 1.000. Artinya, setiap 1.000 mutasi yang terjadi terdapat
1 mutasi yang menguntungkan.

Evolusi 11
Berikut ini adalah contoh soal untuk menghitung besarnya mutasi yang
menguntungkan selama spesies tersebut ada.

Contoh Soal 3

Suatu spesies memiliki data sebagai berikut.

Angka laju mutasi gen dalam gamet adalah 1 : 100.000.


Jumlah gen yang mampu bermutasi dalam individu adalah 1.000.
Perbandingan antara mutasi yang menguntungkan dan mutasi yang terjadi
adalah 1 : 1.000.
Jumlah individu dalam populasi adalah 10.000.
Jumlah populasi dalam spesies adalah 1.000.000.
Jumlah generasi selama spesies itu ada adalah 7.000.

Jumlah gen bermutasi yang sifatnya menguntungkan selama spesies tersebut ada
adalah ….

Pembahasan:

⇒ Jumlah gen bermutasi yang menguntungkan yang terjadi pada setiap individu

1 1 1
= × 1.000   × =
100.000 1.000 100.000

⇒ Jumlah gen bermutasi yang menguntungkan dalam setiap generasi

1
= × 1.000 × 1.000.000= 10.000
100.000

⇒ Jumlah gen bermutasi yang menguntungkan selama spesies tersebut ada


= 10.000 x 7.000 = 70.000.000

Jadi, meskipun angka laju mutasi sangat kecil, namun secara keseluruhan
kemungkinan terjadinya mutasi selama spesies tersebut ada cukup besar, sehingga
bisa mengarah pada terjadinya evolusi.

2. Seleksi Alam
Seleksi alam menyebabkan organisme yang adaptif dapat bertahan dan meneruskan
keturunannya, sedangkan organisme yang tidak adaptif akan mati atau punah. Oleh
sebab itu, seleksi alam dianggap sebagai kekuatan penentu arah evolusi dengan
mendahulukan organisme yang adaptif untuk menghadapi kompetisi alami.

Seleksi alam dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu seleksi berarah, seleksi pemutus,
dan seleksi pemantap.

Evolusi 12
a. Seleksi berarah
Seleksi berarah merupakan perubahan lingkungan yang menyatakan adaptasi ke
arah lingkungan baru. Misalnya, kupu-kupu Biston betularia, sebelum terjadinya
revolusi industri di Inggris, lebih banyak yang berwarna cerah dibandingkan yang
berwarna gelap. Namun, setelah revolusi industri terjadi hal yang sebaliknya.

b. Seleksi pemutus
Seleksi pemutus merupakan seleksi yang terjadi jika kondisi lingkungan yang
berbeda menyebabkan suatu populasi terbagi menjadi dua subpopulasi.
Misalnya, populasi ayam yang sebelumnya hanya terdiri atas satu spesies, karena
perbedaan habitat, menyebabkan spesies terpecah menjadi dua populasi, yaitu
ayam hutan dan ayam kampung.

c. Seleksi pemantap
Seleksi pemantap merupakan seleksi yang bekerja pada kelompok-kelompok
tertentu dari suatu populasi sehingga menghasilkan populasi adaptif dan
menyisihkan kelompok-kelompok dengan variasi yang ekstrem dan tidak adaptif.

3. Seleksi Buatan
Manusia telah memodifikasi spesies lain selama beberapa generasi dengan cara
menyeleksi individu dengan sifat yang diinginkan sebagai induk dalam pembibitan.
Seleksi buatan ini dapat melakukan perubahan dalam kurun waktu yang relatif
singkat. Dari seleksi buatan akan muncul spesies-spesies baru, sehingga seleksi
buatan merupakan salah satu mekanisme terjadinya evolusi, namun dengan
keterlibatan manusia di dalamnya.

E. Hukum Hardy-Weinberg
Hukum Hardy-Weinberg menyatakan bahwa frekuensi alel dan frekuensi genotipe
dalam suatu populasi dari generasi ke generasi akan selalu tetap (konstan) apabila
persyaratannya terpenuhi, yaitu sebagai berikut.
1. Populasi besar, artinya anggota populasinya banyak.

2. Merupakan populasi tertutup,artinya tidak terjadi migrasi keluar dan migrasi masuk.

3. Tidak terjadi mutasi atau harus ada keseimbangan mutasi. Artinya, perubahan
genetik ke satu arah diimbangi oleh sejumlah mutasi yang sama dengan arah yang
berlawanan. Misalnya, jika A bermutasi menjadi a maka diimbangi dengan a menjadi
A, dengan frekuensi yang sama besar.

4. Tidak terjadi seleksi.

5. Perkawinan antarindividu berlangsung acak.

6. Setiap individu (AA, Aa, aa) dalam populasi memiliki viabilitas (kemampuan hidup)
dan fertilitas (kemampuan reproduksi) yang sama.

Evolusi 13
Hukum Hardy-Weinberg tidak berlaku untuk proses evolusi karena selalu menghasilkan
angka perbandingan yang tetap dari generasi ke generasi berikutnya.

Rumus aljabar hukum Hardy-Weinberg adalah sebagai berikut.

(p + q)2 = 1 ⇒ p2 + 2pq + q2 = 1

Keterangan:
p2 = frekuensi genotipe dominan homozigot;
2pq = frekuensi genotipe heterozigot;
q2 = frekuensi genotipe resesif homozigot;
p = frekuensi alel dominan; dan
q = frekuensi alel resesif.

1. Frekuensi alel adalah perbandingan antara jumlah suatu alel dengan alel lainnya
dalam suatu populasi.

2. Frekuensi genotipe adalah perbandingan jumlah suatu genotipe dengan genotipe


lainnya dalam suatu populasi.

Untuk alel ganda seperti golongan darah sistem ABO, berlaku rumus:

(p + q + r)2 = 1 ⇒ p2 + 2pr + q2 + 2qr + 2pq + r2 = 1

Keterangan:
p2 = frekuensi genotipe dominan homozigot (IAIA);
2pr = frekuensi genotipe heterozigot (IAi);
q2 = frekuensi genotipe dominan homozigot (IBIB);
2qr = frekuensi genotipe heterozigot (IBi);
2pq = frekuensi genotipe IAIB;
r2 = frekuensi genotipe resesif homozigot (ii);
p = frekuensi alel IA;
q = frekuensi alel IB; dan
r = frekuensi alel i.

Contoh Soal 4

Dalam sebuah kota terdapat penderita albino 16%. Berapa jumlah orang yang normal
heterozigot kalau jumlah penduduk kota tersebut 50.000 orang?

Evolusi 14
A. 1.100 orang
B. 2.400 orang
C. 8.000 orang
D. 16.000 orang
E. 24.000 orang

Jawaban: E
Pembahasan:
Genotipe penderita albino adalah aa.
Jumlah penderita albino adalah 16%.
Jumlah penduduk adalah 50.000 orang.

Rumus Hardy-Weinberg: p2 + 2pq + q2 = 1


⇒ q2 = aa = 16% = 0,16
q = 0,16 = 0,4
⇒ (p + q)2 = 1
⇒ p + 0,4 = 1
p = 0,6

Jumlah orang yang berkulit normal heterozigot = 2pq = 2 x 0,6 x 0,4 x 50.000
= 0,48 x 50.000
= 24.000

Jadi, jumlah orang berkulit normal heterozigot ada 24.000 orang.

Contoh Soal 5

Pada suatu populasi terdapat kelompok orang bergolongan darah A sebanyak 27% dan
orang bergolongan darah O sebanyak 9%. Frekuensi gen IA dan IB berturut-turut adalah
….

A. 0,1 dan 0,2


B. 0,2 dan 0,3
C. 0,3 dan 0,4
D. 0,3 dan 0,2
E. 0,2 dan 0,1
Jawaban: C

Pembahasan:
golongan darah O bergenotipe ii = 9%
golongan darah A bergenotipe IAIA dan IAi = 27%.

Evolusi 15
Rumus Hardy-Weinberg untuk golongan darah ABO:
(p + q + r)2 = 1 ⇒ p2 + 2pr + q2 + 2qr + 2pq + r2 = 1

⇒ ii = r2 = 9% = 0,09

r= 0,09 = 0,3 ⇒ r = 0,3

⇒ IAIA dan IAi = 27%

(p + r)2 = 27% + 9% = 36%

p+r = 0,36 = 0,6

p = 0,6 – 0,3 = 0,3 ⇒ p = 0,3

⇒ (p + q + r)2 = 1

0,3 + q + 0,3 = 1 ⇒ q = 0,4

⇒ p = IA = 0,3 ; q = IB = 0,4 ; r = i = 0,3

Jadi, frekuensi gen IA dan IB berturut-turut adalah 0,3 dan 0,4.

F . Perubahan Kesetimbangan Frekuensi Alel dan Genotipe dalam


Populasi
Kesetimbangan frekuensi genetik dalam populasi dapat mengalami perubahan.
Perubahan frekuensi alel atau genotipe dari generasi ke generasi dalam suatu populasi
disebut mikroevolusi.

Faktor-faktor yang mendorong terjadinya mikroevolusi adalah hanyutan genetik (genetic


drift), mutasi, aliran gen (gene flow), seleksi alam, dan perkawinan yang tidak acak.

1. Hanyutan genetik (genetic drift)


Hanyutan genetik merupakan perubahan yang terjadi dalam kumpulan gen pada
suatu populasi kecil akibat kejadian acak, seperti gempa bumi, banjir, atau kebakaran.
Kejadian acak ini dapat menyebabkan seluruh anggota populasi terbunuh, sehingga
mengurangi ukuran populasi secara drastis.

2. Mutasi
Mutasi yang diturunkan melalui sel-sel gamet dapat segera mengubah gene pool
dengan cara menggantikan satu alel dengan alel lainnya. Gene pool adalah kumpulan
gen dalam suatu populasi pada suatu waktu tertentu.

3. Aliran gene (gene flow)


Aliran gene merupakan pertukaran genetik akibat migrasi individu yang subur atau
perpindahan gamet antarpopulasi.

Evolusi 16
4. Seleksi alam
Faktor seleksi alam menyangkut keberhasilan yang berbeda dalam bereproduksi.

5. Perkawinan tidak acak


Suatu individu lebih sering melakukan perkawinan dengan tetangga dekatnya
dibandingkan dengan anggota populasi yang berjauhan. Hal ini menyebabkan
perkawinan menjadi kurang acak. Faktor tersebut dapat meningkatkan frekuensi
genotipe yang homozigot.

G. Spesiasi
Spesiasi adalah proses pembentukan spesies baru. Spesies adalah individu-individu
dalam suatu populasi yang jika mengadakan perkawinan akan menghasilkan keturunan
yang fertil (subur). Terbentuknya spesies baru diawali dengan adanya perubahan faktor
dalam (faktor intrinsik) oleh faktor luar (faktor ekstrinsik). Faktor dalam berkaitan dengan
gen, sedangkan faktor luar berkaitan dengan keadaan lingkungan.

Di alam, spesiasi merupakan akibat adanya populasi yang terisolasi. Ada dua macam
isolasi yang mendorong terjadinya spesiasi, yaitu isolasi ekstrinsik dan isolasi intrinsik.

1. Isolasi ekstrinsik merupakan suatu proses isolasi yang membentuk individu baru
karena adanya penghalang (sawar) berupa pegunungan tinggi, lautan luas, gurun
pasir, perbedaan iklim, atau habitat yang berbeda. Adanya bermacam-macam
penghalang tersebut menyebabkan suatu spesies tidak dapat melangsungkan
perkawinan secara alami. Isolasi ekstrinsik akan mendorong terbentuknya spesies
alopatrik dan spesies simpatrik.

a. Spesies alopatrik adalah spesies yang terbentuk dari individu-individu suatu


spesies yang memisahkan diri dari spesies lama dan mendiami wilayah yang
berbeda.

b. Spesies simpatrik adalah individu-individu dari suatu spesies yang


meninggalkan wilayahnya dan berubah menjadi spesies baru, kemudian
kembali menempati wilayah asal bersama-sama dengan spesies lama.

2. Isolasi intrinsik merupakan suatu proses isolasi yang membentuk individu baru
karena adanya isolasi reproduksi. Mekanisme isolasi reproduksi dibedakan
menjadi isolasi mencegah terjadinya perkawinan, isolasi mencegah terbentuknya
hibrida, dan isolasi mencegah kelangsungan hidup hibrida.

a. Isolasi mencegah terjadinya perkawinan


Isolasi yang dapat mencegah terjadinya perkawinan terdiri atas:

Evolusi 17
1.) Isolasi ekogeografi
Dua spesies simpatrik tidak dapat melakukan perkawinan karena sudah lama
berada pada lingkungan yang berbeda, dan masing-masing hanya dapat
berkembang biak di lingkungannya sendiri.

2.) Isolasi habitat


Terjadi pada dua spesies simpatrik yang hidup pada habitat yang berbeda.
Perkawinan lebih sering terjadi antaranggota populasi yang hidup di habitat
yang sama dibandingkan dengan anggota dari habitat lain.

3.) Isolasi iklim/musim


Terjadi pada dua spesies simpatrik yang memiliki musim kawin yang berbeda

4.) Isolasi perilaku


Terjadi pada dua spesies simpatrik yang memiliki perilaku kawin yang berbeda.

5.) Isolasi mekanis


Dua spesies simpatrik yang memiliki bentuk dan ukuran alat kelamin yang
berbeda akan sulit melakukan perkawinan.
b. Isolasi mencegah terbentuknya hibrida
Isolasi yang dapat mencegah terbentuknya hibrida terdiri atas:
1.) Isolasi gamet
Isolasi gamet tidak memungkinkan terjadinya fertilisasi karena sperma tidak
dapat mencapai sel telur dan mengalami kematian.

2.) Isolasi perkembangan


Isolasi perkembangan tidak dapat membentuk hibrida karena embrio hasil
fertilisasi tidak tumbuh dan mengalami kematian.

3.) Ketidakmampuan hidup suatu hibrida


Hibrida hasil fertilisasi tidak dapat bertahan hidup karena cacat.

c. Isolasi mencegah kelangsungan hidup hibrida


Isolasi yang dapat mencegah kelangsungan hidup hibrida terdiri atas:

1.) Kemandulan hibrida


Hibrida hasil persilangan tidak dapat menghasilkan keturunan karena steril
(mandul).

2.) Eliminasi hibrida karena seleksi


Adanya banyak spesies akan menimbulkan seleksi. Hibrida yang tereliminasi
tidak akan bertahan hidup.

Evolusi 18
Contoh Soal 6

Dua spesies simpatrik tidak dapat melakukan perkawinan karena adanya isolasi musim.
Hal ini disebabkan .…

A. kematangan sel-sel kelamin pada kedua spesies tidak bersamaan


B. kematangan alat-alat kelamin pada kedua spesies tidak bersamaan
C. kematangan alat-alat tubuh pada kedua spesies tidak bersamaan
D. kedua spesies membutuhkan musim yang berbeda untuk hidup
E. kedua spesies membutuhkan musim yang berbeda untuk memelihara anak-anaknya

Jawaban: A

Pembahasan:
Isolasi musim merupakan penghalang dua spesies simpatrik untuk melakukan
perkawinan akibat waktu kematangan sel-sel kelaminnya tidak sama. Oleh sebab itu,
secara alami kedua spesies tersebut tidak mungkin melakukan perkawinan.

H. Pohon Filogeni
Filogeni diambil dari bahasa Belanda, yaitu fylogenie. Kata ini berasal dari gabungan
dua kata dalam bahasa Yunani Kuno yang berarti “asal-usul suku, ras”. Filogeni adalah
ilmu yang mempelajari tentang sejarah evolusi kelompok organisme yang saling terkait.
Untuk menggambarkan hubungan evolusioner tersebut, dibuat suatu pohon filogeni.

Pohon filogeni adalah diagram percabangan atau pohon yang menunjukkan hubungan
evolusi antara berbagai spesies makhluk hidup. Hubungan ini didasarkan pada kemiripan
dan perbedaan ciri-ciri fisik atau genetik. Takson yang terhubung pada pohon filogeni
berarti diturunkan dari satu nenek moyang bersama. Pola percabangan suatu pohon
filogeni menggambarkan jenjang taksonomik. Sementara posisi cabang menunjukkan
umur divergensi evolusioner. Pada pohon filogeni, takson spesies yang terakhir muncul
diletakkan pada cabang teratas. Pohon filogeni dibuat berdasarkan catatan fosil, anatomi
perbandingan, serta DNA dan protein dari spesies-spesies yang akan dibuat silsilahnya.

Berikut ini adalah contoh pohon filogeni yang menggambarkan sistem filogeni pada
tumbuhan.

Evolusi 19
Gambar 1. Sistem filogeni pada tumbuhan

Berdasarkan asal leluhurnya, filogeni dibedakan menjadi tiga kelompok berikut.

1. Monofiletik, yaitu jika leluhur tunggalnya hanya menghasilkan semua spesies


turunan dalam takson tersebut dan bukan spesies pada takson lain.

2. Polifiletik, yaitu jika anggotanya diturunkan dari dua atau lebih leluhur yang tidak
sama dengan semua anggota takson tersebut.

3. Parafiletik, yaitu jika takson tersebut tidak beranggotakan spesies dari leluhur yang
sama.

Berikut ini adalah gambar dari tiga kelompok filogeni tersebut.

Gambar 2. Jenis-jenis filogeni

Evolusi 20
Hubungan antarorganisme juga dapat digambarkan menggunakan kladogram.
Kladogram adalah diagram yang menunjukkan hubungan antarorganisme yang terkait
erat. Kladogram merupakan jenis pohon filogeni yang hanya menunjukkan hubungan
antara klad dengan nenek moyang yang sama. Klad atau klade adalah suatu kelompok
taksonomi yang memiliki satu leluhur bersama dan semua keturunannya juga berasal
dari leluhur tersebut. Pada kladogram, terdapat simpul-simpul yang mewakili nenek
moyang yang sama antara dua kelompok. Klad akan disatukan di ujung garis, sehingga
anggota-anggota klad tertentu bisa memiliki karakteristik yang sama. Klad bukan
disusun berdasarkan karakteristik morfologi, tetapi berdasarkan perbedaan molekuler.
Meskipun begitu, kladogram dapat dibangun berdasarkan data morfologi dan perilaku.

Berikut ini adalah gambar sebuah kladogram.

Gambar 3. Kladogram

I. Teori Asal-Usul Kehidupan


Dari manakah makhluk hidup berasal? Ini adalah pertanyaan yang terus dicari
kebenarannya hingga sekarang. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, para ahli biologi
menyusun beberapa teori tentang asal-usul kehidupan berikut.

1. Teori Abiogenesis
Teori abiogenesis klasik disebut juga teori generatio spontanea. Teori ini dikemukakan
oleh Aristoteles. Menurut Aristoteles, makhluk hidup berasal dari benda mati dan
terjadi secara spontan. Contohnya, katak dan ikan berasal dari lumpur ketika orang
melihat katak dan ikan tersebut keluar dari lumpur. Pernyataan tersebut semakin
kuat ketika pada tahun 1677, Antony van Leeuwenhoek menemukan mikroskop. Saat
melakukan pengamatan terhadap air rendaman jerami, Leeuwenhoek menemukan
mikroorganisme dalam air tersebut. Leeuwenhoek kemudian menyatakan bahwa
mikroorganisme tersebut berasal dari air rendaman jerami.

Pada tahun 1745, John Needham melakukan eksperimen dengan merebus sebentar
air kaldu yang berasal dari daging domba. Air kaldu tersebut kemudian didinginkan

Evolusi 21
dalam wadah terbuka pada suhu kamar. Selanjutnya, dia memasukkan air kaldu
tersebut ke dalam botol-botol dan menutupnya dengan rapat. Setelah beberapa
hari, dia mengamati keberadaan mikroba. Berdasarkan percobaan tersebut,
Needham menyimpulkan bahwa mikroorganisme tidak tumbuh dari telur. Needham
menguatkan teori generatio spontanea dengan menyatakan bahwa organisme hidup
berkembang dari materi tidak hidup pada tingkat mikroskopis.

2. Teori Biogenesis
Setelah bertahan selama berabad-abad, akhirnya pada abad ke-17, teori abiogenesis
klasik mulai mendapat perlawanan. Perlawanan tersebut datang dari teori biogenesis
yang dikemukakan oleh Francesco Redi, Lazzaro Spallanzani, dan Louis Pasteur.
Menurut teori biogenesis, makhluk hidup berasal dari makhluk hidup. Untuk
membuktikannya, ketiga ilmuwan tersebut melakukan percobaan dan pengamatan
yang lebih terstruktur.

a. Percobaan Francesco Redi


Redi melakukan percobaan dengan menggunakan potongan daging. Potongan
daging dimasukkan ke dalam dua buah stoples. Stoples pertama dibiarkan
terbuka dan stoples kedua ditutup rapat. Setelah beberapa hari, pada stoples
pertama ditemukan belatung di atas daging. Sementara pada stoples kedua tidak
ditemukan adanya belatung. Redi berpendapat bahwa belatung tersebut berasal
dari lalat-lalat yang bertelur di dalam stoples. Akan tetapi, pendapat Redi tidak
diterima oleh pendukung teori abiogenesis saat itu. Mereka beralasan bahwa
pada botol yang tertutup, tidak ada aliran udara yang merupakan daya hidup
untuk larva.

Redi kembali melakukan percobaan untuk meyakinkan pendapatnya. Pada


percobaan kedua, potongan daging juga dimasukkan ke dalam dua buah stoples.
Stoples pertama tetap dibiarkan terbuka. Sementara stoples kedua ditutup dengan
kain kasa, sehingga udara tetap bisa masuk. Hasilnya, pada stoples pertama
terdapat banyak belatung dan pada stoples kedua terdapat sedikit belatung di
permukaan kasa. Berdasarkan hasil percobaan tersebut, Redi menyimpulkan
bahwa makhluk hidup tidak terjadi begitu saja, melainkan berasal dari makhluk
hidup yang ada sebelumnya.

Berikut ini adalah gambar model percobaan Francesco Redi.

Evolusi 22
Gambar 4. Percobaan Francesco Redi

b. Percobaan Lazzaro Spallanzani


Lazzaro Spallanzani melakukan percobaan dengan menggunakan air kaldu. Air
kaldu dipanaskan dan dimasukkan ke dalam dua buah botol. Botol pertama
dibiarkan terbuka, sedangkan botol kedua ditutup dengan sumbat botol dan
diparafin hingga rapat. Selang beberapa hari, kaldu di dalam botol yang terbuka
tampak keruh, berbau, dan mengandung banyak mikroba. Sementara pada botol
yang tertutup rapat, kaldu tetap jernih. Spallanzani kemudian membuka botol
yang tertutup. Ternyata, beberapa hari kemudian, air kaldu di dalamnya juga
berubah menjadi keruh dan mengandung mikroba. Spallanzani menyimpulkan
bahwa mikroba dalam botol yang terbuka berasal dari udara. Namun, percobaan
Spallanzani ini belum dapat meruntuhkan teori abiogenesis. Berdasarkan
percobaan Spallanzani, dapat disimpulkan bahwa timbulnya suatu kehidupan
hanya mungkin terjadi jika telah ada suatu bentuk kehidupan sebelumnya.

Berikut ini adalah gambar model percobaan Spallanzani.

Gambar 5. Percobaan Spallanzani

c. Percobaan Louis Pasteur


Louis Pasteur menyempurnakan percobaan Spallanzani. Pasteur menggunakan
air kaldu yang dimasukkan ke dalam labu berleher angsa dengan ujung yang
terbuka. Oleh karena ujungnya terbuka, maka udara luar tetap bisa mengalir
masuk. Akan tetapi, partikel debu akan menempel pada lengkungan leher labu
tersebut. Labu kemudian dipanaskan hingga air kaldu mendidih. Selanjutnya,
kaldu didinginkan dan didiamkan selama beberapa hari. Setelah beberapa hari,

Evolusi 23
ternyata air kaldu tetap jernih. Pasteur kemudian memiringkan labu tersebut
hingga air kaldu mencapai leher botol. Setelah itu, labu dikembalikan ke posisi
semula. Beberapa hari kemudian, ternyata air kaldu menjadi keruh dan berbau.
Pasteur menyimpulkan bahwa kaldu menjadi keruh karena mikroba yang terdapat
dalam leher labu ikut masuk ke dalam kaldu. Melalui percobaan tersebut, Pasteur
berhasil menumbangkan teori abiogenesis. Pasteur kemudian menyusun teori
biogenesis yang terdiri atas tiga postulat berikut.

1.) Omne vivum ex ovo (makhluk hidup berasal dari telur).


2.) Omne ovum ex vivo (telur berasal dari makhluk hidup).
3.) Omne vivum ex vivo (makhluk hidup berasal dari makhluk hidup).

Meskipun Louis Pasteur telah berhasil menumbangkan teori abiogenesis, namun


teori biogenesis belum dapat menjawab pertanyaan tentang asal-usul kehidupan.

Berikut ini adalah gambar model percobaan Louis Pasteur.

Gambar 6. Percobaan Louis Pasteur

3. Teori Penciptaan (Special Creation)


Menurut teori penciptaan, makhluk hidup diciptakan oleh Tuhan seperti apa adanya.
Penciptaan makhluk hidup terjadi secara terpisah. Teori ini tidak didasarkan pada
suatu eksperimen. Teori ini hanya membicarakan perkembangan materi sampai
terbentuknya organisme tanpa menyinggung asal usul materi kehidupan.

4. Teori Evolusi Kimia


Teori evolusi kimia dikemukakan oleh Harold Urey. Menurut Urey, suatu ketika
atmosfer bumi kaya akan molekul zat seperti metana (CH4), amonia (NH3), uap
air (H2O), dan karbon dioksida (CO2). Semua zat tersebut berbentuk uap. Adanya

Evolusi 24
pengaruh energi radiasi sinar kosmis serta aliran listrik halilintar menyebabkan
terjadinya reaksi di antara zat-zat tersebut. Hasil reaksinya berupa zat-zat hidup. Zat
hidup yang pertama terbentuk memiliki susunan seperti virus yang dikenal saat ini.
Berjuta-juta tahun kemudian, zat hidup tersebut mengalami perkembangan menjadi
berbagai jenis makhluk hidup. Menurut Urey, terbentuknya makhluk hidup dari
berbagai molekul zat di atmosfer dapat dijabarkan ke dalam 4 fase berikut.

a. Fase 1: tersedianya molekul-molekul seperti metana, amonia, uap air, dan


hidrogen yang sangat banyak di atmosfer.

b. Fase 2: adanya bantuan energi yang timbul dari aliran listrik halilintar dan radiasi
sinar kosmis menyebabkan zat-zat tersebut bereaksi membentuk molekul zat
yang lebih besar.

c. Fase 3: terbentuknya zat hidup paling sederhana dengan susunan kimia yang
mirip dengan susunan kimia virus.

d. Fase 4: berjuta-juta tahun kemudian, zat hidup yang terbentuk tersebut


berkembang menjadi organisme yang lebih kompleks.

Teori evolusi kimia dari Harold Urey kemudian diuji coba oleh Stanley Miller dengan
membuat alat khusus. Alat ini disimpan pada suatu kondisi yang diperkirakan sama
dengan kondisi sebelum ada kehidupan. Ke dalam alat tersebut dialirkan gas hidrogen,
metana, amonia, dan uap air. Gas-gas tersebut dipanaskan selama 1 minggu agar
bercampur. Sebagai pengganti energi listrik halilintar, Miller menggunakan listrik
bertegangan tinggi. Zat-zat yang dialiri listrik tersebut kemudian bereaksi. Setelah
itu, hasil reaksinya didinginkan agar mengembun. Zat-zat hasil proses pengembunan
ditampung dan dianalisis secara kosmografi. Hasil analisis menunjukkan bahwa zat
tersebut mengandung senyawa organik sederhana yang berupa asam amino.

Eksperimen Miller dapat menunjukkan bahwa senyawa-senyawa kompleks yang ada


di alam, seperti asam amino, protein, karbohidrat, nukleotida, lipida, dan lain-lain
dapat terbentuk dalam kondisi abiotik. Akan tetapi, eksperimen Miller masih belum
bisa menjawab pertanyaan tentang asal-usul kehidupan.

Evolusi 25
Berikut ini adalah gambar alat eksperimen Miller.

Gambar 7. Alat eksperimen Miller

5. Teori Melvin Calvin


Menurut Melvin Calvin, radiasi sinar matahari dapat mengubah air (H2O), karbon
dioksida (CO2), metana (CH4), dan amonia (NH3) menjadi molekul glukosa (C6H12O6)
dan asam amino. Selain itu, radiasi tersebut juga dapat membentuk purin dan
pirimidin yang merupakan zat dasar pembentuk DNA, RNA, ATP, dan ADP.

6. Teori Evolusi Biologi


Teori evolusi biologi dikemukakan oleh Alexander Oparin. Menurut Oparin, suatu
ketika atmosfer bumi kaya akan uap air, CO2, CH4, NH3, dan hidrogen, namun tidak
ada oksigen. Oleh karena adanya energi radiasi dari benda-benda angkasa yang
kuat, maka senyawa-senyawa sederhana tersebut dapat bereaksi membentuk
senyawa organik yang lebih kompleks. Reaksi ini berlangsung di lautan. Senyawa-
senyawa kompleks yang mula-mula terbentuk diperkirakan seperti alkohol dan asam
amino yang paling sederhana. Jutaan tahun kemudian, senyawa-senyawa tersebut
bereaksi membentuk senyawa yang lebih kompleks. Senyawa kompleks inilah yang
merupakan bahan pembentuk sel.

Menurut Oparin, senyawa kompleks tersebut sangat melimpah di lautan dan


permukaan daratan. Dengan bantuan energi yang besar, dalam waktu yang sangat
lama, senyawa tersebut membentuk timbunan senyawa organik yang disebut sup

Evolusi 26
primordial atau sup purba di lautan. Sup primordial selanjutnya akan membentuk
monomer. Beberapa monomer kemudian bergabung membentuk polimer. Polimer
membentuk agregasi yang disebut protobion. Protobion merupakan bentuk awal
sel hidup yang belum mampu bereproduksi, namun mampu memelihara lingkungan
kimia di dalam tubuhnya. Protobion juga telah menunjukkan sifat-sifat yang
berhubungan dengan makhluk hidup, seperti metabolisme, menerima rangsang,
dan bereplikasi sendiri. Ada tiga tipe protobion, yaitu sebagai berikut.

a. Koaservat adalah tetesan stabil yang terbentuk dari suspensi makromolekul,


misalnya polisakarida, asam nukleat, dan polipeptida yang dikocok. Koaservat
bersifat hidrofobik dan dapat distabilkan oleh air.

b. Mikrosfir adalah protobion yang terbentuk dengan sendirinya menjadi tetes-


tetes kecil saat didinginkan. Mikrosfir tersusun dari proteinoid dan terbungkus
oleh dua lapis membran. Membran ini dapat mengalami pembengkakan atau
penciutan osmotik jika dimasukkan ke dalam larutan garam dengan konsentrasi
yang berbeda-beda.

c. Liposom adalah protobion yang langsung terbentuk dengan sendirinya menjadi


tetes-tetes kecil jika komposisi organiknya mengandung lipid tertentu.

Protobion dianggap sebagai bahan dasar pembentuk sel purba (progenot)


yang merupakan cikal bakal dari sel-sel yang ada sekarang. Progenot kemudian
berkembang menjadi kelompok sel purba seperti Archaebacteria dan Eubacteria.

Evolusi 27

Anda mungkin juga menyukai