Menurut Afrianti (2004) fermentasi berdasarkan kebutuhan O2 yang dibedakan menjadi dua,
yaitu :
1. Fermentasi aerob (proses respirasi) merupakan fermentasi yang membutuhkan oksigen.
Disimilasi bahan-bahan yang disertai dengan pengambilan oksigen. Semua mikoorganisme
memerlukan sumber energi untuk hidup. Sumber energi yang didapatkan berupa hasil
metabolisme dari bahan pangan, dimana mikroorganisme itu berada. Glukosa adalah bahan
energi yang digunakan mikroorganisme untuk tumbuh. Adanya oksigen, mikroorganisme
akan mencerna glukosa yang menghasilkan air, karbondioksida dan sejumlah besar energi.
Contoh: fermentasi asam asetat, asam nitrat dan sebagainya.
2. Fermentasi anaerob merupakan fermentasi yang tidak membutuhkan oksigen,
mikroorganisme akan mencerna bahan energi tanpa adanya oksigen. Energi yang dipecah
hanya sebagian, yang dihasilkan dari pemecahan energi adalah sebagian dari energi,
karbondioksida dan air termasuk sejumlah asam laktat, asetat, etanol, asam volatil, alkohol
dan eter. Dalam fermentasi ini menggunakan mikroorganisme yeast, jamur dan bakteri.
Faktor-faktor yang mempengaruhi fermentasi (Retnowati dan Sutanti, 2009) :
1. Kadar gula
Bahan dengan penambahan konsentrasi gula yang tinggi memiliki efek negatif pada
mikroorganisme, baik dalam pertumbuhan maupun aktivitas proses fermentasinya. Kadar
glukosa yang baik memiliki takaran berkisar 10-18%. Apabila terlalu pekat, maka aktivitas
enzim akan terhambat sehingga waktu fermentasinya menjadi lama, disamping itu akan terdapat
sisa-sisa gula yang tidak terpakai, dan jika terlalu encer hasil alkohol yang didapatkan berkadar
rendah.
2. Nutrisi (zat gizi)
Mikroorganisme memerlukan penambahan nutrisi yang digunakan untuk pertumbuhan dan
perkembangbiakan mikroorganisme selama proses fermentasi sedang berlangsung, misalnya :
a. Unsur C : pada karbohidrat
b.Unsur N : dengan menambahkan pupuk yang mengandung nitrogen, ZA, Urea
c. Unsur P : dengan menambahkan pupuk fosfat dari NPK, TSP. DSP, dll
3. Keasaman (pH)
Mikroorganisme memerlukan media dengan suasana asam untuk fermentasi alkohol, yaitu
pH 4-5. Jika pH kurang dari 4 akan menyebabkan proses fermentasi berkurang kecepatannya,
sedangkan jika pH yang lebih dari 5 akan menyebabkan adaptasi pada mikoorganisme akan
menjadi lebih rendah. Pengendalian dalam pengaturan pH dapat dilakukan dengan
menambahkan asam sulfat atau asam klorida jika substratnya alkalis dan natrium bikarbonat dan
jika substratnya asam.
4. Temperatur (Suhu)
Suhu memiliki pengaruh terhadap proses fermentasi yaitu dapat mempengaruhi aktivitas
enzim dan mempengaruhi hasil alkohol secara langsung karena adanya penguapan yang terjadi.
Seperti proses biologis (enzimatik) yang lain, kecepatan fermentasi akan bertambah sesuai
keadaan suhu, dengan suhu optimum yang berkisar antara 27-30℃. Ketika fermentasi sedang
berlangsung, terjadi kenaikan suhu yang panas karena ekstrim. Untuk mencegah agar suhu
selama fermentasi tidak mengalami kenaikan, diperlukan pendinginan agar suhu dapat
dipertahankan dengan tetap 27-30℃.
5. Volume starter
Pada umumnya volume starter yang digunakan untuk media fermentasi adalah 5% dari
volume larutan yang aka digunakan. Jika volume starter lebih kecil dari 5% maka kecepatan
dalam fermentasi menjadi kecil dan jika volume starter lebih besar dari 5% maka keaktifan
mikroorganisme akan menjadi berkurang dikarenakan alkohol yang terbentuk pada awal
fermentasi sangat banyak sehingga fermentasi menjadi lebih lama dan banyak
glukosa yang tidak dapat terfermentasikan.
6. Udara (Oksigen)
Fermentasi alkohol yang berlangsung secara anaerobik (tanpa oksigen). Udara digunakan
pada proses pembibitan sebelum fermentasi dilakukan, untuk mengembangbiakan sel
mikroorganisme.
DAPUS